Anda di halaman 1dari 3

TUTORIAL SKENARIO 3 : PLENTING DI DAHI

1. FENOMENA YANG TERJADI


DEFINISI
Penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi vesikular berkelompok dengan dasar
eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang terbatas di satu dermatom.

ETIOLOGI
Varicella zoster virus (VZV)

PATOGENESIS
VZV ditularkan melalui kontak langsung atau inhalasi. Predileksi awal adlaah mukosa atau
konjungtiva. Virus yang mengalami fase laten karena dikontrol oleh imunitas seluler. Partikel
virus dapat tetap tinggal di dalam ganglion sensoris saraf spinalis, kranialis, atau otonom
selama tahunan Akan tetapi saat terjadi penurunan limfosit T maka akan terjadi reaktivasi dan
menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata di dalam satu dermatom.

GEJALA KLINIS
 Gejala prodromal : 1 – 10 hari (rata – rata 2 hari)
 Erupsi kulit yang gatal dan nyeri terlokalisata (terbatas di 1 dermatom) berupa makula
kemerahan menjadi papul, vesikel jernih berkelompok 3 -5 hari, selanjutnya isi vesikel
menjadi keruh dan pecah menjadi krusta (7 – 10 hari), mengalamin involusi setelah 2
– 4 minggu.
 Herpes zoster oftalmikus : menyerang cabang pertama nervus trigeminus, bila
mengenai anak cabang nasosiliaris (muncul vesikel di puncak hidung  tanda
Hutchinson)
 Sindrom Ramsay Hunt : virus menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius ( erupsi
kulit timbul di liang telinga luar atau membran timpani disertai paresis fasialis,
gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah, tinnitus, vertigo, tuli.

DIAGNOSIS BANDING
 Herpes zoster
 Herpes simplex
 Dermatitis Kontak Iritan Toksik

2. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Tes Tzank
 Isolasi virus dari sediaan hapus lesi
1
Tim Blok 13 Integumen 2018 / 2019
dr. Syahfori W, M.Sc., Sp.KK ; dr. Hana Chovicha
 PCR
 Kultur
 Direct Immunofluorescent Antigen Staining

3. RENCANA TATALAKSANA
 Prinsip :
menghilangkan nyeri secepat mungkin, dengan cara membatasi replikasi virus,
sehingga mengurangi kerusakan saraf lebih lanjut.
 Terapi :
Topikal :
Kompres untuk mengurangi nyeri dan pruritus

Sistemik :
Antivirus diberikan sebelum 72 jam awitan selama 7 hari:
 Asiklovir 5x 800 mg
 Valasiklovir 3x 1000 mg
 Famsiklovir 3 x 500 mg
Analgetik :
 AINS (Asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak)
 Non – opioid (parasetamol, tramadol, asam mefenamat)
 Opiod (jarang digunakan)

Antidepressan : untuk mengurangi prevalensi NPH


 Gabapentin 2x 300 mg
Kortikosteroid : tidak dianjurkan, kecuali tedapat kasus neuritis.
Dapat diberikan pada sindrom Ramsay Hunt untuk mencegah terjadinya paralisis.
dapat diberikan prednison 3x20 mg perhari, setelah seminggu dapat diturunkan
bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro E. Herpes zoster. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketujuh. Jakarta : Badan
Penerbit FK UI; 2017. hal.121-24.
2. Oentari Widyaningsih, Menaldi S L. Herpes Zooster. KApita Selekta Kedokteran edisi IV.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI: 2014 hal: 309-10

2
Tim Blok 13 Integumen 2018 / 2019
dr. Syahfori W, M.Sc., Sp.KK ; dr. Hana Chovicha
Herpes Zooster Dermatitis Kontak Iritan Toksik Herpes Simpleks
(Paederus Dermatitis)
Anamnesis  Diawali gejala prodromal berupa  Riwayat tidur dilantai tanpa kasur dengan tidak  Infeksi primer: kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala
sensasi abnormal atau nyeri otot local, menggunakan pakaian, atau riwayat tidur sistemik, misal demam, malese, dan anoreksia, dapat
nyeri tulang, pegal, parestesia dengan tv atau lampu yang menyala. Kelainan ditemukan pembekakan kelenjar getah bening regional.
sepanjang dermatom, gatal rasa kulit yang muncul bergantung pada sifat iritan. Kelainan klinis berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit
terbakar ringan hingga berat. Dapat Iritan kuat memberikan gejala akut, sedangkan yang sebab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
juga didapati gejala konstitusi seperti iritan lemah memberi gejala kronis. kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan
nyeri kepala, malaise dan demam.  Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar. kadang terjadi ulserasi dangkal, biasanya sembuh tanpa
Gejala prodromal berlangsung selama Terdapat eritema, edema, bula dan dapat timbul sikatriks. Indurasi (-)
1-10 hari (rata-rata 2 hari) nekrosis  Fase laten: Tidak ditemukan gejala klinis, tapi VHS dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
 Kemudian timbul erupsi kulit yang biasanya  Infeksi rekurens: VHS pada ganglion dorsalis dalam keadaan
gatal atau nyeri terlokalisata berupa makula tidak aktif, dalam mekanisme pacu menjadi aktif dan
kemerahan yang kemudian berkembang mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis.
menjadi papul, vesikel jernih berkelompok Mekanisme pacu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi,
selama 3-5 hari selanjutnya isi vesikel akan kurang tidur, hubungan seksual), trauma psikis (gangguan
menjadi keruh kemudian pecah menjadi emosional, menstruasi). Gejala klinis lebih ringan dari infeksi
krusta (berlangsung 7-10 hari) sebagian primer dan berlangsung kira-kira 7-10 hari. Tampak gejala
besar erupsi kulit akan menyembuh spontan prodromal local sebelum timbul vesikel, rasa panas, gatal dan
tanpa gejala sisa. nyeri.
Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)  Patch Test ( Uji Tempel) dengan menggunakan  Tzanck test pewarnaan Giemsa ditemukan sel datia berinti
Penunjang Tzanck Test (untuk DD dengan antigen untuk membedakan Dermatitis Kontak banyak dan badan inklusi intra nuklear
Varicella) Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi.
 Histopatologi:
DKI akut terdapat nekrosis pada sel epidermal,
neutrofil, vasodilatasi disertai serbukan sel
mononuklear di sekitar pembuluh darah.
Sedangkan pada DKI kronik terdapat akantosis,
hiperkeratosis dan infiltrasi limfositik
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen. Saavedra, Arturo P. Ro, Ellen K. Eczema/Dermatitis. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis Of Clinical Dermatology. Mc Graw Hill.
2017. 23
2. Puponegoro, Erdina H D. Herpes Zooster. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Badan Penerbit FKUI. Jakarta 2015: 121-24.
3.. Indriatmi Wresti. Herpes Simpleks. . Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Badan Penerbit FKUI. Jakarta 2015:478-80

3
Tim Blok 13 Integumen 2018 / 2019
dr. Syahfori W, M.Sc., Sp.KK ; dr. Hana Chovicha

Anda mungkin juga menyukai