Bab 1 Baru
Bab 1 Baru
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Appendisitis merupakan proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu
atau umbai cacing atau disebut apendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan
komplikasi apabila tidak segera mendapatkan tindakan bedah segera untuk
penanganannya (Hariyanto dan Rini, 2015). Appendisitis akut adalah penyebab
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen,
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Jitowiyono danWeni,
2012).
Appendisitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui
peradangan, obstruksi dan iskemia dalam jangka waktu bervariasi. Apendisitis
akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Infeksi
pada apendiks terjadi karena tersumbatnya lumen oleh fekalit (batu feses),
hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Apendisitis merupakan peradangan
pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan segera akan
terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Mardalena
2016).
Appendisitis merupakan penyakit non-traumatik yang paling sering dijumpai
dan memerlukan pembedahan abdomen segera pada dan remaja. Appendisitis
yang tidak terdiagnosis atau tertunda diagnosisnya menjadi salah satu keadaan
yang umumnya berujung pada keluhan atau tuntutan hukum menyangkut
perawatan unit gawat darurat (UGD), dapat dijumpai pada semua usia, tapi sering
pada dekade kedua dan ketiga (insidens puncak 9-12 tahun). Resiko megalami
Appendisitis selama hidup adalah 1 dalam 15, rasio laki-laki : perempuan adalah
2:1. Isidence perforasi pada waktu diagnosis ditegakkan paling tinggi pada usia
anak < 1 tahun (hampir 100%), 94% < 2 tahun, dan 60-65% < 6 tahun. Angka
mortalitas 0,1% (non-perfosi), 3-5% (perforasi). Anak yang lebih muda dapat
PoltekkesKemenkes Palembang
2
cepat memburuk menjadi perforasi dalam waktu 6-12 jam sejak gejala muncul
harus selalu dicurigai (Lalani dan Schneeweiss, 2011).
Angka kejadian appendisitis di sebagian besar wilayahdi Indonesia hingga
saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit
apendiksitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atausekitar
179.000 orang. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia,
appendicitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan
beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidensi
appendicitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antarakasuskegawatan
abdomen lainya salah satunya tindakan yang banyak dilakukan adalah di operasi
(Depkes, 2008).
Angkakej adian appendicitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan Word Health
Organisation (2010) yang dikutip oleh Faridah (2015), angka mortalitas akibat
appendicitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Angka mortalitas appendicitis sekitar 12.000 jiwa pada
laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. Di Amerika Serikat terdapat
70.000 kasus appendicitis setiap tahunnya. Kejadian appendicitis di Amerika
memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak pertahunya antara kelahiran sampai
umur 4 tahun. Kejadian appendicitis meningkat 25 kasus per 10.000 anak
pertahunnya antara umur 10-17 tahun di Amerika Serikat. Apabila dirata-rata
appendicitis 1,1kasus per 1000 orang pertahun di AmerikaSerikat.
Sedangkan, menurut Elita dkk (2014) dalam Khoirinza (2017) di Indonesia
sendiri appendicitis akut merupakan salah satu penyebab paling umum untuk
bedah abdomen darurat. Insiden appendicitis di Indonesia menempati urutan
tertinggi di antara kasus kegawatdaruratan abdomen lainnya. Setiap tahun
appendicitis di Indonesia menyerang 10 juta penduduk Indonesia dan saat ini
angka kejadian appendicitis di Indonesia mencapai 95 per 100 penduduk dan ini
merupakan tertinggi diantara Negara-Negara di Association Of South East Asia
Nations (ASEAN).
PoltekkesKemenkes Palembang
3
PoltekkesKemenkes Palembang
4
PoltekkesKemenkes Palembang