HAMIDAH 170332614555
1. Reaksi Ninhidrin
Uji dengan dengan pereaksi ninhidrin ini bertujuan untuk mengetahui adanya protein atau
asam amino pada suatu sampel. Sampel yang diuji pada percobaan ini adalah glisin, tirosin,
dan triptofan. Uji ini dilakukan dengan meneteskan pereaksi ninhidrin pada sampel yang akan
diuji lalu memanaskannya. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan kompleks
berwarna ungu.
Pada percobaan ini, penambahan pereaksi ninhidrin berfungsi sebagai zat oksidator yang
menyebabkan dekarboksilasi oksidatif pada gugus asam amino bebas pada sampel (jika ada)
sehingga menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang rantainya lebih pendek 1 C dari asam
amino asalnya. Ninhidrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu dengan absorpsi warna maksimum pada panjang
gelombang 570 nm (Wibowo, 2008).
Pada reaksi ini diperlukan pemanasan supaya reaksi cepat berlangsung. Hal ini karena
pemanasan dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi atau kerusakan, sehingga
molekul protein yang terdiri dari banyak polipeptida dapat terputus menjadi molekul-molekul
penyusunnya yang lebih kecil, sehingga mempercepat reaksi ninhidrin dengan sampel.
Reaksi Ninhydrin digunakan untuk mendeteksi dan menduga asam amino secara
kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan Ninhydrin berlebih menghasilkan produk
berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus-amino bebas, sedangkan
produk yang dihasilkan oleh prolin berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi subtitusi
gugus-amino. Pada kondisi yang sesuai intensitas warna yang dihasilkan dapat dipergunakan
untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik. Dua molekul ninhydrin dan
atom nitrogen dari asam amino bereaksi membentuk warna ungu (Lehninger, 1993).
Pada percobaan iniketiga sampel menunjukkan hasil positif dengan pereaksi ninhidrin. Hal
ini menunjukkan bahwa ktiga sampel merupakan asam amino yang mempunyai gugus amino
bebas yang dapat bereaksi dengan pereaksi ninhidrin.
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji denaturasi terhadap asam
amino dan protein. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan adalah larutan albumin dan
putih telur.
Denaturasi protein merupakan perubahan struktur protein akibat pengaruh dari
perubahan suhu, perubahan pH, penambahan logam berat, dan perubahan jenis pelarut. Protein
yang terdenaturasi hampir selalu mengalami kehilangan fungsi biologis. Hal ini paling mudah
diperlihatkan oleh sifat protein. Jika larutan protein secara perlahan-lahan dipanaskan sampai
kira-kira 60 atau 70oC, larutan tersebut lambat laun akan menjadi keruh dan membentuk
koagulasi berbentuk seperti tali. Produk yang terjadi tidak akan melarut lagi dengan
pendinginan dan tidak membentuk larutan jernih seperti semula sebelum dipanaskan. Pengaruh
panas terjadi pada semua protein globular, tanpa memandang ukuran atau fungsi biologinya,
walaupun suhu yang tepat bagi fenomena ini mungkin bervariasi (Poedjiyadi : 2006).
Pada percobaan ini, ketika kedalam larutan protein (albumin dan putih telur)
ditambahkan HCl 0,1 M, ion H+ dari asam kuat akan berikatan dengan gugus - COO- dari asam
amino sehingga membentuk suatu kation +H3NRCHCOOH. Penambahan HCl pada larutan
protein ini akan membuat kesetimbangan asam-basa bergeser sedemikian rupa sehingga
muatan netto negatif pada asam amino berkurang dan pH larutan menjadi lebih rendah.
Sedangkan pada penambahan NaOH akan membuat ion OH- dari basa bereaksi dengan NH3+
dari asam amino pada protein sehingga membentuk suatu anion, H2NRCHCOO-, sehingga
asam amino mengemban muatan negatif netto dengan pH larutan lebih besar daripada titik
isoelektriknya.
Penambahan air dan pemanasan pada larutan albumin pada percobaan ini, tidak
memperlihatkan perubahan apapun, sampel albumin tetap tidak berwarna. Padahal, pada
teorinya pemanasan akan menyebabkan protein terdenaturasi, hal ini diduga karena sampel
yang kurang atau terkontaminasi oleh zat lain atau juga disebabkan pemanasan yang kurang
(belum mencapai suhu 60o C). Sedangkan pada penambahan asam dan basa pada larutan
albumin , denaturasi protein yang dapat terlihat dari terbentuknya endapan yang tetap tidak
dapat larut setelah dilakukan pendinginan.
Pada sampel putih telur, baik penambahn air, asam maupun basa dapat memperlihatkan
terjadinya denaturasi pada struktur protein yang dapat diamati dari terbentuknya endapan
putih/kuning yang muncul setelah pemanasan dan tidak hilang setelah didinginkan.
Pada percobaaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi protein pada penambahan
berbagai reagen asam.
Pada sampel putih telur penambahan keempat jenis asam pada percobaan ini
menyebabkan terbentuknya endapan. Penambahan asam menyebabkan suasana larutan berada
dibawah titik isoelektrik sehingga larutan tidak dalam keadaan ‘zwitter ion” yang
menyebabkan gugus-gugus bebas dalam larutan terdeprotonasi sehingga menyebabkan
terbentuknya koagulan / endapan yang dapat larut jika dilakukan penambahan basa.
Daftar Pustaka