Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Material


Pada percobaan ini pengujian bahan penyusun beton dilakukan pada
agregat kasar, agregat halus, dan semen. Masing – masing pengujian tersebut
terdiri dari pengujian kadar air, pengujian berat jenis, analisis saringan, dan
konsistensi normal semen.

4.1.1 Kadar Air Agregat Halus (SNI 03-1971-1990)


Setelah dilakukan percobaan maka diperoleh hasil data dan perhitungan
sebagai berikut.
Talam = 162 gram
Agregat Halus (W3) = 1 kg = 1000 gram
Agregat Halus kering oven (W5) : 1. 30 menit, 1159 - 162= 997 gr
2. 30 menit, 1156 - 162 = 994 gr
3. 30 menit, 1156 - 162 = 994 gr

Kadar air agregat adalah X 100% = X 100% = 0,603 %

Tabel 4.1 Percobaan kadar air pada pasir


Keterangan Nilai Satuan
Berat pasir asli (W3) 1000 Gram
Berat pasir oven (W5) 994 Gram
Kelembaban pasir [(W3-W5)/W5] x 100%
0,603 %

(sumber : data analisis)

Perhitungan :
Kadar air pasir = [(w3-w5)/w5]x100%
= [(1000 - 923)/]x100% = 0,603 %
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
kadar air pada pasir tersebut adalah 0,603 % yang artinya tidak memenuhi syarat
ASTM C 556-89 maksimum kadar air 1%, hal tersebut dapat mempengaruhi daya
ikat pasir saat pencampuran material beton sehingga proses pencampuran dari
beton tersebut tidak seimbang dan berdampak pada mutu beton itu sendiri. Nilai
kadar air tersebut digunakan dalam mencari perbandingan banyaknya pasir dari
kondisi SSD ke dalam kondisi asli, akan tetapi nilai kadar air tersebut kurang
baik, maka pada saat pengujian diperlukan ketelitian agar hasil yang diperoleh
sesuai dengan ketentuan.

4.1.2 Kadar Air Agregat Kasar (SNI 03-1971-1990)


Berikut adalah hasil percobaan pada pengujian ini :
Talam = 162 gram
Agregat Kasar (W3) = 1 kg = 1000 gram
Agregat Kasar kering oven (W5) : 1. 30 menit, 1090 - 162 = 928 gr
2. 30 menit, 1085 - 162 = 923 gr
3. 30 menit, 1085 - 162 = 923 gr

Kadar air agregat adalah X 100% = X 100% = 8,342 %

Tabel 4.2 Percobaan kadar air pada batu pecah


Keterangan Nilai Satuan
Berat batu pecah (W3) 1000 gram
Berat batu pecah oven (W5) 923 gram

Kelembaban batu pecah


[(W3-W5)/W5] x 100% 8,342 %

(sumber : data analisis)


Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa nilai kadar
air pada batu pecah tersebut adalah 8,342% yang artinya tidak memenuhi syarat
ASTM C 556-89 maksimum kadar air 1%. Sehingga niai kadar air tersebut tidak
dapat digunakan dalam campuran beton dan akan mempengaruhi kuat tekan beton
dikarenakan nilai kandungan air yang terdapat dalam batu pecah tersebut melebihi
1%. Akan tetapi nilai kadar air tersebut digunakan dalam mencari perbandingan
banyaknya batu pecah dari kondisi SSD (Surface Saturated Dry) ke dalam kondisi
asli. Maka dari itu pada saat pengujian diperlukan ketelitian aagar diperoleh nilai
kadar air yang sesuai dengan ketentuan.

4.1.3 Berat Jenis Agregat Halus (SNI 03-1970-1990)


Setelah dilakukan pengujian dan didapatkan hasil kemudian dilakukan
perhitungan dengan digunakannya persamaan sebagai berikut :
Berat jenis jenuh kering permukaan = 500 / (B + 500 - Bt)
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
Tabel 4.3 Hasil Data Massa Agregat Halus setelah di oven
PERCOBAAN 1 Satuan
Berat labu + pasir + air (w1) 948 Gram
Berat pasir SSD 477 Gram
Berat labu + air (w2) 670 Gram
Berat jenis pasir = [500/(500+w2-w1)] 2,5 gram/cm3
(sumber : data analisis)

Perhitungan : Berat jenis = 500/(648+500-948) = 2,5 gr/cm3


Berdasarkan dari data di atas dapat digunakan untuk menghitung
perubahan massa agregat berdasarkan penyerapan yang terjadi serta digunakan
untuk menghitung berat jenis relatif agregat gabungan, selanjutnya dari berat jenis
agregat gabungan ini di dapatkan berat jenis beton yang direncanakan. Maka
dapat disimpulkan bahwa nilai berat jenis pasir sebesar 2,5 gr/cc yang berarti
memenuhi standar SNI-1970-2008 yaitu berat jenis antara 2,4 –2,6 g/cc. Berat
jenis yang memenuhi standar, baik untuk campuran beton hal ini dikarenakan
berat jenis pasir tersebut telah memenuhi syarat. Berat jenis pasir ini selanjutnya
akan digunakan dalam perhitungan mix design untuk menentukan berat jenis
relatif agregat.

4.1.4 Berat Jenis Agregat Kasar (SNI 03-1969-1990)


Berikut adalah hasil percobaan pada pengujian ini :
Bk = 495 gram
Bj = 484 gram
Ba = 285 gram

Berat jenis Semu = = = 2,48 gr/cm3

Berat jenis kering permukaan : = = 2,43 gr/cm3

Berat jenis semu : = = 2,35 gr/cm3

Penyerapan : x 100 % = x 100 % = -2,222 %


Tabel 4.4 Hasil Data Massa Agregat Kasar setelah di oven
Berat Jenis Curah 2,48 gr/cm3
Berat Jenis Kering Permukaan 2,43 gr/cm3
Berat Jenis Semu 2,35 gr/cm3
Penyerapan -2,222 %
(sumber : data analisis)
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yaitu
3
nilai berat jenis batu pecah sebesar 2,43 gr/cm sesuai ASTM C 128-01 / SNI 03-
3 3
1970-1990 dimana sebesar 2,4 gr/cm sampai 2,7 gr/cm . Sehingaa berat jenis

batu pecah tersebut baik digunakan dalam campuran beton. Kemudian berat jenis
batu pecah ini selanjutnya akan digunakan dalam perhitungan mix design.

4.1.5 Berat Volume Agregat Halus (SNI 03-4804-1998)


Setelah dilakukan percobaan kemudian dilakukan perhitungan dan
didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.5 Pengujian berat volume pasir
Jenis Percobaan Rojokan Diketuk Digembur Satuan

Berat Silinder (w1) 11.795 11.795 11.795 gram

Berat Silinder + Pasir (w2) 19.875 20.085 20.005 gram

Berat Pasir (w2 – w1) 8.080 8.290 8.210 gram

Volume Silinder (v) 5298,75 5298,75 5298,75 ml

Berat Volume (w2–w1)/v 1,524 1,564 1,549 gram/ml

(sumber : data analisis)

Rata-rata berat volume : = 1,545 gram/ml

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka diperoleh rata-rata berat


volume pasir keseluruhan sebesar 1,545 gram/ml dan berat volume dengan cara
rojokan sebesar 1,524 gram/ml, cara diketuk sebesar 1,564 gram/ml, dan cara
gembur sebesar 1,549 gram/ml. Berdasarkan ASTM C29 – 91 ketiga percobaan
tidak memenuhi syarat karena memiliki nilai perbedaan lebih dari 0,04 gram/ml,
sehingga volume lebih besar yang artinya ukuran butir pasir lebih besar dari
standar sehingga pada proses pencampuran beton dapat mempengaruhi kekuatan
beton tersebut dikarenakan ukuran butir pasir yang lebih besar akan sulit
bercampur pada saat proses pencampuran beton.

4.1.6 Berat Volume Agregat Kasar (SNI 03-4804-1998)


Setelah dilakukan percobaan kemudian dilakukan perhitungan dan
didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil perhitungan berat volume agregat kasar
Rojokan Diketuk Digembur Satuan
Jenis Percobaan

Berat Silinder (w1) 11795 11795 11795 gram

Berat Silinder + batu pecah (w2) 20.125 20.407 19.865 gram

Berat Pasir (w2 – w1) 8830 8612 8070 gram

Volume Silinder (v) 5298,75 5298,75 5298,75 ml

Berat Volume (w2–w1)/v 1,666 1,625 1,523 gram/ml

(Sumber : Data Analisis)

Rata-rata berat volume = = 1,604 gram/ml

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh rata-rata berat volume


agregar kasar yakni sebesar 1,604 gram/ml dan berat volume agregat kasar cara
dirojok sebesar 1,666 gram/ml, cara diketuk sebesar 1,625 gram/ml dan cara
digembur sebesar 1,523 gram/ml. Maka berdasarkan ASTM C29/29M-97 berat
3
rata-rata volume agregat kasar tersebut memenuhi syarat yaitu 1.4 t/dm - 1.7
,
t/dm sehingga agregat kasar tersebut baik untuk digunakan pada proses

pencampuran beton.

4.1.7 Pengujian Kondisi dan Analisa Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)


Dari praktikum uji saringan agregat halus yang telah dilaksanakan, maka
didapatkan hasil data sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Data Massa Agregat Halus setelah di oven
Jenis Massa Massa Massa Massa Massa
Agregat Wadah Awal (Oven 1) (Oven 2) (Oven 3)
Pasir 162 gram 500 gram 498 gram 498 gram i. a
m
(Sumber : Analisis data)

Tabel 4.8 Hasil Data Uji Saringan Agregat Halus


Massa Agregat
No. Ayakan Massa ayakan + Agregat Halus Massa ayakan
Halus
30 327 gr 325 gr 2 gr
50 472 gr 311 gr 161 gr
100 616 gr 311 gr 305 gr
200 321 gr 300 gr 21 gr
Pan 291 gr 285 gr 6 gr

Jumlah 495

(Sumber : Analisis data)


Berdasarkan hasil data, maka didapatkan persentase agregat halus yang
tertinggal da persentase kumulatif sebagai berikut :
Tabel 4.9 Persentase Tertinggal dan Kumulatif dari Agregat Halus
Tertinggal Kumulatif
No. Ayakan
Gram % Tertinggal % Lolos %
No. 30 2 gr 0.4 0.4 99.6
No. 50 161 gr 32.53 32.93 67.07
No. 100 305 gr 61.62 94.55 5.45
No. 200 21 gr 4.24 98.79 1.21
Pan 6 gr 1.21 100 0.00

Jumlah 495 gr 100

(Sumber : Data perhitungan)


Dari hasil perhitungan, maka didapatkan grafik grading zone agregat halus,
yaitu sebagai berikut
120

100

80 % Lolos Ayakan
Zona 1
60
Zona 2

40 Zona 3
Zona 4
20

0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6

Gambar 4.1 Grafik Grading Zone Agregat Halus


(Sumber : Data Perhitungan dan SNI 03-2834-2000)
120

100

80

60 % Lolos Ayakan
Zona 4
40

20

0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6

Gambar 4.2 Grafik Grading Zone Agregat Halus


(Sumber : Data Perhitungan dan SNI 03-2834-2000)

Dalam peraturan SNI 03-2834-2000, terdapat 4 zona gradasi agregat


halus, yaitu zona 1 (Kasar), zona 2 (Sedang), zona 3 (Agak halus), dan zona 4
(Halus). Batasan – batasan dari zona tersebut digambarkan pada gambar 4.1.
Untuk menentukan zona gradasi, grafik gradasi hasil pengujian saringan harus
berada di antara batasan – batasan zona agregat. Dari pengujian tersebut didapat
bahwa agregat halus yang telah di uji termasuk kategori zona 4.
4.1.8 Pengujian Kondisi dan Analisa Agregat Kasar (SNI 03-1968-1990)
Dari praktikum uji saringan agregat kasar yang sudah dilaksanakan,
didapatkan hasil data sebagai berikut :
Tabel 4.10 Hasil Data Massa Agregat Kasar setelah di oven
Jenis Massa Massa Awal Massa Massa Massa
Agregat Wadah (Oven 1) (Oven 2) (Oven 3)
Batu 162 gram 5000 gram 4956 gram 4953 gram 4953
gram
(Sumber : Analisis data)

Tabel 4.11 Hasil Data Uji Saringan Agregat Kasar


Massa Agregat
No. Ayakan Massa ayakan + Agregat Kasar Massa ayakan
Kasar
1 487 gram 487 gram 0 gram
¾ 515 gram 447 gram 68 gram
½ 2571 gram 398 gram 2173 gram
3/8 1710 gram 398 gram 1321 gram
¼ 1176 gram 398 gram 778 gram
No. 4 465 gram 382 gram 83 gram
No. 8 471 gram 360 gram 111 gram
No. 10 352 gram 341 gram 11 gram
No. 30 367 gram 325 gram 42 gram
No. 50 383 gram 311 gram 72 gram
No. 100 512 gram 311 gram 201 gram
No. 200 329 gram 300 gram 29 gram
Pan 330 gram 285 gram 45 gram
Jumlah 4934 gram
(Sumber : Analisis Data)

Berdasarkan hasil data, maka didapatkan persentase agregat halus yang


tertinggal da persentase kumulatif sebagai berikut :
Tabel 4.12 Persentase Tertinggal dan Kumulatif dari Agregat Kasar
Tertinggal Kumulatif
No. Ayakan
Gram % Tertinggal % Lolos %
1 0 gram 0 0 100
¾ 68 gram 1.38 1.38 98.62
½ 2173 gram 44.05 45.43 54.57
3/8 1321 gram 26.77 72.2 27.8
¼ 778 gram 15.77 87.97 12.03
No. 4 83 gram 1.68 89.65 10.35
No. 8 111 gram 2.25 91.9 8.1
No. 10 11 gram 0.22 92.12 7.88
No. 30 42 gram 0.85 92.97 7.03
No. 50 72 gram 1.46 94.43 5.57
No. 100 201 gram 4.07 98.5 1.5
No. 200 29 gram 0.59 99.09 0.91
Pan 45 gram 0.91 100 0
Jumlah 4934 gram

(Sumber : Data perhitungan)


Dari hasil perhitungan, maka didapatkan maka didapatkan grafik grading
zone agregat kasar, yaitu sebagai berikut

120

100
Zona 1
80 Zona 1
Zona 2
60
Zona 2

40 Zona 3
Zona 3
20 % Lolos Ayakan

0
4.8 9.6 19 38 76

Gambar 4.3 Grafik Grading Zone Agregat Kasar


(Sumber : Data Perhitungan dan SNI 03-2834-2000)
120

100

80

60 Zona 2
% Lolos Ayakan
40

20

0
4.8 9.6 19 38 76

Gambar 4.4 Grafik Grading Zone Agregat Kasar


(Sumber : Data Perhitungan dan SNI 03-2834-2000)

Dalam peraturan SNI 03-2834-2000, terdapat 3 zona gradasi agregat kasar


berdasarkan ukuran agregat maksimum, yaitu 10 mm, 20 mm, dan 40 mm.
Batasan – batasan dari zona tersebut digambarkan pada gambar 4.3. Untuk
menentukan zona gradasi, perlu diketahui ukuran agregat maksimum terlebih
dahulu dari hasil pengujian saringan. Setelah itu, digunakan zona gradasi sesuai
ukuran agregat maksimum untuk analisis gradari agregat kasar. Grafik gradasi
hasil pengujian saringan harus berasa diantara batasan – batasan zona agregat
yang telah ditentukan. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa Agregat
Kasar masuk kedalam zona 2 seperti pada gambar 4.4 yang berarti memiliki
ukuran agregat maksimum 20 mm dan memenuhi syarat.

4.1.9 Konsistensi Normal Semen (SNI 03-6826-2002)


Dari praktikum uji saringan agregat kasar yang sudah dilaksanakan,
didapatkan hasil data sebagai berikut :
Tabel 4.13 Persentase Tertinggal dan Kumulatif dari Agregat Kasar
Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian
1 2 3 4 5
Berat air, Wa
84.00 78.00 68.00 65.00 58.00
gram
Berat semen, Ws
300.00 300.00 300.00 300.00 300.00
gram
Konsistensi
Wa 28 26.00 22.67 21.67 19.33
  100%
Ws
Penetrasi, mm 40 41 40 26.9 14
(Sumber : Data perhitungan)
Berdasarkan perhitungan, maka didapatkan kesimpulan bahwa untuk pasta
dengan komposisi telah mencapai konsistensi normal karena nilai tersbut masuk
dalam batas ketentuan konsistensi normal yaitu sebesar 10±1 mm. Presentase air
untuk konsistensi normal berkisar antara 24% - 33% dan dengan komposisi
tersebut persentase air pada percobaan ini masih dalam kisaran normal yaitu.

4.1.10 Berat Jenis Semen (SNI 15-2531-1991)


Dari praktikum uji berat jenis semen yang telah dilaksanakan, maka
didapatkan hasil data sebagai berikut :
Tabel 6.1 Hasil data uji berat jenis semen Portland
Jenis Benda Massa
Semen (W1) 128 gram
Minyak + Piknometer (W2) 572 gram
Semen + Minyak + Piknometer (W3) 660 gram
Air + Piknometer (W4) 665 gram

Piknometer Kosong (W5) 170 gram


(sumber : analisis data)

Berdasarkan hasil data, maka didapatkan beraj jenis semen sebagai berikut :
W 2  W 5 572  170 402
 Gk    = 0.812
W 4  W 5 665  170 495
W1
 BeratJenisSemen   Gk
W1  W 2  W 3
128
  0.812
128  572  660
= 2.5984
Berdasarkan hasil pengujian, maka didapatkan perhitungan berat jenis
semen, yaitu 2,5984 gr/cm3. Dapat disimpulkan bahwa berat jenis semen tidak
memenuhi syarat. Berat jenis semen yang di syaratkan SNI 15-2531-1991 berkisar
antara 3,00 – 3,20 gr/cm3.

4.2 Mix Design (SNI 02-2834-2000)


Berdasarkan langkah-langkah penyelesaian mix design menurut SNI 02-
2834-2000 maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
1. Kuat tekan yang disyaratkan sudah ditetapkan (benda uji silinder) 22,5%
untuk umur 28 hari sebesar 25 MPa (k=1,64).
2. Deviasi standar diketahui dari besarnya jumlah (volume) pembebasan
yang akan dibuat. Dalam hal ini, di anggap untuk pembuatan (1.000 –
3.000) m³ beton sehingga nilai S=7 MPa.
3. Nilai tambah (margin) yaitu,
Nilai tambah = k x deviasi standar
= 1,64 x 7
= 11,5 MPa
4. Kekuatan rata-rata (f’cr) yang ditargetkan yaitu,
f’cr = 25 MPa + 11,5 MPa
= 36,5 MPa
5. Jenis semen yang digunakan yaitu semen prtland tipe I.
6. Jenis agregat yang diketahui ;
- Agregat halus (pasir) alami
- Agregat kasar berupa batu pecah (kerikil)
7. Faktor air semen bebas. Ddi peroleh dari titik potong yang ditarik garis
kebawah hingga memotong sumbu x (absiska). Sehingga di peroleh nilai
0,60
8. Faktor air maksimum ditetapkan 0,60.
9. Slump ±10 cm
10. Ukuran agregat maksimum ditetapkan : 20 mm
11. Kadar air bebas : nilai kadar air bebas yaitu
= 205kg/m³
Dengan :Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus dan
Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar.
12. Kadar air semen yaitu : 205 : 0,60 = 341,67 kg/m³
13. Kadar semen maksimum : tidak ditentukan, jadi dapat di abaikan
14. Kadar semen minimum : di tetapkan sebesar 275 kg/m³
15. Faktor air semen yang disesuaikan : dalam hal ini dapat diabaikan karena
syarat minimum kadar semen telah terpenuhi.
16. Susunan butir agregat halus : zona 4
17. Susunan agregat kasar/gabungan : maksimal 40 mm
18. Persen agregat halus : 37%
Persen agregat kasar : 100% - 37% = 67%
19. Berat jenis relatif agregat yaitu:
Berat jenis relatif agregat = (37% x 2,5) + (63% x 2,43)
= (0,37 x 2,5) + (0,63 x 2,43)
= 0,925 + 1,5309

20. Berat isi beton : titik potong grafik yang menunjukan kadar air bebas
menunjukan berat isi beton sebesar 2.223 kg/m³
21. Kadar agregat gabungan : berat isi beton – kadar semen – kadar air bebas.
Sehingga diperoleh ,
Kadar agregat gabungan = 2.223 – 341,67 – 205
= 1676,33 kg/m³
22. Kadar agregat halus : 37% x 1676,33 = 620,2421 kg/m³
23. Kadar agregat kasar : 1676,33 – 620,2421 = 1056,08 kg/m³
24. Proporsi campuran dengan volume silinder yaitu 5298,75 dm³
a. Berat semen = 341,67 kg/m³ x 5298,75x 10 ֿ³m³
= 1.810,42 kg
b. Agregat halus = 620,2421 kg/m³ x 5298,75 x 10 ֿ³m³
= 3.286,50 kg
c. Agregat kasar = 1056,08 kg/m³ x 5298,75 x 10 ֿ³m³
= 5.595,90 kg
d. Air = 205kg/m³ x 5298,75 x 10 ֿ³m³
= 1.086,24 kg

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh tabel isian perencanaan


campuran beton sebagai berikut :

No Uraian Nilai
1 Kuat tekan yang di syaratkan 25 MPa pada 28 hari (k=1,64)
(benda uji silinder)
2 Deviasi standar 7 MPa
3 Nilai tambah (margin) 11,5 MPa
4 Rata-rata kuat tekan 36,5 MPa
5 Jenis semen Portland tipe I
6 Jenis Agregat Agregat halus (pasir)
Agregat kasar (kerikil)
7 Faktor air semen bebas 0,60
8 Faktor air semen maksimal -
9 Slump ±10 cm
10 Ukuran agregat maksimum 20 mm
11 Kadar air bebas 205 kg/m³
12 Kadar air semen 341,67 kg/m³
13 Kadar semen maksimum -
14 Kadar semen minimum 275 kg/m³
15 Faktor air semen disesuaikan -
16 Susunan butir agregat halus Zona 4
17 Susunan agregat Maksimum 40 mm
kasar/gabungan
18 Persen agregat halus 37%
Persen agregat kasar 63%
19 Berat jenis relatif 2,5
20 Berat volume beton 2223 m³
21 Kadar agregat gabungan 1676,33 kg/m³
22 Kadar agregat halus 620,2421 kg/m³
23 Kadar agregat kasar 1056,08 kg/m³
24 Proporsi campuran
Banyaknya bahan (teoritis) Semen Air Jenis agregat (kg)
(kg) (kg) Halus Kasar
a. Tiap m³ 341,67 205 620,2421 1056,08
b. Tiap campuran 1.810,42 1.086,24 3.286,50 5.595,90
5298,75 x 10 ֿ³m³
c. 8 silinder 14.483,36 8.689,92 26.292 44.767,2

Anda mungkin juga menyukai