Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 30 tahun
Alamat : Cibeber
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
No. RM : 73 xx xx

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Bengkak pada kedua tungkai bawah

Riwayat Penyakit Sekarang :


Os datang ke Unit Gawat Darurat RSUD Cianjur dengan keluhan bengkak
pada kedua tungkai bawah. Bengkak dirasakan os sejak sekitar 10 hari SMRS.
Bengkak timbulnya mendadak dan awalnya ringan, dirasakan pertama kali timbul
pada tungkai bawah. Bengkak juga dirasakan pada wajah namun memberat hanya
saat os bangun tidur. Bengkak dirasakan terus-menerus, nyeri pada daerah bengkak
disangkal, nyeri persendian disangkal. Os mengaku tidak mual dan muntah. Os
mengatakan masih dapat berjalan sejak MRS. Os juga mengeluh rasa nyeri pada
perut bawah sejak 10 hari terakhir. Pusing, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri
menelan sebelum bengkak, demam, sesak saat aktivitas juga disangkal oleh pasien.
Keluhan sesak napas dan nyeri dada disangkal oleh pasien. Os mengaku lemas sejak
sekitar 1 minggu sebelum MRS dan nafsu makannya sedikit menurun sebelum
MRS. Os mengaku BAK frekuensi 3-4x/hari, warna kuning sedikit keruh, jumlah

0
sekitar satu gelas aqua tiap kali BAK. Nyeri saat BAK disangkal. Riwayat kencing
batu disangkal. Os sudah 2 hari tidak BAB sejak sebelum masuk rumah sakit. Os
tidak pernah menderita hipertensi maupun penyakit gula. Riwayat berhubungan
dengan orang lain selain suaminya disangkal, os juga jarang berpergian keluar kota.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Os tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
 Riwayat pengobatan paru selama 6 bulan, penyakit jantung, sakit kuning,
penyakit ginjal disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Ayah os pernah mengalami bengkak yang sama seperti ini
 Riwayat penyakit gula, hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal dalam
keluarga disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan:
Os mengaku tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan. Sebelum MRS os tidak
pernah meminum obat-obatan untuk mengobati keluhan bengkak dan nyerinya.

Riwayat psikososial:
Os seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari beraktivitas seperti menyapu
mengepel mencuci memasak dan saat ini os sedang menyusui anak keduanya,
namun semenjak os dirawat os sudah tidak menyusui anaknya lagi. Semenjak sakit
nafsu makan os menurun, os makan ½-¾ porsi/hari. Dahulu os mengaku suka
makan goreng-gorengan, jeroan, makanan yang asin gurih, bersantan atau
berlemak, Os menyangkal kebiasaan merokok, minum alkohol dan kopi.

Riwayat alergi
Riwayat alergi obat, makanan, cuaca dan debu disangkal.

1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis/E4V5M6
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 76 x / menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Pernapasan : 20 x / menit, regular
Suhu : 36,5 C (aksilla)
Antropometri
Berat Badan : 60 kg

Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kepala Bentuk normocephal, warna rambut hitam, distribusi rambut
merata, rambut tidak mudah rontok, Puffy face (+)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokhor, refleks cahaya (+/+), kornea jernih (+/+)
Hidung Sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-/-), nafas cuping
hidung (-)
Mulut Mukosa mulut lembab (+), tidak terdapat sianosis, faring
hiperemis (-), tonsil (T1-T1), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Telinga Normotia, simetris, serumen (-/-)
Leher Tidak didapatkan pembesaran KGB, pembesaran kelenjar tiroid
(-), JVP tidak terlihat adanya peningkatan
Jantung  Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
 Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga 5 linea
midclavicularis sinistra
 Perkusi: Batas kanan jantung: linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung: linea midclavicularis sinistra
 Auskultasi: BJ I dan BJ II normal, murmur(-), gallop (-)

2
Paru  Inspeksi: dada simetris (+/+), retraksi dinding dada (-/-)
penggunaan otot bantu pernafasan (-/-)
 Palpasi: Vokal fremitus sama di kedua lapang paru
 Perkusi: Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan hepar
setinggi ICS 5
 Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen  Inspeksi: supel, datar, scar (-)
 Auskultasi: bising usus (+) normal
 Palpasi: nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan
suprapubic (+), hepar dan lien tak teraba
 Perkusi: timpani (+), shifting dullness (-)
Ekstremitas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
atas
Ekstremitas akral hangat, CRT <2 detik, pitting edema pretibia dan
bawah dorsum pedis dextra et sinistra, sianosis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 14 13.5 – 17.5 g/dl
Hematokrit 41.1 42 – 52 %
Eritrosit 4.49 4.2 – 5.4 10^6/ul
Leukosit 13.4 4.8 – 10.8 10^3/ul
Trombosit 275 150 – 450 10^3/ul
MCV 82.7 80 – 84 Fl
MCH 28.2 27–31 Pg
MCHC 34.1 33 – 37 %

3
RDW-SD 44.4 37 – 54 fL
PDW 15.7 9–14 fL
MPV 7.8 8 – 12 fL
Differential
LYM% 9.5 26 – 36 %
MXD % 2.5 0 – 11 %
NEU% 86.2 40–70 %
EOS% 1.1 1-3 %
BAS% 0.4 <1 %
Absolut
LYM# 1.31 1.00 – 1.43 10^3/μL
MXD # 0.33 0 – 12 10^3/μL
NEU# 11.55 1.8 – 7.6 10^3/μL
EOS # 0.15 0.02 – 0.50 10^3/μL
BAS # 0.06 0.00 – 0.10 10^3/μL
Kimia Klinik
Glukosa Darah 98 < 180 mg/dL
Sewaktu
Elektrolit
Na 136.7 135-148 mEq/L
K 2.92 3.50-5.30 mEq/L
Ca 1.03 1.15-1.29 mmol/L
Urin
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Berat jenis 1.015 1.013-1.030
pH 8.0 4.6-8.0
Nitrit Negatif Negatif
Protein urin 500/4+ Negatif mg/dL

4
Glukosa
Normal Normal mg/dL
(reduksi)
Keton Negatif Negatif mg/dL
Urobilinogen Normal Normal UE
Bilirubin Negatif Negatif mg/dL
Eritrosit Negatif Negatif /μL
Leukosit Negatif Negatif /μL
Mikroskopis
Leukosit 1-2 1-4 /LPB
Eritrosit Negatif 0-1 /LPB
Epitel 1-2
Kristal Negatif Negatif
Silinder Granula kasar
Negatif /LPK
(+)
Lain-lain Negatif Negatif

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Kimia Klinik
Glukosa Darah Puasa 76 < 180 mg%
Lemak
Kolesterol total 664 < 200 mg/dL
Kolesterol HDL 64.4 > 50 mg%
Kolesterol LDL 491 < 130 mg%
Direk
Trigliserida 198 < 150 mg%
Faal Ginjal
Ureum 14.4 10-50 mg%
Kreatinin 0.6 0-1 mg%

5
Faal Hati
SGOT (ALT) 31 14-59 U/L
Albumin 0.71 3.4-5.0 g/dL

V. RESUME
Ny. T 30 tahun datang dengan edema tungkai bawah dan wajah sejak 10
hari sebelum MRS. Os juga mengeluh rasa nyeri suprapubic sejak 10 hari terakhir.
Urine sedikit keruh (+) sejak sekitar 1 minggu sebelum MRS dan nafsu makannya
menurun sejak sebelum MRS. Pada pemeriksaan fisik tampak puffy face, pitting
edema dorsum pedis dan pretibial dextra et sinistra, dan nyeri tekan suprapubic.
Pada pemeriksaan laboratorium: Leukosit 13.4 10^3/ul, Protein urin 500/4+ mg/dL,
Kolesterol total 664 mg/dL, Kolesterol LDL Direk 491 mg%, Trigliserida 198
mg%, Albumin 0.71 g/dL, Elektrolit (K 2.92 mEq/L dan Ca 1.03 mmol/L), Diff
count (LYM% 9.5 %).

VI. DAFTAR MASALAH


1. Edema dorsum pedis dan pretibial dextra et sinistra, edema fasialis
2. Proteinuria
3. Hiperkolesterolemia
4. Hipoalbuminemia
5. Leukositosis
6. Hipokalemia dan Hipokalsemia
7. Limfopenia

VII. ASSESSMENT
1. Sindrom Nefrotik Atipikal
- Anamnesis: Keluhan utama berupa bengkak tungkai bawah dan wajah,
mendadak, tidak diketahui penyebabnya.

6
- Pemeriksaan fisik: edema dorsum pedis dan pretibial dextra et sinistra,
edema fasialis
- Pemeriksaan laboratorium: Protein urin 500/4+ mg/dL, Kolesterol total
664 mg/dL, Kolesterol LDL Direk 491 mg%, Trigliserida 198 mg%,
Albumin 0.71 g/dL.
2. Leukositosis e.c Sindrom Nefrotik Atipikal
- Pemeriksaan laboratorium: Leukosit 13.4 10^3/ul,
3. Hipokalemia dan Hipokalsemia
- Elektrolit (K 2.92 mEq/L dan Ca 1.03 mmol/L)
4. Limfopenia
- Diff count (LYM% 9.5 %)

VIII. USULAN PEMERIKSAAN


- Voluntary Counselling and Testing (VCT)

IX. RENCANA TERAPI


1. Sindrom Nefrotik Atipikal
- Diet tinggi kalori cukup protein rendah garam rendah kolesterol
- IVFD NaCl 0,9% 500 cc/24 jam
- Furosemide 2x40 mg (PO)
- Spironolakton 1x25 mg (PO)
- Prednison 60 mg/hari sama dengan 5-3-4 tab/hari (PO)

2. Leukositosis e.c Sindrom Nefrotik Atipikal


- Ceftriaxone 1x1 gram/hari

3. Hipokalemia dan Hipokalsemia


- KSR 3x1 (PO)

4. Limfopenia
- Perlu dilakukan VCT untuk menyingkirkan kemungkinan HIV

7
X. PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam : Ad bonam
- Qou Ad Functionam : Dubia ad bonam
- Quo Ad Sanactionam : Dubia ad bonam

XI. FOLLOW UP
S O A/P
21/09/2016 Os mengeluh • KU: sedang, 1. Sindrom nefrotik atipikal
bengkak pada Kesadaran: CM, • Diet tinggi kalori
tungkai bawah TD: 90/70 mmHg, cukup protein rendah
dan wajah RR: 20 x/menit, garam kolesterol
N:80x/menit, S: • IVFD NaCl 0,9% 500
36,5’C (aksilla) cc/24 jam
• Status generalis: • Furosemide 2x40 mg
puffy face, pitting (IV)
edema dorsum • Spironolakton 1x25
pedis dan pretibial mg (PO)
dextra et sinistra. 2. Leukositosis e.c Sindrom
Nefrotik Atipikal
• Ceftriaxone 1x1
gram/hari
3. Hipokalemia dan
Hipokalsemia
• KSR 1X600 mg(PO)
4. Limfopenia
• VCT

8
S O A/P
22/09/2016 Os mengeluh • KU: sedang, Os atas permintaan sendiri meminta pulang
bengkak pada Kesadaran: CM, 1. Sindrom nefrotik atipikal
tungkai bawah TD: 110/70 • Diet tinggi kalori cukup protein
dan wajah sudah mmHg, RR: 20 rendah garam dan kolesterol
berkurang x/menit, • Furosemide 2x40 mg (PO)
N:80x/menit, S: • Spironolakton 1x25 mg (PO)
36,5oC (aksilla) • Prednison 60 mg/hari sama 5-3-4
• Status generalis: tab (PO)
puffy face, 2. Leukositosis e.c Sindrom Nefrotik
pitting edema Atipikal
pretibial dextra • Cefixime 2X100 mg
et sinistra. 3. Hipokalemia dan Hipokalsemia
• Pemeriksaan • KSR 1X600 mg(PO)
lab: Kolesterol 4. Limfopenia
total 664 mg/dL, • Ke klinik VCT (saat dirawat os
Kolesterol LDL belum sempat dikonsulkan ke VCT)
Direk 491 mg%,
Trigliserida 198
mg%, Albumin
0.71 g/dL.

9
BAB II
ANALISA KASUS

DEFINISI

Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.

KLASIFIKASI
Kriteria Typical SN Atypical SN
Usia 1-11 tahun <1 atau >11 tahun
Fungsi ginjal kreatinin normal peningkatan kreatinin
Hematuria Mikroskopis Mungkin terjadi makroskopis
Hipertensi Biasanya Meningkat
normotensi
Riwayat keluarga dengan Biasanya tidak ada Mungkin ada
SN
Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.

10
Dikutip dari: Berger, T.G, et. al. CURRENT Medical Diagnosis and Treatment
Fifty-four edition. McGraw-Hill Medical, New York; London. 2015.

ETIOLOGI

Dikutip dari: Kodner, Charles. Nephrotic Syndrome in Adults: Diagnosis and


Management. Kentucky: Am Fam Physician. 2009;80(10):1129-1134

11
Dikutip dari: Kodner, Charles. Nephrotic Syndrome in Adults: Diagnosis and
Management. Kentucky: Am Fam Physician. 2009;80(10):1129-1134

Dikutip dari: Kodner, Charles. Nephrotic Syndrome in Adults: Diagnosis and


Management. Kentucky: Am Fam Physician. 2009;80(10):1129-1134

12
1. Edema

Dikutip dari: Kidney Disease Improving Global Outcome. KDIGO Clinical


Practice Guideline for Glomerulonephritis Kidney International Suplement Volume
2. 2012

Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.

2. Proteinuria
Diet
Jenis diet yang direkomendasikan ialah diet seimbang dengan protein dan kalori
yang adekuat. Kebutuhan protein dewasa sekitar 0,6-0,8 g/kg/hari. Kebutuhan
protein anak ialah 1,5–2 g/kg, namun anak-anak dengan proteinuria persisten yang
seringkali mudah mengalami malnutrisi diberikan protein 2–2,25 g/kg per hari.

13
Maksimum 30% kalori berasal dari lemak. Karbohidrat diberikan dalam bentuk
kompleks seperti zat tepung dan maltodekstrin. Restriksi garam tidak perlu
dilakukan pada SNSS, namun perlu dilakukan pada SN dengan edema yang nyata
yaitu <3 gram/hari untuk membuat keseimbangan negatif natrium dan restriksi
intake cairan <1,5 L/hari.
Dikutip dari: Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of
nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.

3. Hiperlipidemia

Dikutip dari: Kidney Disease Improving Global Outcome. KDIGO Clinical


PracticeGuideline for Glomerulonephritis Kidney International Suplement Volume
2. 2012

14
PENATALAKSANAAN

Dikutip dari: Kidney Disease Improving Global Outcome. KDIGO Clinical


Practice Guideline for Glomerulonephritis Kidney International Suplement Volume
2. 2012

15
Dikutip dari: Kidney Disease Improving Global Outcome. KDIGO Clinical
Practice Guideline for Glomerulonephritis Kidney International Suplement Volume
2. 2012

PROGNOSIS
Pengobatan SN dan komplikasinya saat ini telah menurunkan morbiditas
dan mortalitas yang berhubungan dengan sindrom. Saat ini, prognosis pasien
dengan SN bergantung pada penyebabnya. Remisi sempurna dapat terjadi dengan
atau tanpa pemberian kortikosteroid.7
Orang dewasa dengan minimal-change nephropathy memiliki kemungkinan
relaps yang sama dengan anak-anak. Namun, prognosis jangka panjang pada fungsi
ginjal sangat baik, dengan resiko rendah untuk gagal ginjal. Pemberian
kortikosteroid memberi remisi lengkap pada 67% kasus SN nefropati lesi minimal,
remisi lengkap atau parsialpada 50% SN nefropati membranosa dan 20%-40% pada

16
glomerulosklerosis fokal segmental. Efek samping pemakaian kortikosteroid
jangka lama seperti nekrosis aseptik, katarak, osteoporosis, hipertensi, diabetes
mellitus perlu diperhatikan.7
Respon yang kurang terhadap steroid dapat menandakan luaran yang kurang
baik. Prognosis dapat bertambah buruk disebabkan (1) peningkatan insidens gagal
ginjal dan komplikasi sekunder dari SN, termasuk episode trombotik dan infeksi,
atau (2) kondisi terkait pengobatan, seperti komplikasi infeksi dari pemberian
imunosupressive. Penderita SN non relaps dan relaps jarang mempunyai prognosis
yang baik, sedangkan penderita relaps sering dan dependen steroid merupakan
kasus sulit yang mempunyai risiko besar untuk memperoleh efek samping steroid.
SN resisten steroid mempunyai prognosis yang paling buruk.7
Pada SN sekunder, prognosis tergantung pada penyakit primer yang
menyertainya. Pada nefropati diabetik, besarnya proteinuria berhubungan langsung
tingkat mortalitas. Biasanya, ada respon yang baik terhadap ACE inhibitor, dengan
penurunan proteinuria, dan level subnefrotik. Jarang terjadi remisi nyata. Risiko
penyakit kardiovaskular meningkat seiring penurunan fungsi ginjal, beberapa
osakan membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal. Pada amiloidosis primer,
prognosis tidak baik, bahkan dengan kemoterapi intensif. Pada amiloidosis
sekunder, remisi penyebab utama, seperti rheumatoid arthritis, diikuti dengan
remisi amiloidosis dan ini berhubungan dengan SN.7

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Christian, Martin. Guideline for the assessment and management of


nephrotic syndrome in children and young people. Nottingham: Nottingham
Unversity Hospitals. 2013.
2. Berger, T.G, et. al. CURRENT Medical Diagnosis and Treatment Fifty-four
edition. McGraw-Hill Medical, New York; London. 2015.
3. Bagga & Mantan. Nephrotic syndrome in children. Indian J Med Res 122,
July 2005, pp 13-28
4. Kodner, Charles. Nephrotic Syndrome in Adults: Diagnosis and
Management. Kentucky: Am Fam Physician. 2009;80(10):1129-1134
5. Trachtman, Howard. Common Diseases: Minimal Change Nephrotic
Syndrome. Nephrology Self Assessment Program 11 (2012) 19-20.
6. Kidney Disease Improving Global Outcome. KDIGO Clinical Practice
Guideline for Glomerulonephritis Kidney International Suplement Volume
2. 2012
7. Seigneux. Management of patients with nephrotic Syndrome. Swiss
Medwkly 2009 ; 139 (29–30) : 416–422

18

Anda mungkin juga menyukai