Disusun Oleh :
2019
Puji Syukurkehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun Laporan Resmi
Praktikum Toksikologi ini. Dalam penyusunan Laporan Resmi Praktikim
Toksikologi ini tidaklepas dari dorongan dan bantuan dari beberapa pihak,oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
Penulis menyadari bahwa Laporan Resmi Praktikum ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu penulismengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan Laporan Resmi Praktikum Toksikologi ini.
Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atas dukungan
orang-orang tercinta, akhirnya Laporan Resmi Praktikum Toksikologi ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,denga rasa
bangga dan bahagia penulis sampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan karunia-Nya Laporan Resmi
Praktikum Toksikologi ini dapat dibuat dan diselesaikan pada waktunya.
2. Orang Tua yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada hentinya
untuk kesuksesan penulis.
3. Dosen-dosen pembimbing dan pengajar,yang selama ini telah tulus dan
iklas memberikan bimbingan dan pelajaran tiada ternilai.
4. Seluruh pihak yangtelah memberikan bimbngan.
5. Almamater STIKES Nasional.
Dengan terselesainya resume ini, penulis berharap agar resume ini dapat
berguna dan menambah pengetahuan bagi pembaca dan menambah nilai bagi
penulis. Penuis menyadari bahwa resumini jauh dari sempurna. Maka penulis
meminta sran dan kritik yang membangun agar menjadi bahan referensi bagi
penulis.
Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
PERSEMBAHAN .............................................................................................................. iii
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................iv
LAPORAN RESMI FRAKSI A ......................................................................................... 1
LAPORAN RESMI FRAKSI B .......................................................................................... 7
LAPORAN RESMI FRAKSI C ........................................................................................ 12
LAPORAN RESMI FRAKSI D ....................................................................................... 18
LAPORAN RESMI FRAKSI D ....................................................................................... 22
LAPORAN RESMI UJI ALKOHOL ............................................................................... 31
LAPORAN RESMI UJI FORMALIN .............................................................................. 34
LAPORAN RESMI UJI BORAX ..................................................................................... 36
LAPORAN RESMI UJI TIMBAL (Pb2+) ......................................................................... 38
LAPORAN RESMI UJI COHb dalam Darah ................................................................... 41
Sampel Urine Ph 3
Ekstraksi dengan
eter
Na Bikarbonat Eter
Fraksi A
E. Dokumentasi
Uji Jorisson
Uji Zwikker B
Sampel Urine Ph 3
DI sari dengan
Eter
Fraksi B
C. Kesimpulan
Pada Sampel No.6 mengandung Barbiturat dengan hasil positif pada tes
Parry,Zwikker,dan Jorisson.
D. Daftar Pustaka
Primanda,Y. 2009. Pengaruh Ekstrak Vakerin Terhadap Waktu Tidur Mencit
BALB/C (Skripsi). FakultasKedokteran Universitas Diponegoro:
Semarang.
Sampel Urine pH 3
Di ekstraksi
dengan eter
Fraksi B Fraksi C
Kafein Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos
bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan
diuresis.
a. Jantung, kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut
jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi
menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif mungkin
menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang
premature.
b. Pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk
pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot
pembuluh darah
c. Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan
aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya
blokade adenosine oleh Xantin (Farmakologi UI, 1995).
Efek jangka Pendek
Kafein Mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit dan tahap puncak
mencapai darah dalam waktu 50 menit, frekuensi pernafasan ; urin, asam
lemak dalam darah ; asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan
darah. Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan
aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan), dan dapat
memperlambat waktu tidur (Drug Facts Comparisons, 2001).
Efek Jangka panjang
Kafein Pemakaian lebih dari 650mg dapat menyebabkan insomnia kronik,
gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung dan berisiko
terhadap penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang
dilahirkan (Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).
Matabolisme Kafein
Diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus kecil dalam waktu 45 menit
setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada orang
C. Kesimpulan
Pada Sampel No.6 yang diperiksa mengandung Coffein dengan hasil
positif pada tes marquis, NaOH, KaliumFerrosianida, Parry, mayer, Jorisson.
D. Daftar Pustaka
Casal,S.,Oliviera.2000.Discriminate Analysis of Rosted Coffe Varieties For
Trigonelline,Nicotinic Acid and Caffein Content.J.Agric.FoodChem.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakologi UI.
Farmakologi dan Terapi Edisi 4.UI. Jakarta.
Drug Facts Comparisons.2001. Fact Comparations. Caffein Effect.USA.
Sampel Urine
Ph 3
Disari dengan
eter
Disari dengan
Klorofrom
Sari Kloroform
Fraksi D
C. Kesimpulan
Pada Sampel No.6 yang diperiksa mengandung Papaverin dengan
hasil positif pada tes Frohde
D. Daftar Pustaka
Untaria, A. 1987.Penanganan Diare di Pusat Pelayanan Kesehatan.
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Uji Mayer
Uji Zwikker B
Uji Frohde
Uji Pary
A. Hasil Uji
1. Uji Marquis
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetesreagen marquis
Hasil : (+) Larutan kuning
2. Uji Dragendrof
Cara Uji : Ekstrak ditambah reagen dragendrof
Hasil : (+) Larutan Merah
3. Uji Parry
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes reagen parry
Hasil : (+) Larutan merah muda
4. Uji Zwikker B
Cara Uji :10 tetes ekstrak+ 10 tetes Cobalt nitrat + sepucuk sendok
Na2B4O7 atau 2 tetes NH4OH conc
Hasil : (+) Larutan Biru
5. Uji K4Fe(CN)6
Cara Uji : Ekstrak ditambah 2 tetes larutan K4Fe(CN)6 ditambah 2
tetes FeCl3
Hasil : (+) Larutan kuning
6. Uji Jorisson
Cara Uji : Ekstrakditambah reagen jorisson
Hasil : (+) larutan oranye
7. Uji FeCl3
Cara Uji : Ekstrak ditambah FeCl3 ditambah K4Fe(CN)6
Hasil : (+) larutan biru
8. Uji Mayer
Cara Uji : Ekstrak ditambah reagen mayer
Hasil : (+) Larutan Kuning
Toksisitas
D. Daftar Pustaka
Kearney. T.E. Benzodiazepines (Diazepam, Lorazepam, and Midazolam)
in Poisoning & Drug Overdose Fifth Ed. Olson, K.R., et al. (Eds.).
McGraw-Hill Companies, Inc./Lange Medical Books. New York.
2007.
OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997.
Sentra Informasi keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001.
E. Dokumentasi
Uji Parry
Sampel : Tape
No Sampel :6
Percobaaan : Kualitatif
A. Hasil Percobaan
1. Uji Kalium Cromat
Cara Uji : Sampel ditambah 2ml K2CrO4 ditambah 1 ml H2SO4 conc
Hasil : (+) jingga
2. Uji FeCl3
Cara Uji : Sampel ditambah FeCl3 sebanyak 5 tetes kemudian
tambah H2SO4 conc sebanyak 2 tetes.
Hasil : (+) kuning
3. Reaksi Nyala
Cara Uji : Sampel masukkan kedalam cawan penguap kemudian
nyalakan dengan korek api.
Hasil : (-) Nyala api tidak berwarna biru.
4. Uji Esterifikasi
Cara Uji : Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
ditambah asam salisilat dipanaskan
Hasil : (+) Bau seperti tape
5. Iodform
Cara Uji : Sampel ditambah NaOH ditambah I2 kemudian
dipanaskan
Hasil : (-) Tidak ada bau lisol
B. Pembahasan
Alkohol (C2H5OH) adalah cairan transparan, tidak berwarna,
cairan yang mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan
air, eter, dan kloroform, diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi
(Prihandana dkk., 2007). Menurut Irianto (2006), menyatakan bahwa
setelah air, alkohol merupakan zat pelarut dan bahan dasar paling umum
yang digunakan di laboratorium dan di dalam industri kimia. Etil alkohol
dapat dibuat dari apa saja yang dapat difermentasi oleh khamir. Salah satu
pemanfaatan khamir yang paling penting dan paling terkenal adalah
produk etil alkohol dari karbohidrat. Proses fermentasi ini dimanfaatkan
oleh para pembuat bir, roti, anggur, bahan kimia, para ibu rumah tangga,
dan lain-lain.
Alkohol adalah obat psikoaktif yang paling banyak digunakan
(Santrock, 2002). Lebih dari 13 juta orang menganggap dirinya pecandu
alkohol (alkoholic). Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai
dengan kecenderungan untuk meminum lebih daripada yang direncanakan,
kegagalan usaha untuk menghentikan minum minuman keras dan terus
meminum minuman keras walaupun dengan konsekuensi sosial dan
pekerjaan yang merugikan. Hampir 8% orang dewasa di Amerika Serikat
memiliki masalah dalam penggunaan alkohol. Pria empat kali lebih sering
menjadi alkoholik dibanding wanita.
Gejala kecanduan alkohol yang jelas dalam bentuk fisik adalah
ketergantungan pada alkohol dan ketidakmampuan untuk berhenti
walaupun parah akibat fisik dan psikologis. Beberapa pecandu alkohol
dapat bertahan pada tingkat yang dangkal tetapi akhirnya kecanduan
menyebabkan gangguan kinerja professional dan meningkatkan hubungan
yang tegang.
Tanda-tanda fisik penyalahgunaan alkohol, yaitu: penurunan berat
badan, sakit di perut, mati rasa di tangan dan kaki, bicara meracau,
kegoyangan sementara saat mabuk. Pada orang yang menderita
ketergantungan alkohol, yaitu: berkeringat, gemetar, mual muntah,
kebingungan dan keadaan yang ekstrem yaitu kejang-kejang, serta
halusinasi.Tanda-tanda mental meliputi peningkatan penyalahgunaan
alkohol, antara lain: mudah tersinggung, marah, gelisah, menghindar dari
kegiatan yang tidak memberikan kesempatan untuk minum, kesulitan
dalam membuat keputusan; oversleeping, berlebihan menampilkan
tangisan dan emosional. Orang dewasa dibandingkan dengan pemuda, di
C. Kesimpulan
Pada Sampel No.6 yang diperksa mengandungalkohol dengan hasil
positif pada tes Kalium Cromat, Uji FeCl3, Uji Esterifikasi.
D. DaftarPustaka
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi. Bandung : CV. Yrama Widya.
Prihandana, R., Noerwijari, Adinurani, Setyaningsih, Setiadi dan
Hendroko 2007. Fermentasi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) dan
Ubi Jalar (Ipomea batatas L. Sin). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Skripsi.
Santrock, J. W., (2002). Perkembangan Masa Hidup (Terjemahan dari
Life-Span Development),. Edisi 5, Jilid II, Erlangga: Jakarta.
www.scumdoctor.com/indonesian/abus e, diunduh tanggal 13 Juli 2019.
E. Dokumentasi
A. Hasil Percobaan
1. Uji Tollen
Cara Uji : 1ml AgNO3 ditambah 1ml NaOH 10 tetes NH4OH
ditambah 1ml Sampel dipanaskan.
Hasi : (-) Tidak terbentuk endapan ciklat dan cermin
perak .
2. Uji Kromatofat
Cara Uji : 1ml Sampel ditambah 1ml asam kromatofat 1ml
H2SO4 conc dipanaskan.
Hasil : (+) Terbentuk merah ungu.
3. Uji KMnO4
Cara Uji : 1ml KMnO4 ditambah 1ml sampel
Hasil : (+) Warna ungu luntur
4. Uji Asam Salisilat
Cara Uji :1 ml sampelditambah 10 tetes H2SO4 conc
ditambah 10 tetes asam salisilat dipanaskan.
Hasil : (+) Warana merah tua
B. Pembahasan
Larutan Formaldehide atau formalin merupakan bahan tambahan
kimia yang dilarang ditambahkan kedalambahanpangan (makanan)
yang berfunsi untuk mengawetkan makanan yang mudah rusak,
sehingga memperlambat proses fermentasi dan penguraian mikroba.
Salah satu makanan yangsering ditambahkan pengawet yaitu mie
basah karena relatif mudah rusak dan memilik waktu yang relatif
pendek. Oleh karena itu banyak dari produsen mie basah yang
menambahkan pengawet untuk meperpanjang masa simpan.
Penambahan formali juga memberikan tekstur mie yang lebih kenyal,
lebih awet dan dapatdisimpan hingga empat hari.(Tumbel,2012)
Meskipun demikian, penggunaan formalin dalam makanan telah
dilarang oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No
722/Menkes/Per/88 tentang bahan tambahan makanan (Nurheti
Yuliarti, 2007: 10). Penggunaan formalin dalam makanan dilarang
C. Kesimpulan
Pada Sampel No.6 yang diperiksa mengandung formalin dengan
hasil positif pada tes Kromatofat, Asam Salisilat.
D. Daftar Pustaka
Tumbel,M. 2012. Analisis Kandungan Borak dalam Mie Basah yang
beredar di Makasar. Jurnal CHEMICA.
Wisnu Cahyadi, 2006, Bahan Tambahan Pangan, Jakarta: Bumi
Aksara.
E. Dokumentasi
Sanpel : Karak
No. Sampel :6
Percobaan :Kualitatif
A. Hasil Percobaan
1. Uji Nyala
Cara Uji : Masukkan sampel kedalam cawan penguap tambah 1-2
tetes H2SO4 1 pipet etanol kemudian dinyalakan.
Hasil : (-) Nyala api merah
B. Pembahasan
Asam borat atau borax (H3BO3) merupakan senyawa yang
memiliki BM 61,83. Asam borat berbentuk serbuk halus berwarna putih
atau tidak mengkilap atau tidak berwarna, kasar, tidak berbau, dan rasa
agak asam. Borat diturunkan dari sam ortoborat (H3BO3), asam piroborat
(H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Boraks merupakan senyawa
kimia turunan dari logam berat boron (B) dan biasa digunakan sebagai
bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada kosmetik. Bahan
makanan yang menduduki peringkat teratas mengandung formalin dan
boraks adalah ikan laut, mie basah, tahu dan bakso (Panjaitan 2010).
Boraks adalah zat pengawet yang banyak digunakan dalam industri
pembuatan taksidermi, insektarium dan herbarium, tapi kini boraks
cenderung digunakan dalam industri rumah tangga sebagai bahan
pengawet makanan seperti pada pembuatan mie dan bakso (Tumbel,
2010). Menurut Tubagus (2013) boraks adalah senyawa berbentuk kristal
putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan. Boraks sebagai pengawet
untuk bahan pangan telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1979
(Nurhadi 2012). Borat anorganik umumnya digunakan sebagai pengawet
kayu. Boron nitrit merupakan non – metal, bahan keramik oksida dan
mengandung jenis isomer yaitu nitrit boron hexagonal, nitrit boron trigonal
dan nitrit boron kubik (Zhang 2015)
C. Kesimpulan
Pada Sampel No.6 yang diperiksa tidak mengandung borax.
D. Daftar pustaka
Panjaitan, L. 2010. Pemeriksaan dan Penetapan Kadar Boraks
dalam Bakso di Kotamadya Medan. Available at :
E. Dokumentasi
A. Cara Kerja
1. Masukkan sampel 5ml dalam tabung reaksi
2. Ukur Ph sampel, lakukan uji jika sampel sudah ph 8 (basa)
3. Tambahan ditizon sebanyak 5ml
4. Homogenkan, dengan menggunakan vortex
5. Buangcairan baigian atas
6. Teteskan cairan bagian bawah pada droupel plate
7. Jika sampel (+) : berwarna merah
(-) : berwarna hijau
B. Hasil :
(-) Sampel tidak mengandung timbal (Pb) berwarna hijau
C. Pembahasan
Timbal (Pb) merupakan logam berat berwarna abu-abu kebiruan
yang memiliki titik lebur rendah dan mudah dibentuk serta
dikombinasikan dengan logam lain untuk membentuk logam campuran
(WHO 2010:15). Dikatakan logam berat karena memiliki densitas yang
sangat tinggi (11.3 g/cm3 ) bila dibandingkan dengan logam-logam umum
lainnya, seperti Mg yang hanya sebesar 1.7 g/cm3 (Andrews et al.
2004:170). Timbal merupakan unsur dengan nomor atom 82 yang
memiliki konduktivitas panas sebesar 35.3 W/mK, resisten elektrik sebesar
20.8 µΩ cm, dan koefisien ekspansi panas sebesar 28.9 x 106 (Dean
1999:4.3). Karena alasan ini, timbal banyak digunakan manusia dalam
beragam produk seperti: pipa, baterai, pewarna dan cat, pendingin,
pemberat, senapan dan amunisi, kabel, dan perisai radiasi (WHO
2010:15).
Menurut WHO (2010:17), ada 5 komponen jalur paparan timbal,
yaitu (1) sumber kontaminasi (seperti cat bertimbal pada dinding, pintu,
dan jendela rumah; penggunaan baterai mobil; pembakaran limbah), (2)
media lingkungan dan mekanisme transportasi (seperti debu yang
terkontaminasi timbal di lantai rumah, asap bertimbal dari pembakaran,
atau pembakaran premium bertimbal), (3) titik paparan (seperti tangan
anak-anak, lantai, atau mainan anak-anak), (4) rute paparan (seperti
memakan debu melalui perilaku makan dengan tangan), dan (5) penduduk
yang terpapar (seperti anak-anak di lingkungan rumah atau wanita hamil
pada lingkungan atau tempat kerja yang tercemar).
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI | LAPORAN RESMI UJI TIMBAL 38
(Pb2+)
Paparan dan keracunan timbal ternyata juga dapat menyerang
embrio dan janin yang masih dalam rahim ibunya. Dalam toksikologi,
keracunan tersebut (termasuk oleh logam berat seperti timbal) dikenal
dengan istilah developmental toxicity, yang menurut Branch (2004:251)
merupakan perubahan morfologi dan fungsional yang disebabkan oleh
gangguan kimia atau fisik yang mengganggu pertumbuhan normal,
homeostasis, perkembangan, diferensiasi, dan/atau perilaku.
Timbal (Pb) mempunyai sifat persisten dan toksik serta dapat
terakumulasi dalam rantai makanan. Absorpsi timbal di dalam tubuh
sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan
yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang
tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis,
jantung dan otak.
Pencemaran logam berat, salah satunya timbal kemungkinan
disebabkan oleh belum optimalnya pengelolaan limbah industri di
kawasan hulu, sehingga berdampak pada badan perairan. Hal tersebut bisa
dipastikan dengan terdapatnya kandungan timbal pada biota laut. Dalam
hal ini, Desa Grinting merupakan salah satu desa yang berada di kawasan
Kabupaten Brebes yang mana letak lokasinya terletak di pantai utara laut
jawa sebagaimana daerah pantai lainnya dan potensial terhadap pajanan
timbal. Hal itu didasari atas pemeriksaan yang dilakukan pada beberapa
produk laut dan hasilnya menunjukkan bahwa kadar timbal pada ikan
bandeng sebesar 0,039 mg/kg pada udang sebesar 0,61, pada kerang 0,72
mg/kg dan pada cumi-cumi sebesar 0,41 mg/kg. Kandungan timbal tesebut
hampir mendekati nilai ambang batas, namun jika di konsumsi secara terus
menerus akan terakumulasi didalam tubuh dan menyebabkan gangguan
kesehatan.
Efek timbal pada tubuh secara terus menerus akan menyebabkan
keracunan timbal pada manusia dari berbagai kalangan usia, namun risiko
tertinggi terutama terjadi pada wanita hamil, anakanak dan pekerja di
industri tertentu yang menggunakan bahan baku atau bahan tambahan dari
timbal. Paparan timbal pada tubuh manusia dapat meningkatkan kadar
ALA (Aminolevulinic Acid) dalam darah dan urin, menigkatkan kadar
protoporphirin dalam sel darah merah, memperpendek umur sel darah
merah (eritrosit), menurunkan jumlah sel darah merah, menurunan kadar
retikulosit (sel-sel darah merah yang masih muda) dan meningkatkan
kandungan logam Fe dalam plasma darah.
D. Kesimpulan
E. Daftar Pustaka
[WHO] World Health Organization. 2010. Childhood Lead Poisoning.
Geneva. WHO.
Branch S. 2004. Teratogenesis. Di dalam: Hodgson E. Editor. A Textbook
of Modern Toxicology (third edition). New Jersey. John Wiley &
Sons
Darmono. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press. 2001
F. Dokumentasi
Uji Pb2+
A. Hasil Percobaan
Cara Kerja :
A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Larutan amonia 0,1% ditambahkan whole blood 10 μL dan 25 mg
Sodium Dithionit dimasukkan kedalam tabung reaksi, homogenkan,
kemudian masukkan kedalam kuvet dan dilakukan pembacaan absorbansi
pada panjang gelombang (𝜆) 400 – 700 nm. Panjang gelombang
maksimum didapat dari absorbansi tertinggi.
B. Penentuan Operating Time
Operating Time dilakukan dengan cara larutan amonia 0,1% 20 ml
ditambah whole blood 10 μL, homogenkan, ambil 4 mL dan 25 mg
Sodium Dithionit (nyalakan stopwatch dari awal bereaksi) homogenkan.
Larutan tersebut diukur pada detik ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,....., 3600
(sampai konstan).
C. Perosedur pemerikasaan COHb
1. Disiapkan 2 tabung reaksi seukuran 5 mL, masing – masing diberi
label R1 (reagen) dan SPL (reagen sampel)
2. Memipet 20 mL larutan ammonia 0,1% dan masukan ke dalam
erlenmeyer
3. Kemudian ditambahkan 10 μL sampel darah, campur hingga
homogen
4. Memipet 4 mL larutan campuran tersebut, masukkan ke dalam tabung
SPL dan 4 ml ke tabung R1
5. Kemudian tambahkan 25 mg Sodium Dithionit ke dalam tabung SPL,
campur sampai homogen
6. Absorbansi R1 dan sampel dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang maksimal.
7. Absorbansi R1 disebut (ΔA) dan absorbansi standar sampel disebut
ΔarHb
B. Pembahasan
Karbon monoksida (CO) merupakan silent killer karena sifat
fisiknya yang tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, tetapi dalam
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada manusia yang
terpapar dengan cepat (Cooper dan Alley., 2011). Semua jenis pembakaran
tidak sempurna dari proses alam yang mengandung bahan bakar karbon
menghasilkan CO. Kegiatan manusia yang paling banyak menghasilkan
CO adalah pembakaran 60 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1
Janurari 2018: 59–69 mesin, peralatan berbahan bakar gas, minyak, kayu,
atau batu bara, dan pembuangan limbah padat. Penggunaan rokok atau
kayu bakar untuk memasak merupakan contoh akumulasi CO dalam
ruangan tertutup (Wu dan Wang, 2005).
Keracunan gas CO sulit untuk dideteksi karena gejalanya yang
bersifat umum dan mirip dengan gejala flu. Tetapi paparan gas CO pada
dosis tinggi dapat mempengaruhi otak, menyebabkan mual, dan kematian
(Mukono, 2011).
Timbal (Pb) dapat merusak beberapa fungsi ginjal, hati, merusak
sistem saraf, mengganggu perkembangan sel darah merah, kebutaan
bahkan keterbelakangan mental. Organ target utama timbal (Pb) adalah
sistem hematopoetik, sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, dan ginjal.
Timbal (Pb) dapat merusak fungsi koagulasi melalui cedera jaringan
endotel dan pengurangan oksida nitrat.12 Timbal (Pb) dapat
mempengaruhi sistem hematopoetik yaitu dengan menghambat
pembentukan sel-sel darah termasuk menghambat diferensiasi leukosit dan
trombosit dari myeloblast dalam sumsum tulang. Keracunan timbal yang
kronik dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan megakariosit.
C. Kesimpulan
Kadar COHb dalam sampel darah lab yang diperiksa adalah 6,12%
lebih dari normal.
D. Daftar Pustaka
Mukono, J. 2011. Aspek Kesehatan Pencemaran Udara. Surabaya:
Airlangga University Press.
Wu, L., & Wang, R. 2005. Carbon Monoxide: Endogenous Production,
Physiological Function, and Pharmacological Applications.
Pharmacological Reviews December 2005. Vol. 57 No. 4 pp. 585–
630.