Anda di halaman 1dari 20

Laporan Studi Literatur “Eco-House”

KELOMPOK

DOSEN PEMBIMBING : Agus Jhonson H. Sitorus, ST., MT.


Disusun Oleh :

Luqman Hadi Wibowo (130406083)


Azlan Andika Putra Siregar (150406055)
Andita Retnoningrum (150406068)
Azura Tia Mardhatilla (150406077)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan studi
literature Perancangan Arsitektur I “Eco-House” ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepada orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang dan mendidik penulis
sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Bapak Agus Jhonson H. Sitorus, ST., MT.sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah
Perancangan Arsitektur I.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung untuk kesempurnaan
laporan ini.

Medan, 28 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1.1 Pengertian ..................................................................................
1.2 Syarat dan Kriteria Pembuatan Shelter
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................
2.1 Jenis – Jenis Shelter ..................................................................
2.2 Contoh Shelter
2.3 Shelter Daerah Pegunungan
2.4 Shelter Daerah Pantai
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian
Eco-house adalah, rumah ramah lingkungan yang dirancang hemat energi dan
dibangun menggunakan bahan dan teknologi yang mengurangi jejak karbon dan
menurunkan kebutuhan energinya.(Wikipedia)

Gambar : Eco-House
(sumber: https://id.pinterest.com/pin/324681454357092543/?lp=true)

Bangunan ramah lingkungan yang juga dikenal sebagai konstruksi ramah


lingkungan atau bangunan berkelanjutan adalah menciptakan struktur dan proses
pembuatannya juga ramah lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh
bangunan daur-hidup, mulai dari survey hingga desain, konstruksi, operasi,
pemeliharaan, renovasi, dan deconstruction. Praktek ini meluas dan
menyempurnakan desain bangunan klasik yang memperhitungkan biaya, kegunaan,
daya tahan dan kenyamanan. Walaupun teknologi-teknologi baru terus
dikembangkan untuk menyempurnakan pembuatan struktur yang lebih “eco-
friendly”, tujuan yang sama adalah bangunan ramah lingkungan didesain untuk
mengurangi akibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia melalui:
1. Penggunaan energi secara efektif, air dan sumber daya lainnya
2. Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas
pekerja
3. Mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan
Pengembangan Eco-house di negara berkembang pada saat ini didasarkan pada prinsip-
prinsip ramah lingkungan seperti:
1. Meminimalkan penggunaan energi melalui banyaknya bukaan dan lubang-lubang
ventilasi yang diharapkan akan menekan kebutuhan penggunaan listrik untuk
penerangan atau sirkulasi udara. Pola pembagian ruang yang terbuka ini juga untuk
meningkatkan kualitas kesehatan rumah.
2. Penggunaan bahan alami lokal namun tidak membebani sumber daya alam setempat
dan bahkan dapat mempromosikan perekonomian setempat. Contohnya adalah
kombinasi kayu (misalnya kayu kelapa) dengan batu serta penggunaan bata merah
yang merupakan hasil industri setempat.
3. Memiliki cukup ruang dan sarana dasar untuk mengembangkan pola pengolahan
sampah sendiri (pengkomposan) maupun penambahan fasilitas pengolahan air kotor
atau daur ulang air pada saatnya. Tersedia pula cukup ruang untuk mengembangkan
taman dan apotik hidup yang diharapkan turut memperbaiki kualitas udara rumah.

Gambar : Konsep Eco-House

(sumber: http://rsamant0106.blogspot.com/2017/11/eco-house-project-weekly-blog-1030-
113.html)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konstruksi Eco-House


Konstruksi pada Eco-House perlu memperhatikan beberapa faktor termasuk
diantara nya yaitu sanitasi, pencahayaan, material, penghawaan, efisiensi energy dan
yang lainnya.
Beberapa point berikut ini penting diperhatikan saat merancang sebuah Eco-
House, diantaranya :
2.1.1. Ruang Terbuka Hijau
Yang patut diperhatikan pada tahap awal adalah masalah desain rumah itu
sendiri, bagaimana penataan ruang (denah), tata letak dan bentuk bangunan,
bagaimana keselarasan dengan alam maupun lingkungan sekitar.
Metode yang dapat dilakukan yaitu mengalokasikan 30-40% dari luas lahan
untuk dijadikan ruang terbuka hijau, bisa ditanami dengan rumput atau berbagai
tanaman lainnya. Namun, Ruang terbuka hijau sebaiknya ditanami pepohonan
yang mampu mengurangi polusi udara secara signifikan (Dwiyanto, 2009). Sifat
tanaman yang menghisap karbondioksida dan mengeluarkan oksigen tentunya
sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas udara di lingkungan sekitar
rumah. Selain itu ruang hijau berfungsi sebagai area resapan air.

Gambar : Rumah dengan ruang terbuka hijau


(sumber: https://jasapembuatantamankota.wordpress.com/tag/harga-pembuatan-
taman-kota-per-meter/)
2.1.2. Penghawaan dan Pencahayaan Alami
Rumah ramah lingkungan hendaknya banyak memiliki bukaan untuk
sirkulasi udara, agar selalu mendapatkan pasokan udara bersih. Rumah dengan
desain seperti ini memberikan dua keuntungan, yakni meningkatkan kualitas
kesehatan penghuni dan hemat energi.
Selain itu, rumah dengan konsep ini banyak memanfaatkan sinar
matahari untuk pencahayaan. Prinsipnya memaksimalkan terangnya dan
mengurangi teriknya. Karena itu sedapat mungkin setiap bagian dari rumah
mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup. Sementara untuk mengurangi
sengatan matahari bisa disiasati dengan membuat kanopi pada tiap jendela. Suhu
ruangan dapat meningkat seiring dengan banyaknya sinar matahari langsung
yang masuk.
Oleh sebab itu jumlah dan lamanya sinar matahari yang masuk ke dalam
ruangan perlu dibatasi, khususnya sinar matahari langsung. Bangunan sebisa
mungkin hanya menerima cahaya dari kubah langit atau cahaya matahari tidak
langsung (Mediastika,2013). Hal ini dapat mengurangi panas yang dibawa oleh
sinar matahari namun tetap mendapatkan cahaya sebagi penerangan alami.

Gambar : Konsep penghawaan dan pencahayaan alami


(sumber: https://www.matuisichiro.com/passive-cooling-house-
design/gorgeous-passive-cooling-techniques-10-heating-and/)
2.1.3. Efisiensi Penggunaan Energi
Jika memungkinkan, gunakan sumber energi listrik alternatif selain dari
PLN. Ada banyak jenis sumber listrik alternatif, kincir angin, mikro hidro,
tenaga surya dan sebagainya. Namun dari beberapa energi alternatif tersebut,
sepertinya listrik tenaga surya lebih cepat dan mudah diadaptasi untuk digunakan
/ diterapkan penggunaannya.
Hal ini dibuktikan dengan mulai banyaknya penerangan jalan maupun
lampu pengatur lalu lintas yang menggunakan listrik tenaga surya. Walau saat
ini teknologi tenaga surya yang menggunakan solar panel masih dirasa cukup
mahal untuk sebuah rumah tinggal, namun siapa tahu beberapa tahun mendatang
system listrik tenaga surya akan jauh lebih murah, tak ada salahnya jika sejak
sekarang hal itu menjadi cita-cita bersama.
Efisiensi penggunaan listrik dalam rangka menciptakan lingkungan yang
berkelanjutan jangan hanya dilihat sebagai penerapan teknologi dan banguan
modern. Kategori bangunan ramah lingkungan dan menerapkan efisiensi
penggunaan listrik juga dapat disematkan pada bangunanbangunan tradisional,
seperti halnya hasil penelitian Wahyudi, A. (2013) terhadap kampong tradisional
di Jawa Barat, yaitu Kampung Bojong Koneng yang ada di Sentul, Bogor
dengan Kampung Kranggan yang ada di Pondok Gede, Bekasi.

Gambar: Rumah dengan system efisinsi energy


(sumber: http://rsamant0106.blogspot.com/2017/11/eco-house-project-weekly-
blog-1030-113.html)
2.1.4. System Sanitasi
Sistem sanitasi terkait dengan pemanfaatan air bersih dan pengolahan air
kotor / limbah yang di akibatkan dari aktivitas rumah tangga. Rumah yang ideal
mempunyai sistem saluran air bersih, air kotor, dan air limbah (tinja) yang dibuat
terpisah dan memenuhi persyaratan teknis agar dapat berfungsi dengan baik.
Penggunaan sumber air bersih dari air tanah dengan bantuan pompa dialirkan ke
bak penampung air terlebih dahulu, kemudian dialirkan ke saluran air bersih
dengan sistem gravitasi. Dengan adanya penampung air, akan menghemat listrik
akibat penggunaan pompa listrik.
Ketersediaan air tanah perlu dilakukan mengingat sebagian besar sumber
air bersih mengandalkan air tanah. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara
lain : Air bekas mandi, mencuci sayuran, mencuci piring, mencuci pakaian,
ditampung, disaring (dinetralisasi), dan diresapkan secara alami ke dalam sumur
resapan air yang dilengkapi filter alami (pasir, kerikil, ijuk, pecahan
bata/genting). Jika memungkinkan, air hujan dapat pula ditampung, diserap, dan
dialirkan ke dalam pipa serta diresapkan ke dalam sumur resapan air. Hampir
tidak ada buangan percuma dari konsep rumah ramah lingkungan, semuanya
dimanfaatkan sesuai dengan konsep daur ulang. Rumah ramah lingkungan
menyerap air yang jatuh sebanyak-banyaknya ke dalam tanah (zero run off).

Gambar: Pemanfaatan Gray Water


(sumber: https://www.fix.com/blog/making-use-of-gray-water/)
Gambar: Pemanfaatan air hujan
(sumber:
http://cv.uoc.edu/web/~mcooperacion/aulas/ecological_25012011/Water/Rainwa
terHarvesting.html)

2.1.5. Material
Pada material eco-house dapat digunakan material dengan karbon rendah,
tidak mengganggu lingkunan dan yang paling penting adalah memanfaatkan
bahan material local. Hal ini dilakukan agar tidak perlu melakukan pengiriman
yang sangat jauh dan memakan banyak bahan bakar. Beberapa material ramah
lingkungan adalah :
1) Jerami
Alih-alih mengandalkan penelitian dan teknologi baru, bangunan jerami
membangun kembali masa-masa ketika rumah-rumah dibangun dari
bahan-bahan alami dan lokal. Jerami digunakan untuk membuat dinding
rumah di dalam bingkai, menggantikan bahan bangunan lain seperti beton,
kayu, gipsum, plester, fiberglass, atau batu. Ketika disegel dengan baik,
jerami alami memberikan tingkat insulasi yang sangat tinggi untuk iklim
panas atau dingin, dan tidak hanya terjangkau tetapi berkelanjutan karena
jerami adalah sumber daya yang dapat diperbarui dengan cepat.
Gambar: Rumah dengan dinding jerami
(sumber : https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-better-
than-concrete/)

2) Grasscrete
Seperti namanya, grasscrete adalah metode peletakan lantai beton, trotoar, dan
jalan masuk dengan cara sedemikian rupa sehingga ada pola terbuka yang
memungkinkan rumput atau tumbuh-tumbuhan lain untuk tumbuh. Meskipun
ini memberikan manfaat untuk mengurangi penggunaan beton secara
keseluruhan, hal ini juga meningkatkan penyerapan dan drainase stormwater.

Gambar : Grasscrete
(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
better-than-concrete/)
3) Rammed Earth
Tanah press adalah teknologi yang telah digunakan oleh peradaban
manusia selama ribuan tahun, dan dapat bertahan sangat lama.
Tanah dipadatkan dengan sangat padat seperti bentuk
kayu.Bangunan modern dapat dibuat lebih aman dengan
menggunakan kayu atau bamboo press, menggunakan tamper
mekanis untuk mengurangi jumlah tenaga kerja yang diperlukan
untuk membuat dinding yang kokoh.

Gambar : Dinding dari tanah press


(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
better-than-concrete/)

4) Bambu
Yang membuat bambu sebagai bahan bangunan yang menjanjikan
untuk bangunan modern adalah kombinasi dari kekuatan tarik,
bobot ringan, dan sifatnya yang tumbuh dengan cepat.Digunakan
untuk membingkai bangunan dan tempat penampungan, bambu
dapat menggantikan bahan impor yang mahal dan berat dan
memberikan alternatif untuk konstruksi beton dan rebar, terutama
di daerah yang sulit dijangkau, pembangunan kembali
pascabencana, dan daerah berpenghasilan rendah dengan akses ke
sumber daya alam lokal bambu.
Gambar : Rumah banbu
(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
better-than-concrete/)

5) Plastik Daur Ulang


Alih-alih menambang, mengekstraksi, dan menyuling komponen-
komponen baru, para peneliti menciptakan beton yang mencakup
plastik yang didaur ulang, yang tidak hanya mengurangi emisi gas
rumah kaca, tetapi juga mengurangi berat dan menyediakan
penggunaan baru untuk limbah plastic.
Gambar : Rumah dengan bahan plastic daur ulang
(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
better-than-concrete/)

6) Kayu
Kayu masih memiliki banyak keunggulan dibandingkan bahan
bangunan industri lainnya seperti beton atau baja. Pohon tidak
hanya menyerap CO2 ketika mereka tumbuh, mereka
membutuhkan metode yang lebih sedikit energi intensif untuk
diproses menjadi produk konstruksi. Hutan yang dikelola dengan
baik juga dapat diperbaharui dan dapat memastikan habitat
keanekaragaman hayati.

Gambar : Rumah dengan bahan plastic daur ulang


(sumber: https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-
better-than-concrete/)

7) Adobe
Adobe merupakan metode konstruksi tertua yang terdiri dari
campuran tanah liat, pasir dan air. Kadang-kadang potongan
jerami atau serat lain untuk menambah kekuatan. Campuran ini
kemudian dibiarkan kering dalam bentuk yang dikehendaki.
Setelah kering 50-60% pasir dan 35-40% tanah liat akan
meningkatkan kekuatan batu. New Mexico US Extension Service
menyarankan pencampuran yang terdiri dari tidak lebih 1/3 tanah
liat, tidak kurang ½ pasir dan tidak lebih dari 1/3 debu. Biasanya
adobe dibentuk menjadi batu bata yang dapat ditumpuk untuk
membentuk dinding. Kadang-kadang adobe stabil dengan sedikit
semen atau aspal emulsi untuk memberikan sifat kedap air lebih
baik.
Untuk melindungi dinding dan mengurangi pemeliharaan,
bangunan adobe memiliki atap besar yang menjorok dan pondasi
cukup besar. Adobe dapat diplester dengan cob atau kapur untuk
meningkatkan penampilan dan perlindungan.
Adobe banyak digunakan sebagai arsitektur di daerah beriklim
gurun. Selain karena mudah didapatkan, adobe juga melindungi
penghuni dari siang yang panas dan malam yang dingin. Adobe
memiliki massa termal yang baik, yang berarti adobe sulit untuk
mengirimkan panas atau dingin. Dinding yang besar menghambat
panas dari matahari dan udara sebelum akhirnya memanaskan
suhu ruangan. Setelah matahari terbenam, dinding yang hnagat
melanjutkan mentransfer panas ke dalam ruangan. Perencanaan
ketebalan dinding adobe sangat mempengaruhi temperatur suhu
ruangan di iklim ekstrim seperti gurun.

Gambar : Adobe
(sumber: http://jjtravels.net/2009/10/09/vilcabamba-
diary/img_4104/)
8) Cob
Istilah cob digunakan untuk mendeskripsikan sistem bangunan
monolitik dengan bahan dasar campuran tanah liat, pasir dan
jerami. Konstruksinya tidak menggunakan batu atau rangka kayu.
Variasi bentuk dari bangunan “cob” telah digunakan dalam banyak
bagian di dunia selama berabad-abad. Cob mulai digunakan di
Inggris dan menghilang ketika Perang Dunia I. Cob salah satu
teknik yang paling sederhana dan murah, serta dapat dibuat dalam
berbagai bentuk.

2.2. Contoh Bangunan Eco House di Sumatera

1) Bukit Lawang Eco Lodge


Terletak di tepi Taman Nasional Gunung Leuser, penginapan ini telah
memasukkan banyak faktor untuk menjadi tempat tinggal yang ramah
lingkungan, seperti pertanian organik, desain bangunan ramah lingkungan,
Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk energi terbarukan dan pemisahan
limbah, dan dijalankan oleh Yayasan Ekosistem Lestari yang memberikan
semua pendapatan kembali ke program sosial dan alam.
Gambar : Penginapan bukit Lawang
(sumber: https://www.istania.net/blog/the-best-eco-friendly-stays-in-sumatra/)

2) Satwa Elephant Eco Lodge


Ecolodge ini terletak di dekat Taman Nasional Way Kambas dan
membantu melindungi gajah sumatera yang terancam punah,
badak dan harimau yang tinggal di sini dengan berkontribusi pada
proyek-proyek konservasi, dan mendidik masyarakat setempat
tentang pembangunan berkelanjutan.

Gambar : Satwa Elephant Eco Lodge


(sumber: https://www.istania.net/blog/the-best-eco-friendly-stays-in-sumatra/)

3) Freddies Santai Sumurtiga


Bungalow Santai Sumurtiga terletak di tempat yang bagus dengan
pemandangan pantai dengan air biru jernih dan dibangun dengan
bantuan masyarakat setempat, terutama menggunakan bahan-
bahan alami dari Sabang dan mengurangi kerusakan alam setempat
sebanyak mungkin.
Gambar : Freddies Santai Sumatera
(sumber: https://www.istania.net/blog/the-best-eco-friendly-stays-in-sumatra/)
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.istania.net/blog/the-best-eco-friendly-stays-in-sumatra/
2. https://inhabitat.com/11-green-building-materials-that-are-way-better-than-concrete/
3. http://cv.uoc.edu/web/~mcooperacion/aulas/ecological_25012011/Water/RainwaterH
arvesting.html
4. http://rsamant0106.blogspot.com/2017/11/eco-house-project-weekly-blog-1030-
113.html
5. https://www.matuisichiro.com/passive-cooling-house-design/gorgeous-passive-
cooling-techniques-10-heating-and/
6. Dianita, R., & Sutrisno, S. (2014). Analisa pemilihan material bangunan dalam
mewujudkan green building (studi kasus: gedung kantor perwakilan bank Indonesia
Solo). Pendidikan Teknik Bangunan, 4(4).

7. Dwiyanto, A. (2009). Kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau di permukiman


perkotaan. Teknik, 30(2), 88-92.

Anda mungkin juga menyukai