Anda di halaman 1dari 6

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL 80% DAN FRAKSI BUAH JAMBU WER (Prunus persica

Sieb.&Zucc ) PADA BAKTERI Bacillus subtilis ATCC 19659

Afifah Nuraini, Uswatun Khasanah, S.Farm., M.Farm., Apt, Alvan Febrian S., S.Farm., M.Farm., Apt,

Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang


Afifahnuraini29@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penggunaan antibiotik dengan intensitas tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan di dunia seperti terjadinya
resistensi bakteri terhadap antibiotik. Keanekaragaman hayati Indonesia menjadi potensi bagi pengembangan
obat dari tanaman sebagai antimikroba. Salah satunya adalah buah jambu wer (Prunus Persia Sieb. & Zucc.) yang
banyak digunakan masyarakat Suku Tengger untuk mengobati penyakit diare. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol 80%, fraksi kloroform, etil asetat, n-butanol, dan air
buah jambu wer (Prunus Persia Sieb.&Zucc.) terhadap bakteri Bacillus subtilis ATCC 19659. Ekstraksi dilakukan
dengan metode maserasi sehingga diperoleh ekstrak 80%. Kemudian dilanjutkan fraksinasi bertingkat sesuai
dengan tingkat kepolaran sehingga diperoleh fraksi kloroform, etil asetat, n-butanol, dan air. Pengujian aktivitas
antimikroba Bacillus subtilis ATCC 19659 dilakukan dengan metode mikrodilusi. Kosentrasi larutan uji yang
digunakan 50000, 25000, 12500, 6250, 3125, 1562,5, 781,25, 390.63, 195.31, dan 97.66 ppm. Hasil KHM yang
diperoleh dari maisng-masing sampel adalah ekstrak etanol 80% sebesar 12500 ppm, fraksi kloroform sebesar
25000 ppm, fraksi etil asetat sebesar 12500 ppm, fraksi n-butanol sebesar 25000 ppm, dan fraksi air sebesar
50000 ppm. Nilai KBM yang diperoleh ekstrak etanol 80% sebesar 25000 ppm, fraksi kloroform, dan etil asetat
memiliki nilai KBM yang sama yaitu sebesar 50000 ppm. Fraksi n-butanol dan air pada konsentrasi 50000 tidak
menunjukkan mikroba yang terbunuh 100%. Berdasarkan hasil penapisan fitokimia fraksi buah jambu wer (Prunus
Persia Sieb. & Zucc.) mengandung terpenoid, flavonoid, dan polifenol.

Kata kunci: Buah jambu wer (Prunus Persia Sieb. & Zucc.), Antimikroba, Mikrodilusi, KHM, KBM.

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan faktor utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan kematian (mortality) di
Indonesia. Penyakit infeksi dapat diobati dengan penggunaan antibiotik. Salah satu penyakit infeksi yang menjadi
masalah kesehatan di dunia adalah diare. Angka kejadian diare di dunia sudah mencapai 1.7 juta kejadian.16
Diare infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. Selain itu, diare juga dapat dikarenakan foodborne
infections dan waterborne infections, salah satunya disebabkan oleh bakteri Bacillus subtilis.17,10
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan mikroba menjadi resisten terhadap obat
tersebut. Semakin meningkatnya masalah mengenai resistensi antibiotik menimbulkan semakin meningkatnya
penelitian mengenai pengembangan dan penemuan obat dari bahan alam Salah satu pendekatan dalam
pengembangan penemuan obat baru yaitu dengan menggunakan pendekatan etnofarmasi. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Batoro di Bromo Tengger didapatkan hasil bahwa buah jambu wer (Prunus persica
Sieb. & Zucc.) digunakan untuk mengobati penyakit diare.3
Jambu wer (Prunus persica Sieb.& Zucc.) termasuk dalam family Rosaceae. Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa daun Prunus persica Sieb.&Zucc. mengandung senyawa tanin, flavonoid dan saponin
memiliki efek sebagai antibakteri. Terdapat penelitian pada tanaman yang satu genus dengan Prunus persica yaitu
ekstrak etanol Prunus myrtifolia memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis CCCD-B005 dan Candida albicans ATCC 1023, dengan masing-masing nilai MIC/MBC adalah (0,07
ppm/0,15 ppm); (4,69 ppm/4,69 ppm) dan (4,69 ppm/9,37 ppm).15
Selain ekstrak buah jambu wer, fraksi pada tanaman yang satu genus dengan Prunus Persica yaitu Prunus
myrtifolia memiliki efek antimikroba yang berbeda pada masing-masing fraksi terhadap bakteri Bacillus subtilis.
Hal tersebut terjadi dikarenakan senyawa metabolit sekunder yang terkandung antar fraksi berbeda. Fraksi air
mengandung tanin dan flavonoid, fraksi etil asetat mengandung tanin, saponin, flavonoid, dan triterpen, fraksi etil
asetat mengandung flavonoid serta fraksi heksana tidak mengandung senyawa metabolit, dengan masing-masing
nilai MIC/MBC terhadap bakteri Bacillus subtilis adalah (3,13 ppm/6,25 ppm); (4,69 ppm/9,37 ppm); (4,69 ppm/9,38
ppm); dan (-/-).15
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait aktivitas antimikroba dari ekstrak
etanol 80% dan fraksi buah jambu wer (Prunus persica Sieb.&Zucc.) pada bakteri Bacillus subtilis ATCC 19659.
Penelitian yang akan dilakukan yaitu melakukan ekstraksi etanol 80% buah jambu wer (Prunus persica
Sieb.&Zucc.). Selanjutnya dilakukan fraksinasi dan pemeriksaan fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder yang terkandung dalam buah jambu wer (Prunus persica Sieb.&Zucc.) dan dilakukan uji aktivitas
antimikroba pada ekstrak dan fraksi buah jambu wer (Prunus persica Sieb.&Zucc.).

BAHAN DAN METODE


Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah buah jambu wer (Prunus persica Sieb.&Zucc), etanol, kloroform, n-
butanol, akuades, etil asetat, aseton, n-heksana, asam formiat, methanol, penampak noda dragendorf, penampak
noda H2SO4 10%, KOH 10%, anisaldehid asam sulfat, FeCl3, Amonia, media Muller Hinton Broth (MERCK),
Nutrient Agar (MERCK), Nutrient Broth (MERCK), bakteri Bacillus subtilis ATCC 19659, DMSO, Water For Injection
(WFI) dan antibiotik seftriakson (HEXPHARM JAYA).

Alat
Alat penelitian yang digunakan adalah vortex (IKA®), lempeng KLT (silica GF254nm), oven (MEMMERTTM),
spuit injeksi 1 mL (ONE MED®), pipet volume, overheat stirrer, mikropipet (SOCOREXTM), tip, mikrotube, kulkas
(Toshiba MEZ65529754), timbangan analitik (SHIMAZU UAW220), Hotplate (IKA® C-MAG HS 7),
spektrofotometer (AMTAST AMV 10 PC), inkubator (MEMMERTTM), autoklaf (electric vertical Gea LS-B100), dan
ELISA reader (Multiscan GO).

Metode
Ekstraksi. Serbuk ditimbang sebanyak 151,8 g, kemudian ditambahkan dengan etanol 80% sebanyak 500 mL
dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, hasil maserasi disaring dan ditampung. Proses tersebut dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan. Seluruh hasil maserasi diuapkan hingga terbentuk seperti pasta dengan rotary
evaporator.

Fraksinasi. Ekstrak etanol difraksinasi secara menggunakan pelarut kloroform, etil asetat, n-butanol, dan
akuades. Ekstrak kental etanol diencerkan menggunakan akuades sebanyak 100 mL dan diaduk. Kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah, ditambahkan kloroform 100 mL (4 kali pengulangan), kemudian dikocok dan
didiamkan sampai terlihat batas pisah antara kedua pelarut . Setelah terpisah fraksi kloroform dikeluarkan dari
corong pisah. Sisa fraksi akuades ditambah larutan etil asetat 100 mL (6 kali pengulangan), kemudian dilakukan
prosedur yang sama seperti sebelumnya dengan menggunakan pelarut etil asetat, n-butanol. Hasil akhir dari
fraksinasi setelah pelarut n-butanol termasuk dalam hasil fraksi air Hasil fraksinasi tersebut kemudian diuapkan
dengan rotary evaporator sampai diperoleh fraksi dengan konsistensi kental.

Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder.


Antrakuinon. Masing-masing sampel uji dilarutkan kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel dan dieluasi
dengan pelarut etil asetat : metanol : air (100 :13,5 :10). Kemudian disemprot dengan pereaksi KOH 10%. Hasil
positif menunjukkan adanya adanya noda berwarna kuning.
Terpenoid. Masing-masing sampel uji dilarutkan kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel dan dieluasi dengan
menggunakan n-heksana:etil asetat (1:9). Kemudian disemprot dengan pereaksi anisaldehid asam sulfat dan
dipanaskan pada hotplate pada suhu 100℃ selama 5 menit. Hasil positif menunjukkan adanya noda berwarna
ungu.

Flavonoid. Masing-masing sampel uji dilarutkan kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel dan dieluasi dengan
menggunakan n-heksana:etil asetat (1:9). Kemudian disemprot dengan pereaksi H2SO4 dan dipanaskan pada
hotplate pada suhu 100℃ selama 5 menit. Hasil positif menunjukkan adanya noda berwarna kuning.

Tanin. Masing-masing sampel uji dimasukkan ke dalam mikrotube dan direaksikan dengan larutan FeCl3 1 %.
Sampel uji yang terlihat adanya perubahan warna menjadi warna hijau kehitaman menandakan adanya senyawa
tanin. Sampel uji ditambahkan dengan larutan gelatin, jika terbentuk endapan putih dikatakan sampel mengandung
tanin.

Polifenol. Masing-masing sampel uji dilarutkan kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel dan dieluasi dengan
menggunakan n-heksana:etil asetat (1:9). Kemudian disemprot dengan pereaksi FeCl3. Hasil positif menunjukkan
adanya noda berwarna hitam.

Alkaloid. Masing-masing sampel uji dilarutkan kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel dan dieluasi dengan
menggunakan n-heksana : etil asetat (1:9). Kemudian disemprot dengan pereaksi dragendorf. Hasil positif
menunjukkan adanya noda berwarna kuning.

Uji Aktivitas Antimikroba. Sejumlah 50 μL MHB ditambahkan pada 96 well.. Kemudian, 50 μL larutan sampel uji
ditambahkan pada well 1. Kemudian diaduk menggunakan mikropipet sampai homogen. Diambil 50 μL larutan
dengan mikropipet dan dipindahkan pada well 2. Prosedur tersebut dilanjutkan sampai pada well 10. Setelah
pengenceran dilakukan pada seluruh well, 50 μL suspensi bakteri ditambahkan pada setiap well dengan volume
total setiap well sebanyak 100 μL. Prosedur tersebut berlaku untuk semua sampel uji dan kontrol positif. Pada
kontrol negatif diisi dengan 50 μL DMSO dan 50 μL suspensi bakteri. Kemdian sampel yang sudah dilakukan
mikrodilusi, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃. Setelah diinkubasi, dilakukan pemeriksaan nilai OD pada
setiap sampel uji menggunakan ELISA reader. Konsentrasi terkecil pada sampel uji yang menghasilkan persen
hambat positif ditetapkan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM). Penentuan KBM dilakukan dengan
metode swab di media NA pada well yang terlihat bening.Kemudian diinkubasi selama 24 jam dan diamati diamati
bagian yang jtidak ada pertumbuhan mikroba.

HASIL
Ekstraksi
Tabel 1 menunjukkan nilai rendemen dari ekstrak buah jambu Wet (Prunus persica Sieb & Zucc.). Semakin tinggi
nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak (Armando, 2009).

Tabel 1. Data rendemen ekstrak daun buah jambu wer (Prunus persica Sieb. & Zucc.)
Ekstrak Berat Simplisia Serbuk Berat Hasil Ektraksi Rendemen Warna
Etanol 80% 151,08 gram 56,88 gram 37,65% Coklat
Fraksinasi
Tabel 2 menunjukkan hasil nilai rendemen dari fraksi buah jambu Wet (Prunus persica Sieb & Zucc.). Hasil nilai
rendemen yang didapatkan dari fraksi air memiliki nilai tertinggi menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung
pada ekstrak etanol Prunus persica Zieb & Zucc lebih banyak senyawa yang bersifat polar, serta fraksi kloroform
menghasilkan rendemen yang sangat rendah menunjukkan senyawa non polar yang terkandung dalam ekstrak
etanol Prunus persica Zieb & Zucc sangat sedikit.

Tabel 2. Data rendemen fraksi ekstrak daun buah jambu wer (Prunus persica Sieb. & Zucc.)
Fraksi Berat Hasil Rendemen Warna Konsistensi
Kloroform 1,194 gram 5,93% Hijau tua Pasta
Etl Asetat 1,857 gram 5,97% Coklat Pasta
N-Butanol 4,048 gram 20,24% Coklat Kental
Air 11,479 gram 57,40% Coklat Kental

Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder


Tabel 3 menunjukkan hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder dari fraksi buah jambu Wet (Prunus persica
Sieb & Zucc.). Fraksi kloroform buah jambu wer (Prunus persica Zieb & Zucc.) mengandung senyawa metabolit
sekunder yaitu flavonoid, terpenoid, pelifenol. Fraksi etil asetat, fraksi n-butanol mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid dan polifenol. Fraksi air tidak mengandung satupun senyawa metabolit sekunder.

Tabel 3. Tabel Hasil Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Fraksi Buah Jambu Wer
Senyawa Hasil Kesimpulan
K EA NB A
Antrakuinon Kuning - -- - - -
Terpenoid Ungu + - - -
Flavonoid H2SO4 Kuning + + + -
Amonia Kuning + + + -
Tanin dan Tanin Endapan putih - - - -
Polifenol Polifenol Hitam + + + -
Alkaloid Hitam - - - -

Keterangan. K : Kloroform; EA : Etil Asetat; NB : N-Butanol; A : Air.

Uji Antimikroba
Tabel 4 dan 5 menunjukkan hasil aktivitas antimikroba dari ekstrak dan fraksi buah jambu wer (Prunus Persia Sieb
& Zucc.) terhadap bakteri Bacillus subtilis ATCC 19659. Metode mikrodilusi digunakan untuk mendapatkan nilai
Kadar Hambat Minimum (KHM), kemudian dilakukan swab pada media Nutrient Agar (NA) untuk mendapatkan
nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM). Hasil uji aktivitas antimikroba pada sampel ekstrak etanol 80% buah jambu
wer (Prunus persica Zieb &Zucc.) menunjukkan nilai KHM pada konsentrasi 12500 ppm. Selanjutnya hasil nilai
KHM pada sampel uji fraksi kloroform, etil asetat, n-butanol dan air adalah pada kosentrasi 25000 ppm, 12500
ppm. 25000 ppm, dan 50000 ppm. Jika kelima sampel dibandingkan dengan kontrol positif yaitu seftriakson, tidak
terdapat satupun sampel yang memiliki nilai KHM yang lebih baik dari seftriakson.
Tabel 4. Hasil Uji mikrodilusi terhadap bakteri Bacillus subtilis (mikroplate)
Konsentrasi (ppm)

No Sampel
50000 25000 12500 6250 3125 1562,5 781,25 390.63 195.31 97.66

1 Seftriakson + + + + + + + + + +

2 Ekstrak + + + - - - - - - -

Fraksi
3 + + - + - - - - - -
Kloroform

Fraksi Etil
4 + + + - - - - - - -
Asetat

Fraksi N-
5 + + - - - - - - - -
Butanol

6 Fraksi Air + - - - - - - - - -

Keterangan : (+) : menunjukkan adanya aktivitas antimikroba; (-) : menunjukkan adanya aktivitas antimikroba.

Tabel 4. Tabel Uji KHM dan KBM Bakteri Bacillus subtilis ATCC 19659.
No Sampel Uji Kadar Hambat Minimum Kadar Bunuh Minimum
1 Seftriakson 97.66 ppm *
2 Ekstrak 12500 ppm 25000 ppm
3 Fraksi Kloroform 25000 ppm 50000 ppm
4 Fraksi Etil Asetat 12500 ppm 50000 ppm
5 Fraksi N-Butanol 25000 ppm -
6 Fraksi Air 50000 ppm -

Keterangan : * : Tidak dilakukan uji Kadar Bunuh Minimum; - : Tidak teramati pada kosentrasi tertinggi (50.000 ppm).

PEMBAHASAN
Sampel uji ekstrak menunjukkan hambatan pada konsentrasi rendah terhadap bakteri Bacillus subtilis. Hal
tersebut terjadi dikarenakan pada sampel ekstrak menggunakan pelarut etanol yang memiliki memiliki sifat polar
dan non polar, sehingga senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak lebih kaya daripada fraksi
lainnya. Oleh karena itu, efek aktivitas dari antimikroba pada ekstrak akan lebih optimal daripada fraksi lainnya.
Sampel uji kloroform memiliki senyawa yang lebih banyak daripada fraksi lainnya, yaitu terpenoid, flavonoid,
dan polifenol. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang mendapatkan hasil yang serupa mengenai
kandungan senyawa metabolit sekunder pada fraksi kloroform, yaitu dapat menarik senyawa seperti alkaloid,
terpenoid, xantofil, flavonoid, dan terpenoid (Ncube, dik., 2008; Dewi, 2007). Namun efek antimikroba pada fraksi
kloroform tidak lebih baik daripada fraksi lainnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan sifat kepolaran senyawa yang
terkandung kurang sesuai dengan dinding sel bakteri. Bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang
memiliki kandungan peptidoglikan yang tinggi, sehingga bakteri gram positif lebih bersifat polar dan struktur dinding
sel berlapis.12,4 Fraksi kloroform merupakan pelarut yang bersifat non polar, sehingga senyawa yang terkandung
dalam fraksi sulit untuk dapat masuk ke dalam sel bakteri secara optimal dikarenakan perbedaan kepolaran dan
lapisan dinding bakteri yang berlapis.
Sampel uji etil asetat dan n-butanol memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang sama yaitu
flavonoid dan polifenol, namun efek penghambatan keduanya berbeda. Hal tersebut dikarenakan kandungan
antara senyawa metabolit yang terkandung dari etil asetat dan n-butanol memiliki jumlah yang berbeda, sehingga
dapat mempengaruhi efek aktivitas antimikroba dari kedua fraksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dhingra,
N., dkk (2017), menunjukkan bahwa total fenolik dan total flavonoid pada tanaman Prunus dulcis yang terkandung
dalam fraksi etil asetat lebih tinggi daripada fraksi n-butanol.
Sampel uji air tidak menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder. Namun, pada uji
aktivitas antimikroba terdapat adanya hambatan yang rendah daripada fraksi lainnya. Hal tersebut dimungkinkan
karena adanya senyawa metabolit yang terkandung dalam fraksi air dengan jumlah sedikit. Berdasarkan penelitian
sebelumnya menunjukkan fraksi air daun Prunus persica mengandung senyawa metabolit tanin, saponin,
phlobatanin, dan flavonoid.8 Selain itu, fraksi air pada tanaman yang satu genus dengan Prunus persica yaitu
Prunus dulcis memiliki total flavonoid dan polifenol yang kecil diantara fraksi etil asetat dan n-butanol.6 Oleh karena
itu, pada fraksi air tidak menunjukkan adanya noda yang jelas secara visual dikarenakan sedikitnya kandungan
senyawa metabolit sekunder yang menyebabkan rendahnya efek penghambatan antimikroba.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa fraksi kloroform buah jambu wer (Prunus persica Zieb &
Zucc.) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, terpenoid, pelifenol. Fraksi etil asetat, fraksi N-
butanol mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dan polifenol. Fraksi air tidak mengandung
satupun senyawa metabolit sekunder. Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol 80% buah jambu wer (Prunus
persica Zieb & Zucc.), fraksi kloroform, fraksi etil asetat, fraksi n-butanol, dan fraksi air berturut-turut yaitu 12500
ppm, 25000 ppm, 12500 ppm, 25000 ppm, dan 50000 ppm pada bakteri Bacillus subtilis ATCC19659. Kadar
Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol 80% buah jambu wer (Prunus persica Zieb & Zucc.), fraksi kloroform, dan
fraksi etil asetat berturut-turut yaitu 25000 ppm, 50000 ppm, 50000 ppm, dan 50000 ppm. Sampel fraksi n-butanol
dan air membutuhkan konsentrasi lebih dari 50000 ppm untuk dapat membunuh bakteri Bacillus subtilis ATCC
19659.

Anda mungkin juga menyukai