Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif


2.1.1 Pengantar
Jean Piaget (1886-1980), seorang psikolog berkebangsaan Swiss,
menghabiskan 50 tahun mempelajari bagaimana anak berpikir dan proses yang
berhubungan dengan perkembangan intelektual. Dengan menjelaskan bagaimana
intelektual anak kecil berkembang, Piaget meyakini bahwa anak membawa dari
lahir sifat ingin tahu dan terus-menerus mencoba untuk mengerti dunia di
sekitarnya.

2.1.2 Beberapa Konsep dalam Perkembangan Kognitif


Menurut Jean Piaget (1981), ada empat tahap perkembangan kognitif
seorang anak, yaitu : (1) tahap sensorimotor yang terjadi sejak anak lahir sampai
berumur dua tahun, (2) tahap praoperasi pada umur 2-7 tahun, (3) tahap operasi
konkret pada umur 7-11 tahun, dan (4) tahap operasi formal setelah umur sebelas
tahun ke atas. Perkembangan tahap-tahap tersebut berurutan karena setiap tahap
memerlukan tahap yang sebelumnya. Awal dan perkembangan tahap-tahap
tersebut dapat berbeda untuk setiap pribadi (Adisusilo, 2012).
Beberapa konsep dalam perkembangan kognitif yang dikutip dari
Adisusilo (2012), sebagai berikut :

1) Intelegensi
Intelegensi menurut Piaget (1981) berarti: suatu bentuk ekuilibrium ke arah
mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme
sensorimotor diarahkan. Secara progresif dikatakan bahwa intelegensi
membentuk keadaan ekuilibrium, ke arah mana semua adaptasi sifat-sifat
sensorimotor, kognitif, dan juga interaksi-interaksi asimilasi serta akomodasi
antara orgnasime dan lingkungan mengacu.
2) Organisasi
Organisasi menunjuk ada tendensi semua species untuk mengadakan
sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses dalam suatu sistem yang
koheren, baik secara fisis maupun psikologis.
3) Skemata
Skemata adalah suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual
beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang. Skemata
itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang.
4) Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif di mana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skemata atau pola yang
sudah ada di dalam pemikirannya.
5) Akomodasi
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi pengalaman baru, seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman baru tersebut dengan skemata yang telah
ia miliki, karena pengalaman baru sama sekali tidak cocok dengan skemata
yang telah ada. Dalam keadaan seperti ini, orang tersebut dapat mengadakan
akomodasi. Ia dapat membuat dua hal: (1) membentuk skemata baru yang
dapat cocok dengan rangsangan atau pengalaman baru, atau (2) memodifikasi
skemata yang telah ada dengan rangsangan atau pengalaman baru.
6) Ekuilibrasi
Dalam perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Proses ini disebut ekuilibrium, yaitu pengaturan diri secara
mekanis yang perlu mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Disekuilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan
akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadaan disekuilibrium ke
ekuilibrium baru.
7) Adaptasi
Setiap orang memiliki cara beradaptasi yang berbeda-beda. Adaptasi terjadi
dalam suatu proses asimilasi dan akomodasi. Pada satu pihak seseorang
mengasimilasikan pengalaman baru, di pihak lain kadang seseorang
mengubah skema itu dalam berhubungan dengan lingkungannya. Proses
terakhir ini disebut akomodasi.

Pandangan kognitif konstruktivis dari Piaget (1981) juga menyatakan


bahwa anak atau pada usia berapa pun secara aktif terlibat dalam proses
mendapatkan informasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Pengetahuan
tidak tetap statis, tetapi terus berkembang dan berubah ketika seseorang atau siswa
menghadapi pengalaman baru yang mendorong mereka terus membangun dan
memodifikasi pengetahuan sebelumnya (Sutawidjaja & Afgani, ).

2.1.3 Garis Besar Tahap Perkembangan Kognitif

Dikutip dari buku Pembelajaran Nilai – Karakter karangan Sutarjo


Adisusilo (2012) secara garis besar Piaget mengelompokkan tahap-tahap
perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu tahap
sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal.
Keempat tahap itu digambarkan dalam tabel berikut:

Tahap Sensorimotor Praoperasi


Operasi Operasi Formal
Konkret
Umur 0-2 tahun 2-7 tahun 7-11 tahun 11 tahun ke atas
Dasar Tindakan dan Simbolis / Transformasi Deduktif hipotesis
Pemikiran meniru bahasa dan reversible dan induktif, abstrak
intuitif, dan
imaginal kekekalan,
masih
konkret
Saat Sekarang Mulai yang Masih Meninggalkan yang
Pemikiran “tidak terbatas sekarang dan
sekarang” kekonkretan memulai yang
mendatang
Ciri-Ciri Refleks, Egosentris Pembendaan, Kombinasi,
Lain kebiasaan, seriasi, proporsi, referensi
pembedaan klasifikasi, ganda, dua
sarana dan konsep reversibel, fleksibel
hasil bilangan,
waktu,
probabilitas,
kausalitas

a. Tahap Sensorimotor

Tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai pada masa bayi
ketika ia menggunakaan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal
lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada
orang lain bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat
berfungsi. Menurut Piaget (1981), perkembangan kognitif selama stadium
sensorimotor, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik
sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah
tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya
dibayangkan saja, tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan
pengalaman konsep obyek permanen lama-lama terbentuk.

b. Tahap Praoperasi

Tahap praoperasi adalah jembatan antara tahap sensorimotor dengan tahap


operasi konkret. Unsure yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai
digunakannya bahasa simbolis yang berupa gambaran dan bahasa ucapan.
Penggunaan bahasa ini melepaskan keterikatan anak akan ingatan langsung dan
tindakan refleks akan objek dan lingkungan. Dengan menggunakan bahasa,
inteligensi anak semakin maju. Namun demikian, bahasa anak masih bersifat
egosentris. Menurut Piaget (1981), pemikiran pada tahap ini bersifat egosentris,
anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak
dari perspektif orang lain.

c. Tahap Operasi Konkrit

Pada tahap operasional ini anak sudah berpikir lebih menyeluruh dengan
melihat banyak unsure dalam waktu yang sama. Pemikiran anak dalam banyak
unsur dalam waktu yang sama. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah lebih
teratur dan terarah karena sudah dapat berpikir serial, klasifikasi dengan lebih
baik, bahkan mengambil kesimpulan secara probabilitas. Konsep akan bilangan,
waktu, dan ruang sudah semakin lengkap terbentuk. Kendati anak masih belum
dapat memecahkan permasalahan yang abstrak.

d. Tahap Operasi Formal


Pada tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget ini, anak
tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun masalah yang
dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan
pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C,
maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap
sebelumnya.
Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara
sistematis dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau
sistematis untuk memecahkan masalah. Perkembangan kognitif pada tahapan ini
mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget.

2.1.4 Unsur Penting dalam Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (1981) yang dikutip dari buku Pembelajaran Nilai


Karakter (Adisusilo, 2012) urutan empat tahap itu mempunyai beberapa sifat.

1) Urutan perkembangan tahap-tahap itu tetap, meskipun umur rata-rata


terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut tingkat intelegensi
atau lingkungan sosial seseorang.
2) Struktur keseluruhan itu tidak dapat saling ditukar.
3) Setiap tahap yang lebih maju mempunyai penalaran yang secara kualitatif
berbeda dengan penalaran tahap sebelumnya.
4) Setiap kemajuan dalam penalaran selalu dapat diterapkan secara
menyeluruh.
5) Setiap kemajuan tahap baru selalu mengandung perluasan dari struktur
sebelumnya.

Piaget berpendapat bahwa sedikitnya ada empat faktor utama yang


memengaruhi perkembangan kognitif anak, antara lain:

1) perkembangan organik dan kematangan sistem saraf;


2) latihan dan pengalaman;
3) interaksi sosial dan transmisi; serta
4) ekuilibrium dan mekanismenya

2.1.5 Teori Pengetahuan


Dalam pembentukan pengetahuan, Piaget membedakan tiga macam
pengetahuan, yakni pengetahuan fisis, matematis-logis dan sosial. Pengetahuan
fisis didapat dari abstraksi seseorang terhadap objek secara langsung. Pengetahuan
matematis-logis didapatkan dari abstraksi seseorang terhadap relasi dan fungsi
objek secara tidak langsung. Pengetahuan sosial didapatkan dari interaksi
seseorang dengan masyarakat, lingkungan dan budaya yang ada. Secara umum
teori pengetahuan Piaget disebut teori konstruktivisme.

2.1.6 Aplikasi Teori Piaget dalam Pendidikan

Tahap perkembangan kognitif dan teori pengetahuan Piaget sangat banyak


memengaruhi bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Teori konstruktivis
Piaget sangat memengaruhi bagaimana murid harus aktif belajar untuk
membentuk pengetahuan dan bagaimana sebaiknya guru membantu murid
membangun suatu pengetahuan.

1) Pengertian tentang belajar


Piaget membedakan dua pengertian tentang belajar, yaitu 1) belajar dalam arti
sempit dan 2) belajar dalam arti luas (Ginsburg & Opper, 1988 dalam
Adisusilo, 2012). Belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya
menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan. Misalnya, anak
belajar nama-nama ibukota suatu negara. Sedangkan belajar dalam arti luas,
adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang
lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi.
2) Implikasi terhadap proses belajar dan mengajar
a) Tekanan pada murid
Guru perlu menyediakan dan memberikan bahan sesuai dengan taraf
perkembangan kognitif siswa agar lebih berhasil membantu siswa berpikir
dan membentuk pengetahuannya (Ginsbur & Opper, 1988 dalam
Adisusilo, 2012).
b) Metode belajar
Teori pengetahuan Piaget menekankan pentingnya kegiatan seorang siswa
yang aktif dalam mengonstruksi pengetahuan. Tugas guru adalah
mendampingi sebagai fasilitator dan mendorong agar siswa aktif belajar.
c) Belajar sendiri dan bersama
Proses pembentukan ini dialami dengan melalui proses asimilasi dan
akomodasi terhadap situasi yang dihadapi. Namun, integrasi dengan
teman juga penting dalam proses belajar. Belajar dengan teman akan
memungkinkan sikap kritis dan saling menukarkan perbedaan akan
menantang siswa untuk semakin mengoreksi dan mengembangkan
pengetahuan yang telah dibentuknya.
d) Peranan guru
Peranan guru dalm belajar bukan sebagai pentransfer pengetahuan, tetapi
sebagai fasilitator. Memberikan bahan sesuai dengan tingkat kognitif
siswa akan merangsang daya kreatif siswa dan daya pikir siswa dalam
membentuk pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai