Anda di halaman 1dari 3

MATERI DUTA NATURAL LEADER

Assalamualaikum wr wb.

Perkenalkan. . . .saya adalah. . . . . salah satu warga desa kalisalak kecamatan kedungbanteng
kabupaten banyumas. Saya merupakan pensiunan guru yang kebetulan menjadi aktif setelah
pensiun pada kelembagaan yang ada di desa kalisalak. Pada Tahun 2015 Desa Kalisalak
mendapatkan setifikasi ODF (Open Defecation free) dari Bupati Banyumas pada saat itu, yang
berarti sudah tidak ada warga di desa kalisalak yang kesulitan akses terhadap jamban sehatnya.

Awalnya sangat sulit merubah perilaku masyarakat, saya serig mengikuti pertemuan – pertemuan
tingkat desa yang di adakan oleh Puskesmas maupun dinas – dinas tertentu, salah satunya
tentang STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Dalam mempertahankan kualitas
lingkungan yang kian hari kian tercemar, ternyata kita memang harus terbiasa melaksanakan ke 5
pilar STBM tersebut yaitu :

1. Stop BABS
Stop BABS berarti setiap orang sudah tidak BABS (Buang Air besar Sembarangan) lagi
di Kolam/ Sungai, dan telah memakai jamban sehat berseptictank, atau numpang pada
jamban yang ada di tempat saudaranya, dan yang ada pada tempat tempat umum.

kunci jamban sehat adalah AMAN.

Aman ketika tinja tidak mencemari sumber air;


Aman ketika tinja tidak terjamah lalat (tertutup);
Aman ketika orang yang menggunakan jamban itu tidak kejeblok/jatuh/terpeleset
(konstruksi kuat);
Aman ketika orang yang menggunakan tidak merasa khawatir diintip orang lain.
Dengan tidak BABS berarti kita tidak menyebarkan penularan penyakit seperti : Diare,
Disentri, Kolera, Thypus, Polio, Kecacingan, Hepatitis, dan stunting.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun


Cuci Tangan dengan sabun dapat menurunkan 70% angka kejadian diare dan penyakit
pencernaan, cuci tangan wajib dilaksanakan pada waktu waktu tersebut :
Yaitu sebelum makan, setelah makan, setelah memegang binatang ternak, sebelum
mengolah makanan, sebelum memegang bayi, dsb.
Cara cuci tangan yang benar adalah dengan 6 langkah CTPS pada WHO : pertama basahi
tangan dengan air kemudian beri sabun dan gosok sampai berbusa, yang pertama adalag
gosok telapak tangan, kemudian gosok punggung tangan, gosok sela sela jari, kemudian
mengunci, gosok kedua ibu jari, dan gosok ujung jari. Kemudian basuh hingga kesat, dan
busa hilang, kemudian lap dengan tissu sekali pakai.

3. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga


Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Perlu dilaksanakan mengingat Kualitas Air
Minum Jaringan Komunal seperti yang ada di Desa Kalisalak kualitasnya berubah-ubah,
apalagi banyak pipa PAMSIMAS yang mengalami kebocoan karena berbagai
permasalahan antaralain : putus karena tekanan air yang tinggi, karena tertimpa
material/pepohonan, sungai yang banjir, dsb. Selain itu ada potensi/ titik bahaya air
minum, yaitu bila pipa terjadi kebocoran di area persawahan yang rentan terhadap
pestisida, dan pupuk kimia.
Masyarakat belum memahami bahwa air yang mereka konsumsi dapat berubah
kualitasnya karena kurangnya pengawasan pada saat distribusi air.
Sehingga penyuluhan terhadap pengelolaan air minum juga sedikit saya berikan pada
pertemuan di tingkat RT/ RW di desa, bersama dengan puskesmas juga kami melakukan
usulan pada desa terkait dengan pemantauan kualitas air minum secara rutin.
Kelembagaan di Tingkat BPSPAMS juga perlu dikuatkan, perluny penambahan personil-
personil yang berfungsi sebagai pengawas jaringan air PAMSIMAS.

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


Pengelolaan sampah di Desa Kalisalak belum dilaksanakan secara baik, terbukti di
bantaran sungai di beberapa titik masih terdapat sampah plastik/ dan anorganik lainnya,
yang sulit terurai, sehingga menimbulkan pencemaran air sungai dan tanah pada bantaran
sungai. Yang berbahaya adalah sampah bekas bahan kimia di rumah tangga dan yan b3
seperti pempers dan pembalut, apabila dibuang ke sungai maka dapat mengakibatkan
perusakan kualitas air, dan penularan penyakit.

5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga


Pengelolaan Limbah Cair di Desa kalisalak juga belum begitu bagus, karena banyak
masyarakat yang belum memiliki peresapan limbah cair dan saluran airnnya masih
dibuang ke kebun, sehingga menimbulkan genangan air, yang juga dapat menjadikan
tempat perindukan vektor penyakit. Seharusnya Pengelolaan Limbah cair dibuang ke
tempat penampungan dan peresapan. Warga yang memiliki cukup lahan dapat membuat
lahan galian dan dibuat bak penampungan (seperti septictank) kemudian diresapkan ke
saluran peresapan air digabungkan dengan peresapan yang ada di septictank.

Demikian sedikit cerita aksi yang telah kami kerjakan di Desa Kalisalak untuk mencapai
Desa STBM, walaupun masih banyak kendala di lapangan yang kami alami namun
InsyaAlloh tidak mengurangi semangat dalam mengkampanyekan Program Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai