Anda di halaman 1dari 29

Tekan tanda tanya untuk melihat tombol pintasan yang

tersedia

Kawasan
Kebijakan Privasi - Persyaratan Layanan - Persyaratan Maps
©2017 Google
Telusuri

Khikmah Yuniati
Publik
Nov 20, 2014
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny.K DENGAN KASUS
OTITIS MEDIA AKUT
DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II)

Disusun Oleh (2A) :


Khikmah Yuniati (A01301778)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN PASIEN OTITIS MEDIA

A. Definisi
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat bakteri
melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga
terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan tersumbatnya saluran (Mansjoer,
2001, 76).
Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media berarti
peradangan dari telinga tengah. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan
telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak
dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

B. Jenis Otitis Media


Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
1. Otitis media akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah.
2. Otitis media serosa
Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa
adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative
dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.
3. Otitis media kronik
Otitis Media Kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani.Otitis Media Kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang Otitis Media
Akut yang tak tertangani.
C. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas dan bakteri piogenik
seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus, haemophylus
influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas
aerugenosa.
Penyebab lainnya yaitu virus. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan
bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu
respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-
kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa
dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan
adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme
farmakokinetiknya (Kerschner, 2007).

D. Patofisiologi
OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek
yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran
eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah
pembengkakan di sekitar saluran, terseumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sel-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri,
sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringans ekitar sel
eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah
banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil
penghubung gendang telinga dengan organ pendengatran di telinga dalam bergerak bebas.
Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapt merobek gendang telinga karena
tekanannya.

E. Manifestasi klinis
1. Otitis Media Akut
Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa:
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, dapat mengalami perforasi.
b. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
c. Demam
d. Anoreksia
e. Limfadenopati servikal anterior
2. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau
perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik.
3. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea
intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus
mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema.

F. Stadium Otitis Media Akut


Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu :
1. Stadium oklusi tuba eustakhius, adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan
negative di dalam tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi,
tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau seluruh
membrane timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani
menonjol kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat,
rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya trombophlebitis
pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur.
4. Stadium perforasi
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat
terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar, pada keadaan ini anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak
tidur nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut Stadium Perforasi.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah perforasi
maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm tubuh baik atau virulensi
kuman reda, maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa pengobatan.

G. Komplikasi
1. Sukar menyembuh
2. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang
3. Ketulian sementara atau menetap
4. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut, kelumpuhan
saraf facialis, komplikasi intracranial(meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.
H. Tes diagnostic
1. Pada pemeriksaan otoskopik ditemukan ear drum tampak merah dan menggelembung.
2. Spesimen cairan yang keluar dari telinga(dari ear drum yang ruptur)→untuk kultur guna
identifikasi pathogen bakteri penyebab.
3. Audiometri→untuk evaluasi adanya tuli konduktif.
4. X-Ray(Rὂ)→pada area mastoideus.

I. Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
1. Stadium oklusi
Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di
telinga tengah hilang. Pemberian obat tetes telinga: HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis
(usia di atas 12 tahun) sumber infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab
penyakit adalah kuman bukan virus atau alergi.
2. Stadium presupurasi
Pemberian antibiotika, obat tetes telinga dan analgetika. Bila membran timpani terlihat
hiperemis difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang diajurkan golongan Penicillin
diberikan Eritromisin.
3. Stadium supurasi
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani masih utuh untuk
menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.
4. Stadium resolusi
Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi resolusi.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. K DENGAN KASUS OTITIS MEDIA AKUT
DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny. K
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 17 November 2014
TanggalPengkajian : 18 November 2014
Diagnosa Medis : Otitis Media
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri telinga.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien bernama Ny.K berusia 45 tahun datang ke ruang IGD Rumah Sakit Permata Medika
dengan keluhan nyeri telinga, keluar cairan putih dari telinga kanan yang disertai dengan
demam. Pasien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak, nyeri dirasakan seperti diremas-
remas, nyeri telinga secara terus menerus, skala nyeri 7. Pasien mengatakan mempunyai
kebiasaan membersihkan telinga menggunakan peniti setiap hari, ketika sakit pasien hanya
memberikan tetes telinga. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri telinga, dan
serumen kental serta terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan, tes rinne (-),
tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara
berfrekuensi rendah. TTV : 120/80mmHg, N: 110x/menit, P: 20x/menit, S: 39ºC. Keluarga
pasien mengatakan harus bebicara dengan nada tinggi pada klien, karena klien kadang tidak
nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah. Pasien juga mengatakan cemas
apabila harus melakukan operasi. Pasien tampak bingung dan gelisah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang dan dua hari
terakhir tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak
bau.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti saya sekarang.
4. Pengkajian Pola Pemenuhan Dasar Virginia Henderson
a. Pola Oksigenasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
• Selama sakit pasien mengatakan tidak mengalami sesak napas.
b. Pola Nutrisi
• Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/ hari.
• Saat sakit pasien mengatakan makan 3 x/ hari dan minum 8 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan BAK 3x/ hari, BAB 1x/ hari pagi.
• Selama sakit pasin mengatakan BAK 4x/ hari, BAB 1x/ hari pagi.
d. Pola Aktivitas
• Sebelum sakit pasien mengatakan aktivitasnya dilakukan sendiri.
• Selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga (seperti: seka, dibantu
jalan ke KM untuk BAK, BAB).
e. Pola Istirahat
• Sebelum sakit pasien mengatakan pola istirahatnya teratur (sekitar jam 21.00 sudah tidur),
dan tidurnya nyenyak jika di rumah (lamanya tidur 7-8 jam).
• Selama sakit pasien mengatakan sulit tidur (lamanya tidur sekitar 5-6 jam) karena
telinganya nyeri.
f. Pola berpakaian
• Sebelum sakit pasien mengatakan pakaiannya tertutup berjilbab.
• Selama sakit pasien mengatakan pakaiannya tertutup berjilbab.
g. Menjaga suhu tubuh
• Sebelum sakit pasien mengatakan jika kedinginan menggunakan jaket dan selimut. Saat
cuaca panas, pasien menggunakan kaos.
• Selama sakit pasien mengatakan jika kedinginan menggunakan jaket dan selimut. Saat
cuaca panas, pasien menggunakan kaos.
h. Pola personal hygiene
• Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan gosok gigi, mandi sebanyak 2x sehari secara
mandiri.
• Selama sakit pasien mengatakan untuk seka dibantu oleh keluarga.
i. Pola menghindar dari bahaya
• Sebelum sakit pasien mengatakan menggunakan alas kaki dan menggunakan pelindung diri
saat berkendara.
• Selama sakit pasien mengatakan lebih proteki pada dirinya.
j. Pola komunikasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan dalam berkomunikasi dengan orang lain menggunakan
bahasa Jawa dan Indonesia.
• Selama sakit pasien mengatakan berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan Indonesia.
k. Pola spiritual
• Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan sholat 5 waktu.
• Selama sakit pasien mengatakan solat 5 waktu dengan cara berbaring.
l. Pola rekreasi
• Sebelum sakit pasien mengatakan jarang melakukan rekreasi/ liburan.
• Selama sakit pasien mengatakan hanya ngobrol bersama keluarga dan nonton tv.
m. Pola bekerja
• Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagi ibu rumah tangga.
• Selama sakit pasien mengatakan tidak bekerja.
n. Pola belajar
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
• Saat dikaji pasien mengatakan ingin tahu lebih dalam tentang penyakitnya. Pasien tampak
bertanya-tanya tentang penyakitnya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TD : 120/80mmHg
d. N : 110x/menit
e. RR : 20x/menit
f. S : 39ºC
g. BB : 52 kg
h. TB : 150 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : tidak ada benjolan
b. Muka : simetris
c. Mata : konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil mengecil saat ada cahaya dan melebar
saat tidak ada cahaya
d. Hidung : bersih tidak ada kotoran
e. Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi
f. Telinga : ada cairan berwarna putih kental, ada nyeri tekan, bentuk simetris, terdapat
perforasi pada membrane timpani telinga kanan, tes rinne (-), tes weber: lateralisasi kekanan,
dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada benjolan.
h. Dada : Paru: I (simetris), Pa(tidak ada nyeri tekan), Pe(normal), A(vesikuler), Jantung:
tidak ada pembesaran
i. Abdomen : I( simetris), A(bising usus 12x/menit), Pa(tidak ada nyeri tekan), Pe: timpani
j. Ekstermitas : tidak ada kelemahan di ekstermitas
k. Kulit : tampak sawo matang
l. Genealia : tidak terpasang kateter
3. Pemeriksaan
Tes Rine : - (negative)
Tes Weber : lateralisasi ke kanan
Spesimen cairan : berwarna putih kental
4. Terapi
Amoxcicillin (antibiotik)
Asam mefenamat (analgetik)
Methylprednisolon (antiradang)
C. ANALISA DATA
No. Waktu Data Fokus Problem Etiologi TTD
1 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS:
• Pasien mengatakan nyeri telinga
P: nyeri bertambah saat bergerak
Q: nyeri dirasakan seperti diremas-remas
R: nyeri pada telinga kanan
S: Skala nyeri 7
T: nyeri terus menerus
• Pasien mengatakan demam dan keluar cairan berwarna putih kental.
DO:
• serumen kental
• terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan,
• tes rinne (-),
• tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara
berfrekuensi rendah.
• TTV : 120/80mmHg,
N: 110x/menit,
RR: 20x/menit,
S: 39ºC. Nyeri akut Proses peradangan pada telinga

2. Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS:


• Keluarga pasien mengatakan harus bebicara dengan nada tinggi pada klien, karena klien
kadang tidak nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah.
DO:
• serumen kental
• terdapat perforasi pada membrane timpani telinga kanan,
• tes rinne (-),
• tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat mendengarkan suara
berfrekuensi rendah. Perubahan sensori / persepsi Auditorius Gangguan penghantaran bunyi
pada organ pendengaran.
3 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS:
• Pasien mengatakan cemas jika harus dilakukan operasi telinga.
• Pasien mengatakan tidak paham tentang operasi telinga.
DO: pasien tampak bingung dan gelisah
Ancietas Prosedur pembedahan; miringoplasty / mastoidektomi.
4 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS:
• Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan membersihkan telinga menggunakan peniti setiap
hari, ketika sakit pasien hanya memberikan tetes telinga
• dua hari terakhir tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal
dan tidak bau.
DO: keluar cairan berwarna putih kental ditelinga. Resiko tinggi infeksi

Adanya eksudat di dalam saluran eusthasius

5 Selasa, 18 Nov 2014 (08.00 WIB) DS: Pasien mengatakan belum mengetahui penyakitnya
dan cara pengobatanya.
DO: Pasien tampak bertanya-tanya tentang kesehatanya. Kurang pengetahuan Penyakit dan
proses pengobatan

D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d Proses peradangan pada telinga
2. Gangguan sensori atau persepsi auditoris b.d gangguan penghantaran bunyi pada organ
pendengaran.
3. Resiko tinggi infeksi b.d adanya cairan eksudat di dalam saluran eusthasius
4. Ancietas b.d Prosedur pembedahan; miringoplasty/ mastoidektomi.
5. Kurang pengetahuan b.d penyakit dan proses pengobatan

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Waktu No.Dx Tujuan(NOC) Intervensi(NIC) TTD&
Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapakan nyeri berkurang dengan criteria hasil:
• Mampu mengontrol nyeri
• Nyeri turun sampai skala ringan 1-3
• Pasien tenang, tidak mengalami gangguan tidur
• Tanda vital dalam rentang normal • Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat
mengurangi nyeri.
• Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
• Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
• Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
• Anjurkan pasien untuk tidak batuk
• Anjurkan pasien untuk tidak menyedot flu
• Anjurkan pasien untuk tidak melakukan kebiasaan buruk seperti memebersihkan telinga
dengan peniti.
• Anjurkan pasien untuk tidak menekan-nekan bagian telinga
• Kolaborasi pemberian analgetik, dan antibiotik, antiradang

Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu
mendengar lebuh baik dengan criteria hasil:
• Pasien mendengar suara dengan benar
• Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan benar • mengurangi kegaduhan pada
lingkungan klien
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
• Menggunakan tanda – tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan
tubuh) dan bentuk komunikasi lainnya.
• Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana teknik
komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien
• Bila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran.
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam
diharapkan tidak terjadi infeksi yang meluas dengan criteria hasil:
• Radang telinga hilang
• Tidak ada udema
• Mengetaahui ttg resiko
• Memonitor factor resiko dari lingkungan • Observasi tanda-tanda perluasan infeksi,
mastoiditis, vertigo; untuk mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
• Jaga kebersihan pada daerah liang telinga; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
• Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi); untuk menghindari transfer
organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah.
• Lakukan irigasi telinga
• Berikan obat tetes telinga
• Batasi pengunjung bila perlu
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
• Kolaborasi pemberian antibiotik

Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan pasien tidak cemas untuk melakukan pembedahan dengan criteria hasil:
• Menyingkirkan tanda kecemasan
• Menggunakan strategi koping efektif
• Mampu menggunakan teknik relaksasi

• Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur


• Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Observasi tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan
serta keprihatinannya mengenai pembedahan.
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui
klien sebelum pembedahan
• Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal-
hal yang tidak diketahui klien.
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien mengetahui penyakitnya dan cara pengobatanya dengan criteria hasil:
• Pasien mengerti sakitnya
• Pasien paham cara pengobatanya • Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan
bersih serta menggunakan antibiotik secara kontinyu sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga
• Ajarkan pasien untuk tidak membersihkan dengan alat2 yang kotor

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu No.Dx Implementasi Respon TTD
&Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (09.00 WIB) 1 • Kompres panas
• Kompres dingin
• Mengajarkan teknik nafas dalam
• memberian analgetik, dan antibiotik
• Nyeri sdikit berkurang
• Tekanan sedikit berkurang, pasien tampak menahan tekanan (meringis)
• Pasien melakukan nafas dalam saat nyeri
• Pasien minum obat, tampak lebih baik
Selasa, 18 Nov 2014 (09.20 WIB) 2 • mengurangi kegaduhan
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
• Memberikan alat bantu pendengaran • Pasien jadi tampak tenang
• Pasien belum mengerti dengan jelas pembicaraan
• Cahaya cukup terang
• Pasien tidak mau menggunakan alat bantu pendengaran karena tidak nyaman
Selasa, 18 Nov 2014 (09.40 WIB) 3 • Menjaga kebersihan pada daerah liang telinga; untuk
mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
• Melakukan irigasi telinga
• Memberikan obat tetes telinga
• Membatasi pengunjung bila perlu
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
• Memberian antibiotik • Pasien memegang-megang telinga ketika tangan kotor
• Pasien menjadi sedikit nyaman
• Pasien nyaman
• Pengunjung hanya sedikit yang boleh masuk ruangan
• Pasien paham tehnik cuci tangan
• Antibiotik masuk
Selasa, 18 Nov 2014 (10.00 WIB) 4 • Menjelaskan semua prosedur
• Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui
klien sebelum pembedahan • Pasien masih bingung
• Pasien tampak sedikit tenang saaat ditemani
• Pasien masih cemas
Selasa, 18 Nov 2014 (10.20 WIB) 5 • Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan
bersih serta menggunakan antibiotik secara kontinyu sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga
• Ajarkan pasien untuk tidak membersihkan dengan alat2 yang kotor • Pasien kooperatif
• Pasien masih tampak bingung komplikasi yang mungkin timbul
• Pasien kadang menekan saat sakit
• Pasien kooperatif

G. EVALUASI
Waktu No.Dx SOAP TTD
& Nama
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 1 S: Pasien mengatakan nyeri dan tekanan ditelinga sedikit
berkurang
O: Pasien tampak menahan tekanan sakit telinga(meringis)
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
• Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
• Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
• Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
• Anjurkan pasien untuk tidak batuk
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 2 S: Pasien mengatakan belum mengerti dengan jelas
pembicaraan
O: Pasien tampak tenang karena tidak ada kegaduhan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
• mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
• Memandang klien ketika sedang berbicara
• Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
• Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerak bibir
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 3 S: Pasien mengatakan sedikit nyaman sesudah telinga
diirigasi
O: Pasien memegang-megang telinga ketika tangan kotor
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan interensi
• Lakukan irigasi telinga
• Berikan obat tetes telinga
• Batasi pengunjung bila perlu
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
• Kolaborasi pemberian antibiotik
Selasa, 18 Nov 2014 (11.000 WIB) 4 S: Pasien mengatakan masih bingung dan cemas
O: Pasien tampak sedikit tenang saaat ditemani
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
• Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Observasi tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan
serta keprihatinannya mengenai pembedahan.
• Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk diketahui
klien sebelum pembedahan
Selasa, 18 Nov 2014 (11.00 WIB) 5 S: Pasien mengatakan masih bingung komplikasi yang
mungkin timbul
O: Pasien kadang menekan saat telinga sakit
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
• Ajarkan klien membersihkan telinga yang benar dan bersih serta menggunakan antibiotik
secara kontinyu sesuai aturan
• Beritahu komplikasi yang mungkin timbul dan bagaimana cara melaporkannya
• Tekankan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti / evaluasi pendengaran
• Ajarkan pasien untuk tidak menekan telinga

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran dan Wicara. Editor : Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes. STIKes Santo
Borromeus. Bandung.
Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa: Agung
Waluyo dkk. EGC. Jakarta.
Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book.
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan,
Edisi III, FKUI,1997.
Mansjoer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah II: Otitis Media. Jakarta
tidak ada plus satu
tidak ada komentar
belum pernah dibagikan
Dibagikan kepada publik

rikayuhelmi116

All Our Dreams Can Come True, If We Have The


Courage To Pursue Them ,….!!
 Home
 About

Nov16

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN OTITIS MEDIA


Posted on November 16, 2012 by rikayuhelmi116

Standard

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA PADA TELINGA

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

Kelompok II
Chamel Frinanades

Mega Septia

Rika Yuhelmi

Riki Saputra

Silvia Puspita Sari

Dosen Pembimbing :

Ns. Rizka Austriani, S.Kep

PROGRAM STUDI D. III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2011 / 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah
Keperawatan Medical Bedah 1 (KMB 1) ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Rizka Austriani,
S.Kep yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah
menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Padang, 7 November
2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1. I. LATAR BELAKANG

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut
(OMA) dapat terjadi kare beberapa faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba eustachius
(merupakan penyebab utama darikejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh
pada silia mukosa tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan
bakteri( Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri
piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris).

Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan
OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam
Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalamisekurang-kurangnya satu episode OMA
pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami
satu episode OMA (Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi
penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4
sampai dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar
sepertigakunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke
dokter adalah untuk follow-up

penyakit otitis media tersebut (Teeleet al.,1989).


Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga 62%
anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMAdalam tahun pertama
kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode OMA
ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada
usia 0 sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami kelainan pendengaran pada pasien otitis media

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien dengan otitis media


2. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien dengan otitis media
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien dengan otitis media
4. Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien dengan otitis media
5. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien dengan otitis media

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. I. DEFINISI

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005)

Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah
diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.

Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001).

Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah
(Mansjoer,Arif,2001).

1. II. ETIOLOGI
2. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media yang
menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu, sehingga
pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan terganggu
3. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis,
hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin
sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada
bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya
agak horisontal.
4. BakteriBakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri
piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris.

1. III. PATOFISIOLOGI

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh
bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjarminyak
untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.Jika sekret
bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga pendengaran dapat
terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang
menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapatbergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada


telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan,
terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang
baik.

IV. MANIFESTASI KLINIS

1. Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.

 Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative
pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami
perforasi.
 Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
 Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
 Demam
 Anoreksia
 Limfadenopati servikal anterior
1. Otitis Media Serosa

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau
perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii
berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-
abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah.
Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

1. Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea
intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus
mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik
membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai
masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang
perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil
audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran
konduktif atau campuran.

1. V. ANATOMI FISIOLOGI

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam.
Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali terbentuk
mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan
telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan
berubah bentuk sampai pubertas.

a) Telinga dalam

Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik
(auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut mengalami invaginasi
membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya
tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi,
pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada
dinding kantong yang secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu
sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan sakulus dengan
duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran
yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer
gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik
organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam
kanalis semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk
makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung dari
minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi telinga orang
dewasa telah siap.

b) Telinga Luar dan Tengah

Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius
berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat
dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang terus
berkembang sampai pubertas.

Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang
berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai
bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus.

Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili
membran penutup celah tersebut. Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh
suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.

1. VI. KOMPLIKASI
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar dan
adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun
ini jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang

1. VII. PENATALAKSANAAN

Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat
penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering membantu bila
terdapat cairan purulen.

Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif.
Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi
bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari timpanoplasti adalah mengembalikan
fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang,
dan memperbaiki pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius
eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga tengah diinspeksi
secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang
paling sering terjadi pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan
adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan
dramatis pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali
osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.
1. VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya meliputi :

 Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar


 Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
 Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum dari
telinga tengah melalui membrane timpani)

IX. TERAPI

Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awalditujukan untuk
mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberianantibiotik dekongestan lokal
atau sistemik, dan antipiretik.

v Stadium OklusiTujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang


ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalamlarutan
fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun danpada orang dewasa).

v Stadium PresupurasiObat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari


golonganpenisilin/ampisilin).

v Stadium SupurasiDisamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi


bilamembran tympani masih utuh.

v Stadium ResolusiMembran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi
danperforasi membran tympani menutup.

1. X. PENCEGAHAN

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMApada anak
antara lain:

1. Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak


2. Pemberian ASI minimal selama enam bulan
3. Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
4. Hindari pajanan terhadap asap rokok
1. XI. WOC

Organism / bakteri & jamur

telinga eksternal

pendengaran telinga tengah(tuba eustachi)

infeksi sepanjang kulit kanal

proses produksi terhambat

gagguan komunikasi bengkak, merah, panas sehingga menutup daerah kanal telinga

terbentuk furunkel yang menekan kulit yang sensitive

nyeri makin berat dan tidak ada ruang untuk furunkel berkembang didaerah
telinga

telinga tengah

OM serosa memblok tuba eustachi OM puruten terbentuk pus

Tidak ada aliran udara ke telinga tengah mengisi ruang / rongga telinga

Karena ada penekannan erat

nyeri

Eksudat seruosa meningkat

Membrane tipani

Reptur membrane tipani

Perubahan persepsi sensori


BAB III

ASKEP TEORITIS

1. I. PENGKAJIAN

1) Identitas klien

2) Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan,
berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga,
keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat pada anggota
keluarga.

 Riwayat kesehatan sekarang

kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti penjabaran dari
riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
 Riwayat kesehatan keluarga
 Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada atau
tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.

3) Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum klien

 Kepala

Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan di daerah telinga,dengan menggunakan senter ataupun


alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan
jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.

 Kaji adanya nyeri pada telinga


 Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
 Dada / thorak
 Jantung
 Perut / abdomen
 Genitourinaria
 Ekstremitas
 Sistem integumen
 Sistem neurologi
 Data pola kebiasaan sehari-hari

1. Nutrisi

Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan
konsumsi diit nya.

1. Eliminasi

Kaji miksi,dan defekasi klien

1. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri

Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi dengan
orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang mendengar/kurang
nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.

1. Pemeriksaan diagnostik

Tes Audiometri : AC menurun


X ray : terhadap kondisi patologi

Tes berbisik

Tes garpu tala

1. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan prosesperadangan pada telinga


tengah

2) Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilanganpendengaran

3) Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah


atau kerusakan di syaraf pendengaran.

4) Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

1. III. INTERVENSI KEPERAWATAN

v Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
tengah

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang skala 0-10

Intervensi Keperawatan :

 Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas
perlahan, teratur, atau nafas dalam)
 Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
 Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menitpemberian analgetik
 Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeriyang dirasa

Rasional

 Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantumengurangi nyeri yang
dirasab.
 Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeridapat berkurang
 Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
 Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasaoleh klien dan keluarga

v Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.


Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi

Kriteria hasil :

 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik


 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasitulisan, bahasa lambang,
berbicara dengan jelas pada telinga yangbaik.

Intervensi Keperawatan :

 Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat padarencana perawatan
metode yang digunakan oleh staf dan klien, eperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa
isyarat.
 Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat mendegar pada satu
telinga, berbicara denganperlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal
inilebih baik daripada berbicara dengan keras).
 Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhada pandengan pintu.
 Dekati klien dari sisi telinga yang baik.-
 Jika klien dapat membaca ucapan
 Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
 Hindari berdiri di depan cahaya karena dapatmenyebabkan klien tidak dapat membaca bibi
anda.-
 Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakankomunikasi tertulis.
 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.-
 Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.Alamatkan semua komunikasi
pada klien, tidak kepadapenerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang
langsungberbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaanpenerjemah.
 Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran danpemahaman
 Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaanyang memerlukan jawaban
lebih dari ya dan tidak.

Rasional :

 Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klienmaka metode yang akan
digunakan dapat disesuaikan dengankemampuan dan keterbatasan klien.
 Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapatditerima dengan baik oleh
klien.
 Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan kliendapat berjalan dnegan
baik dan klien dapat menerima pesanperawat secara tepat.

v Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau


kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaransampai


pada tingkat fungsional

Intervensi Keperawatan :

 Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat


 Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga
(seperti: saat membersihkan denganmenggunakan cutton bud secara hati-hati, sementara
waktu hindariberenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegahterjadinya ketulian
lebih jauh.
 Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
 Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :

 Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta


perawatannya yang tepat.
 Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, makapendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksisehingga harus dilindungi.
 Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak
secara permanen.
 Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa
resisten sehingga infeksi akanberlanjut.

v Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.


 Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :

 Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguanyang dialami.


 Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan darifungsi pendengarannya
untuk mempertahankan harapan kliendalam berkomunikasi.
 Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernahmengalami gangguan seperti yang
dialami klien untuk memberikandukungan kepada klien.
 Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yangtersedia yang dapat
membantu klien.

Rasional :
 Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi denganefektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangirasa cemasnya.
 Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangikecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klienterhadap perawat.
 Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yangpaling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegantingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas danfrustasinya.
 Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yangsama akan sangat
membantu klien.

BAB IV

PENUTUP

1. I. KESIMPULAN

Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga
tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah.
Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnyasaluran/tuba eustachius yang bisa disebabkan
oleh proses peradangan akibatinfeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut,
kejadian ISPA yangberulang pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA
padaanak.

Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: StadiumHiperemi, Oklusi,
Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasidari OMA juga tergantung
pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dariOMA juga berdasar pada stadium
yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat muncul beberapa masalah
keperawatan yang dialami oleh klien,antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan
sensori persepsipendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.

1. II. SARAN
1. Untuk instansi

Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan

1. Untuk klien dan keluarga

Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya


pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . MediaAesculapius Fakultas


Kedokteran Indonesia.Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997

http://www.scribd.com/doc/36493975/OTITIS-MEDIA, dikutip pada tanggal 12 november


2012

http://www.scribd.com/doc/4825625/Otitis-Media-Akut dikutip pada tanggal 7 november


2012

http://pediatrics.uchicago.edu/chiefs/ClinicCurriculum/documents

Advertisements

Share this:

 Twitter
 Facebook

Related

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RINITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA HEPAR


Filed under Uncategorized | Leave a comment

Post navigation
Previous Post Next Post

Leave a Reply

Archives

 December 2012
 November 2012
 October 2012

Meta

 Register
 Log in

Blog at WordPress.com.

 Follow

Anda mungkin juga menyukai