BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Sebagai alat komunikasi,
bahasa memegang peranan penting bagi hubungan manusia. Dengan bahasa tersebut, orang
mudah berhubungan dengan orang lain. Memang, manusia dapat memakai media-media lain
seperti, video, dan bahkan situs internet atau isyarat untuk menjalin kontak komunikasi. Akan
tetapi, sarana-sarana komunikasi tersebut kurang, bahkan tidak efektif karena tidak menjamin
timbulnya hubungan timbal balik secara leluasa antar pihak-pihak yang berinteraksi. Oleh
karena itu, bahasa tetap dipilih sebagai media komunikasi terbaik dari alat-alat komunikasi
yang lain tersebut. Sejalan dengan pernyataan tersebut, bahwa dengan bahasa manusia saling
dapat menyampaikan informasi yang berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, dan emosi
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
dan tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah antara lain dimaksudkan agar: (a) siswa
menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Negara, (b) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan keperluan dan
meningkatkan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (d) siswa memiliki
1
2
disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (e) siswa mampu menikmati
melainkan hal yang lebih penting, yaitu bagaimana siswa dapat menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi didalam kelas maupun diluar kelas, dalam situasi resmi maupun situasi tidak
resmi.
Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka mata
pelajaran Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi penting yaitu (1) sarana pembinaan
kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan
berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana
pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai
masalah, dan (5) sarana pengembangan penalaran (Departemen Pendidikan Nasional, 1999 :
17).
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. oleh karena itu,
berkomunikasi denggan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis (ibid:21). Dalam
memadai. Hal itu disebabkan oleh beberapa isu tentang pengajaran menulis yang menyatakan
bahwa : (1) menulis tidak termasuk materi ulangan umum/ujian sehingga dianggap kurang
perlu, (2) mengajarkan keterampilan menulis merupakan pekerjaan yang memberatkan, (3)
3
beban pemeriksaan terlalu banyak dan kurang teliti, (4) persoalan yang harus ditangani
mencakup ejaan, tata bahasa, komposisi, gaya bahasa dan semuanya ada dalam pengajaran
menulis (mengarang).
keterampilan adalah kecakapan dalamm menyelesaikan tugas, Suparno (2001 ; 207). Dalam
hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa ketrampilan berbahasa ialah salah satu unsur penting yang
yang digunakan komunikasi secara tidak langsung, tidak secara temu muka dengan orang
lain. Keterampilan menilis diberikan siswa seak menginjak sekolah dasar (SD) sampai
diberikan kepada siswa, akan tetapi masih banyak siswa yang merasa kesulitan saat diberi
dan memperlancar komunikasi seseorang dengan orang lain. Karangan disebut juga menulis,
menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung. Oleh karena itu, keterampilan menulis diperlukan dalam kehidupan. Dalam
hal ini Morsey (dalam Tarigan, 1982: 4) menyatakan bahwa menulis digunakan oleh orang
mempengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai oleh orang-orang
kegiatan mengarang dilakukan secara rutin, Hafera (2003:7). Orang yang suka mengarang
secara rutin semakin lama akan menambah perbendaharaan kata menjadi bervariasi. Belajar
4
menyusun kata dengan urut untuk memudahkan pembaca memahami isi tulisan. Kesalahan
bahasa tulis yang terjadi pada siswa dapat dilihat saat guru memberi tugas mengarang.
tulis sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan
segala kelengkapan lambang tulis seperti ejaan dan tanda baca atau pungtuasi. Menulis
adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan
sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kuranganya ada tiga komponen yang tergabung
dalam perbuatan menulis yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosakata, struktur,
kalimat, paragraf, ejaan, pramagtik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai
dengan topik yang akan ditulis; dan (3) pengusaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu
bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk
perlu lebih diefektifkan. Dengan diajarkan materi menulis tersebut diharapkan siswa
mempunyai keterampilan yang lebih baik. Seseorang yang dapat membuat suatu tulisan
dengan baik berarti ia telah menguasai tata bahasa, mempunyai kebendaharaan kata, dan
mempunyai kemampuan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dengan
demikian, tulisan siswa dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan siswa
Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan disekolah adalah teks cerita
deskripsi, karangan deskripsi sering diartikan sebagai sebuah karya fiksi yang dapat selesai
dibaca dalam sekali duduk. Keterampilan menulis karangan deskripsi harus dikuasai oleh
5
siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo karena merupakan salah satu materi yang terdapat
dalam Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013, Karangan deskripsi menarik bagi siswa
SMP karena tema-tema yang biasa diangkat dalam cerita berkaitan dengan kehidupan di
Sidoarjo, kesalahan berbahasa dalam penulisan masih sering dijumpai dalam hasil karya
siswa. Hal itu dapat disebabkan banyak siswa yang menganggap menulis merupakan hal
yang sulit sehingga mereka merasa malas untuk belajar menulis. Contoh kesalahan yang
sering terjadi adalah penggunaan huruf kapital, penulisan kata depan (di, ke, dan dari),
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana (Tarigan, 1997:48). Dari batasan-
batasan di atas, diketahui bahwa menulis diperlukan kemampuan menggunakan tata bahasa
dan keterampilan berbahasa yang baik dan benar, sehingga penulis dapat lebih mudah
mengungkapkan segala ide, gagasan, ataupun peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu. Akan tetapi, dalam kegiatan tulis-menulis masih banyak siswa yang menggunakan
kalimat yang tidak efektif. Banyak penilaian yang diberikan terhadap pengajaran bahasa
Indonesia terutama penggunaan kalimat efektif dalam karangan yang terdapat pada karangan
deskripsi belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal tersebut karena keterbatasan
penguasaan kosakata dan ketidakcermatan penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik
pemahaman dan penggunaan bahasa, perlu adanya pemeriksaan dan pengoreksian secara
6
baik dan benar. Siswa madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama memerlukan
pembinaan pemakaian bahasa Indonesia yang dianggap baik dan benar. Kesalahan yang
dilakukan oleh Siswa madrasah tsanawiyah perlu diperbaiki dengan harapan supaya tidak
terjadi kesalahan serupa. Dalam hal ini peran guru dalam mengoreksi kesalahan berbahasa
sangat besar. Ada tiga jenis kesalahan yang perlu mendapat perhatian, yaitu (1) kesalahan
global, yaitu kesalahan yang mengganggu komunikasi, (2) kesalahan yang mengakibatkan
peneliti maupun guru yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang
berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu
(Ellis dalam Tarigan & Tarigan, 2011: 170). Jadi, dengan adanya analisis kesalahan
dengan kegiatan pengajaran bahasa Indonesia. Dengan adanya analisis kesalahan berbahasa
tersebut akan dapat dipahami dan diungkapkan berbagai kesalahan yang dibuat siswa MTs
Negeri 2 Sidoarjo.
2 Sidoarjo dengan mengambil judul “ Analisis Kesalahan Wacana Bahasa Indonesia Dalam
Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo”. Alasan peneliti memilih judul
tersebut, bahwasanya mengarang adalah salah sattu mata pelajaran yang digemari oleh
seluruh siswa. Selain itu siswa juga dapat menulis sesuai dengan judul yang di inginkannya
B. Rumusan Masalah
7
(Interlanguage) pembelajar bahasa kedua. Dengan mengetahui bahasa antara itu diharapkan
dapat mengetahui jenis-jenis kesalahan belajar bahasa kedua, mengapa terjadi kesalahan
berbahasa, yang pada akhirnya dipergunakan untuk menghindarkan siswa dari melakukan
Dengan melihat pada latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan tiga
1. Bagaimana Jenis kesalahan wacana bahasa Indonesia yang terjadi dalam karangan
2. Bagaimana frekuensi setiap jenis kesalahan wacana bahasa Indonesia yang terjadi
3. Mengapa terjadi kesalahan wacana bahasa Indonesia dalam karangan deskripsi siswa
C. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara objektif tentang
jenis, frekuensi, dan sumber kesalahan wacana bahasa Indonesia dalam karangan deskripsi
1. Untuk mengetahui jenis kesalahan wacana bahasa Indonesia yang terjadi dalam
2. Untuk mengetahui frekuensi setiap jenis kesalahan wacana bahasa Indonesia yang
terjadi dalam karangan deskripsi siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo
8
3. Untuk mengetahui Apakah yang menjadi sumber terjadinya kesalahan wacana bahasa
Indonesia dalam karangan deskripsi siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo
D. Manfaaat Peneletian
Manfaat hasil penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis. Kedua
1. Manfaat Teoritis
b. Sebagai bentuk penerapan dan penjelasan secara sederhana tentang teori yang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru sebagai bahan referensi yang sangat
b. Bagi Siswa
berbahasa Indonesia dan mendorong siswa untuk rajin menulis khususya membuat
karangan cerpen.
E. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, banyak faktor yang tidak ikut dipertimbangkan meskipun
faktor-faktor tersebut mempengaruhi kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa. Hal
1. Data yang di ambil dalam penelitian ini adalah hasil karangan siswa sehingga kebenaran
2. Sumber informasi dalam penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII MTs Negeri 2
Sidoarjo tahun 2017 dari jumlah siswa sebanyak 350 anak tidak seluruhnya dijadikan
sumber informasi (sumber data). Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian ini
tidak mungkin dianggap sama untuk seluruh siswa MTs Negeri 2 Sidoarjo
3. Fokus penelitian ini terbatas pada kesalahan wacana bahasa Indonesia dalam karangan
deskripsi bahasa Indonesia tulis. Oleh karenanya, hubungan antara wacana karangan
deskripsi yang mencakup kohesi dan koherensi paragraph tidak ikut dipertimbangkan.
4. Karena penelitian ini tentang bahasa tulis, maka tingkat fonologi, segmental, dan supra
F. Peristilahan
Terdapat beberapa istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini yang perlu
berikut :
1. Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis yang
norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati,
2013: 13).
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para
3. Wacana
Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling
lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik,
mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara
4. Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah suatu karangan yang menggambarkan suatu objek dengan
tujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Euis
tertentu (keadaan, peristiwa seseorang) dengan tujuan agar pembaca seolah-olah melihat
sendiri objek yang digambarkan tersebut, Karangan deskripsi dianggap mudah bagi
penulis (siswa) dalam proses pengembangannya, selain itu banyak hal yang dapat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
12
Pada kajian ini akan dibahas teori-teori dan pendapat yang relevan yang menjadi acuan
dalam penelitian ini. Teori-teori dan pendapat tersebut adalah : (A) karangan dan macamnya, (B)
wacana bahasa Indonesia, (C) Kesalahan Berbahasa dan Analisis Kesalahan Berbahasa (D)
penyebab timbulnya kesalahan, (E) jenis-jenis kesalahan, (F) temuan terhadap penelitian
A. Karangan
Ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai definisi dari kata karangan. Hal
Sebagai salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Euis Honiarti, dkk. Beliau
mengatakan bahwa karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan pengarang dalam satu kesatuan bahasa (2003:129). Sedangkan menurut ahli yang
lain mengatakan bahwa karangan Sedangkan menurut ahli yang lain mengatakan bahwa
karangan adalah salah satu tulisan yang merupakan hasil pekerjaan dari mengarang.
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa karangan dapat diartikan
dengan rangkaian atau penyusunan ide atau buah pikiran dan perasaan ke dalam rangkaian
kalimat secara teratur dengan satu kesatuan yang utuh. Karangan juga merupakan salah satu
jenis tulisan resmi, yakni tulisan yang memerlukan ketelitian dalam pemakaian bahasanya.
Mengarang dapat diartikan dengan merangkai atau menyusun ide atau buah pikiran dan
perasaan ke dalam rangkaian kalimat secara teratur dengan satu kesatuan yang utuh.
Karangan merupakan proses menulis. Sebagai suatu proses, penulisan karangan dapat dibagi
Target penyusunan karangan adalah kerangka karangan, yakni kerangka tulis yang
Karangan yang bersifat formal, seperti makalah penelitian, tesis, atau karangan ilmiah
lainnya, menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi persyaratan itu meliputi isi,
1. Jenis-Jenis Karangan
Sedangkan jenis karangan berdasarkan bentuknya adalah terbagi atas tiga jenis yaitu
karangan berbentuk puisi, prosa, dan drama. Sementara jenis karangan berdasarkan
masalah penyajiannya, karangan terbagi atas empat jenis, yaitu: karangan ilmiah,
Berdasarkan isi dan sifatnya, karangan terdiri atas Narasi, Deskripsi, Eksposisi, Persuasif,
a. Narasi
Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangkaian kejadian, tindakan,
keadaan secara berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian
hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya bersifat
naratif. Contoh jenis karangan ini adalah biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen.
b. Deskripsi
14
suatu masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara
konkret. Contoh karangan jenis ini adalah karangan tentang peristiwa runtuhnya
sebagainya.
Karangan deskripsi adalah suatu karangan yang menggambarkan suatu objek dengan
tujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Euis
mudah bagi penulis (siswa) dalam proses pengembangannya, selain itu banyak hal
dirasakannya. Sebagai pembeda dengan jenis karangan yang lain, karangan deskripsi
memiliki beberapa ciri khusus yang dimilikinya, antara lain sebagai berikut:
1) Bersifat informative
3) Susunan peristiwa tidak menjadi pertimbangan utama, yang penting pesan penulis
c. Eksposisi
Eksposisi adalah suatu karangan yang menjelaskan pokok masalah yang disertai
ini adalah artikel-artikel dalam surat kabar atau majalah dan tulisan-tulisan
ilmiah.
d. Argumentasi
Argumentasi dalam suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan mengenai
menggunakan bahasa denotative, analisis rasional, alasan kuat dan bertujuan supaya
pengangkatan seseorang.
2. Pendekatan Deskripsi
penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Hal ini berarti suatu tujuan berhasil atau tidak
bergantung pada penelitian, penentuan, dan penggunaan metode yang digunakan dalam
yang dapat dipilih oleh penulis sebelum membuat karangan tersebut. Pertama,
16
pendekatan relistis yaitu deskripsi yang dibuat terhadap suatu objek yang tengah diamati
pendekatan menurut sikap pengarang, yaitu bagaimana sikap penulis pada saat
mendeskripsikan objeknya.
Karangan deskripsi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu deskripsi benda atau
orang, dan deskripsi tempat atau keadaan. Deskripsi benda atau orang yatiu deskripsi
yang menggambarkan ciri-ciri suatu benda (orang). Penggambaran itu dapat dilakukan
dengan cara menggambarkan keadaan fisik, watak secara psikologis, dan tindakan yang
dilakukan oleh objek. Deskripsi tempat atau keadaan adalah deskripsi yang
menggambarkan keadaan suatu tempat, terutama yang berhubungan dengan letak suatu
benda.
Tugas utama seorang penulis karangan deskripsi adalah menghadirkan objek seobjektif
penghayatan dan pengalamannya sendiri. Oleh karena itu, penulis harus mengetahui
rambu-rambu pendeskripsian yang benar, antara lain (1) menentukan apa yang akan
akan dideskripsikan, dan (4) merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang
1. Pengertian Wacana
yang artinya “berkata” atau “berucap” (Douglas dalam Mulyana, 2005: 3). Kata tersebut
kemudian mengalami perubahan atau perkembangan menjadi wacana. Bentuk ana yang
Menurut Moeliono (2007), wacana adalah salah satu bahasa terlengkap yang
direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh seperti novel, buku, artikel,
pidato, atau khotbah. Sedangkan menurut Samsuri (dalam Moeliono: 2007), wacana
adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi itu
dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Wacana sebagai
rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut
wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, ntetan kalimat membentuk wacana
karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang serasi (Hasan Alwi, 2000: 41).
yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain,
membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam
18
bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf,
kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana, 2008: 259).
Sumarlam (2009: 15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah
satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah,
dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis,
yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan
Sementara itu, Tarigan (1987: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan
bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi tinggi, berkesinambungan, mempunyai awal dan akhir, jelas, dan
dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Definisi di atas dapat lebih jelas dengan
memperhatikan apa yang dimaksud dengan kohesi dan koherensi. Kohesi adalah
keserasian hubungan antara unsur satu dan unsur yang lain dalam wacana, sedangkan
(Djajasudarman, 2010: 4). Jadi, suatu kalimat atau rangkaian kalimat, misalnya dapat
disebut sebagai wacana atau bukan wacana bergantung pada keutuhan unsur-unsur
makna dan konteks yang melengkapinya. Lebih lanjut dijelaskan wacana adalah rentetan
adalah konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi (dari pembicaraan) yang
satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau keruntutan antarbagian
terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau
rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang
satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-
ide yang diungkapkan.Wacana dapat berwujud karangan, paragraf, kalimat atau kata
sebab itu, sebuah wacana yang baik terdapat beberapa persyaratan yaitu penggunaan
bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat
menjadikan wacana tersebut sebagai wacana yang baik. Oleh karena itu, wacana dapat
20
berwujud karangan, paragraf, kalimat, atau kata yang dapat menghasilkan rasa kepaduan
Dari uraian di atas, terdapat beberapa unsur-unsur penting dalam sebuah wacana
agar menjadi wacana yang baik. Unsur-unsur penting wacana itu diuraikan sebagai
berikut.
a. Satuan Bahasa
Kridalaksana (2008: 215) menyebutkan bahwa satuan adalah paduan bentuk dan
makna dari suatu sistem, tanpa atau dengan varian lahiriah yang berkontras dengan
paduan lain dalam sistem itu. Sedangkan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri. Jadi, satuan bahasa merupakan paduan bentuk dan
makna dari suatu sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi.
Satuan bahasa terdiri atas fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Abdul Chaer (1994: 267) menyebutkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang
atau terbesar.
Wacana dikatakan lengkap karena terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide
yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar
(dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau
terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi
A. Hamid Hasan Lubis (1994: 20) menyatakan kesatuan bahasa yang lengkap
dewasa ini, melainkan wacana atau discourse yang merupakan kesatuan bahasa yang
lengkap tanpa menyebutkan bentuk wacana yang bagaimana dan menyatakan bahwa
Deese dalam Tarigan (1987: 25) wacana merupakan seperangkat proposisi yang
saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi
penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi
wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau
pembaca harus muncul dari cara pengutaraan atau pengutaraan wacana itu.
Sebuah wacana memiliki tema yang dipadu melalui kalimat sehingga membentuk
sebuah kontinuitas.
Wacana bisa terbentuk dari bahasa lisan ataupun bahasa tulisan yang memiliki makna
Wacana yang baik dimulai dari sebuah awalan yang sesuai dengan tema dan memiliki
akhir atau simpulan yang jelas, sehingga tidak membuat ambigu suatu makna dari
sebuah wacana dan dapat dipertanggungjawabkan isinya (Tarigan, 2009: 24). Jadi,
ada delapan unsur penting dalam membuat sebuah wacana agar menjadi sebuah
Wacana dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah pun terdiri atas berbagai
jenis di antaranya.
wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan
menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur
lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur
subjek-predikat.
Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga
jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu
komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta
23
yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian,
pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu
dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau
sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam
komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang
deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi. Wacana narasi adalah cerita yang
didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi bisa juga berisi
cerita khayal atau fiksi atau rekaan seperti yang biasanya terdapat pada cerita novel
atau cerpen, narasi seperti ini juga disebut dengan narasi imajinatif.
Kata deskripsi berasal dari bahasa Latin “discribere” yang berarti gambaran,
Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan,
fakta, dan citraan. Selanjutnya, kata eksposisi berasal dari bahasa Latin “exponere”
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian
terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-
pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Wacana argumentasi dapat juga berisi
alasan yang rasional dan logis. Sedangkan wacana persuasi adalah wacana yang
untuk memengaruhi. Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada
bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima
Kamar Kos
Siang itu aku sedang duduk santai pada bangku kayu di dalam kamar kosku yang baru saja
direhap sambil menghembuskan asap rokok Filter kesukaanku. Kamar kos yang seperti ini
merupakan impianku sejak baru pertama kali aku menjadi mahasiswa pada Universitas
Flores. Sekarang aku memandang puas pada hasil kerjaku. Aku bisalebih betah sekarang
berada di dalam kamar sambil belajar dan melahap buku-buku bacaan. Kos yang kelihatan
lebih luas. Pada dinding kamar aku gantungkan foto-fotoku semasa SMA dulu. Kelihatan
makin menarik apalagi setelah foto-foto itu aku tempatkan sesuai dengan ukurannya masing-
masing, dari atas ke bawah mulai dari yang paling besar.
25
Pandanganku kemudian tertuju pada rak buku di pojok kamar yang berisi buku-buku bacaan
ilmiah yang kubeli dengan uang sisa pembayaran SKS-ku setiap semester pada Toko Buku
Nusa Indah. Kuambil satu buku yang disampulnya tertulis Berpikir dan Berjiwa Besar dari
penerbit Binarupa Aksara. Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke
tempat semula. Aku memandang lagi secara keseluruhan kamar kosku, Sebuah tempat tidur
tak berkasur, hanya beralaskan sehelai tikar plastik tetapi cukup nyaman. Atap yang
terlampau dekat lantas aku batasi dengan kardus bekas yang aku minta dari kios-kios terdekat
untuk dijadikan plafon sederhana. Memang kelihatan sangat simpel namun menarik sebab
plafon yang dari kardus sudah ditutupi dengan kertas putih sampai seluruh dindingnya
Aku merasa begitu puas sekarang, apalagi saat kupandang lantai kamarku. Seperti lebih
bersih dan licin. Di atasnya aku bentangkan karpet plastik yang aku beli semeter seharga Rp.
12.000. Lantai kamar yang persis disusun dari keramik-keramik berwarna. Sebuah tape
recorder tua merk Primo, aku letakkan di atas meja panjang dari tripleks di dekat pintu masuk
sedangkan speakernya aku posisikan di bawah tempat tidurku. Agar kelihatan lebih menarik
dan supaya terkesan bahwa aku juga selalu mendengarkan musik, maka pada dua buah
speakerku itu ku tempelkan stiker bertuliskan “full musik‟.
Aku telah mengakhiri semua tugasku dengan gemilang. Yang terakhir yang baru saja
kuselesaikan adalah menempel sebuah tulisan pada daun pintu kamarku “welcome”
Selanjutnya aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Wacana
narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Oleh karena itu, unsur-unsur yang
biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu, pelaku, dan peristiwa, contoh (2) wacana narasi.
Aku dan teman-temanku memulai perjalanan kami pada hari Minggu ini dengan sangat suka
cita. Rombongan kami semuanya berjumlah delapan orang sehingga tidak kesulitan mencari
kendaraan karena pada kami terdapat empat buah sepeda motor. Kami memulai perjalanan
kami dari rumah teman kami di depan kampus I Universitas Flores kurang lebih pukul 07.00
pagi selepas Misa pertama. Berdua-dua, kami melewati Jalan Sam Ratulangi lalu menyusuri
Jalan Wirajaya, terus masuk ke Jalan Pahlawan lalu untuk sementara mengucapkan selamat
tinggal kota Ende setelah sepeda motor kami melaju pelan di Jalan Umum Ndao.
Tujuan perjalanan kami hari ini adalah tempat wisata Nangalala. Kami tiba di sana kira-kira
pukul 07.30 pagi dan kebetulan sekali setibanya di sana kami adalah orang yang pertama
sehingga kami dapat memilih tempat yang lebih bagus untuk kami dirikan kemah darurat dan
26
menyimpan semua perlengkapan kami. Sebuah rencana yang sangat matang telah kami
susun. Acara rekreasinya kami kemas sedikit lebih lain dari biasanya.
Setelah kemah darurat kami buat, kami harus membuat sharing Emaus, yang berarti berdua-
dua menceritakan keadaan batin kami masing-masing kepada teman yang boleh dipilih
secara acak dari antara kami. Sharing Emaus ini meniru kisah Kitab Suci tentang Dua Murid
yang berjalan ke Emaus. Selanjutnya sharing yang berjalan selama satu jam kami plenokan
di kemah darurat kami. Masingmasing menceritakan apa yang sudah diceritakan oleh
temantemannya, menunjukan masalah-masalahnya dan selanjutnya kami pecahkan secara
bersama-sama jika memang ada masalah yang belum terpecahkan dalam Sharing Emaus itu.
Setelah semua acara sharing dan bertukar pengelaman selesai maka selanjutnya adalah kami
beramai-ramai menceburkan diri ke laut. Panas matahari rasanya terobati dengan merendam
di dalam laut yang dangkal. Kami begitu merasa lepas dari beban masing-masing setelah
sharing tadi sehingga saatnya sekarang kami bermain sepuas-puasnya.
Tanpa terasa matahari makin ke Barat. Jam telah menunjukan pukul tiga sore. Kami segera
mengemas perlengkapan kami masing-masing. Saatnya kami harus pulang dan ketika
matahari sudah benar-benar pergi ke peraduannya, kami sudah berada di kos kami masing-
masing sambil membayangkan saat bahagia yang sudah dilewati.
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar
yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika
yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi
Pahlawan
Jika melihat kejadian beberapa hari kebelakang, banyak peristiwa yang membuat bulu kuduk
kita merinding dan hati pun bergetar, tanpa terasa air mata kesedihan pun bercucuran. Kita
pun sedih dan menangis, begitu banyak bencana yang terjadi di bumi nusantara yang kita
cintai. Kejadian ini bukan hanya disaksikan di layar atau mendengar dalam radio bahkan kita
melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Di mulai dari bencana yang diakibatkan kecelakaan pesawat yang mengakibatkan ratusan
korban jiwa ditambah dengan kerugian materil yang sangat luar biasa besar. Sementara itu,
pemerintah menaikkan harga BBM yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat dengan harga
yang sangat fantastis 120% kenaikannya. Kenaikan BBM ini juga bertepatan dengan umat
27
Islam yang mayoritas pendudukan Indonesia memasuki bulan Ramadhan yang biasanya
diikuti oleh harga-harga kebutuhan pokok akan meningkat tajam.
Genaplah sudah penderitaan masyarakat. Sekali lagi air mata kesedihan semakin
bercengkrama dengan mesra, dan seolah-olah tidak mau lepas dari kehidupan rakyat
Indonesia ini. Biasanya saya hanya terdiam, sebab memang tidak ada alasan yang terlalu
jelas, tambahnya.
Hanya merasakan sebuah kenyataan bahwa negeri ini sedang melintasi sebuah persimpangan
sejarah yang rumit. Kendati demikian, menurut pendapatnya, krisis dan bencana yang melilit
setiap sudut kehidupan negeri ini tidak perlu ditakuti dan dirisaukan, sebab itu adalah takdir
semua bangsa.
Hal yang sangat memiriskan hati adalah bahwa pada saat krisis dan bencana besar ini terjadi,
justru negeri kita mengalami kelangkaan pahlawan.
menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika
Tidak diragukan lagi, nyamuk memang berbahaya terutama nyamuk penyebar malaria dan
demam berdarah. Untuk melindungi diri dari gangguan nyamuk kita biasa pakai obat
nyamuk. Tetapi apakah kita sadar jika pemakaian obat nyamuk ternyata dapat merugikan
kesehatan manusia. Lalu bagaimana dong!
Kawan-kawan selain obat nyamuk kita dapat juga memakai kelambu di tempat tidur, nyamuk
tidak mampu menembus celah kecil kelambu. Kelambu ini tentu saja aman dan bebas efek
samping yang merugikan kesehatan. Sayangnya ada orang yang merasa kelambu itu tidak
praktis dan mengurangi keindahan tempat tidur, maka mereka ramai ramai beli obat nyamuk.
Bermacam-macam obat nyamuk memang sudah lengkap sekali dari jenis oles (lotion), obat
nyamuk semprot, obat nyamuk bakar, hingga obat nyamuk elektrik. Kira-kira mana di antara
jenis tersebut yang paling aman bagi kesehatan kita?
Menurut para pakar kesehatan, keempat jenis obat nyamuk tersebut tetap saja membahayakan
jika dipakai dalam waktu jangka pajang. Obat nyamuk terdiri atas unsur insektisida, zat
28
pewarna, dan pewangi, yang kesemuannya mempunyai dampak buruk. Jika dosis yang
terkandung masih dapat ditoleransi, maka bahaya dapat dikurangi.
Setiap kemasan obat nyamuk tentu saja memiliki aturan pakai yang berbeda dari satu jenis
dengan jenis lainnya. Bacalah aturan pakai baik-baik pada kemasannya, agar tidak salah
pakai!
Dari keempat jenis obat nyamuk tersebut urutan terbaiknya adalah lotion, elektronik, semprot
dan obat nyamuk bakar. Jika kamu jeli tentu harganya juga sesuai bukan? Yang terbaik tentu
saja harganya lebih mahal dari yang lainnya
sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernengaruhi ini, digunakan segala upaya
yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana
persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional, contoh (5) wacana persuasi.
Pernahkah anda mencoba minum sari jahe Taka Tunga? Sungguh sangat disayangkan
jika anda melalui hidup anda tanpa sedikitpun mencoba minuman tradisional berkhasiat
ini. Minuman ini adalah minuman berkhasiat tinggi. Diproduksi secara natural dari bahan
alamiah, yaitu jahe-jahe pilihan dari kampung Taka Kecamatan Golewa Kabupaten
Ngada dan dikemas menjadi sebuah produk yang sangat bermutu.
Entah anda mau yakin atau tidak, tetapi saya hanya mau mengatakan bahwa akan sangat
disayangkan jika anda tidak pernah mau mencobanya. Saya sendiri pernah mencobanya
dan rasanya tidak seperti meminum sari-sari jahe biasa. Ketika itu saya sedang masuk
angin akibat kehujanan saat mengendarai motor dari Mauponggo ke
Bajawa. Saya singgah sebentar di kampung Taka untuk membeli sebungkus sari jahe.
Saya meminta segelas air hangat kepada seorang ibu di kampung itu lalu melarutkan sari
jahe ke dalam gelas air dan langsung diminum. Alhasil, perut saya menjadi lebih baik
dan masuk angin langsung hilang.
29
Di samping khasiatnya untuk menyebuhkan masuk angin, juga sari jahe Taka Tunga juga
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti mag, lambung, sesak napas,
brongkitis, asma, sariawan, radang paru-paru, sakit kepala dan juga batuk tidak berdahak.
Kenyataan ini sudah dibuktikan oleh sebagian orang yang sudah mengkonsumsi
minuman ini dan menjadi sembuh dari penyakitnya akibat meminum minuman ini.
Sebagai sebuah minuman yang diproduksi secara alamiah oleh tangan-tangan trampil
masyarakat Taka Tunga, anda tidak perlu harus berpikir tentang efek samping dari
minuman ini. Minuman ini dikemas tanpa ada polusi kimiawi ataupun tanpa adanya
bahan pengawet. Minuman ini sudah menjadi pilihan banyak orang karena disamping
sebagai obat juga dapat digunakan sebagai minuman pengganti kopi pada pagi hari
ataupun sore hari. Sudah sejak tahun 2002 Sari Jahe Taka Tunga sudah Go Internasional
dan dan laris dikonsumsi di Cina, Kanada, Amerika Serikat dan Bangkok.
Kalau anda sempat lewat, anda bisa membeli minuman ini di kios-kios yang ada di
kampung Taka Tunga atau mungkin ada yang berminat, anda dapat menghubungi
langsung ke nomor 085253237046. Silahkan mencoba dan anda akan langsung
merasakan sendiri khasiatnya.
d. Tujuan Wacana
jenis wacana, dan tipe wacana. Penulis akan mengemukakan tujuan dari wacana
tersebut. Menurut Berry dalam Tarigan (2009: 58), pada prinsipnya wacana memiliki
beranggapan apabila seseorang memberikan suatu teks maka orang tersebut dengan
mudah dapat membandingkan teks atau bagian teks agar mudah dipahami antara
apabila seseorang membangun suatu teori wacana maka salah satu tujuan utamanya
30
e. Analisis Wacana
Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun
hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa
Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam
komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau sebagian kalimat, fungsi
ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang
disebut wacana (Littlejon dalam Sobur, 2006: 48). Di Indonesia, ilmu tentang analisis
1993 : 4).
dan latar sosial di mana teks tersebut dibuat. Analisis wacana merupakan disiplin ilmu
yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa dalam tindak komunikasi. Seperti yang
diungkapkan Stubbs bahwa analisis wacana adalah suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun
lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah ini berarti penggunaan bahasa seperti dalam
menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari pada kalimat dan lazim disebut
wacana, sehingga analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau
paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam
wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana tulisan. Analisis wacana itu mengkaji
perlu diperhatikan semua unsur yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut.
Unsur yang terlibat dalam penggunan bahasa ini disebut konteks dan koteks. Konteks
mencakup segala hal yang ada dilingkungan penggunaan bahasa. Selanjutnya, koteks
merupakan teks yang mendahului atau mengikuti sebuah teks. Dengan demikian,
Aspek-aspek tersebut adalah (a) konteks wacana, (b) topik, tema, dan judul wacana,
(c) kohesi dan koherensi wacana (d) referensi dan inferensi wacana. Konteks wacana
yang membantu memberikan penafsiran tentang makna ujaran adalah situasi wacana.
Situasi mungkin dinyatakan secara eksplisit dalam wacana, tetapi dapat pula
disarankan oleh berbagai unsur wacana, yang disebut ciri-ciri (wacana) atau
bentuk amanat, peristiwa, saluran dan kode (Samsuri dalam Arifin dan Rani, 2000:
13). Sejalan dengan aspek-aspek di atas maka analisis wacana dapat dilakukan
dengan dua pendekatan atau dianalisis melalui dua arah, yakni dari teks itu sendiri
32
dengan pendekatan mikrostruktural dan dari luar teks atau dari konteksnya dengan
pendekatan makrostruktural.
Dalam hal ini, penulis menganalisis teks wacana dengan menggunakan pendekatan
mikrostruktural yaitu menganalisis teks dengan melihat dari sarana pembentuk kohesi
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar.
yang “menyimpang” dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang
dewasa. Para guru dan orang tua yang telah bersabar terhadap kesalahan berbahasa yang
dilakukan siswa atau anak-anaknya tiba pada suatu simpulan bahwa “berbuat kesalahan
merupakan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan”. Dengan kata lain, guru dan
orang tua tidak perlu menghindar dari kesalahan, tetapi justru harus menghadapi serta
memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh murid atau anak mereka. Kita hendaklah
benar-benar menyadari bahwa orang tidak dapat belajar bahasa tanpa sama sekali berbuat
kesalahan-kesalahan secara sistematis (Tarigan, 2011: 126). Sementara itu di lain pihak,
Dulay menggunakan istilah “goofs” pada kesalahan yang dilakukan anak-anak di dalam
Istilah kesalahan yang oleh Tarigan (2011: 303) berasal dari bahasa Inggris „errors‟ yang
selanjutnya bersinonim dengan „mistakes‟ dan „goofs‟, yang di dalam bahasa Indonesia
kita mengenal kata “kekeliruan” dan “kegalatan.” Ke semua kata di atas tidak asing bagi
mereka yang mempelajari bahasa, baik bahasa pertama (B1), maupun bahasa kedua (B2),
dalam pembelajaran bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Kesalahan
seseorang dalam berbahasa dapat menjadi masalah jika orang tersebut mengerti tentang
konsep kesalahan itu sendiri, namun sebaliknya bisa menjadi hal sederhana jika orang
tersebut tidak menyadari akan kesalahannya di dalam bertindak tutur atau berbahasa.
Menurut Tarigan (2011) bahwa kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang
mempelajari bahasa kedua (B2), tetapi juga oleh siswa yang mempelajari bahasa
pertamanya (B1). Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa itu erat kaitannya
dengan pembelajaran bahasa, baik pembelajaran bahasa pertama (B1) maupun bahasa
kedua (B2). Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan yang terjadi itu perlu diketahui dan
dikaji secara mendalam, sebab kesalahan tersebut merupakan bagian integral dari proses
informasi yang diperoleh, yaitu (1) sebagai umpan balik bagi guru, sampai sejauh mana
kemajuan telah dicapai siswa, sehingga materi-materi apa sajakah yang masih tersisa dan
harus dipelajari, (2) sebagai bukti bagi peneliti tentang bagaimana seseorang
memperoleh dan belajar bahasa, dan (3) sebagai masukan bahwa kesalahan itu
merupakan salah satu strategi yang digunakan siswa dalam memperoleh bahasanya
Beberapa konsep atau teori tentang kesalahan berbahasa yang dikemukakan oleh para
ahli, di antaranya Corder yang menggunakan istilah errors dan mistakes untuk
membatasi kesalahan berbahasa. Secara khusus Corder menjelaskan bahwa errors dan
mistakes masuk dalam ranah kesalahan berbahasa, dengan rincian sebagai berikut.
1) Errors adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata
bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki
34
aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu
2) Mistakes adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata
atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan
akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena
(kekeliruan) yang oleh Corder (dalam Rusminto: 2011) dinyatakan sebagai dua hal
penyimpangan yang terjadi secara sistematis dan konsisten, dan disebabkan oleh
belum dipahaminya sistem linguistik bahasa yang digunakan. Sementara itu, mistakes
begitu, dalam uraian selanjutnya dinyatakan bahwa untuk menentukan apakah suatu
penyimpangan yang dibuat oleh siswa itu sebagai suatu kesalahan (errors) atau
Pendapat lain yang berbeda sebagaimana dikatakan oleh Jain (dalam Richards, 2004:
206) yang mengunakan istilah slip of tongue or slip of pen sebagai suatu kesalahan
berbahasa (errors) yang tidak hanya terjadi pada seseorang yang mempelajari bahasa
kedua, tetapi bisa terjadi pada mereka penutur asli. Kesalahan ini oleh Jain disebut
sebagai kesalahan yang tidak sistematis (unsystematic errors). Kesalahan jenis ini
35
terjadi bisa karena faktor psikologis, seperti capai atau kelelahan, berubah dari waktu
pada hal-hal lain, seperti guru, lingkungan sekolah, perangkat pengajaran, hingga
bahan ajar itu sendiri. Kesemuanya memberi kontribusi terhadap kegagalan siswa di
dalam pembelajaran bahasa (sebagai akibat dari kesalahan berbahasa yang mereka
yang dilakukan siswa perlu segera dilakukan agar pemilihan strategi pembelajaran
bahasa dapat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran bahasa
tersebut. Namun, Kachru (dalam Richards, 1984: 85) menggunakan istilah yang
Diungkapkan bahwa keduanya dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan faktor
He speaks
Di dalam bahasa Indonesia, pengaruh bahasa Ibu (bahasa daerah) juga sering
dijumpai dalam bahasa lisan ataupun bahasa tulis, sebagaimana contoh berikut.
Demikian juga pengaruh bahasa Inggris sebagai bahasa ketiga (B3) yang dipelajari
1) Saya berterima kasih kepada Amir, selaku kepala sekolah yang mana telah sudi
menerima kami sebagai guru di sekolah ini.
37
Seharusnya
a. Saya berterima kasih kepada Amir, selaku kepala sekolah yang telah sudi
menerima kami sebagai guru di sekolah ini.
b. We thank to Mr. Amir, The Headmaster who has accepted us as the teachers
in this school.
Selanjutnya, menurut temuan kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap anak
yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua (B2) selalu membangun bahasa
melalui proses kreativitas. Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas,
bukan suatu kesalahan berbahasa. Kekhilafan adalah suatu hal yang wajar dan selalu
dialami oleh anak (siswa) dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua.
Hal itu merupakan implikasi logis dari proses pembentukan kreatif siswa (anak).
bukanlah sesuatu yang semata-mata harus dihindari, melainkan sesuatu yang perlu
dipelajari.
Nemser, dikutip oleh Brown (1980:163) melihat bahasa yang salah itu bersifat
khusus, artinya tidak sama dengan bahasa pertama, tidak sama pula dengan bahasa
kedua. Akan tetapi, bahasa yang salah itu mendekati bahasa kedua. Oleh sebab itu
Nemser menyebutnya sistim yang hamper sama (approximative system) dating dari
berbuat kesalahan yang sejenis dapat dilakukan dengan pembenahan kurikulum, buku
penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam suatu
bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa
38
Indonesia, secara lisan maupun tulis, yang berada di luar atau menyimpang dari
2011).
Penyebab utama kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang
bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Menurut Setyawati (2010: 15) ada
tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut.
(1) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat berarti bahwa kesalahan
berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap
Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan
sistem linguistik B2. (2) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang
dipakainya. Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari.
Dengan kata lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan
generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari
kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan
istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh: (a)
yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep. (3) Pengajaran bahasa
yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan
atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah
intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran. Brown
kedua, yaitu transfer antar bahasa, transfer intrabahasa, konteks belajar, dan strategi
1. Transfer antarbahasa
Kesalahan belajar bahasa kedua yang bersumber pada pengaruh bahasa perrama
antar bahasa.
2. Transfer intrabahasa
Kesalahan yang timbul dalam pembelajaran bahasa kedua dapat bersumber pada
interferensi system dalam bahasa sasaran, sebagai contoh adalah transfer negative
dalam bahasa sasaran. Penggeneralisasian suatu kaidah terhadap kaidah yang lain
3. Konteks belajar
Konteks belajar, yang mungkin tumpang tindih dengan transfer antar dan intrabahasa,
belajar, sebagai contoh kegiatan belajar dikelas, dapat berkaitan dengan guru, materi
bahasa kedua. Penjelasan guru dikelas atau buku teks dapat menjadi penyebab
4. Strategy komunikasi
40
Strategi komunikasi sebagai sumber kesalahan dapat tumpan tindih dengan transfer
antar dan intranbahasa, serta konteks belajar. akan tetapi, strategi komunikasi secara
berkomunikasi. Pada saat itu, bentuk linguistic yang tepat tidak tersedia pada diri
pembelajar.
6. Jenis-Jenis Kesalahan
a. Kesalahan Ejaan
kata-kata, dan tanda baca. Sementara Wibowo (2002:47) menjelaskan bahwa ejaan
ejaan bahasa Indonesia banyak macamnya. Adapun yang akan dibahas dalam
penelitian yaitu :
Huruf besar atau huruf kapital dalam penggunaanya harus disesuaikan dengan
Misalnya:
Dia mengantuk.
41
Apa maksudnya?
Misalnya:
c) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
Misalnya:
Alkitab
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
Misalnya:
berikut.
42
(1) Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
(2) Dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar
(3) Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu
(4) Dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang
(5) Dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda Tanya atau seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka
(6) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
(7) Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu
melainkan.
(8) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat,
(9) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
3) Penulisan Kata
Kata depan adalah kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat.
Kata depan dimunculkan dalam kaitannya dengan kelas kata, bukan dalam
dalam kelompok di, ke, dari, antar, hingga, dan lewat berfungsi merangkaikan
sebuah kata dengan kata yang lain yang menyatakan tempat atau waktu
(Keraf,1991:108)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
sedangkan ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang diikutinya.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata mendapat awalan atau akhiran
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum
44
Dalam penelitian tentang karya tulis sesungguhnya banyak aspek yang bisa
diteliti, seperti bentuk, bahasa, dan lain-lain. Walaupun demikian penelitian ini
meneliti pada masalah kebahasaannya saja. Adapun peneliti akan meneliti masalah
kebahasaan dengan mencari ada atau tidak kesalahan penggunaan bahasa Indonesia
pada karya tulis siswa tersebut. Kesalahan bahasa sendiri meliputi ejaan, diksi atau
(b) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
Kesalahan Pembenaran
45
(c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintahan,dan ketatanegaraan serta nama
dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Kesalahan Pembenaran
... diabdikan kepada Nusa dan ... diabdikan kepada nusa dan
Bangsa. bangsa.
Kepala Staf TNI-Au Kepala staf TNI-AU
(e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata
ganti untuk Tuhan.
Kesalahan Pembenaran
... petunjuk dan rohmadnya ... . ... petunjuk dan rohmad-Nya ...
.
... Tuhan YME yang ... Tuhan YME yang
melimpahkan rahmatnya ... . melimpahkan rahmatNya ... .
47
(f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Kesalahan Pembenaran
... judul “RANCA BALI” ... judul “Ranca Bali” pabrik teh
Pabrik teh dengan ... . dengan ... .
... berbagai Ilmu Pengetahuan. ... berbagai ilmu pengetahuan.
(g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah.
Kesalahan Pembenaran
... pada hari sabtu s.d senin ... pada hari Sabtu s.d. Senin
tanggal 20-22 Juli 2009. tanggal 20-22 Juli 2009.
SELASA Selasa
Tanda koma di pakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Kesalahan Pembenaran
Andong 14 Agustus 2009 Andong, 14 Agustus 2009
Sabtu 12 September 2009 Sabtu, 12 September 2009
Kesalahan Pembenaran
... sebab “Tak ada gading yang ... sebab tak ada gading yang tak
tak retak” ... retak ...
c. Penulisan Kata
(b) Sinonim
Penggunaan kata bersinonim di bawah ini tidak tepat.
(1) Adapun maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah
untuk laporan hasil karya tulis.
(2) Kepada para pengelola hendaknya semakin tekun dan rajin
dalam bekerja demi tercapainya…..
Kata ‘maksud’ dan ‘tujuan’ serta ‘tekun’ dan ‘rajin’ adalah kata
yang memiliki arti sama, jadi tidak tepat apabila ditulis secara
bersamaan. pembenaran pada kalimat pertama bisa saja dengan
54
(d) Kesesuaian
(1) Peggunaan Kata Baku
penggunaan kata tidak baku pada sampel dapat dilihat berikut
ini.
a. Keinginan untuk mengetahui teori maupun praktek tentang
proses produksi teh di Bandung Selatan.
b. Karya tulis ini telah disetujui dan disyahkan pada.
55
1) Kohesi
56
2) Koherensi
Kalimat yang tidak koheren terlihat berikut ini.
a) Dalam penyusunan karya tulis ini, kami memilih judul…
b) Serta sejarah berdirinya pabrik teh Rancabali.
Kesatuan susunan (koherensi) di atas menjadi kabur karena
kedudukan subjek dan predikat tidak jelas, terutama karena salah
menggunakan kata depan. Dapat diperbaiki sebagai berikut.
a) Penyusunan karya tulis ini memilih judul…
b) Sejarah berdirinya pabrik teh Rancabali.
3) Kesejajaran
Kalimat di bawah ini kurang baik dilihat dari kesejajaran
gagasan-gagasan yang ingin diungkapkan.
57
Kesalahan Pembenaran
Kami rela berkorbang demi untuk Kami rela berkorban demi negara
Negara
depan yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa
di masa
di waktu itu
di malam ini
di hari itu
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
pada masa itu
pada waktu itu
pada malam itu
pada hari itu
Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat
Misalnya:
belajar sudah
minum belum
makan sudah
seharusnya
seharusnya
seharusnya
sudah belajar
belum minum
sudah makan
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata
penghubung yang.
Misalnya:
60
Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata
penghubung yang atau dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal.
Contoh:
seharusnya
seharusnya
seharusnya
gadis Bali
pisang ambon
garam inggris
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai
kata penghubung milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah
Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai
kata seperti untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas, misalnya
sebagaiberkut
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata
Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya
tidak dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk
diminta ibu
dinasihati kakak
dibimbing paman
dididik kakek
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
diminta oleh ibu
dinasihati oleh kakak
dibimbing oleh paman
dididik oleh kakek
Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang tegas makna
kata Dialah. Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah
Jadi, frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang,
paling besar
paling tinggi
sangat berwibawa
yang amat
profesional
seharusnya
seharusnya
seharusnya
seharusnya
yang paling besar
yang palingtinggi
yang sangat berwibawa
yang amat professional
klausa aktif
Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja dan objeknya tidak
diantarai modalitas atau kata keterangan tertentu. Hal ini agar supaya
64
tanpak hubungan yang erat antara predikat dan objek dalam kalimat.
Selain itu, agar makna kalimat tersebut tidak menjadi agak kabur.
Misalnya:
– Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur. seharusnya
– Rakyat mencintai pimpinan yang jujur.
– Pemimpin itu melindungi akan rakyatnya, seharusnya
– Pemimpim itu melindungi rakyatnya.
Dalam klausa ekuaional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak
perlu ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara
subjek dan predikat terpadu secara erat.. Selain itu, makna kalimat
Misalnya:
– Nenekku adalah dukun. seharusnya
– Nenekku dukun
– Bapakku adalah guru SD, seharusnya
– Bapakku guru SD
Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek
dan predikat tanpak secara jelas sekaligus memberikan efek makna yang
jelas.
Misalnya:
– Saya akan membeli rumah itu. seharusnya
– Akan saya membeli rumah itu.
65
Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan kata oleh supaya ciri-
Misalnya:
– Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca Rina.
seharusnya
– Roman Tenggelamnya Kapal Tanpo Mas dibaca oleh Rina.
– Buku ekonomi itu telah dibaca Amir,
seharusnya
– Buku ekonomi itu telahdibaca oleh Amir.
Olehnya itu, klausa itu perlu diperbaiki menjadi Ibu pergi ke Makassar.
Semestinya
– Pak Camat pergi ke Maros.
– Amin di kolam renang.
Semestinya
– Amin berenang di kolam renang
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi
pergi ke rumahnya Rudy. (b) Buku ditulis oleh saya (c) Rumah itu
dibuat oleh saya. Kalimat (a), (b), dan (c) terpengaruh pada struktur
diperbaiki menjadi:
(2) Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal Ketika
menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-
bersubjek misalnya
dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam.
Contoh lain:
– Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang
drama.
Seharusnya:
– Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.
Seharusnya:
Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tap pergi ke sekolah.
Seharusnya:
– Walapun sibuk sekali, Rudi dan Indawan selalau hadir di acara
sederhana ini.
Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadi Dalam buku
Atau
di Sekolah Dasar.
Misalnya:
Bukan Pak Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin.
Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka.
69
Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim
agak kabur.
Misalnya:
ragam jenisnya dan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan cara
para pakar untuk mengelompokkan kesalahan berbahasa, antara lain ialah sumber
dua kategori, yaitu (1) kesalahan karena pengaruh unsur bahasa pertama (kesalahan
of rules, yaitu kesalahan penerapan kaidah bahasa target yang tidak sempurna; dan
(4) false concept, yaitu kesalahan dalam membuat hipotesis terhadap konsep kaidah
bahasa target.
Taylor yang dikutip oleh Huda dkk. (1981) dalam Rusminto (2011: 22-23)
berlebihan, yaitu penerapan kaidah bahasa target secara berlebihan; (2) transfer,
72
dikehendaki; (4) kesalahan yang tidak diketahui penyebabnya, dan (5) kesalahan
karena adanya generalisasi kaidah bahasa target secara berlebihan; (2) transfer of
training, yaitu kesalahan yang terjadi karena prosedur pembelajaran yang tidak
tepat, (3) strategy of second language learning, yaitu kesalahan yang terjadi karena
pendekatan yang tidak tepat terhadap kaidah bahasa kedua yang dipelajari
dengan penutur asli (native speaker) yang tidak tepat; dan (5) language transfer,
yaitu kesalahan yang terjadi karena pemindahan unsur-unsur bahasa pertama yang
Masih berdasarkan penyebabnya, Corder (1984) dalam Rusminto (2011: 23) secara
(1) transfer, yaitu kesalahan karena pengaruh struktur bahasa pertama; (2)
penerapan kaidah bahasa target pada konteks yang tidak tepat; dan (3) teaching-
induced errors, yakni kesalahan yang terjadi karena kurang efisiennya proses
73
pembelajaran bahasa target, baik yang menyangkut materi maupun teknik atau
metodologi pembelajarannya.
Di lain pihak, Dulay & Burt (1985) dan Richards (1985) dalam Tarigan 2011: 128)
struktur lahirnya, yang mereka sebut “goof”. Keempat kategori kesalahan tersebut
struktur bahasa ibu atau bahasa asli (native language) , dan yang tidak terdapat
pada data pemerolehan bahasa pertama yang bersasal dari bahasa target atau
bahasa sasaran.
Contoh:
merefleksikan struktur bahasa ibu, tetapi terdapat pada data pemerolehan bahasa
Contoh:
Contoh:
struktur bahasa pertama (B1) dan struktur bahasa tersebut tidak dapat dijumpai
Contoh:
komunikasi. Ada dua klasifikasi kesalahan, yaitu (1) kesalahan lokal, yaitu
kesalahan yang struktur lahirnya menyimpang dari kaidah tertentu tetapi kesalahan
(2) kesalahan global, yaitu kesalahan yang struktur lahirnya menyimpang dari
dalam dua jenis kesalahan, yaitu (1) kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor
dikenal sebagai “mistakes”, dan (2) kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya
sedang berkembang mengenai bahasa keduanya (B2). Kesalahan ini yang dalam
Pendapat lain, Huda (1984) dalam Rusminto (2011: 25) menyatakan bahwa
bahasa pembelajar.
Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa sering dijumpai pada bahasa lisan maupun
bahasa tulis. Artinya, kesalahan berbahasa dalam bidang frasa ini sering terjadi
bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya: (a) adanya pengaruh
bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (c) kesalahan susunan
kata, (d) penggunaan unsur berlebihan atau mubazir, (e) penggunaan bentuk
superlatif yang berlebihan, (f) penjamakan yang ganda, (g) penggunaan bentuk
resiprokal yang tidak tepat (Setyawati, 2010: 76). Berikut penjelasan dari kesalahan
daerah dapat kita jumpai dalam bahasa Indonesia (Setyawati, 2010: 76). Hal
tersebut juga dapat diperhatikan dalam pemakaian frasa yang tidak tepat
berikut ini.
Dalam ragam baku, unsur-unsur yang dicetak miring pada kalimat (a) dan
tidak tepat. Hal ini biasanya terjadi pada frasa preposisional yang
(4) Jika Pak Ali tidak berada di rumah, surat itu bisa dititipkan ke istrinya.
77
penggunaan preposisi yang tidak tepat. Pada kalimat (3) lebih tepat
yaitu kepada.
Salah satu akibat pengaruh bahasa asing adalah kesalahan dalam susunan
(a) Ini hari kita akan menyaksikan berbagai atraksi yang dibawakan oleh
putra kita.
Susunan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat (5) dan (6) tidak
harfiah dari bahasa asing itu ke dalam bahasa Indonesia. Kaidah bahasa
kesalahan berbahasa.
berikut.
pemanasan global.
kalimat dianggap mubazir karena tidak hemat. Oleh karena itu, yang
dalam suatu perbandingan. Bentuk yang mengandung arti ‘paling’ itu dapat
atau paling. Jika ada dua adverbia digunakan sekaligus dalam menjelaskan
bentuk yang rancu atau kacau. Menurut kaidah, bentuk jamak bahasa
(d) Bentuk jamak terdapat pula dalam kata ganti orang, seperti mereka,
kami, kita, kalian.
jamak dalam menyatakan tunggal dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini beberapa
bentuk yang dalam bahasa asing terdapat bentuk jamak dan terdapat bentuk tunggal
Datum data
Ruh arwah
Alumnus alumni
Unsur anasir
Alim ulama
Muslim muslimin
Kriterium kriteria
Dalam bahasa Indonesia diantara bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah
data dan dipakai dalam pengertian tunggal. Di antara alumnus dan alumni yang
dianggap baku ialah alumni dan dipakai dalam pengertian tunggal. Bentuk alim dan
tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada bentuk beberapa data, tiga alumni,
para arwah, dan kriteria-kriteria. Kita sering menemukan penjamakan yang ganda
menggunakan satu penanda saja; jika sudah terdapat penanda jamak tidak
perlu kata tersebut diulang atau jika sudah diulang tidak perlu menggunakan
penanda jamak.
menggunakan kata saling atau dengan kata ulang berimbuhan. Akan tetapi
jika ada bentuk yang berarti ‘berbalasan’ itu dengan cara pengulangan
informasi.
yaitu: penggunaan preposisi yang tidak tepat, susunan kata yang tidak
yaitu: kalimat yang tidak berpredikat, kalimat yang tidak bersubjek dan
dan kalimat.
(1) Salah satu daripada pelajar terkena luka ringan, sedangkan pelajar yang
Salah satu akibat pengaruh bahasa asing adalah kesalahan dalam susunan
kelas VIII SMP Negeri 1 Banguntapan dijumpai susunan kata yang tidak
Susunan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat (5) tidak sesuai kaidah
bahasa Indonesia. Hal tersebut berawal dari terjemahan harfiah dari bahasa
asing itu ke dalam bahasa Indonesia. Frasa ini hari berasal dari terjemahan
this day. Frasa terlalu banyak waktu berasal dari terjemahan bahasa inggris
yaitu too many time. Kaidah bahasa Indonesia dengan bahasa asing yang
dianggap mubazir karena tidak hemat. Oleh karena itu, yang digunakan
salah satu saja agar tidak mubazir. Perbaikan ketiga kalimat tersebut adalah
berikut ini
wawasan.
wawasan.
Bentuk superlatif adalah suatu bentuk yang mengandung arti ‘paling’ dalam
atau paling atau imbuhan ter-. Jika ada dua adverbia digunakan sekaligus
Kami sangat bersyukur sekali karena tidak ada satu pun keluarga
Dalam pemakaiannya, kita dituntut untuk tidak berlaku boros yaitu dengan
dalam suatu kalimat sekaligus karena hal itu mubazir. Kedua kalimat di atas
Kami sangat bersyukur karena tidak ada satu pun keluarga kami
yang meninggal.
84
Kami bersyukur sekali karena tidak ada satu pun keluarga kami
yang meninggal.
penanda saja; jika sudah terdapat penanda jamak tidak perlu kata tersebut
diulang atau jika kata tersebut sudah diulang tidak perlu menggunakan
berikut ini.
mahasiswa.
mahasiswa.
atau dengan kata ulang berimbuhan. Akan tetapi, jika ada bentuk yang
himpitan
berhimpitan.
himpitan.
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banguntapan dibagi menjadi 7 (tujuh) yaitu
(a) kalimat yang tidak berpredikat, (b) kalimat yang tidak bersubjek dan
preposisi pada verba transitif, (e) kalimat yang tidak logis, (f) penghilangan
86
yang ditandai oleh partikel penyemat, yaitu yang, tanpa diikuti oleh predikat
atau objek. Hal itu juga bisa disebabkan oleh adanya keterangan subjek yang
sehingga penulis atau pembicaranya terlena dan lupa bahwa kalimat yang
kalimat-kalimat berikut.
(19/p2/k1)
Tiga contoh kalimat di atas terlihat belum selesai karena belum berpredikat.
kalimat yang lengkap yang mengandung subjek dan predikat. Jika penyemat
apabila nomina pada kalimat itu didampingi oleh kata ialah, adalah, atau
menjadi kalimat yang baik (yang memiliki subjek dan predikat) jika
S P
S P S P
Virus yang sering kita dengar dengan sebutan H1N1 ini dapat
i. Subjek Ganda
kalimat berikut.
Aku, ayah, dan adikku, kami langsung menuju ke Time Zone setelah
membeli kue.
88
Kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat akan menduduki fungsi
membeli kue.
preposisi.
Dan kami senang bisa kenalan dan berfoto dengan orang asing
(33/p1/k7)
Dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang memiliki objek; verba
transitif tidak perlu diikuti oleh preposisi sebagai pengantar objek. Dengan
kata lain, antara predikat dan objek tidak perlu disisipi preposisi, seperti
Dan kami senang bisa kenalan dan berfoto dengan orang asing
Kalimat rancu adalah kalimat yang tidak teratur, campur aduk, kacau
(KBBI, 1993: 725). Hal itu terjadi karena pembicara atau penulis kurang
lalu. (51/p1/k6)
Kalimat (27) adalah kalimat yang rancu. Kerancuan itu terdapat pada
Ungkapan itu mengandung arti karena. Pada pemakaian kedua bentuk itu
Agar dapat mendeskripsikan secara lengkap kesalahan yang ada pada dialek
transisional atau bahasa antara perlu adanya prosedur yang benar. Corder
90
mengevaluasi kesalahan.
yang harus dikoreksi, yaitu (1) kesalahan global, (2) kesalahan yang
BAB III
METODE PENELITIAN
ungkapan larangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata
lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang
berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 2006: 11).
masyarakat bahasa ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara
holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, dalam
penelitian bahasa jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain,
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah pembelajar bahasa Indonesia atau siswa MTs
92
Negeri 2 Sidoarjo tahun ajaran 2017-2018. Subyek tersebut tersebar di seluruh
Kecamatan Krian. siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo tahun 2017 dari jumlah
siswa sebanyak 350 anak tidak seluruhnya dijadikan sumber informasi (sumber
data).
1. Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, tanda baca, ejaan, penggunaan
huruf kapital yang ada dalam karangan siswa. Data kualitatif adalah data yang
berupa keterangan atau kata-kata biasa. Data kualitatif digunakan sebagai dasar
data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
93
2. Sumber Data
Sumber data dalam peneltian ini adalah hasil karangan deskripsi siswa kelas VII
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data karangan siswa. Untuk
mendapatkan data peneliti memberikan tugas kepada siswa kelas VII MTs Negeri
karangan siswa untuk di kaji letak kesalahan pada masing masing karangan siswa.
siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo. Sebelum siswa diberi tugas untuk membuat
Kemudian siswa di suruh untuk membuat karangan deskripsi yang sesuai peneliti
ajarkan sebelumnya. Kemudian hasil karangan di telaah satu per satu untuk di cari
wacana siswa dan sumber kesalahan yang terdapat pada wacana siswa.
analisis perbandingan dengan acuan yang baku yang dijadikan sebagai kriteria
atau menilai suatu fenomena kebahasaan yang dianggap sebagai suatu kesalahan
kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo adalah (1) tata bahasa baku bahasa Indonesia
(Alwi dkk,2000), (2) pedoman ejaan yang disempurnakan, dan (3) kebakuan dan
buku tersebut, buku-buku acuan atau referensi lain yang berkaitan dengan teknik
pada penelitian ini dipergunakan teknik analisis kesalahan (error analysis) yang
kesalahan, yaitu (1) mengumpulkan contoh kesalahan dari pembelajar bahasa, (2)
dalam penelitian ini juga akan dilakukan proses penentuan kesalahan seperti yang
penentuan tersebut sebagai berikut. Pertama, meneliti semua kalimat dalam data
yang telah dikumpulkan, baik kalimat yang benar maupun kalimat yang salah
membedakan kalimat yang salah dan yang benar berdasarkan kaidah penggunaan
bahasa sasaran sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa sasaran. Ketiga,
95
memperbaiki kesalahan dengan catatan bahwa arti atau kalimat harus tetap sama.
pada karangan deskripsi siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo Tahun 2017 ini,
bahasa Indonesia dalam karangan deskripsi siswa. Wacana yang salah diberi
BAB IV
kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo, terdapat tiga masalah utama yang dicari letak
kesalahan siswa dalam membuat teks wacana deskripsi. Karangan siswa di kaji
sesuai rumusan masalah yaitu, kesalahan wacana, frekuensi dan sumber kesalahan
A. Jenis Kesalahan wacana pada karangan siswa kelas VII MTs Negeri 2
Sidoarjo.
1. Diva Salsabila 7F
Kesalahan Pembenaran
Beliau itu berpostur tinggi Dan berpostur tinggi
Kata Dia Beliau
Khas Khas
2. Delfina 7G
Kesalahan Pembenaran
97
Tingkat Lantai
Disana Di sana (kata depan)
3. Farda Ali A 7G 97
Kesalahan Pembenaran
Negri Negeri
Lestaurant Restoran (kata baku)
Disana banyak makanan apa yang Disana menjual segala macam
kita inginkan macam makanan (kata efektif)
4. Nalla R
Kesalahan Pembenaran
Di kunjungi Dikunjungi (serangkai di merupakan
imbuhan)
Oleh setiap Dihilangkan (tidak efektif)
Slalu Selalu (tidak baku)
Di penuhi Dipenuhi (di imbuhan)
Dan Dan (tanda baca)
Banyak nya Banyaknya (partikel)
Di kelompok kan Dikelompokan (imbuhan serangkai)
Selain itu Selain itu (tanda baca)
Anak anak pun Anak anak pun (partikel)
disana Disana (kapital)
5. Ardelina RW 7F
98
Kesalahan Pembenaran
Dia Beliau
Wanita dihilangkan (tidak efektif)
6. Diah Puspita S 7F
Kesalahan Pembenaran
Sangat Sangat
Yang dihilangkan (tidak efektif)
7. Emik A.F 7G
Kesalahan Pembenaran
Tidak masjis Bukan hanya masjid
Itu dihilangkan (tidak efektif)
Makanan sehari hari dihilangkan
8. Nasya’a N.A 7F
Kesalahan Pembenaran
Namun Namun (kapital)
9. Nasywa A.I 7F
Kesalahan Pembenaran
Dari dihilangkan (tidak efektif)
Mulai Mulai (kapital awal kalimat)
99
10. Aulia
Kesalahan Pembenaran
jawa timur Jawa Timur (kapital)
karena Karena (kapital awal kalimat)
seperti : : dihilangkan
namun Namun, (tanda baca)
di sekitar Disekitar
disini Di sini (kata depan)
11. M Wahyu 7A
Kesalahan Pembenaran
di tinggalkan Ditingggalkan (serangkai karena imbuhan)
tak tidak (kata baku)
indonesia Indonesia (kapital)
namun Namun, (tanda baca)
candi borobudur Candi Borobudur
Kesalahan Pembenaran
Tidaklah tidaklah (kecil ditengah kalimat)
lain lain ( “ )
Dia Beliau
Kesalahan Pembenaran
Lemari Almari (kata baku)
yang dihilangkan (tidak efektif)
100
14. Agustia 7E
Kesalahan Pembenaran
tempat ini Gunung Bromo
di kunjungi Dikunjungi (ditulis serangkai karena imbuhan
hangat Tebal
belerang belerang, (tanda baca koma)
pada dihilangkan
yang hadir atau datang dibilangkan (pemborosan kata/ tidak efektif)
Kesalahan Pembenaran
tempat ini Gunung Bromo
di kunjungi Dikunjungi (ditulis serangkai karena imbuhan
hangat Tebal
belerang belerang, (tanda baca koma)
pada dihilangkan
yang hadir atau datang dibilangkan (pemborosan kata/ tidak efektif)
16. Danur / 7E
Kesalahan Pembenaran
101
17. Hikmal / 7D
Kesalahan Pembenaran
Didagunya dihilangkan (pemborosan)
ayahku Ayahku (kapital)
dgn dengan (baku)
yg yang (kata baku
Kesalahan Pembenaran
Yg Yang
dan Dan (kapital karena awal kalimat)
disana di sana (dipisahkan kata depan)
didalamnya Didalamnya (kapital karena awal kalimat)
kesana Kesana (kata depan)
berpariwisata Wisata (pemborosan)
disitu Di situ
songgoriti Songgoriti (kapital)
tempat untuk pembeli dihilangkan diganti penjual
19. M Maksun / 7C
Kesalahan Pembenaran
Coklat Cokelat
102
matanya dihilangan
dan dihilangkan diganti dengan tanda titik (.)
muda, komanya dihilangkan
Seperti seperti kecil karena tengah kalimat
yg yang
Kadang kadang (kecil karena tengah kalimat)
Kesalahan Pembenaran
Dia Dia kapital karena awal kalimat
ayah Ayah (kapital karena awal kalimat)
kamu dihilangkan tidak efektif
agar Agar (kapital karena awal kalimat)
oleh karena itu Dihilangkan (tidak efektif / pemborosan)
dia diganti dan
Kesalahan Pembenaran
Disitu Disitu (kapital awal kalimat0
sebelum Sebelum (kapaital awal kalimat)
sebelum Sebelum (kapaital awal kalimat)
dengan Dengan (kapital awal kalimat)
Kesalahan Pembenaran
dan disana Paraaagraf I dihilanghkan
delegan Delegan (kapital)
103
Kesalahan Pembenaran
Setelah malang setelah malang diberi tanda ( , )
tdk tidak (tidak baku)
di penuhi dipenuhi (ditulis serangkai imbuhan)
kira2 kira - kira
dgn dengan
Kesalahan Pembenaran
(Pesona Pantai Senggigi) Judul tidak pakai kurung
tentram tenteram
anda Anda
mempesona memesona
Kesalahan Pembenaran
di Jogya Di Jogya (kapital awal kalimat)
di pantai Di Pantai (kapital awal kalimat)
Sehabis sehabis (kecil karena ditengah kalimat)
104
Kesalahan Pembenaran
malang Malang (karena nama kota)
moseum Moseum
Berjualan berjualan kecil karena ditengah kalimat
di jadikan dijadikan (serangkai karena imbuhan)
Kesalahan Pembenaran
pantai Pantai (kapital karena ada kata Parangtritis)
Abu abu abu abu karena tengah kalimat
Pantai pantai karena tidak diikuti nama pantainya
Kesalahan Pembenaran
Judul Judul tidak diberi tanda apapun
yg yang
bermacam2 bermacam-macam
dipantai Di pantai kata depan
tak tidak
Muncul muncul (kecil karena ditengah kalimat)
Kesalahan Pembenaran
disana di sana (kata depan)
thn tahun
di tempatkan ditempatkan (serangkai imbuhan)
105
Kesalahan Pembenaran
Putranya Puteranya (kata baku)
Sifat Sifat (penulisanya kecil karena ditengah kalimat)
ketentraman ketentraman (kata baku)
1. Diva Salsabila 7F
Kesalahan Pembenaran
Wajahnya selalu bersinar seperti Wajahnya selalu berseri seri
bulan
tebal bergelombang tebal ikal
legam tanpa semir hitam berkilau
termakan usia bertambah usia
tutur katanya lembut tutur katanya halus
2. Ardelina RW 7F
Kesalahan Pembenaran
bersinar seperti bulan Berseri seri
hitam bergelombang hitam ikal
106
lembut halus
3. Emik A.F 7G
Kesalahan Pembenaran
Tidak masjis Bukan hanya masjid
Kesalahan Pembenaran
bersinar berseri seri
bergelombang ikal
lembut halus
sudah berumur sudah tua
5. Agustia 7E
Kesalahan Pembenaran
hangat tebal
6. Anggi Firmansyah / 7D
Kesalahan Pembenaran
bersinar berseri seri
bergelombang ikal
termakan bertambah
107
7. M Maksun / 7C
Kesalahan Pembenaran
menyejukkan
8. Alfiatul Laili / 7G
Kesalahan Pembenaran
ditumpangi Dinaiki
masyarakat Pengunjung
B. Pembahasan
6 Diah 1 - - 1 - -
Puspita
7 Emik AF - - - 1 1 -
8 Nasya NA - 1 - - - -
9 Nasywa AI 1 - - 1 - -
10 Aulia 2 1 - 1 1 1
11 M Wahyu 2 1 1 1 -
12 Dona Hesty - - - 1 1 1
Fauziah
13 Evi Nur 2 - - 3 2 -
Jannah
14 Agustia - 1 1 3 1 -
15 Anggi - 1 1 3 1 -
Firmansyah
16 Danur 2 - 1 1 - -
17 Hikmal 2 - 2 - - -
18 Wiwit 3 - 1 2 2 1
Andriansya
h
19 M Maksun - 2 1 2 1 1
20 Deni Ifan 3 - 1 2 - -
Aditya
21 M Niko 4 - - - - -
Febrianto
22 M Deni 3 1 - - 2 -
Firmansyah
23 M Nurul - 1 1 1 2 -
Afandi
24 Dwi Rahma - 1 - 3 - -
Ayuningtya
s
25 M Bagus 2 - - 1 - -
Aditya
26 A Fajar 2 - - 1 1 -
Nawawi
27 Faiz 2 - - 1 - -
Windana
28 Anisatul - 1 - 4 1 -
Wafa
29 Alfiatul - - 1 2 2
Laili
30 Hesti - - - 2 1 -
Mardayanti
33 13 16 30 25 6
109
2. Hasil Analisis Kekeliruan (Mistakes) pada wacana siswa kelas VII MTs
Negeri 2 Sidoarjo
Hasil Analisis Kekeliruan (Mistakes) pada wacana siswa kelas VII MTs
Negeri 2 Sidoarjo
No Nama Siswa Paragraf I Paragraf II Paragraf III Paragraf IV Paragraf V
1 Diva salsabila 1 3 1 - -
2 Delvina - - - - -
3 Farda Ali A - - - - -
4 Nalla R - - - - -
5 Ardelina RW 2 1 - - -
6 Diah Puspita - - - - -
7 Emik AF - - 1 - -
8 Nasya NA - - - - -
9 Nasywa AI - - - - -
10 Aulia - - - - -
11 M Wahyu
12 Dona Hesty 2 1 1 - -
Fauziah
13 Evi Nur - - - - -
Jannah
14 Agustia - - 1 - -
15 Anggi 3 - - - -
Firmansyah
16 Danur - - - - -
17 Hikmal - - - - -
18 Wiwit - - - - -
Andriansyah
19 M Maksun 1 - - - -
110
20 Deni Ifan - - - - -
Aditya
21 M Niko - - - - -
Febrianto
22 M Deni - - - - -
Firmansyah
23 M Nurul - - - - -
Afandi
24 Dwi Rahma - - - - -
Ayuningtyas
25 M Bagus - - - - -
Aditya
26 A Fajar - - - - -
Nawawi
27 Faiz Windana - - - - -
28 Anisatul Wafa - - - - -
29 Alfiatul Laili 2 - - - -
30 Hesti - - - - -
Mardayanti
Jumlah 11 4 4 - -
unsur yang menunjukkan ada wacana siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo
masih banyak yang sesuai degan unsur unsur wacana yang baik. Hal ini
membuktikan bahwa siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo dapat membuat
karangan dengan baik dan sesuai dengan yang peneliti ajarkan sebelumya.
3. Frekuensi jenis kesalahan wacana siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo
Frekuensi jenis kesalahan wacana siswa yang salah dalam pemakaian huruf
kapital sebanyak 33 kasus, siswa yang salah dalam pemakaian tanda baca
sebanyak 13 kasus, siswa yang salah dalam penulisan kata dalam wacana
sebanyak 16 kasus, siswa yang salah dalam pemilihan kata sebanyak 30 kasus,
siswa yang salah dalam penyusunan kata sebanyak 25, siswa yang salah dalam
sintaksis adalah sebanyak 6 kasus. Dalam hal ini siswa yang palin banyak
yaitu sebanyak 33 kasus dan yang paling sedikit pada kesalahan sintaksis
sebanyak 3 kasus. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV.2 dibawah ini.
112
5 Kesalahan Penyusunan 25 17 %
Kalimat
123 100%
frekuensi pada pemakaian huruf kapital 33 dan persentase 19%, pada frekuensi
ini membuktikan bahwa siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo mampu
27 - -
28 - -
29 1 -
30 - -
31 - 1
32 - 1
33 1 -
34 - -
35 - -
36 - -
37 1 -
38 - -
39 1 -
40 - -
9 7
Pada tabel IV.6 diatas menunjukkan bahwa sumber kesalahan siswa kelas
VII MTs Negeri 2 Sidoarjo dalam membuat wacana terdapat sedikit kesalahan, hal
ini dibuktikan pada jumlah dan prosentase diatas bahwa pengaruh bahasa
ibu/bahasa daerah yang dipakai siswa sebanyak 22,5% dari seluruh siswa yang
bahasa yang dipakainya sebanyak 17,5%, dari seluruh siswa yang memakai bahasa
dengan benar. Dalam hal ini, peneliti yakin bahwa siwa kelas VII MTs Negeri 2
Sesuai yang sudah peneliti sajikan, bahwa kesalahan wacana siswa lebih
a. Kesalahan Ejaan
Penggunaan huruf kapital pada karangan siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo
lebih banyak yang benar dari penggunaan huruf kapital yang salah, hal itu dapat
dilihat pada tabel IV.1 bahwa penggunaan huruf kapital yang benar sebanyak
Pemakaian tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda titik koma, tanda petik,
tanda pisah, tanda hubung sudah cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada tabel
IV.1 bahwa pemakaian tanda baca yang benar sebanyak 75% dan pemakaian
c. Penulisan kata
Penulisan kata depan, penggunaan kata turunan, penggunaan cetak miring, dan
penggunaan garis bawah siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjoa dalam
menulis karangan sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat pada tabel IV.1 bahwa
penulisan kata yang baik 55% dan penulisan kata yang salah sebanyak 45%.
siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat
pada tabel IV.1 bahwa pemilihan kata yang benar 65% dan yang menulis
Kohesi, koherensi, serta kesejajaran siswa kelas VII dalam menyusun kalimat
sudah menunjukkan penulisan yang baik. Pada penyusunan yang benar siswa
kelas VII sebanyak 57,5% dan yang menyusun kalimat yang salah 42,5%.
f. Kesalahan sintaksis
penambahan yang dalam frasa benda, penambahan kata atau, dari, tentang
dalam frase benda, penambahan kata kepunyaan dalam frasa benda siswa kelas
VII sudah sangat baik. Hal itu dapat dilihat dari tabel IV.1 diatas bahwa
VII MTs Negeri 2 Sidoarjo mampu membuat karangan dengan baik, hal itu
dibuktikan degan sedikit kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menulis
karangan. Frekuensi kesalahan wacana siswa pada pemakaian huruf kapital 121
dan persentase 19%, pada frekuensi pemakaian tanda baca sebanyak 101 dan
persentase 16%, pada frekuensi penulisan kata sebanyak 103 dan persentase 16,2%,
pada frekuensi kesalahan pemilihan kata sebanyak 109 dan persentasenya 17,2%,
17% dan yang terakhir pada frekuensi kesalahan sintaksis sebanyak 93 dan
persentasenya 14,6%.
Kesalahan belajar bahasa kedua yang bersumber pada pengaruh bahasa ibu
pada penulisan karangan siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo hanya 22,5 %.
117
hanya 17,5 %. Hal ini membuktikan bahwa siswa kelas VII MTs Negeri 2 Sidoarjo
BAB V
A. Kesimpulan
menunjukkan nilai yang lebih sedikit dari semua penulisan karangan siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VII mampu menerapkan semua
Dengan hasil yang telah peneliti paparkan diatas bahwa siswa kelas VII
yang benar, walaupun masih ada beberapa siswa yang masih belum memahami
betul apa yang telah peneliti ajarkan, tapi seiring berjalannya proses belajar
wacana.
B. Saran
pembelajaran. Tetapi hal ini sudah cukup baik untuk pemahaman siswa
diajarkan dengan input yang siswa peroleh selama proses belajar mengajar.
119
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
University Press
Menengah.
Mulia.
Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan