Anda di halaman 1dari 36

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

(SOP)
KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh :

Nama : Siti Nor Aisah


Kelas : II.A
NIM : 820163094
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS


Alamat : Jl. Ganesha I, Purwosari, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316
Website: http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email: secretariat@stikesmuhkudus.ac.id
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
1. TANDA-TANDA VITAL

A. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


1. PENGERTIAN :
Pemeriksaan tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh.
2. TUJUAN : Mengetahui nilai tekanan darah
3. PERSIAPAN ALAT :
1. Spigmomanometer yang terdiri dari :

 Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka


 Manset udara
 Selang karet
 Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
2. Steoskop
3. Handscoon
4. Buku saku
5. Pena
4. PERSIAPAN PASIEN
a. pra orientasi
a. menyiapkan alat dan pasien dengan benar
b. melakukan verivikasi data sebelumnya bila ada
c. menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan benar
b. fase orientasi
a. menyapa dan memberi salam
b. memperkenalkan diri
c. menjelaskan tujuan
d. menjelaskan prosedur tindakan
e. menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien mencuci tangan
5. PROSEDUR KERJA :
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi klien.
4. Letakkan tangan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju dibuka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu
ketat maupun jangan terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakialis dan kempeskan balon udara manset secara
perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah
jarum jam.
11. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi terdengar dan saat terakhir terdengar.
12. Catat hasil.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

B. PENGUKURAN NADI
1. PENGERTIAN :
Menghitung frekuensi denyut nadi (loncatan aliran darah yang dapat retaba yang terdapat
di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi), yang lazim di periksa atau di raba
pada radialis

2. TUJUAN :
1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan).
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskular.

3. PERSIAPAN ALAT :
1. Arloji
2. Buku saku
3. Pena
4. PERSIAPAN PASIEN
a. pra orientasi
a. menyiapkan alat dan pasien dengan benar
b. melakukan verivikasi data sebelumnya bila ada
c. menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan benar
b. fase orientasi
a. menyapa dan memberi salam
b. memperkenalkan diri
c. menjelaskan tujuan
d. menjelaskan prosedur tindakan
e. menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien mencuci tangan
5. PROSEDUR KERJA :
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi klien.
4. Letakkan kedua tangan terlentang di sisi tubuh.
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung).
6. Periksa denyut nadi dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis.
Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan.
7. Catat hasil.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

C. PENGUKURAN SUHU
1. PENGERTIAN :
Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer yang di pasangkan di mulut,
aksila, dan rektal
2. TUJUAN : Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
3. PERSIAPAN ALAT :
1. Termometer
2. Tiga buah botol berisi larutan sabun, larutan desinfektan, dan air bersih
3. Bengkok
4. Kertas/tisu
5. Handscoon
6. Buku catatan suhu
7. pena
4. PERSIAPAN PASIEN
a. pra orientasi
a. menyiapkan alat dan pasien dengan benar
b. melakukan verivikasi data sebelumnya bila ada
c. menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan benar
b. fase orientasi
a. menyapa dan memberi salam
b. memperkenalkan diri
c. menjelaskan tujuan
d. menjelaskan prosedur tindakan
e. menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien mencuci tangan
5. PROSEDUR KERJA :
1.) Pemeriksaan suhu oral
1. Jelaskan prosedur kepada klien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan handscoon.
4. Atur posisi pasien.
5. Tentukan letak bawah lidah.
6. Turunkan suhu termometer di bawah 34°-35°C.
7. Turunkan suhu termometer di bawah lidah sejajar dengan gusi.
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit.
9. Angkat termometer dan baca hasilnya.
10. Catat hasil.
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
12. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2.) Pemeriksaan suhu rektal
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan handscoon.
4. Atur posisi pasien dengan posisi miring.
5. Pakaian diturunkan sampai di bawah glutea.
6. Tentukan termometer dan atur pada nilai nol.
7. Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan termometer ke dalam
rektal jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu.
8. Setelah 3-5 menit angkat termometer.
9. Catat hasil.
10. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
11. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3.) Pemeriksaan suhu aksila
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan handscoon.
4. Atur posisi pasien.
5. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tisu.
6. Turunkan termometer di bawah suhu 34°-35°C.
7. Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi di atas dada.
8. Setelah 3-10 menit termometer diangkat dan dibaca hasilnya.
9. Catat hasil.
10. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
11. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

D. PENGUKURAN RR
1. PENGERTIAN :
Menghitung jumlah pernafasan ( inspirasi yang diikuti ekspresi selama 1 menit )
2. TUJUAN :
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
3.PERSIAPAN ALAT :

 Arloji
 Buku saku
 Pena
4. PERSIAPAN PASIEN :
a. pra orientasi
a. menyiapkan alat dan pasien dengan benar
b. melakukan verivikasi data sebelumnya bila ada
c. menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan benar
b. fase orientasi
a. menyapa dan memberi salam
b. memperkenalkan diri
c. menjelaskan tujuan
d. menjelaskan prosedur tindakan
e. menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien mencuci tangan
5. PROSEDUR KERJA :
1. Jelaskan prosedur kepada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi klien.
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

SUMBER : Hidayat, Aziz Alimul, Uliyah, Musrifatul. 2002. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


2. PEMERIKSAAN FISIK ANAK
1. PENGERTIAN :
Proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi
atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi
ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat
kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan
mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik ( Wong,2003).

2. TUJUAN :
Memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi
dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam
pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak.

3.PERSIAPAN ALAT :
 Stetoskop
 Manset anak (Tensimeter)
 Timbangan anak
 Termometer
 Meteran tinggi badan
 Midline
 Bak intrumen sedang
 kasa steril
 tongue spatel
 Senter
 Otoskop
 reflek hammaer spekulum hidung
 tissue.

4. PERSIAPAN PASIEN :
a. pra orientasi
a. menyiapkan alat dan pasien dengan benar
b. melakukan verivikasi data sebelumnya bila ada
c. menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan benar
b. fase orientasi
a. menyapa dan memberi salam
b. memperkenalkan diri
c. menjelaskan tujuan
d. menjelaskan prosedur tindakan
e. menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien mencuci tangan

5. PROSEDUR KERJA :
a) Pemeriksaan Fisik Pada Anak Secara Umum
1. Lakukan pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum ; Kesan sakit, Kesadaran, Kesan status gizi
2) Tanda Vital
a. Tekanan Darah ; Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai
manset khusus untuk anak, yang ukurannya lebih kecil dari manset
dewasa. Besar manset antara setengah sampai dua per tiga lengan
atas.
b. Nadi ; Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit),
irama, isi/kualitas nadi dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat
ekstrimitas
c. Nafas ; Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola
pernafasan.
d. Suhu ; Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa
cara :
1) Rectal : Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan
kiri, dua jari tangan kiri memisahkan dinding anus kanan dengan
kiri, dan termometer dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu.
2) Oral : Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya
dilakukan untuk anak > 6 tahun.
3) Aksiler : Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas
lurus selama 3 menit. Umumnya suhu yang diperoleh 0,50C
lebih rendah dari suhu rektal.
2. Data Antropometrik
a. Berat Badan : anak usia 3-12 bulan = umur ( bulan ) ditambah 9
dibagi 2, anak usia 1-6 tahun = umur ( tahun ) dikali 2 ditambah 8,
anak usia 6-12 tahun = umur ( tahun ) dikali 7 dikurangi 5 dibagi 2.
b. Tinggi Badan : usia 1 tahun = 75 cm, usia 2-12 tahun = umur ( tahun )
dikali 6 ditambah 77.
c. Lingkar Kepala
d. Lingkar Dada
e. Lingkar Lengan
3. Kulit,Rambut,Kuku: kulit berwarna merah muda, hangat, kering, utuh tanpa
lesi atau ruam (jika ada jelaskan). Menjelaskan rambut dan kuku
secara singkat (perhatikan alopesia, bercukur,abnormalitas kuku).
4. Kelenjar Limfe : Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila,
belakang telinga, leher, ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila
teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
5. Kepala : Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar
kepala, asimetri, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut,
tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
6. Muka : Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak
antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda
chovstek, dan nyeri pada sinus.
7. Mata : Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat,
kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus.
Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
8. Hidung : Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping
hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
9. Mulut : Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
 Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
 Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
 Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
 Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran,gerakan, tepi
hiperemis/tidak.
 Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
10. Tenggorok : Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat
skalpel, anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras,
selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan:
uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan, eksudat, kripte)
11. Telinga : Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau
sekresi telinga, nyeri/tidak liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan
menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.
12. Leher : Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak
trakhea, pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan
gerakan leher.
13. Thorax : Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :
 Inspeksi : Pada anak < 2 tahun : lingkar dada < lingkar kepala Pada anak
> 2 tahun : lingkar dada > lingkar kepala. Perhatikan:
a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c. Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot
d. Ictus cordis
 Palpasi , Perhatikan :
a. Pengembangan dada : simetri/tidak
b. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
c. Sela iga : retraksi/tidak
d. Perabaan iktus cordis
 Perkusi : Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu
jari/tanpa bantalan jari lain, atau secara tidak langsung dengan
menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu keras
karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil. Tentukan :
a. Batas paru-jantung
b. Batas paru-hati : iga VI depan
c. Batas diafragma : iga VIII – X belakang. Bedakan antara suara sonor
dan redup.
 Auskultasi : Tentukan suara dasar dan suara tambahan : Suara dasar :
vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound, metamorphosing
breath sound. Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing
Suara jantung normal, bising, gallop.
14. Abdomen
a. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
b. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
c. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali
atau tumor lainnya
15. Ekstremitas : Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya,
clubbing finger, dan pembengkakan tulang.. Persendian. Periksa : suhu,
nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan. Otot.
Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.
16. Alat Kelamin, Perhatikan : Untuk anak perempuan :
a. Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
b. Labia mayor : perlengketan / tidak
c. Himen : atresia / tidak
d. Klitoris : membesar / tidak.
Untuk anak laki-laki :
a. Orifisium uretra :
b. hipospadi = di ventral / bawah penis Epsipadia = di dorsal / atas penis.
c. Penis : membesar / tidak
d. Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak.
e. Testis : normal sampai puber sebesar kelereng.
f. Reflek kremaster : gores paha bagian dalam testis akan naik dalam
skrotum
b) Pemeriksaan Fisik Pada Anak Yang mengalami Penganiayaan dan Kekerasan
1. Berikan beberapa pertanyaan, pertanyaan yang digunakan dalam
mengidentifikasi penganiayaan dan kekerasan :
1) Tanyakan pada anak :
 Apakah anda takut pada siapapun dirumah
 Siapa yang anda beritahu jika seseorang menyakiti atau
menyentuh anda dengan cara yang membuat anda merasa tidak
yaman?
 Apakah pernah siapapun menyakiti atau menyentuh anda
dengan cara ang membuat anda merasa tdak nyaman ?
2) Tanyakan pada orang tua :
 Apakah anda takut pada siapapun dirumah?
 Apakah anda pernah merasa bahwa anda dapat memukul atau
menyakiti anak anda ketika frustasi?
2. Lakukan pemeriksaan fisik secara umum ( s
3. Tambahan pemeriksaan sisik untuk anak yang mengalami penganiayaan dan
kekerasan :
1) Ketakutan atau keinginan berlebihan untuk menyenangkan orang tua
2) Tingkat kesadaran yang lebih rendah pada bayi
3) Perdarahan atau rabas anal/penis/vagina
4) Memar (
5) Luka bakar (khususnya dalam pola stoking atau sarung tangan, atau
hanya pada telapak kaki atau telapak tangan)
6) Potongan, abrasi, kontusio, jaringan parut, atau tanda lainnya yang tidak
biasa atau mencurigakan, khusus penyembuhan.
7) Gambar yang menunjukkan lokasi cedera yang biasanya
mengindikasikan penganiayaan.

c. Fase Terminasi
1. Rapikan alat dan Evaluasi tindakan
2. Rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dan dokumentasikan.
SUMBER: Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


3. PENGKAJIAN TUMBUH KEMBANG ( DDST )

1. PENGERTIAN :
DDST adalaah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.DDST
bukan test diagnostic atau test IQ.

2. TUJUAN:
a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses dan tahap perkembangan anak.
b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan
c. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin.
d. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha
e. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan

3. PERSIAPAN ALAT:
Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm), Kismis/manik-manik, 10 buah kubus
warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm, Kerincing dengan gagang yang kecil, Botol kaca
kecil dengan diameter lubang 1,5 cm, Bel/lonceng kecil, Bola tennis, Pensil merah, Boneka kecil
dengan botol susu, Cangkir plastic dengan gagang / pegangan, Kertas kosong, Lembar Denver.

4.PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a. Melihat identitas pasien / riwayat pasien
b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b.Fase Orientasi
a. Memberi salam& menyapa nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur
e. Menanyakan kesiapan / persetujuan pasien atau keluarga
f. Mencuci tangan

5.PROSEDUR KERJA
a. Fase Kerja
1. Menuliskan Nama pemeriksa, Nama pasien, tangga lahir & tanggal Pemeriksaan
2. Menghitung usia perkembangan anak
3. Menentukan usia perkembangan anak dengan membuat garis usia perkembangan
pada formast Denver II
4. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak dimulai
dari tugas yang mudah baru tugas yang sulit.
5. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak mulai
di sebelah kiri garis usia, teruskan ke kanan sampai tugas yang berada di sebelah
kanan garis usia.
a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat
disebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yan ditembus garis
umur.
b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah i
(gagal / menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan
kesebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat ”lulus” 3
tugas perkembangan.
c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah i,
lakukan tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada
sektor yang sama sampai anak :gagal” pada 3 tugas perkembangan.
6. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek personal sosial sesuai usia perkembangan.
(Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan).
7. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek motorik halus sesuai usia perkembangan.
(Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu
yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda
kecil).
8. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek bahasa sesuai usia perkembangan
(Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan).
9. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek motorik kasar sesuai usia perkembangan.
(Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya
duduk, melompat, berjalan, dll).
10. Mengusahakan agar semua tugas yang dipotong garis usia diusahakan / di test
11. Skoring pada format Denver II
a) Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu /
pengasuh anak memberi laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukannya).
b) Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik
atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat
melakukannya dengan baik.
c) refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba.
Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus
dilakukan”, jika tidak menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya
(uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai
penolakan).
d) By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan.
Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R.
12. Interpretasi Denver II
1. Lebih (advanced) : Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak
di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba
tersebut.
2. Normal : Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas
perkembangan disebelah kanan garis umur dikategorikan sebagai normal.
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugasperkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75,
makadikategorokan sebagai normal.
3. Caution / peringatanl : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak ® tugas
perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau anatara persentil 75
dan 90.
4. Delay / keterlambatan : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R)
melakukan uji coba yangterletak lengkap disebelah kiri garis umur.
5. No opportunity / tidak ada kesempatan. Pada tugas perkembangan yang
berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada
kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak
dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.
13. Menyampaikan hasil interpretasi kepada keluarga
Langkah Mengambil Kesimpulan :
1. Normal
a. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
b. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
2. Suspect / di duga
a. Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan.
b. Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan factor
sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
3. Untestable / tidak dapat diuji
a. Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis
umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada
daerah 75–90%.
b. Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu.

b. Fase Terminasi
1. Merapikan pasien & alat
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan
SUMBER: Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


4. IMUNISASI

1.PENGERTIAN :
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. (Proverawati,
2010). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, 2009)

2.TUJUAN :
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. (Proverawati, 2010)

3. PERSIAPAN ALAT :
a. IMUNISASI BCG
 Vaksin BCG dalam ampul/ vial
 Spuit tuberculin atau spuit khusus
 Jarum ganti no. 26-27 jika perlu
 Mangkuk berisi kapas alcohol
 Bengkok atau safety box
 Bak spuit
 Sarung tangan bersih
 Masker
b. IMUNISASI HEPATITIS B
 Vaksin Hepatitis B dalam vial
 Spuit 1 cc atau spuit khusus 0,5 cc dengan jarum no 22-25
 Jarum ganti no. 22-25 jika perlu
 Mangkuk berisi kapas alcohol
 Bengkok atau safety box
 Bak spuit
 Sarung tangan bersih
 Masker
c. IMUNISASI DPT
 Vaksin DPT dalam vial
 Spuit 1 cc, dengan jarum no 22-25
 Jarum ganti no. 22-25 jika perlu
 Mangkuk berisi kapas alcohol
 Bengkok atau safety box
 Bak spuit
 Sarung tangan bersih
 Masker
d. IMUNISASI POLIO
 Vaksin polio oral dalam vial
 Dropper atau penetes
 Masker
 Handscoon
e. IMUNISASI CAMPAK
 Vaksin campak dalam vial
 Spuit 1 cc atau spuit khusu 0,5 cc dengan jarum no. 22- 25
 Mangkuk berisi kapas alcohol
 Bengkok atau safety box
 Bak spuit
 Sarung tanan bersih
 Masker

4. PERSIAPAN PASIEN :
a. Pra orientasi
1. Mengecek buku riwayat/catatan pengobatan pasien
2. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien/ keluarga

5. PROSEDUR KERJA :
1. IMUNISASI BCG
a. Cuci tangan
b. Membuka tutup vial dan lakukan desinfektan
c. Melarutkan vaksin dengan cairan pelarut
d. Memastikan anak belum pernah di vaksin BCG
e. Aspirasi vaksin BCG sebanyak 0,05 cc
f. Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial
g. Menaruh spuit yg ter isi vaksin ke dalam bak spuit
h. Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (lengan atas lateral) yang mudah
i. Memasang pengalas
j. Membebaskan daerah yg akan di injeksi
k. Gunakan sarung tangan
l. Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
m. Lakukan penyuntikan dengan sudut 150 pada lengan atas lateral
n. Melakukan aspirasi
o. Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan
p. Mencabut jarum sambil menekan dengan kapas basah
q. Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
2. IMUNISASI HEPATITIS B
a. Cuci tangan
b. Aspirasi vaksin Hepatitis B sebanyak 0,5 cc
c. Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial
d. Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (paha bagian anterolateral kiri atau kanan) yang
mudah
e. Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik
f. Gunakan sarung tangan
g. Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
h. Tekan dan Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari telunjuk
tangan non dominan
i.Lakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada paha bagian anterolateral kiri
atau kanan.
j. Lakukan asprasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit
k. Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan
l. Keluarkan jarum
m. Tekan lokasi penyuntikan menggunakan kapas alcohol
n. Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
o. Lepaskan sarung tangan
3) IMUNISASI DPT
a. Cuci tangan
b. Membuka tutup vial dan lakukan desinfeksi
c. Aspirasi vaksin DPT sebanyak 0,5 cc
d. Ganti jarum jika vaksin DPT di ambil dari dalam vial
e. Menaruk spuit yang terisi vaksin ke dalam bak instrumen
f. Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (Paha bagian anterolateral kiri atau kanan) yang
mudah.
g. Memasang perlak pengalas
h. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
i. Gunakan sarung tangan
j. Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
k. Lakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada Paha bagian anterolateral
kiri atau kanan)
l. Melakukan aspirasi
m. Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan
n. Mencabut jarum sambil menekan dengan kapas basah
o. Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
4) IMUNISASI POLIO
a. Cuci tangan
b. Memakai sarung tangan
c. Membuka tutup vial dan lakukan desinfektan
d. Memasang pipet diatas botol vaksin
e. Meletakkan anak pada posisi yang nyaman
f. Membuka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes
g. Memastikan vaksin yang diberikan ditelan oleh anak,ulangi jika
dimuntahkan
5) IMUNISASI CAMPAK
a. Cuci tangan
b. Memastikan vaksin dengan baik
c. Melarutkan vaksin campak dengan pelarut
d. Aspirasi vaksin campak sebanyak 0,5 cc
e. Ganti jarum yang digunakan dengan jarum baru
f. Menaruh spuit yg ter isi vaksin ke dalam bak spuit
g. Bantu klien untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksinn (lengan kiri atas) yang mudah
h. Memasang pengalas
i. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
j. Gunakan sarung tangan
k. Lakukan desinfeksi mengguankan kapas alcohol
l. Lakukan penyuntikan dengan sudut 45 0 pada lengan kiri atas
m. Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit
n. Dorong plunger scara perlahan sehigga vaksin masuk kedalam jaringan
o. Mencabut jaruum sambil menekan kapas basah
p. Buang spuit ke dalam bengkok/ safety box

b. Fase Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi tindakan dan RTL
3. Melepaskan sarung tangan
4. Berpamitan
5. Mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan
SUMBER : Hidayat, A, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
5. PERAWATAN ANAK DENGAN TRANSFUSI DARAH

1.PENGERTIAN :
Transfusi darah adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah kedalam
sirkulasi vena.

2. TUJUAN : Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit, trombosit, plasma atau protein
tubuh.

3. PERSIAPAN ALAT :
 Unit darah lengkap atau paket sel darah merah
 tranfusi set
 Nacl
 tiang infus
 aboket
 larutan povidon iodine
 swab alcohol
 plester
 hadscoon
 pengalas/perlak
 alat tulis
 label pemasangan infus.

4. PERSIAPAN PASIEN :
a. pra orientasi
1. Mengecek program terapi medik
2. Mempersiapkan alat
b. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam dan menyapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan kesiapan/ persetujuan klien

5.PROSEDUR KERJA :
a. Fase kerja
1. Cuci tangan
2. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi
darah (Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal)).
3. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian
transfusi darah.
4. Memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
5. Buka set pemberian darah
a. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
b. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
6. Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
a. Tusuk kantong NaCl 0,9%
b. Isi slang dengan NaCl 0,9%
c. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl
0,9%
d. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
e. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter
terisi sebagian)
f. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
g. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya
tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada tempat penusukan yang
tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi darah.
7. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
a. Tusuk kantong darah
b. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi
sebagian
c. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
8. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
9. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
10. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan

b. Fase Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evauasi tindakan
3. Menjelaskan RTL
4. Berpamitan, mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan

SUMBER: Morrison, M, J, & Moya, A. ( 2004 ). Colour Guide To Nursing Management Of


Wound. Philadelpjia: WB Saunders

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


6. PERAWATAN PASIEN DENGAN KEJANG

1.PENGERTIAN :
Kejang epilepsy merupakan manifestasi ketidakseimbangan aliran dan sirkuit listrik di
otak.ketidakseimbangan ini dienteuan oleh sel saraf yang berfungsi sebagi inhibitory (sel- sel
pengontrol) dan ecitatory (sel sel saraf yang menimbulkan loncaan arus listrik)

2. TUJUAN :
1. Mencegah atau mengurangi risiko cedera
2. Aspirasi/hypoksia dan kecemasan keluarga akibat kejang pada klien.

3. PERSIAPAN ALAT :
 Selimut atau bantalan lunak
 Bengkok atau nierbekken
 Tabung oksigen dan alat bantu pernafasan
 Set infus/ tranfusi dan cairannya
 Set alat pengukuran tanda vital
 Masker
 Handscoon.

4. PERSIAPAN PASIEN :
a. Pra orientasi
1. Melihat status kesehatan/ catatan pengobatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberi salam / menyapa pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur

5. PROSEDUR KERJA :
a. Fase Kerja
1. Memakai sarung tangan
2. Mengkaji Airway Breathing Circulation
3. Atur posisi terlentang atau miring jika muntah
4. Pasang Mayo
5. Berikan O2 nasal dan masukkan mayo
6. Longgarkan pakaian
7. Berikan penghalang tempat tidur dan jangan memaksa meluruskan tubuh yang
kejang
8. Cek kembali Airway Breathing Circulation
b. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan

SUMBER : Potter, P.A & Perry A.G ( 2006 ) Clinical Nursing skills & Techniques 6 th edition, St
Louis : Mosby Year Book, Inc

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


7. TERAPI BERMAIN

1.PENGERTIAN :
Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi konflik dari dalam
dirinya yang tidak disadari serta dengan keinginan sendiri ubtuk memperoleh kesenangan (Roster:
1987)

2. TUJUAN :
 Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis
 Mengurangi kecemasan
 Membantu mempercepat penyembuhan
 Sebagai fasilitas komunikasi
 Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
 Sarana untuk mengekspresikan perasaan
3. PERSIAPAN ALAT :

 Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis


 Alat bermain sesuai dengan umur / jenis kelamin dan tujuan
4. PERSIAPAN PASIEN :
a. Pra orientasi
1. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain
2. Melakukan kontrak waktu
3. Tidak ngantuk
4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik
6. Pasien bias dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien
b. Fase Orientasi
1. Memberi salam / menyapa pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan tindakan

5. PROSEDUR KERJA
a. fase kerja
1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak saat bermain
6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
b.fase terminasi
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional, hubungan inter-personal,
psikomotor dan anjuran untuk anak dan keluarga

SUMBER :
Http://www.kapukonline.com/2011/12/oscaperawatterapibermaindanpenilaianper.html?m=l

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


8.RESTRAIN

1. PENGERTIAN :
Suatu tindakan keperawatan untuk membatasi gerakan klien. Restraint secara umum
mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau
membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali.
2. TUJUAN :
Memungkinkan klien mendapatkan perawatan dan mengikuti proses perawatan
tanpa perlawanan (misalnya, untuk mencegah pergerakan yang dapat mengganggu terapi
dengan mengganggu hubungan silang atau peralatan lain).
3. PERSIAPAN ALAT :
Bedong bayi, Kassa gulung, Gunting plester, Menyeleksi jenis dan ukuran Restraint
yang dibutuhkan klien. Berikut ini ada enam jenis Restraint.
1) Restraint sabuk (belt Restraint)
2) Restraint rompi
3) Restraint sarung tangan
4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki
5) Restraint mummy
4. PERSIAPAN PASIEN :
a. Pra orientasi
1. Melihat buku catatan pasien / riwayat pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan
5. PROSEDUR KERJA
a. Fase Kerja sesuai pilihan restrain mana yang digunakan :
1) Restraint sabuk (sabuk pengaman)
a. Pastikan sabuk pengaman dalam kondisi baik.
b. Jika sabuk mempunyai bagian panjang dan pendek, pasang bagian yang
panjang dari sabuk dibelakang atau dibawah tempat tidur klien dan
ikatkan pada bagian yang bergerak dari kerangka tempat tidur. Bagian
panjang akan ikut saat bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan tidak akan menjerat
klien. Pasang bagian yang pendek ke pinggang klien, diatas baju. Beri jarak satu jari
antara klien dan sabuk. akan menjerat klien. Pasang bagian yang pendek ke pinggang
klien, diatas baju. Beri jarak satu jari antara klien dan sabuk.
c. Selain itu dapat pula dengan memasang sabuk disekitar pinggang dan ikat
dibelakang kursi.
d. Jika sabuk dipasang diberangkar, ikatkan sabuk di atas pinggang atau abdomen.
Restraint sabuk diperlukan pada semua klien di atas brankarsaat pengaman bagian tepi
tidak ada.
2) Restraint Rompi
a. Pastikan rompi dengan ukuran yang tept dan cek kelayakan secara teratur.
b. Pakaiakan rompi pada klien, dalam keadaan terbuka pada bagian depan atau belakang
menurut rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
c. Tarik ujung rompi menyilang dada, dan pasang melewati celah pada bagian lain dari
dada.
d. Ulangi pada ujung yang lain
e. Gunakan simpul setengah busur untuk mengamankan setiap ujung di
sekitar tempat tidur yang dapat bergerak atau di belakang kursi ke kaki kursi.
f. Jangan mengikat rompi pada bagian kepala tempat tidur.
g. Kencangkan ikatan di belakang kursi dengan menggunakan simpul segiempat.
h. Pastikan klien dalam posisi yang sesuai untuk memfasilitasi ekspansi dada maksimum
untuk bernafas.
3) Restraint sarung tangan
a. Letakkan sarung tangan pada tangan yang akan di Restraint.
b. Ikuti petunjuk pabrik pembuatan untuk memasang Restraint sarung tangan.
c. Jika Restraint ini akan dipasang untuk beberapa hari, maka lepaskan
minimal 2-4 jam.
d. Kaji sirkulasi klien pada tangan segera setelah Restraint terpasang dan
secara reguler.
4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki
a. Beri kain pengalas pada tulang yang menonjol pada pergelangan tangan
atau kaki.
b. Letakkan Restraint yang telah disiapkan di pergelangan tangan atau kaki.
c. Tarik pengikat pada bagian Restraint melalui celah pada bagian
pergelangan tangan.
d. Dengan menggunakan ikatan setengah busur atau ikatan segiempat yang
sesuai, ikatkan bagian akhir dari Restraint pada bagian yang dapat
bergerak dari kerangka tempat tidur.
5) Restraint Mummy
a. Membentangkan selimut bayi
b. Meletakkan pada tempat datar dan kering, Gunakan selimut atau kain lebar yang cukup
dengan jarak antara ujung ke ujung sekitar 2 kali panjang tubuh bayi.
c. Lipat kebawah pada satu ujung,
d. Tempatkan bayi diatasnya dengan posisi supinasi.
e. Lipat bagian kanan dari selimut menutup tubuh bayi, dengan lengan kiri masih bebas.
Lengan kanan pada posisi natural pada sisi badan.
f. Lipat sisa selimut pada bagian bawah bayi kearah atas
g. Dengan lengan kiri bayi dalam posisi natural di samping badan, lipat bagian kiri selimut
menutupi bayi, termasuk lengan dan bagian jahitan selimut ke bawah badan.

b. Fase Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Evaluasi tindakan dan RTL
3. Berpamitan, Mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan.
SUMBER : Sussman. C., Jensen, B. B (2007). Wound care a Collaborative Practice Manual For
Health Professional, 3 Edition. Philladelphia: WB Saunder.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


9. MEMASANG DRAM SLANG ( SCORTAIN )

1.PENGERTIAN :
Tindakan mengeluarkan udara sampai ke koolon desenden melalui anus dengan
menggunakan selang
2. TUJUAN : Mengatasi perut kembung karena adanya udara di dalam perut
3. ALAT YANG DIGUNAKAN :
a. Selang skorstin
b. Perlak pengalas
c. Pelumas/gelly
d. Plester
e. Sarung tangan bersih
f. Bengkok
g. Plastic
h. Gunting plester
4. PERSIAPAN PASIEN
a. pra orientasi
1. Melakukan verivikasi data
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat
b.Fase orientasi
1. Mengucapkan salm
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. prosedur pelaksanaan
5. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
5.PROSEDUR KERJA
a. Tahap kerja
1. Mencuci tangan
2. Mengatur posisi klien: posisi sim kiri
3. Memasang pengalas dibawah bokong klien
4. Memakai handscoon
5. Mengolesi ujung selang skorstin dengan pelumas
6. Memasukkan selang skorstin kedalam anus 5-10 cm
7. Menganjurkan klien unuk rileks dan menarik nafas dalam saat selang di masukkan
8. Memfiksasi selang skorstin dengan plester
9. Melepas sarung tangan dan memasukkan ke dalam bengkok
10. Memasang plastic pada pangkal skorstin dan di plester
11. Mencuci tangan

b. Tahap terminasi
1. Mengevaluasi tindakan
2. Merapikan alat
3. Mencatat dalam lembar keperawatan
SUMBER : http://annangdsz.blogspot.com/2018/04/skorstin.html?m=1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
10. PEMERIKSAAN RUMPLEED PADA PASIEN DHF
1.PENGERTIAN :
Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan
pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan
vaskuler dan fungsi trombosit.

2. TUJUAN
a. Untuk mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda demam berdarah.
b. Untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah derta jumlah dan fungsi
trombosit.
3. PERSIAPAN ALAT

 Tensimeter lengkap dengan manset


4. PERSIAPAN PASIEN
a. Ucapkan salam.
b. Bina hubungan saling percaya perawat dengan klien.
c. Klien diberitahu maksud, tujuan dan langkah-langkah pemeriksaan status kaki.
d. Buat kontrak waktu pemeriksaan dengan klien.
e. Atur posisi kaki klien dengan cara meluruskan kaki klien di tempat tidur.

5. PERSIAPAN LINGKUNGAN

 Jaga privacy klien dengan cara memasang sampiran atau menutup horden pembatas kamar.
 Atur pencahayaan ruangan.
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

6. PROSEDUR KERJA
1) Mendekatkan alat-alat ke sekitar klien.
2) Lakukan cuci tangan.
3) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
4) Atur posisi dalam keadaan berbaring
5) Lakukan pengukuran tekanan darah
6) Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik kemudian jumlahkan batas kedua
tekanan tersebut dan bagi dua dengan rumus MAP
7) Lakukan pengukuran MAP dengan mempertahankan tekanan hasil pengukuran MAP
sampai kurang lebih 5 menit.
8) Setelah itu turunkan tekanan secara perlahan-lahan
9) Baca hasil positiif
- : Tidak ditemukan petekie (<20)
+ : adanya petekie (> 20)
10) Catat hasil pengukuran
11) Bereskan alat-alat yang telah dipergunakan
12) Rapihkan kembali klien.
13) Ucapkan salam.
14) Buka sarung tangan, lalu buang ke dalam bengkok.
15) Lakukan cuci tangan.
16) Dokumentasikan seluruh hasil pengumpulan data pada format yang telah disiapkan.

SUMBER : Aziz Alimul Hidayat, A. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak hlm. 46.
Jakarta: EGC

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


11. PENDIDIKAN KESEHATAN
1.PENGERTIAN :
Penyuluhan atau pendidikan kesahatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berdasarkan perinsip perinsip untuk belajar mencapai sutau keadaan, dimanan individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat tahu bagai mana caranya
dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan bila perlu.
2. TUJUAN :

 Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memleihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
 Meningkatkan perilaku peroroangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (WHO).
3. PERSIAPAN ALAT
1. Media pendidikan kesehatan (brosur, leflet, lembar balik, dan lain – lain)
2. Proyektor
3. Laptop
4. Peralatan lain jika dengan demontrasi
4. PERSIAPAN PASIEN :
a. Pra orientasi
1. Melihat buku catatan pasien / riwayat pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien

b. Fase Orientasi
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur atau langkah-langkah PENKES
5. Menanyakan kesiapan atau kontrak waktu
6. Appresepsi
5. PROSEDUR KERJA
a. Fase kerja
1. Mengatu posisi yang nyaman untuk klien
2. Menjelaskan pengertian penyakit (sesuai topik PENKES)
3. Menjelaskan penyebab atau etiologi (sesuai topik PENKES)
4. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit (sesuai topik PENKES)
5. Menjelaskan pencegahan penyakit (sesuai topik PENKES)
6. Menjelaskan penatalaksanaan atau perawatan penyakit (sesuai topik PENKES)
7. Menjelaskan atau melakukan demonstrasi atau simulasi (prosedur atau tindakan kalau ada ....
(mengukur TD/Suhu, membuat LGG, justimun dan lain lian sesuai topik Penkes)
b. Fase terminasi
1. Evalusai (dapat dilakukan sebelum dan sesudah PENKES)
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut (Sebagai Follow Up)
3. Pmanitan (appresiasi/ucapan terima kasih dan permintaan maaf ada kekurangan)

SUMBER : http://teknokesindo.blogspot.com/2017/08/sop-penkes-pendidikan-
kesehatan.html?m=1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


12. PERAWATAN BAYI HIPERBILIRUBIN YANG TERPASANG FOTO
TERAPI
1.PENGERTIAN
Memberikan perawatan kepada bayi yang terpasang fototerapi atau bayi yang
mengalami hiperbilirubin merupakan salah satu asuhan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang terpasang foto terapi.

Fototerapi merupakan alat yang berupa sinar cahaya Flourescent yang mengandung
ultraviolet dengan spectrum ideal 420 – 450 mu. Mempunyai kemampuan menurunkan kadar
bilirubin dan mengeluarkan dengan oksidasi cahaya sehingga bilirubin pathogen berubah jadi
bilirubin a-pathogen.

2.TUJUAN

 Mengurangi/menurunkan kadar bilirubin yang pathogen.


 Mencegah penumpukan bilirubin indirect dalam sel otak (mencegah Kern Ikterus)

3.INDIKASI
a. Indikasi fototerapi profilaksis
 Bayi kecil (BB < 1500 gr) yang cenderung berlanjut pada kadar bilirubin patologis
 Bayi premature dengan memar berat
 Bayi dengan proses hemolysis sementara menunggu transfuse ganti
b. Indikasi bayi dengan penyakit hemolitik
 Ketidaksesuaian rhesus
 Inkompatibilitas ABO

4.KONTRAINDIKASI

a. Hiperbilirubin karena bilirubin direk (hepatitis)


b. Hiperbilirubin obstruksiva (atresia biliaris)

5.PERSIAPAN ALAT
1. Siapkan pemberian minum ASI/PASI
2. Pemeriksaan fisik
3. Alat tenun dan pakaian bayi
4. Alat memandikan
5. Tempat sampah
6. Penutup mata dan testis (bahan tak tembus cahaya)

6.PERSIAPAN LINGKUNGAN

 Amati instalasi yang berhubungan dengan listrik


 Tidak menempatkan bayi dekat pintu atau jendela yang terbuka
 Amati lampu foto terapi, lama pemakaian dan keutuhannya

7. PROSEDUR KERJA
1. Perawat mencuci tangan, alat-alat didekatkan
2. Keluarga diberitahu, lampu fototerapi dimatikan.
3. Lepaskan pelindung mata, amati kotoran dan warna sclera da bersihkan dengan kapas mata.
Catat bila ada hal-hal yang tidak wajar
4. Pastikan bayi apakah badannya kotor, bau urin atau baung air besar
5. Bersihkan badan bayi dengan mandi lap didalam incubator kemudian keringkan dengan handuk
6. Mengganti pakaian/alat tenun/popok basah sesudah dimandikan
7. Observasi TTV, amati seluruh tubuh bayi terutama warna kuning.
8. Lanjutkan pemberian tindakan lainnya, bila harus mendapat antibiotic melalui infus, berikan
terapi sesuai program (5 benar). Check kembali TTV. Dokumentasikan pemberian terapi
9. Berikan pemenuhan kebutuhan cairan melalui minum sesuai jadwal dan kebutuhan bayi. Bila
diperkirakan ada kehilangan cairan karena peningkatan suhu, berikan cairan extra (10 – 15
ml/kgBB)
10. Posisikan kembali bayi untuk melanjutkan pemberian sinar foto terapi.
11. Pakaian bayi dilepas dalam box/incubator
12. Menutup mata dan testis dengan bahan tidak tembus cahaya.
13. Tidurkan bayi terlentang atau tengkurap
14. Atur jarak bayi 45 – 50 cm dari lampu
15. Atur posisi bayi dalam 3 posisi (mika – miki – tengkurap) setiap 3 – 8 jam
16. Ukur suhu, HR, RR setiap 2 jam
17. Matikan fototerapi bila memberikan minum, penutup mata dibuka, observasi mata (kotoran),
ijinkan ibu kontak dengan bayi.
18. Catat intake dan output
19. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit (timbang BB 2x sehari) dan efek samping fototerapi
20. Alat-alat rapihkan dan dibereskan
21. Periksa kadar bilirubin setiap 12-24 jam.

8.KOMPLIKASI

 Bronze baby syndrome


 Diare
 Dehidrasi
 Ruam kulit

8,EVALUASI

 Tanda-tanda hipertermi
 Tanda-tanda dehidrasi
 Warna kuning, kebersihan tubuh, pemenuhan cairan dan reaksi klien
 dokumentasi hasil tindakan

Sumber : Prosedur Tindakan Keperawatan Anak, 2012


www.bersamaperawat.com/2018/01/standar-operasional-prosedur-sop_26.html

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


13. PENGUKURAN STATUS GIZI

1. PENGERTIAN
Suatu kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan atau panjang
badan di seluruh posyandu sehingga diperoleh data status gizi berdasarkan standart WHO.
2. TUJUAN :
Untuk mengetahui status gizi balita dan sebagai acuan dalam melaksanakan penilaian status
gizi.
3. KEBIJAKAN : Semua balita harus melakukan penilaian status gizi.

4. REFERENSI : Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat kesehatan masyarakat.


5. PROSEDUR : A) Persiapan : 1. Alat tulis
2. Timbangan berat badan
3. Alat ukur PB/Tb
4. Buku Catatan
B) Prosedur : 1. Menjelaskan maksud dan tujuan dari penilaian status gizi
2. Menyiapkan timbangan pada tempat yang datar
3. Menyiapkan alat pengukur PB/TB
4. Menimbang balita
5. Mengukur panjang/tinggi badan balita
6. Mencatat hasil penimbangan dan pengukuran PB/TB
7. Merekap hasil penilaian status gizi
8. Menganalisa hasil penilaian status gizi

6. Unit Terkait : 1. Kader posyandu


2. Bidan desa

SUMBER : https://www.Scribd.com/document/344846158/7-Sop-Penilaian-Status-Gizi-Balita

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


14. PEMBERIAN OKSIGEN PADA ANAK

1. PENGERTIAN
Terapi oksigen emasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan
2. TUJUAN

Memenuhi kebutuhan fisiologi pasien oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia


3. KEBIJAKAN
1. Pasien hipoksia
2. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
3. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan paru tidak normal
4. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal
5. Pasien yang membutuhkan oksigen dengan konsentrasi tinggi
6. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida (PCO2) rendah

4. PERSIAPAN ALAT
a) Outlet oksigen sentral/dinding/tabung
b) Flowmeter oksigen dan humidifier
c) Cateter nasal
d) Canule binasal
e) Sungkup muka sederhana
f) Sungkup muka dengan kantong Non Rebreathing/NRM
g) Sungkup muka dengan kantong Rebreathing
h) Jelly KY untuk pelicin

5. PERSIAPAN PASIEN
 Tahap Interaksi

a. Verifikasi order
b. Cek program pemberian oksigen
c. Persiapan diri perawat
d. Cuci tangan
 Tahap Orientasi

a. Berikan salam, memanggil nama pasien dengan namanya


b. Jelaskan tujuan prosdur dan lamanya tindakan pada keluarga
c. Beri kesempatan pada psien untuk bertanya
d. Melakukan kontrak tindakan dengan penderita

6. PROSEDUR KERJA
 Fase Kerja
a. Jaga privasi pasien
b. Hubungkan humidifier dengan flowmeter oksigen
c. hubungkan flowmeter dengan outlet oksigen sentral/tabung
d. Pilih kataeter nasal/canule nasal/sungkup muka sederhana/sungkup muka
rebreathing/non rebreathing
e. Hubungkan dengan flowmeter oksigen
f. Alirkan oksigen dengan memutar selektor sesuai kebutuhan
g. Pasang ke pasien dengan cara seperti di bawah ini :

 canul nasal 1-6 ltr/menit konsentrasi 24% - 44%,

 kateter nasal 1-6 ltr/mnt konsentrasi 24 – 44%,

 sungkup muka sederhana 5-8 ltr/mnt konsentasi 40- 60%,

 sungkup RM 5-13% ltr/mnt konsentrasi 30-55%,

 sungkup NRM 8-12 ltr/mnt konsentrasi 60-100%.

h. Beri pelicin pada ujung kanul masukkan kedua ujung kedalam lubang hidung pasien.
i. Ukur jarak antara lubang hidung sampai ujung daun telinga
j. Atur tali pengikat sungkup muka sehingga menutup rapat dan nyaman,
 Fase Terminasi

a. Evakuasi hasil kegiatan


b. Pantau respon pasien
c. Simpulkan hasil kegiatan, kontrak waktu, kegatan selanjutnya

7. DOKUMENTASI
a. Tanggal pemberian, jenis alat yang digunakan, aliran oksigen yang diberikan
b. Tanda tanda vital
c. Data laboratorium yang berhubungan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


15. SUCTION PADA ANAK

1.PENGERTIAN

Terapi oksigen emasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan
2. TUJUAN
Memenuhi kebutuhan fisiologi pasien oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia

3. KEBIJAKAN
1. Pasien hipoksia
2. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
3. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan paru tidak normal
4. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal
5. Pasien yang membutuhkan oksigen dengan konsentrasi tinggi
6. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida (PCO2) rendah
4. PERSIAPAN ALAT
 Alat yang diperlukan

a) Outlet oksigen sentral/dinding/tabung


b) Flowmeter oksigen dan humidifier
c) Cateter nasal
d) Canule binasal
e) Sungkup muka sederhana
f) Sungkup muka dengan kantong Non Rebreathing/NRM
g) Sungkup muka dengan kantong Rebreathing
h) Jelly KY untuk pelicin

5.PROSEDUR KERJA
 Tahap Interaksi

a. Verifikasi order
b. Cek program pemberian oksigen
c. Persiapan diri perawat
d. Cuci tangan
 Tahap Orientasi

a. Berikan salam, memanggil nama pasien dengan namanya


b. Jelaskan tujuan prosdur dan lamanya tindakan pada keluarga
c. Beri kesempatan pada psien untuk bertanya
d. Melakukan kontrak tindakan dengan penderita
 Tahap kerja

a. Jaga privasi pasien


b. Hubungkan humidifier dengan flowmeter oksigen
c. hubungkan flowmeter dengan outlet oksigen sentral/tabung
d. Pilih kataeter nasal/canule nasal/sungkup muka sederhana/sungkup muka
rebreathing/non rebreathing
e. Hubungkan dengan flowmeter oksigen
f. Alirkan oksigen dengan memutar selektor sesuai kebutuhan
g. Pasang ke pasien dengan cara seperti di bawah ini :

 canul nasal 1-6 ltr/menit konsentrasi 24% - 44%,

 kateter nasal 1-6 ltr/mnt konsentrasi 24 – 44%,

 sungkup muka sederhana 5-8 ltr/mnt konsentasi 40- 60%,

 sungkup RM 5-13% ltr/mnt konsentrasi 30-55%,

 sungkup NRM 8-12 ltr/mnt konsentrasi 60-100%.

h. Beri pelicin pada ujung kanul masukkan kedua ujung kedalam lubang hidung pasien.
i. Ukur jarak antara lubang hidung sampai ujung daun telinga
j. Atur tali pengikat sungkup muka sehingga menutup rapat dan nyaman,

 Tahap Terminasi

a. Evakuasi hasil kegiatan


b. Pantau respon pasien
c. Simpulkan hasil kegiatan, kontrak waktu, kegatan selanjutnya

6. DOKUMENTASI
a. Tanggal pemberian, jenis alat yang digunakan, aliran oksigen yang diberikan
b. Tanda tanda vital
c. Data laboratorium yang berhubungan

SUMBER : http://askep33.com/2016/06/14/sop-suction/

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


16. NEBULIZER

1. PENGERTIAN
Memberikan inhalasi uap dengan/ tanpa obat menggunakan nebulator

2. TUJUAN
 Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret
 Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas

3. PERSIAPAN ALAT
a. Kertas tissue
b. Bengkok dilapisi plastik kuning
c. Perlak dan pengalas
d. Sputum pot berisi air hangat
e. Sarung tangan

4. PERSIAPAN PASIEN
a. pra orientasi
a. menyiapkan alat dan pasien dengan benar
b. melakukan verivikasi data sebelumnya bila ada
c. menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan benar
b. fase orientasi
a. menyapa dan memberi salam
b. memperkenalkan diri
c. menjelaskan tujuan
d. menjelaskan prosedur tindakan
e. menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien mencuci tangan

5. PROSEDUR KERJA
a. Fase Kerja
1. Memakai sarung tangan
2. Membaca basmallah
3. Menjaga privacy pasien
4. Mengatur posisi duduk
5. Menempatkan meja / troly didepan pasien yang berisi set nebulizer
6. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
7. Memasukkan obat sesuai dosis
8. Menhidupkan nebulizer dan meminta pasien napas dalam sampai obat habis
9. Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue
10. Merapikan pasien
11. Membaca hamdallah

b. Fase Terminasi
1. Merapikan klien dan alat
2. Melakukan evaluasi
3. Menjelaskan RTL dan melakukan kontrak pertemuan selanjutnya
4. Berpamitan, melapas sarung tangan dan cuci tangan

SUMBER : https://ngurahjayaantara.blogspot.com/2014/04/sop-pemberian-
nebulizer.html?m=l

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


17. KOMPRES

1) PENGERTIAN
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka
(F.Corrard, 2001). Tepid sponge merupakan salah satu cara metode fisik untuk menurunkan
demam yang bersifat non farmakoterapi. Thenik ini di lakukan dengan melakukan kompres air
hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk mengompres antara 30-35°C (Setiawati, 2009)

2) TUJUAN
Kompres hangat : Memperlancar sirkulasi darah, Menurunkan suhu tubuh, Mengurangi
rasa sakit, Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
3) PERSIAPAN ALAT
1. Baskom stenlis
2. Air hangat
3. Sarung tangan
4. Waslap
5. Termos
6. Termometer
7. Pembersih thermometer
8. Tissue
9. Perlak dan pengalas

4) PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
a. Melihat status pasien/ riwayat pengoabatan pasien
b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
2) Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam dan menyapa nama pasien
b. Memperkanalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan prosedur tindakan
e. Menanyakan kesiapan pasien

5) PROSEDUR KERJA

a. Fase Kerja Kompres hangat :


1. Mendekatkan alat kesamping pasien
2. Menjaga privasi
3. Memakai sarung tangan
4. Mengukur suhu klien
5. Letakkan perlak dibawah klien dan lepaskan pakaian
6. Pertahankan selimut mandi diatas bagian tubuh yang tidak dikompres
7. Periksa suhu air
8. Celupkan waslap kedalam baskom yang terisi air hangat kemudian diperas
9. Meletakkan waslap tersebut diatas bagian yang memerlukan (dahi, aksila,
10. lipatan paha) (Melakukan tindakan diatas sampai suhu tubuh turun )
11. Mengkaji perubahan suhu tubuh setiap 15-20 menit dengan cara melakukan
12. pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer ( Menghentikan
13. pengompresan jika suhu tubuh mendekati normal ).

b.Fase Terminasi
1. Merapikan pasien dan alat
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan dan RTL
3. Berpamitan, mencuci tangan dan dokumentasi tindakan

SUMBER : Setiawati, Tia. ( 2009 ). Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan


Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak Usia Pra Sekolah dan Sekolah yang
Mengalami Demam di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung. Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
18. PEMBERIAN OBAT PADA ANAK

1. PENGERTIAN
Pemberian obat dengan cara oral ialah memberikan obat melalui mulut.

2. TUJUAN
a. Menyediakan obat yg memiliki efek lokal.
b. Menghindari pemberian obat yg akan menyebabkan kerusakan kulit & jaringan
c. Menghindari pemberian obat yg mampu menyebabkan nyeri

3. KEBIJAKAN
Pasien yg alergi terhadap obat, kemampuan pasien untuk menelan obat, adanya
muntah, & diare yg dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat,
kebutuhan pembelajaran mengenai obat yg diberikan

4. PERSIAPAN ALAT
1. Baki berisi obat-obatan
2. Buku rencana pengobatan
3. Mangkuk disposabel buat tempat obat
4. Pemotong obat (apabila diperlukan)
5. Martil & lumpang penggerus
6. Gelas & air minum
7. Sedotan
8. Spuit sesuai ukuran
9. Sendok
10. Pipet

5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
d. Tahap Orientasi
b. Fase orientasi
a. Mengucapkan salam kepapada pasien & keluarga serta sapa nama pasien.
b. Menjelaskan tujuan & prosedur pelaksanaan.
c. Menanyakan apakah pasien setujuan/kesiapan pasien.

6. PROSEDUR KERJA
a. Fase Kerja
1. Menjaga privasi pasien.
2. Menyiapkan peralatan & cuci tangan
3. Mengkaji kemampuan pasien apakah mampu untuk dapat minum obat per oral.
4. Mengecek kembali order pengobatan ( nama pasien, nama dosis obat, & waktu cara
pemberian ), memeriksa tanggal kadaluarsa obat.
5. Mengambil obat sesuai yg diperlukan.
6. Menyiapkan obat yang akan diberika pada pasien.
7. Memutar obat/ bolak balik agar tercampur rata sebelum dituangkan
8. Membuka penutup botol & meletakkan menghadap ke atas.
9. Memegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan,
menuangkan obat ke arah menjauh dari label.
10. Menuangkan obat banyaknya yg difungsikan ke dalam mangkuk obat yang telah
tersedia.
11. Sebelum menutup botol, alangkah baiknya jika mengusap bagian bibir botol dengan
kertas tisue.
12. Memberikan obat pada waktu & cara yg benar.
13. Mencatat obat yg sudah diberikan.
b.Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah diberikan kepada pasien.
2. Berpamitan dengan pasien atau keluarga (apabila ada).
3. Membereskan alat.
4. Mencuci tangan kembali
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

SUMBER: https://ngurahjayaantara.blogspot.com/2013/12/sop-pemberian-obat-oral-pada-
anak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai