Anda di halaman 1dari 11

LAYOUT AND ARRANGEMENT

(What makes an FPSO different from a trading Tanker)

Disusun Oleh :
Wahyu Tri Anggoro Aji (40040417060050)
David Siburian (40040418060024)
Bani Muhaimina Rizka (40040418060027)
Andhika Yusuf Brilian Aji (40040418060026)
M. Hanif (40040418060022)
Geofanny Putri Maharani (40040418060021)
Annisa Hustania Nuraini (40040418060025)

Dosen : Zulfaidah ariany, ST, MT

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI


PERKAPALAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohim, Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME, karena


dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah pengantar bangunan laut tepat pada
waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Zulfaidah ariany, ST, MT dosen mata
kuliah pengantar bangunan laut yang telah membantu dan membimbing kami dalam
mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa
yang juga sudah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 03 April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

FPSO merupakan fasilitas produksi migas terapung terintegrasi yang memberikan solusi
menyeluruh dalam menghasilkan migas. Mengapa menyeluruh? Karena hampir semua proses
produksi migas dari mulai reservoir sampai transfer ke kapal kargo terjadi disini. Karena itu pula
desain FPSO bisa menjadi sangat kompleks dibandingkan dengan desain fixed platform.

FPSO pertama kali di dunia adalah Shell Castellon yang beroperasi mulai tahun 1977 di
laut mediterania pada kedalaman 117 meter. Saat ini ada lebih dari 270 FPSO sedang dan telah
beroperasi di dunia (Wikipedia). Pada 2016, Shell Turritella FPSO akan menjadi FPSO system
paling dalam di dunia dengan kedalaman 2,896 meter (9,500 feet). Jika kita lihat juga proyek
FLNG Shell Prelude, sepertinya Shell adalah pioneer di bidang FPSO.

Di Indonesia sendiri jumlah FPSO yang sedang beroperasi hanya sebanyak 7 buah.
Dibawah Brazil (32buah), UK (14 buah) dan Angola(13 buah) (offshore-mag). Hal ini
merupakan ironi karena selain pulau-pulau yang menyebar, luas lautan Indonesia yang lebih
dominan dibandingkan dengan negara2 pemilik FPSO terbanyak lainnya. Selain itu, berdasarkan
data dari sumber yang sama, FPSO Indonesia hanya bermain pada kedalaman sekitar 100 meter.
Masih jauh dibawah kedalaman optimal rata-rata FPSO sebesar 1000 meter ke atas.

Jumlah FPSO memang bukan indikator utama kemajuan industri migas Indonesia. Akan
tetapi, jika dilihat dari perbandingan jumlah FPSO dibandingkan fasilitas fixed platform dan
luasan lautan Indonesia, sepertinya FPSO memiliki potensi penggunaan yang lebih banyak pada
masa depan migas Indonesia.

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah.


1. Bagaimana struktur FPSO?
2. Bagaimana struktur trading tanker?
I.3. Tujuan Makalah

Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini ialah.


1. Menambah pengetahuan pembaca tentang FPSO dan trading tanker.
2. Memberikan pengetahuan tentang struktur FPSO
3. Memberikan pengetahuan tentang struktur Tanker
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. STRUKTUR TRADING TANKER


Proses konversi dari trading tanker. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan biaya dan
waktu yang diperlukan untuk pengadaan FPSO akan lebih besar jika membangun bangunan baru.

Ciri – Ciri Umum


1. Kapal tanker cenderung ukurannya besar, sehingga :
a. Bentuk Lambung gemuk
b. Coef. Block besar
c. Paralel middle body panjang agar daya angkut maksimal
d. Kecepatan ( Vo ) kecil
e. Lokasi Kamar Mesin Umumnya di Belakang

II.2. STRUKTUR FPSO

Floating Production Storage & Offloading (FPSO) didefinisikan sebagai bangunan


yang digunakan oleh industri lepas pantai untuk pengolahan dan
penyimpanan minyak dan gas. Sebuah bangunan FPSO dirancang untuk menerima
minyak atau gas yang dihasilkan dari platform terdekat atau subsea template ,
prosesnya, dan penyimpananya sampai minyak atau gas dapat didistribusikan ke
kapal tanker atau diangkut melalui pipa.
Di dalam proses offloading (transfer muatan) FPSO, ada dua sistem yaitu Side by
side dan tandem. Side by side offloading merupakan sistem dimana tanker
berada tepat di samping FPSO pada saat proses offloading FPSO dilakukan.
Tandem offloading merupakan sistem offloading dimana tanker berada di
belakang FPSO dengan jarak yang telah ditentukan.
Gerakan yang terjadi pada FPSO saat melakukan operasinya (storage ataupun
offloading) disebabkan oleh beban lingkungan (arus, angin dan gelombang)
dimana tempat FPSO beroperasi. Untuk menjaga kestabilan, maka dibutuhkan Single Point
Mooring (SPM) yang berfungsi sebagai sistem tambat FPSO agar tetap pada posisinya.
Layout atau tata letak FPSO tergantung pada apakah kapal itu kapal baru, kapal yang
dibuat khusus atau kapal hasil konversi. Dengan kapal baru yang dirancang khusus, perancang
memiliki dua keputusan utama yang akan mempengaruhi tata letak keseluruhan, yaitu posisi
tempat tinggal dan posisi menara.

1. Turret atau Spread Mooring


Turret adalah komponen utama dari sebuah Floating Production Unit (FPSO dan FSO)
dimana mooring system dan riser yang berasal dari bawah permukaan laut terhubung.
Prinsip kerja turret dapat berputar guna memungkinkan rotasi kapal yang diakibatkan
oleh gelombang, arus, dan angin, sehingga riser yang merupakan bagian yang tidak
bergerak dari bawah permukaan laut dapat tetap terhubung dengan baik.

2. Risers
Riser adalah elemen dari fluid transfer system pada offshore floating production unit
yang merupakan sistem pipa yang digunakan untuk menyalurkan cairan yang didapatkan
dari hasil pengeboran menuju fasilitas produksi di permukaan laut. Riser dapat
merupakan pipa yang fleksibel, rigid, atau kombinasi antara keduanya. Pada FPSO atau
FSO dengan turret, riser terhubung dengan port yang terintegrasi pada riser. Sedangkan
pada FPSO atau FSO yang menggunakan spread mooring system, riser terhubung
langsung pada port di kapal.
3. Deck Support
Beban pada upperdeck tentunya akan ada penambahan akibat adanya peralatan produksi
dan peralatan lainnya seperti heli deck, crane, dan sebagainya pada FPSO ataupun FSO.
Oleh karena itu, perlu ditambahkan penguatan untuk menopang beban peralatan tersebut
di upperdeck. Penambahan konstruksi untuk penguatan dapat dengan memasang gading
tambahan di antara gading yang sudah ada, penambahan bracket, pillar, cantilever, profil,
atau penggantian pelat yang lebih tebal dengan perhitungan yang tepat sesuai regulasi dan
aturan yang berlaku.
4. Helideck
Pada kondisi-kondisi darurat, penting, dan mendesak seperti bencana, kecelakaan kerja,
dan sebagainya dimana diperlukan proses evakuasi yang cepat, maka penggunaan
helicopter adalah cara yang tepat.

5. Flare Tower
Suar gas adalah perangkat untuk membakar gas sisa hasil produksi yang tidak dapat
digunakan. Selain membakar gas sisa produksi yang tidak dapat digunakan, gas flare
tower juga berfungsi sebagai sistem pengaman dari tekanan gas yang berlebih (over
pressured) pada peralatan produksi lainnya.
6. Bulwark dan Breakwater
Untuk melindungi konstruksi atau struktur yang sensitif di upperdeck FPSO atau FSO,
pemasangan breakwater dan perubahan bulwark agar dapat lebih optimal diperlukan.
Breakwater berfungsi untuk meminimalisir tekanan air yang naik ke geladak kapal dan
bulwark meinimalisir air yang naik ke geladak kapal.

7. Blast Walls
Dinding pada FPSO dan FSO didesain untuk tahan terhadap api untuk mengurangi hazard
ketika terjadi kesalahan fungsi yang mengakibatkan ledakan atau api. Pemasangan blast
walls biasa berada pada bagian living quarter atau geladak akomodasi FPSO atau FSO.

8. Crane dan Peralatan Angkut


Untuk mempermudah perpindahan peralatan, hose, dan benda berat di upperdeck kapal
maka diperlukan crane. Penguatan pada deck juga dilakukan untuk menopang berat
crane.
9. Offloading System
Mengingat salah satu fungsi FPSO dan FSO adalah offloading , maka perangkat
offloading system juga perlu ditambahkan pada FPSO atau FSO. Offloading system pada
FPSO dan FSO digunakan untuk menyalurkan minyak hasil produksi atau menyalurkan
minyak yang ditampung sementara menuju shuttle tanker.
DAFTAR PUSTAKA

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Floating_production_storage_and_offloading
https://mobile.offshoreenergytoday.com/euronav-sells-suezmax-tanker-for-fpso-
conversion/
https://jurnalmaritim.com/mengenal-oil-tanker-dan-chemical-tanker/

Anda mungkin juga menyukai