ASMA
Pembimbing :
dr. Sukaenah Shebubakar Sp.P.FCCP
Disusun oleh :
Natsir Belkaoui Muhammad
030.13.139
Judul:
ASMA
Penyusun:
Natsir Belkaoui Muhammad
030.13.139
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik
bagian Penyakit Dalam Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah
Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama :
1. dr. Sukaenah Shebubakar Sp.P selaku pembimbing dalam penyusunan
makalah.
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini.
3. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk
membantu saya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Saya
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan bertujuan untuk ikut
memperbaiki makalah ini agar dapat bermanfaat untuk pembaca dan masyarakat
luas.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Saluran Pernapasan Terminal
a. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari
jaringan paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta
unit alveolus. Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran
sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorus
sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit
alveoli (zona respirasi) terdiri atas bronkhiolus respiratorius, duktus
alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi utama dari
unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler
pulmoner dan alveoli.
b. Paru – paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut
yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus
tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi
menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil
yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan
3
kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung,
aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari
trakhea dan bronkhus, serta kelenjar timus terdapat pada
mediastinum.
4
memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama
lain selama respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan paru-
paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan
atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-paru. Masuknya udara
maupun cairan ke dalam rongga pleura akan menyebabkan paru-
paru tertekan dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan
mengalami peradangan.
5
2.1.2 Fisiologi Saluran Pernapasan
1) Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Respiratory Airway
Dibagi menjadi dua ditinjau dari fungsinya, yaitu:
a. Saluran udara konduktif, sering disebut sebagai percabangan
trakheobronkhialis yang terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkhiolus.
b. Saluran respiratoris terminal yang berfungsi sebagai penyalur
(konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal
(saluran pernapasan yang paling ujung), yang merupakan tempat
pertukaran gas yang sesungguhnya.
6
volume ekspirasi paksa merupakan volume udara yang dapat diekspirasi selama
proses pengukuran FVC.9
2.2 Asma
2.2.1 Definisi
Asma adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh inflamasi
kronik yang melibatkan berbagai sel inflamasi dengan karakteristik respon yang
berlebihan terhadap berbagai rangsangan, adanya keterbatasan aliran udara yang
reversible dan terdapat beberapa gejala. Asma mempunyai kekerapan bervariasi
yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan sehingga memicu episode mengi
berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada tertekan, dispnea, dan
batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari.1,2
Definisi yang disepakati bersama dalam suatu konsensus internasional
para ahli asma menyatakan bahwa asma adalah suatu kelainan inflamasi kronik
saluran nafas. Sedangkan definisi yang banyak dianut saat ini adalah yang
dikemukakan oleh The American Thoracic Society (1962) yaitu "Asma adalah
suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai
hasil pengobatan".2
Bila ditelaah lebih lanjut, definisi tadi dapat diuraikan menjadi:2
7
1. Ada peningkatan respons trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan
nafas penderita asma mempunyai respon yang lebih hebat terhadap
berbagai rangsangan dibanding dengan orang normal.
2. Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam
rangsangan, tetapi oleh berbagai rangsangan.
3. Kelainan tersebar luas pada kedua paru dan tidak hanya satu paru atau satu
lobus paru.
4. Derajat serangan asma dapat berubah-ubah, misalnya obstruksi lebih berat
pada malam hari dibanding dengan siang hari.
2.2.2 Epidemiologi
Penderita asma pada survey secara global yang terbaru diperkiran
sebanyak 334 juta jiwa.3 The international Study of Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC) pada tahun 2003 menemukan bahwa 14% anak-anak di
seluruh dunia mempunyai gejala asma, dan prevalensinya berbeda-beda pada
setiap negara.3
Prevalensi asma pada orang dewasa muda sangat bervariasi seperti pada
anak-anak. Secara keseluruhan, 4,3% responden dari WHO World Health Survey
yang berusia 18-45 pada tahun 2002-2003 melaporkan diagnosis asma terhadap
dokter, 4,5% responden telah menggunakan pengobatan untuk asma, dan 8,6%
melaporkan bahwa mereka memiliki mengalami serangan napas mengi atau
bersiul (gejala asma) selama 1 tahun terakhir.3
Asma banyak ditemukan di negara berkembang yang tingkat ekonominya
rendah sampai menengah. Namun prevalensi asma sedikit demi sedikit mulai
berubah dan bahkan menurun di beberapa negara. Faktor yang bertanggung jawab
terhadap resiko timbulnya asma masih belum diketahui sepenuhnya, namun
perubahan lingkungan dan gaya hidup merupakan faktor utama dalam timbulnya
asma3
8
2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe, yaitu5:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (contoh:
antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
serangan asma ekstrinsik.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
9
Gambar 5. Tipe asma berdasarkan penyebab
10
2. Faktor presipitasi
a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, asap rokok dan polusi)
Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan,
misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blocker)
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan, logam
dan jam tangan)
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
11
2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, asma dibagi menjadi 3 yaitu7:
Intrinsik (atopic / IgE mediated)
Banyak pasien asma atopik memiliki antibodi IgE terhadap
alergen lingkungan, termasuk tungau, debu rumah. Pada pasien ini,
paparan alergen semacam itu menginduksi peradangan pada saluran
napas sehingga menyebabkan hiperresponsif saluran napas, dan
menimbulkan serangan asma. Menghindari alergen kausal, imunoterapi,
dan konsumsi obat anti-alergi efektif pada pasien asma atopik.
Ekstrinsik (non-atopic / non-Ig E mediated)
Campuran
12
Gambar 6. Derajat berat asma sebelum pengobatan
13
Gambar 7. Derajat Asma eksaserbasi akut
14
Gambar 8. Kuesioner Asthma Control Test 9
2.2.5 Patofisiologi
2.2.5.1 Obstruksi saluran respiratori
Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat
disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos
bronkial yang diprovokasi mediator agonis yang dikeluarkan oleh sel inflamasi
seperti histamin, triptase, prostaglandin D2, dan leukotrien C4 yang dikeluarkan
oleh sel mast, neuropeptidase yang dikeluarkan oleh saraf aferen lokal dan
asetilkolin yang berasal dari saraf eferen post ganglionik. Akibat yang
15
ditimbulkan dari kontraksi otot polos saluran nafas adalah hiperplasia kronik dari
otot polos, pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks pada saluran nafas.
Namun,dapat juga timbul pada keadaan dimana saluran nafas dipenuhi sekret
yang banyak, tebal dan lengket pengendapan protein plasma yang keluar dari
mikrovaskularisasi bronkial dan debris seluler.
Secara garis besar, semua gangguan fungsi pada asma ditimbulkan oleh
penyempitan saluran respiratori, yang mempengaruhi seluruh struktur pohon
trakeobronkial. Salah satu mekanisme adaptasi terhadap penyempitan saluran
nafas adalah kecenderungan untuk bernafas dengan hiperventilasi untuk
mendapatkan volume yang lebih besar, yang kemudian dapat menimbulkan
hiperinflasi toraks. Perubahan ini meningkatkan kerja pernafasan agar tetap dapat
mengalirkan udara pernafasan melalui jalur yang sempit dengan rendahnya
compliance pada kedua paru. Inflasi toraks berlebihan mengakibatkan otot
diafragma dan interkostal, secara mekanik, mengalami kesulitan bekerja sehingga
kerjanya menjadi tidak optimal . Peningkatan usaha bernafas dan penurunan kerja
otot menyebabkan timbulnya kelelahan dan gagal nafas.13
16
metakolin). Stimulus tersebut akan merangsang sel mast, ujung serabut dan sel
lain yang terdapat disaluran nafas untuk mengeluarkan mediatornya.13
17
Sekresi mukus pada saluran nafas pasien asma tidak hanya berupa
peningkatan volume saja tetapi juga perbedaan pada viskoelastisitas. Penebalan
dan perlengketan dari sekret tidak hanya sekedar penambahan produksi musin saja
tetapi terdapat juga penumpukan sel epitel, pengendapan albumin yang bersal dari
mikrovaskularisasi bronkial, eosinofil, dan DNA yang berasal dari sel inflamasi
yang mengalami lisis.
Hipersekresi mukus merefleksikan dua mekanisme patofisiologi yaitu
mekanisme terhadap sekresi sel yang mengalami metaplasia dan hiperplasia dan
mekanisme patofisologi hingga terjadi sekresi sel granulasi. Degranulasi sel
Goblet yang dicetuskan oleh stimulus lingkungan, diperkirakan terjadi karena
adanya pelepasan neuropeptidase lokal atau aktivitas jalur refleks kolinergik.
Kemungkinan besar yang lebih penting adalah degranulasi yang diprovokasi oleh
mediator inflamasi, dengan aktivitas perangsang sekret, seperti neutrofil elastase,
kimase sel mast, leukotrien, histamin, produk neutrofil non-protease.13
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan
dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis,
ditambah dengan pemeriksaan fisik dan pengukuran faal paru terutama
reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
Riwayat penyakit / gejala :
Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator
18
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan Fisik
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan fisik dapat
normal. Kelainan pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan adalah mengi
pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal
walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan
napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan
hipersekresi dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita
bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran
napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis
berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi.
Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa.
Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang
sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar
bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas
Faal Paru
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi
mengenai asmanya , demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai
dispnea dan mengi; sehingga dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru
antara lain untuk menyamakan persepsi dokter dan penderita, dan parameter
objektif menilai berat asma. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai:
obstruksi jalan napas
reversibilitas kelainan faal paru
variabilitas faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan
napas
19
Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah
diterima secara luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan
spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE).
1. Spirometri
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas
vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur
yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita
sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk
mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang
reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio
VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
20
Manfaat APE dalam diagnosis asma
Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE ≥ 15% setelah inhalasi
bronkodilator (uji bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau
respons terapi kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu)
Variabilitas, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti
APE harian selama 1-2 minggu. Variabilitas juga dapat digunakan menilai
derajat berat penyakit
21
2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktiviti sehari-hari.6
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel
7. Mencegah kematian karena asma
22
- Kortikosteroid inhalasi
- Kortikosteroid sistemik
- Sodium kromoglikat
- Nedokromil sodium
- Metilsantin
- Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
- Agonis beta-2 kerja lama, oral
- Leukotrien modifiers
- Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
- Lain-lain
Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan
gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki
inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas.
Termasuk pelega adalah :
- Agonis beta2 kerja singkat
- Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat
pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal
23
tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan
dengan bronkodilator lain).
- Antikolinergik
- Aminofillin
- Adrenalin
Pengobatan berdasarkan beratnya asma:
24
2.2.8 Komplikasi
Dalam kasus yang jarang terjadi, asma dapat menyebabkan sejumlah
komplikasi pernapasan serius, termasuk:
Pneumonia (infeksi paru-paru)
Kolaps sebagian atau seluruh paru
Gagal napas, di mana kadar oksigen dalam darah menjadi sangat rendah,
atau kadar karbon dioksida menjadi sangat tinggi
Status asthmaticus (serangan asma berat yang tidak merespon
pengobatan).
Semua komplikasi ini bisa mengancam jiwa dan akan membutuhkan perawatan
medis.10
2.2.9 Prognosis
Pada kasus ringan-sedang, asma dapat mengalami perbaikan dalam
beberapa waktu, dan banyak kasus dimana penderita asma menjadi bebas dari
gejala, bahkan pada beberapa kasus yang parah juga dapat mengalami perbaikan
tergantung dari derajat obstruksi paru dan keefektifan penanganannya
Pada sebagian kecil kasus asma persisten yang parah, perubahan pada
dinding jalan nafas terjadi menyebabkan masalah pada fungsi paru menjadi
ireversibel. Kematian karena asma bukan kejadian yang umum dan kebanyakan
dapat dicegah dengan memberikan treatment yang tepat.12
25
BAB III
KESIMPULAN
1. Asma adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh inflamasi
kronik yang berlebihan terhadap berbagai rangsangan, adanya
keterbatasan aliran udara yang reversible dan terdapat beberapa gejala,
seperti episode mengi berulang (wheezing), sesak napas
(breathlessness), dada tertekan, dan batuk (cough) terutama pada malam
atau dini hari
2. Prevalensi asma pada anak-anak dan dewasa muda sangat bervariasi
seperti di seluruh dunia. Asma banyak ditemukan di negara berkembang
yang tingkat ekonominya rendah sampai menengah. Faktor utama dalam
timbulnya asma adalah perubahan lingkungan dan gaya hidup
3. Penatalaksanaan asma berguna untuk mengontrol penyakit. Program
penatalaksanaan asma, yang meliputi edukasi dan kontrol lingkungan,
menilai dan monitor berat asma secara berkala, identifikasi dan
mengendalikan faktor pencetus, merencanakan dan memberikan
pengobatan jangka panjang, menetapkan pengobatan pada serangan
akut, kontrol secara teratur, dan pola hidup sehat
4. Komplikasi asma sangat jarang terjadi, komplikasi bisa terjadi bila tidak
dilakukan penanganan adekuat
5. Prognosis asma ditentukan oleh tingkatan asma dan cepatnya tindakan
yang dilakukan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
13. S Makmuri M. Patofisologi Asma Anak. dalam: Rahajoe NN, Supriyatno
B,Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. edisi pertama.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2008. h.98-104
28