15b9 17 24 PDF
15b9 17 24 PDF
Abstract: Stomach ulcers or gastritis is inflammation (swelling) of the gastritic mocosa. The occurrence
of gastritis ca be caused by irregular eating pattern is the frequency of meals, type and amount of food.
Good diet prevent gastritis. This studies aims to determine the daily diet in the treatment of gastritis
patients in Ardimulyo. The study was descriptive using accidental sampling technique. The research
was carried out in May 2013 with 40 respondents. The results found that 26 respondents (65%) had a
poor diet. Gastritis patients should be motivated and encouraged to undertake and implement a good
diet and correct the other families who have family members who suffer from gastritis to motivated and
encouraged to undertake and implement a good diet and correct the other families who have family
members who suffer from gastritis to motivate should participate actively in creating a good diet and
correct in preventing and treating gastritis.
Abstak: Sakit maag atau gastritis adalah peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung.
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur yaitu frekuensi makan, jenis
dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah terjadinya gastritis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola makan sehari-hari pada pasien gastritis yang berobat jalan di Puskesmas
Ardimulyo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tehnik accidental sampling.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan 40 responden. Hasil penelitian didapat bahwa
26 responden (65%) memiliki pola makan yang kurang baik. Penderita gastritis seharusnya termotivasi
dan terdorong untuk melakukan dan menerapkan pola makan yang baik dan benar. Selain itu
keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita gastritis hendaknya berpartisipasi untuk
memotivasi secara aktif dalam mewujudkan pola makan yang baik dan benar dalam mencegah dan
mengobati gastritis
17
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 17-24
menghilangkan stress dan makan dengan teratur makanan yang pedas, kecut dan sering
(Wijoyo, 2009). mengkonsumsi kopi, sedangkan sebanyak 4
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh orang mengatakan terkena gastritis karena tidak
pola makan yang tidak teratur yang mencakup teratur makannya. Dari data buku laporan bulanan
frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan. Pola Puskesmas Ardimulyo didapatkan jumlah pasien
makan yang baik mencegah terjadinya gastritis. gastritis yang rawat jalan pada bulan Agustus 2012
Penyimpangan kebiasaan, cara, serta konsumsi sebanyak 118 pasien, pada bulan September 2012
jenis makanan yang tidak sehat dapat sebanyak 197 pasien, pada bulan Oktober 2012
menyebabkan gastritis. Pada kasus gastritis akut, sebanyak 166 pasien, dan pada bulan November
faktor penyimpangan makan merupakan titik awal 2012 sebanyak 144 pasien, dan menurut
yang memengaruhi terjadinya perubahan pada pengelompokan rangking 10 besar penyakit yang
dinding lambung. Peningkatan produksi cairan dilakukan oleh pihak Puskesmas Ardimulyo,
lambung dapat dirangsang oleh konsumsi makanan penyakit gastritis pada bulan Maret sampai Mei
atau minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol serta selalu menduduki peringkat 2 penyakit terbanyak
makanan lain yang bersifat merangsang juga di Puskesmas Ardimulyo.
dapat mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada Karena tingginya angka kejadian gastritis
akhirnya kekuatan dinding lambung menjadi akibat pola makan yang tidak teratur dan tidak
semakin parah. Tak jarang kondisi seperti itu akan sesuai, maka petugas kesehatan hendaknya
menimbulkan luka pada dinding lambung (Uripi, menjelaskan tentang bagaimana jumlah makan,
2002). frekuensi makan dan jenis makanan yang baik dan
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak tepat bagi penderita gastritis agar pasien dapat
5-6 tahun ini bisa menyerang semua jenis kelamin merubah perilaku pola makannya menjadi lebih
karena pola makan yang buruk dan kebiasaan baik sehingga tidak terjadi kekambuhan pada
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit penderita gastritis dan penyakit gastritisnya tidak
gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja semakin parah.
sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
karena akan mengganggu masa tua, dibutuhkan pola makan sehari-hari pada pasien gastritis yang
pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi berobat jalan di Puskesmas Ardimulyo. Tujuan
untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini khususnya adalah 1) mengetahui jumlah makanan
(Tati, 2011). yang dikonsumsi penderita gastritis, 2) mengetahui
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup jenis makanan yang dikonsumsi pasien gastritis,
tinggi. Dari penelitian dan pengamatan yang 3) mengetahui frekuensi makan pasien gastritis.
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka
kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia METODE PENELITIAN
ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Jenis penelitian yang digunakan adalah
Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang
Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan
Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan
dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh (Notoatmojo, 2002).
pola makan yang kurang sehat (Gustin, 2011). Dalam penelitian ini populasinya adalah pasien
Berdasarkan studi pendahuluan yang gastritis yang berobat dalam kurun waktu rata-
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21-22 Januari rata setiap bulan sebanyak 156 orang di
2013 di Puskesmas Ardimulyo dengan Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang.
wawancara, didapatkan 10 pasien gastritis yang Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gastri-
berobat ke Puskesmas Ardimulyo, 6 orang pasien tis yang sedang berobat di Puskesmas Ardimulyo
mengatakan terkena gastritis karena suka makan
18 ISSN 2460-0334
Wahyu, Pola makan sehari-hari penderita gastritis
berjumlah 40 orang yang masuk dalam kriteria Hasil jawaban responden dijumlahkan dan
inklusi. dibandingkan dengan jawaban yang diharapkan
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
pasien gastritis tanpa komplikasi penyakit yang dipersentasekan (Arikunto, 2002). Selanjutnya
menyertainya. Adapun kriteria eksklusi nya adalah persentase jawaban diinterpretasikan secara
a) pasien yang tidak berkunjung ke poli umum, b) kualitatif dengan skala menurut Nursalam (2008)
pasien yang datang dalam keadaan tidak sadar, c) yaitu: 76-100%: Baik; 56-75% : Cukup; < 56% :
pasien tidak mau menjadi responden Kurang. Untuk memperoleh keseluruhan
Teknik pengambilan sampel pada penelitian responden, hasil perhitungan persentase
ini dilakukan dengan accidental sampling, yaitu dimasukkan dalam kriteria kuantitatif dengan skala
semua pasien gastritis yang sedang berobat ke menurut Nursalam (2008) yaitu: 90-100% :
Puskesmas Ardimulyo yang kebetulan bertemu Mayoritas; 66-89% : Sebagian besar; 51-69% :
dengan peneliti dan sesuai kriteria inklusi dalam Lebih dari setengahnya; 50% : Setengahnya; 31-
waktu 6 hari dalam 1 bulan, yaitu pada tanggal 49% : Kurang dari setengahnya; 11-30% :
13-18 Mei 2013. Sebagian kecil; 0-10%: Minoritas.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
adalah pola makan pada penderita gastritis. HASIL PENELITIAN
Sedangkan sub variabel nya adalah 1) jumlah Data umum penelitian ini tentang karakteristik
makanan, 2) jenis makanan, 3) frekuensi makan. subyek penelitian meliputi umur, jenis kelamin,
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan pendidikan, pekerjaan, kesukaan makanan dan
adalah angket atau kuesioner, yang terdiri dari 12 frekuensi kekambuhan, sedangkan data khusus
pernyataan (4 pernyataan tentang jumlah nya meliputi jumlah makanan, jenis makanan,
makanan, 4 pernyataan tentang jenis makanan dan frekuensi makan, dan pola makan penderita gas-
4 pernyataan tentang frekuensi makan) yang tritis.
diserahkan kepada responden yaitu penderita gas- Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa kurang
tritis dimana dalam kuesioner tersebut sudah dari setengahnya atau 12 responden (30%) berusia
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal 26-36 tahun.
memilih. Karakteristik responden berdasarkan jenis
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas kelamin seperti pada Tabel 2, diketahui bahwa
Ardimulyo Kabupaten Malang pada tanggal 13- sebagian besar atau 27 responden (68%) adalah
18 Mei 2013. perempuan.
Teknik pengumpulan data meliputi tahap
persiapan dengan mengajukan proposal penelitian Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
ke instansi terkait dan pelaksanaan penelitian, berdasarkan kelompok usia
dimana dilakukan wawancara dengan para Umur F %
responden dan meminta responden untuk mengisi 15-25 tahun 9 22
kuesioner. Setelah data terkumpul melalui 26-36 tahun 12 30
kuesioner, kemudian ditabulasikan dengan variabel 37-47 tahun 8 20
yang diteliti, kemudian dilakukan pembagian skor 48-58 tahun 4 10
>59 tahun 7 18
dimana pernyataan positif diberi skor jawaban
Jumlah 40 100
“Sering kali” diberi skor 3, “Sering” diberi skor 2,
“Kadang-kadang” diberi skor 1, “Tidak pernah” Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin
diberi skor 0. Untuk pernyataan negatif diberi skor
jawaban “Sering kali” diberi skor 0 “Sering” diberi Jenis Kelamin F %
skor 1, “Kadang-kadang” diberi skor 2 dan “Tidak Laki-laki 13 32
Perempuan 27 68
pernah” diberi skor 3.
Jumlah 40 100
ISSN 2460-0334 19
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 17-24
20 ISSN 2460-0334
Wahyu, Pola makan sehari-hari penderita gastritis
kurang, yaitu sebanyak 17 responden (43%). karena pekerjaanya yang berat tersebut maka ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari rumah tangga kebanyakan sekali makan langsung
setengahnya pola makan pada penderita gastritis banyak, tidak bisa makan sedikit demi sedikit, hal
sehari-hari masuk dalam kategori kurang, yaitu ini dikarenakan beban kerja yang cukup banyak
sebanyak 26 responden (65%) (Tabel 10). dan sedikit waktu untuk beristirahat.
Menurut Febrida (2013) jenis pekerjaan juga
PEMBAHASAN menentukan makanan apa yang tepat dikonsumsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang
makan sehari-hari pada pasien gastritis meliputi tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan
jumlah makanan, jenis makanan dan frekuensi akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai
makan, masing-masing akan dideskripsikan. dengan berat ringannya beban kerja yang
diterimanya, seperti beban kerja berlebih, akan
Jumlah Makanan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak
(Munandar, 2008).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Selain dari faktor beban kerja, hal yang turut
sebagian besar jumlah makanan yang dikonsumsi berpengaruh dalam konsumsi jumlah makanan
sehari-hari oleh penderita gastritis di puskesmas ialah dari faktor pendidikan, diketahui bahwa
Ardimulyo masuk dalam kategori kurang, yaitu urutan kedua pendidikan terakhir terbanyak adalah
sebanyak 28 responden (70%). Hal ini diketahui SD, kemungkinan dalam hal pemahaman untuk
dari soal kuesioner untuk jumlah makanan, soal memenuhi kebutuhan makan yang baik dan benar
yang paling banyak salah dan mendapatkan nilai masih kurang, namun tidak semua orang yang
terendah adalah soal nomor 1 yaitu pernyataan berpendidikan rendah mempunyai perilaku seperti
bahwa saya makan nasi tidak lebih dari 1 sendok itu karena hal tersebut juga bisa dipengaruhi dengan
nasi (centong) untuk setiap kali makan. Hal ini banyaknya informasi-informasi yang diterima
menunjukkan bahwa jumlah makan penderita gas- seseorang.
tritis kebanyakan masih banyak dalam setiap kali Menurut penelitian Sulistyoningsih (2011),
makan, sehingga hal ini menyebabkan jumlah pendidikan dalam hal ini biasanya di kaitkan dengan
makan penderita gastritis masuk dalam kategori pengetahuan, hal ini akan berpengaruh terhadap
kurang baik. pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
Hasil penelitian diketahui bahwa pengaturan kebutuhan gizi salah satu contoh, prinsip makan
jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penderita yang dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah
gastritis sebagian besar tidak sesuai dengan konsep biasanya yang penting mengenyangkan, sehingga
diit gastritis, yaitu makan dengan jumlah sedikit porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih
demi sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat banyak dibandingkan dengan kelompok bahan
ketidaksesuaian antara diet gastritis yang makanan lainnya. Sebaliknya kelompok dengan
seharusnya dilakukan oleh penderita gastritis orang pendidikan tinggi memiliki kecenderungan
dengan kenyataannya, sebagian besar penderita memilih bahan makanan sumber protein dan akan
gastritis belum menerapkan makan dengan jumlah berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi
sedikit demi sedikit. Hal tersebut dimungkinkan lain.
salah satunya karena faktor beban kerja dari
penderita gastritis sendiri, dari hasil penelitian Jenis Makanan
menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang
terbanyak adalah ibu rumah tangga, dapat Dari hasil penelitian diketahui bahwa 23
diketahui bahwa ibu rumah tangga meskipun responden (57%) jenis makanan yang dikonsumsi
pekerjaannya hanya didalam rumah namun masuk dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian
pekerjaannya sebenarnya cukup berat, sejak dari diketahui bahwa yang mendapat nilai tertinggi
pagi hingga malam mengurus rumah dan anak, adalah soal tentang jenis makanan yang
ISSN 2460-0334 21
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 17-24
menyatakan saya mengkonsumsi makanan yang Dalam Riset Kesehatan Dasar (2007),
mengandung protein (tempe, tahu, ikan, dan dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat
lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa para pendapatan sebuah keluarga apabila dilihat dari
penderita gastritis juga mengkonsumsi makanan status pekerjaan seorang kepala keluarga, akan
yang mengandung protein karena menurut Uripi semakin tinggi pula pengeluaran rumah tangga
(2002) protein ini berperan dalam menetralisir tersebut dalam membeli bahan pangan yang
asam lambung. Namun nilai terendah yang didapat mengandung energi dan protein.
responden juga terdapat di soal tentang jenis Pendidikan juga turut berpengaruh dalam
makanan, yaitu yang menyatakan saya pemenuhan jenis makanan yang baik dikonsumsi
mengkonsumsi makanan yang berminyak (goreng- oleh penderita gastritis, hasil penelitian
gorengan). Hal ini kemungkinan dikarenakan cara menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya
pengolahan makanan yang mengandung protein pendidikan responden ialah SMA. Menurut
seperti tempe, tahu, ikan, dan lainnya sebagian di Hartiyanti dan Triyanti (2009) bahwa dalam hal
goreng, sehingga meskipun jenis makanannya pengeluaran keluarga terhadap pangan, tingkat
benar namun cara pengolahannya salah. pendidikan berhubungan, dengan meningkatnya
Kemungkinan hal ini yang menyebabkan jenis pendidikan kemungkinan akan meningkatkan
makanan masuk dalam kategori cukup. pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli
Dilihat dari karakteristik responden, jenis makanan dengan jenis makanan yang beragam.
makanan masuk dalam kategori cukup Faktor lain yang turut memengaruhi dalam
kemungkinan dikarenakan faktor pekerjaan, pemilihan jenis makanan ialah dari segi umur,
dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa urutan diketahui bahwa usia yang paling banyak ialah usia
kedua pekerjaan responden yang paling banyak antara umur 26-36 tahun. Pada usia ini sebagian
adalah wiraswasta, dimana pendapatan pekerjaan orang sudah tahu dan mengerti penyakit-penyakit
wiraswasta dapat dibilang cukup untuk memenuhi apa saja yang sedang diderita, sehingga pada usia
kebutuhan sehari-harinya, sehingga memengaruhi tersebut sudah bisa memilih dan memilah jenis-
daya beli jenis-jenis makanan yang baik dan sehat, jenis makanan apa saja yang baik dan sehat untuk
walaupun tidak semua pendapatan dialokasikan dirinya dan untuk penyakitnya, khususnya penyakit
untuk makanan, setidaknya untuk memenuhi gastritis yang memerlukan pemilihan jenis-jenis
kebutuhan makanan yang baik dan sehat masih makanan yang tidak merangsang lambung untuk
mampu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat menghindari kekambuhan berulang. Meskipun
Husaini dkk (2000) yang mengatakan bahwa adakalanya seseorang pada umur tersebut belum
pengeluaran keluarga merupakan salah satu terlalu memikirkan tentang penyakitnya karna
indikator kesejahteraan keluarga yang berimplikasi dianggap masih muda, sehingga menurut peneliti
terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan hal inilah yang menyebabkan pemilihan dalam jenis
pangan dan non pangan anggota keluarga. makanan penderita gastritis masuk dalam kategori
Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar cukup, belum bisa baik.
kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan Menurut Hurlock (2000) semakin cukup umur,
makanannya sesuai yang diperlukan tubuh. tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
Setidaknya kurangnya keanekaragaman bahan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur
makanan memang pasti terjadi pada kelompok merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
keluarga dengan pendapatan terbatas, terbatas perilaku kesehatan seseorang.
pula kemampuan daya belinya serta tidak banyak
pilihan dalam membeli bahan pangan. Begitu pula Frekuensi Makan
sebaliknya, keluarga dengan pendapatan cukup, Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17
besar kemungkinan dapat memenuhi kebutuhan responden (43%) frekuensi makannya kurang
makanan sesuai dengan yang diperlukan tubuh. baik. Hal ini diketahui bahwa soal yang paling
22 ISSN 2460-0334
Wahyu, Pola makan sehari-hari penderita gastritis
banyak salah dan mendapatkan nilai terendah Menurut Sulistyoningsih (2011), pendidikan di
adalah soal yang menyatakan bahwa saya sering kaitkan dengan pengetahuan, hal ini akan
menunda waktu makan. Hal ini menunjukkan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
bahwa penderita gastritis masih sering menunda- dan pemenuhan kebutuhan gizi salah satu contoh,
nunda waktu makannya, sehingga hal ini prinsip yang di miliki seseorang dengan pendidikan
menyebabkan frekuensi makan penderita gastri- rendah biasanya adalah yang penting
tis masuk dalam kategori kurang baik. mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan
Data menunjukkan hanya 17 orang dari 40 sumber karbohidrat lebih banyak di bandingkan
responden yang mempunyai frekuensi makan dengan kelompok bahan makanan lainnya.
kurang baik, hal ini kemungkinan terjadi karena Sebaliknya kelompok dengan orang pendidikan
pekerjaan responden yang paling banyak ialah IRT tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan
kemudian diikuti wiraswasta, dimana kedua makanan sumber protein dan akan berusaha
pekerjaan tersebut ialah pekerjaan yang cukup menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain. Hal
menyibukkan sehingga para penderita gastritis yang turut berpengaruh terhadap frekuensi makan
tidak teratur makannya dan sering terlambat makan ialah pekerjaan, sebagian besar pendidikan yang
yang menyebabkan penyakit gastritisnya sering rendah menyebabkan jenis pekerjaannya tidak
kambuh. Dari hasil penelitian juga menunjukkan terlalu tinggi meskipun tidak semuanya begitu,
bahwa lebih dari setengahnya frekuensi kambuh diketahui bahwa pekerjaan yang paling banyak dari
penderita gastritis dalam seminggu ialah 2 kali, hal responden hanya ibu rumah tangga, dimana dapat
ini menunjukkan bahwa penderita gastritis belum diketahui bahwa ibu rumah tangga hanya
menerapkan diit gastritis yang baik dan benar mengandalkan penghasilan dari anggota keluarga
karena masih seringnya penyakit gastritisnya yang bekerja, dengan kata lain ibu rumah tangga
kambuh, dengan kata lain para penderita gastritis tidak mempunyai penghasilan sendiri, hal ini
masih sering kali terlambat makan, sehingga memengaruhi daya beli responden untuk membeli
menyebabkan kekambuhan. Menurut Suparyanto makanan yang baik dan sehat, selain itu hal ini
(2012) bila seseorang terlambat makan sampai menyebabkan tidak semua keluarga mampu
2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi membeli makanan untuk dimakan dalam 3 kali
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat makan atau lebih, sehingga frekuensi makan yang
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan seharusnya dilakukan tidak dapat dilakukan karena
rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan kemampuan daya beli yang kurang.
tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk Fikawati dan Syafik (2009) mengemukakan
beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, pendapat Worhington-Robert (2000) yang
produksi asam lambung akan berlebihan sehingga menyebutkan bahwa banyak faktor yang
dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung mempengaruhi kebiasaan makan yang dipengaruhi
dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal oleh karakteristik keluarga seperti pendidikan dan
tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. pengetahuan ibu, status pekerjaan ayah, daya beli
Selain dari faktor beban kerja, hal yang turut (pengeluaran) keluarga terhadap pangan dan
berpengaruh dalam frekuensi makan penderita wilayah tempat tinggal.
gastritis ialah dari faktor pendidikan, diketahui
bahwa peringkat kedua pendidikan terakhir PENUTUP
terbanyak dari responden adalah SD, kemungkinan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
kemampuan memahami tentang frekuensi makan ini yaitu: pola makan penderita gastritis di
yang baik dan benar untuk penderita gastritis belum Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang
begitu dimengerti, sehingga berpengaruh dalam sebagian besar atau 26 responden (65%) kurang
pelaksanaan diet gastritis yang seharusnya makan baik dengan rincian sebagai berikut: 1) jumlah
sedikit-sedikit dengan frekuensi sering. makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh
ISSN 2460-0334 23
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 17-24
24 ISSN 2460-0334