Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala kasih kanunia dan hikmat
akal budi dari pada-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan TUGAS BESAR JALAN
RAYA 1 ini.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.Ir.Hj. Andi


Kumalawati, MT selaku dosen mata kuliah Jalan Raya 1 yang telah dengan sabar membimbing
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas besar ini dengan baik. Tak lupa juga penulis
menyampaikan terima kasih kepada senior dan teman-teman angkatan 2017 yang telah
mendukung dan memberikan masukan dalam penyelesaian tugas besar ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh dari sempurma, oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan tugas besar ini.

Kupang, Juni 2019

Septian Konda Malik


(1706010147)

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 1


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................1
Daftar Isi ................................................................2
1. Landasan Teori ................................................................3
1.1 Elemen Perencanaan Geometrik Jalan ................................................................3
1.1.1.Perencanaan Trase ................................................................3
1.1.2. Alinyemen Horizontal ................................................................4
1.1.3. Alinyemen Vertikal ................................................................4
1.1.4. Profil Memanjang ................................................................4
1.1.5. Profil Melintang ................................................................5
1.1.6. Kemiringan Melintang ................................................................7
1.1.7. Pelebaran Jalan Pada Tikungan ................................................................7
2. Perencanaan Geometrik Jalan Raya ...............................................................9
2.1 Perencanaan Trase Jalan ...............................................................9
2.1.1 Perhitungan Patok ..............................................................10
2.1.2 Profil Memanjang ..............................................................11
2.1.3 Perhitungan Luas Dan Volume ..............................................................12
2.2 Alinyemen Horisontal ..............................................................13
2.2.1 Perhitungan Dan Gambar Lengkung Peralihan...................................................13
2.2.2 Perhitungan Dan Gambar Kemiringan Maksimum.............................................14
2.2.3 Perhitungan Dan Gambar Pelebaran Jalan..........................................................15
3. Teknik Pelaksanaan ..............................................................16
3.1 Pekerjaan Tanah Dasar ..............................................................16
3.2 Galian Tanah ..............................................................16
3.3 Teknik Penggalian ..............................................................16
3.4 Timbunan Tanah ..............................................................16
3.5 Alat Alat Yang Digunakan Dalam Proses Pengalian Dan
Penimbunan ..............................................................17
Daftar Pustaka ..............................................................18

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 2


1.LANDASAN TEORI

1.1 Elemen Perencanaan Geometrik Jalan


Definisi Geometri Jalan

Perencanaan geometrik jalan adalah suatu perencanaan rute dari suatu jalan daerah A
ke daerah B secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang
berdasarkan kelengkapan data dasar, yang didapat dari hasil survey lapangan, kemudian
dianalisis berdasarkan acuan persaratan yang berlaku.

Selain itu, Perencanaan geometrik jalan dapat juga diartikan sebagai suatu bagian dari
perencanaan konstrusi jalan dimana geometrik atau dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta
bagian-bagian disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintasnya. Perencanaan tersebut
disesuaikan dengan persyaratan parameter pengendara,kendaraan dan lalu lintas.Parameter
tersebutmerupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh suatu
bentuk geometrik jalan( Silvia Sukirman, 1999 ).

Standar Perencanaan Geometrik Jalan

1. Peraturan Perencanaan Geometrik jalan No. 13 / 1990 (RSNI. T-14-2004).


2. Standar Perencanan Geometrik untuk jalan Perkotaan, 1992 (RSNI. T-14-2004).
3. Peraturan Perencanaan Geometrik jalan antar kota No. 38/T/BM/1997
(RSNI.T-14-2004).

1.1.1 Perencanaan trase jalan


Trase jalan adalah garis rencana yang menghubungkan menyatakan jalur garis
tengah dari jalan yang akan dibuat. Perencanaan Trase Jalan dibuat berdasarkan kontur.
Dengan demikian, Perencanaan Trase Jalan dibuat berdasarkan kondisi yang ada (Silvia
Sukirman, 1999).

Sebelum membuat trase jalan yang akan direncanakan, maka terlebih dahulu kita
melihat beberapa syarat, antara lain:

 Syarat Ekonomis
 Pertama-tama, dilihat apakah di daerah sekitar yang akan dibuat trase jalan baru,
sudah ada jalan lama atau tidak.
 Untuk pembuatan jalan, diperlukan beberapa material seperti batu dan pasir
yang banyak, maka perlu diperkirakan tempat penggalian material yang
letaknya berdekatan dengan lokasi pembuatan jalan.
 Syarat Teknis
Untuk mendapatkan jalan yang bisa menjamin keselamatan jiwa dan dapat
memberi rasa nyaman berkendara bagi pengemudi kendaraan bermotor maka perlu
diperhatikan beberapa faktor antara lain:

 Keadaan Geografi
Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan (medan) dari daerah-daerah
yang akan dilalui oleh jalan yang akan dibuat yang dapat dilihat dalam peta

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 3


topografi. Peta topografi ini perlu untuk menghindari sejauh mungkin bukit-bukit,
tanah yang berlereng terjal, tanah yang berawa-rawa dan lainnya. Apabila
diperlukan, maka dapat dilakukan survey pengukuran topografi ulang demi
ketelitian kerja.

 Keadaan Geologi
Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus diperhatikan juga
karena banyak fakta yang menunjukan adanya bagian jalan yang rusak akibat
pengaruh keadaan geologi. Dengan adanya data yang menyatakan keadaan
geologi permukaan medan dari daerah yang akan dibuat, dapat dihindari daerah
yang rawan. Contohnya adalah adanya bagian jalan yang patah atau longsor
sebagai akibat dari tidak adanya data geologi saat jalan direncanakan (RSNI. T-
14-2004).

1.1.2 Alinyemen Horizontal


Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal, yang
dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”. Alinyemen Horizontal terdiri
dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung yang terdiri dari
busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja atau busur lingkaran saja.

1.1.3 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal jalan adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan
perkerasan jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan
untuk jalan dengan median. Seringkali disebut potongan memanjang jalan.

Alinyemen vertikal disebut terdiri dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis
lurus tersebut dapat datar, mendaki atau menurun, biasanya disebut berlandai.

Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan mempergunakan
lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :

1. Kondisi tanah dasar.


2. Keadaan medan.
3. Fungsi jalan.
4. Muka air banjir.
5. Muka air tanah.
6. Kelandaian yang masih memungkinkan.

1.1.4 Profil Memanjang.


Profil memanjang adalah media untuk mengetahui besarnya pekerjaan tanahdalam
perencanaan. Gambar profil memanjang jalan dibuat berdasarkan Tinggi Stasiun setiap patok
dari kel.kayuputih ke kel.fatukoa, yang membentuk tanjakan, landai (kemiringan) dan daerah
datar yang digambar dengan skala vertikal 1 : 50 dan skala horizontal 1 : 50.

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 4


Perencanaan profil memanjang dibuat mengikuti ketinggian permukaan tanah asli.
Tetapi, pada keadaan medan yang tidak memungkinkan (tanjakan yang terlalu tinggi atau
landai), perlu diadakan penggalian dan timbunan.

Dengan melihat pada Tinggi Tanah Asli (TTA) maka dibuat Tinggi Rencana (TR),
sehingga berdasarkan tinggi rencana tersebut diperoleh elevasi untuk menghitung luas dan
volume galian timbunan.

 Landai Jalan
Landai jalan menunjukan besarnya kemiringan dalam suatu jarak horizontal yang
dinyatakan dalam persen. Sebuah kendaraan bermotor akan mampu menanjak dalam batas-
batas landai tertentu. Kemampuan menanjak ini, selain dipengaruhi oleh besarnya landai jalan
juga dipengaruhi oleh panjangnya landai jalan. Jadi, ada batas landai jalan yang disebut landai
maksimum yaitu besarnya harus disesuaikan dengan panjang landai yang disebut panjang
kritis.

Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan luar kota dari Bina
Marga (rancangan Akhir) dengan ketentuan sebagai berikut
Tabel 1. Spesifikasi kemiringan standar bina marga

JENIS MEDAN KEMIRINGAN MELINTANG RATA-RATA (%)

Datar <3%

Perbukitan 3 – 25 %

Pegunungan > 25.0 %

Perhitungan landai jalan dalam perancanaan ini, dapat dilihat dalam tabel perhitungan
patok, dimana menggunakan rumus :

 BT 
Kemiringan   * 100 
 JL 

dimana : BT = Beda Tinggi


JL = Jarak Langsung

1.1.5 Profil Melintang


Penampang melintang jalan merupakan potongan jalan dalam arah melintang.
Fungsinya, selain untuk memperlihatkan bagian-bagian jalur jalan (Gambar 5), juga untuk
membantu menghitung banyaknya tanah (m3) yang harus digali maupun banyaknya tanah (m3)
yang akan digunakan untuk menimbun jalan agar jalan yang dibuat itu dapat sesuai dengan
jalan yang direncanakan dengan menghitung luas profil melintang jalan.

 Jalur Lalu Lintas


Jalur Lalu Lintas adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan
yang secara fisik merupakan perkerasan jalan.

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 5


 Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, yang dibatasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup dilewati oleh suatu kendaraan sesuai
kendaraan rencana.

 Bahu Jalan
Bahu Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalu lintas, harus
diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darurat, ruang bebas samping dan
penyangga perkerasan jalan, kemiringan yang digunakan 3-5 %

 Median
Median adalah bagian jalan yang secara fisk memisahkan jalur lalu lintas yang
berlawanan arah. Namun, dalam perencanaan ini tidak digunakan median.

 Talud atau Lereng


Talud atau Lereng adalah bagian tepi perkerasan yang diberi kemiringan, untuk
menyalurkan air ke saluran tepi.

 Saluran Tepi
Saluran Tepi dalah selokan yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan,
limpasan permukaan jalan dan sekitarnya.

 Daerah Milik Jalan(Damija)


Daerah Milik Jalan, adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi dengan lebar dan
tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu, yang
merupakan sejalur tanah diluar Damaja yang dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan keleluasaan keamanan penggunaan jalan semisal untuk pelebaran
Damaja dikemudian hari.

 Daerah Manfaat Jalan(Damaja)


Daerah Manfaat Jalan, yaitu areal yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengamannya, sedangkan badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau
tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.

 Daerah Pengawasan Jalan(Dawasja)


Daerah Pengawasan Jalan, yaitu Damija ditambah dengan sejalur tanah yang
penggunaanya dibawah pengawasan pembina jalan dengan maksud agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan (Silvia Sukirman, 1999).

Perhitungan luasan dan perhitungan volume dapat dilihat setelah penggambaran


profil melintang (dapat dilihat pada tabel)

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 6


1.1.6 Kemiringan Melintang
Rumus yang digunakan untuk menghitung kemiringan melintang pada setiap tikungan
sama, yaitu;

Vt2 = 127 R (e+ fm)

Setelah mendapat hasil perhitungan pada kemiringan melintang , setelah itu gambar
kemiringan maksimum sesuai data yang didapat. Dengan menggunakan diagram superelevasi,
dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal
yang direncanakan.

1.1.7 Pelebaran Jalan Pada Tikungan


Kendaraan yang bergerak dari tikungan, seringkali tidak dapat mempertahankan
lintasannya pada jalur yeng telah disediakan, disebabkan:

a) Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan hanya roda depan, sehingga
lintasan roda belakang menjalani lintasan lebih ke dalam dari roda depan
b) Jejak lintasan tidak lagi berhimpit, karena bemper depan dan belakang kendaraan
mempunyai lintasan yang berbeda antara roda depan dan roda belakang.
c) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya untuk
tetap pada lajur jalannya,terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau pada
kecepatan yang tinggi. Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka pada tikungan
yang tajam perlu diadakan pelebaran perkerasan jalan.
Secara praktis, perkerasan harus diperlebar, bila radius lengkungan lebih kecil dari
120cm, untuk mejaga agar, pandangan bebas kea rah samping terhadap kendaraan –
kendaraan lain; sedangkan pelebaran tidak diperlukan lagi bilamana kecepatan rencana
kurang dari 30 km/jam.
Rumus yang digunakan:

B=n (b' + c) + (n - 1) Td +
Z

Keterangan:
B= lebar perkerasan jalan
n= jumlah jalur lalulintas = 2
c= kebebasan samping
b= lebar lintas kendaraan pada tikungan

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 7


Nilai b’ dapat di cari dengan rumus:
b’= 2.4 + [R-(R²-
P²)]0.5

Dimana:
R= Jari jari
P= panjang kendaraan roda dua=6.1
Td= lebar lintasan akibat tanjakan depan
Bilai Td dapat dicari dengan rumus:

TD=[R2 + A (2P + A)]0.5-


R

Dimana:
A= 1.2 m
Nilai Z dapat dicari dengan rumus:

0.105
Z = X VR
R0.5

Dimana:
Z= lebaran tambahan akibat kelalaian pengemudi (m)

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 8


2. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

2.1 Perencanaan Trase Jalan


Perencanaan Patok merupakan bidang memanjang yang menghubungkan 2 titik. Oleh
kerena itu penentuan koridor terbaik antara dua titik yang dihubungkan perlu
mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus dihindari. Trase merupakan seri dari garis-garis
lurus yang merupakan rencana sumbu jalan.

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 9


2.2 Perhitungan Patok
Tujuan dari perhitungan patok ini adalah untuk mendapatkan tinggi patok (tinggi stasiun),
jarak stasiun, jarak langsung, beda tinggi dari suatu patok dengan patok yang lain serta
kemiringan dari trase jalan yang telah direncanakan. Beda tinggi yang ada diperoleh
berdasarkan Tinggi Stasiun dari kontur yang ada.

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 10


2.3 Profil Memanjang

Pembuatan profil memanjang sangat bergantung pada profil memanjang jalan. Profil
melintang merupakan gambaran detail dari daerah galian dan timbunan. Dalam penentuan
ukuran-ukuran pada jalan, diambil pada daerah jalan kolektor mengacu pada kondisi yang ideal
dengan VLHR ( Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata ) 3.000 – 10.000 smp/hari, dimana
diperoleh data dari daftar Standar Perencanaan Geometrik Jalan sebagai berikut:
 Kecepatan Rencana : 50 km/jam
 Lebar daerah penguasaan mimimum : 30 m
 Lebar perkerasan : 2 * 3.50 m
 Lebar bahu jalan : 2 * 1.5 m
 Lereng melintang perkerasan :2%
 Lereng melintang bahu :5%

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 11


2.4 Perhitungan Luas dan Volume

2.4.1 Perhitungan Luas Galian.


Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas tanah yang akan digali. Luas tanah yang
digali dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi dengan lebar daerah manfaat jalan,
ditambah dengan luasan galian untuk membuat saluran drainase dan luasan galian untuk
membuat kemiringan badan dan bahu jalan. (contoh perhitungan luasan galian dapat dilihat
pada bab selanjutnya).

2.4.2 Perhitungan volume galian.


Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan galian yang akan
dikerjakan dengan bentuk galian ini, apakah segitiga, persegi atau trapesium dapat dihitung
volume galian yang akan dikerjakan volume galian yang akan dikerjakan dapat diperoleh
dengan menghitung luas galian yang dapat dilihat dari profil memanjang, dengan sisi-sisi
bangun tersebut adalah luas galian dan lebarnya adalah jarak stasiun. Sebagai contoh : jika
bentuk galian segitiga maka,
volume galiannya = ( luas galian 1+ luas galian 2 / 2 ) x jarak stasiun

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 12


3.ALINYEMEN HORISONTAL

3.1. Perhitungan dan Gambar Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus dan bagian
lengkung yang berjari-jari tetap. Fungsinya adalah untuk mengantisipasi perubahan
alinyemen jalan dari bentuk lurus sampai bagian lengkung jalan dengan jari-jari tetap
sehingga gaya sentrifugal yang terjadi pada kendaraan saat melewati tikungan berubah secara
berangsur, baik saat masuk tikungan maupun keluar tikungan. Lengkung peralihan terdiri
dari lengkung-lengkung lingkaran pendek dengan jari-jari yang berbeda panjangnya, akan
tetapi dapat dihubungkan menjadi suatu garis lengkung yang lancer.

Lengkung peralihan (L) diperoleh dengan rumus:


L  *2  R
360

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 13


3.2 Perhitungan dan Gambar Kemiringan Maksimum

Rumus yang digunakan untuk menghitung kemiringan melintang pada setiap tikungan
sama, yaitu;

Vt2 = 127 R (e+ fm)

Setelah mendapat hasil perhitungan pada kemiringan melintang , setelah itu gambar
kemiringan maksimum sesuai data yang didapat. Dengan menggunakan diagram superelevasi,
dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal
yang direncanakan.

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 14


3.3 Perhitungan dan Gambar Pelebaran Jalan

Kendaraan yang bergerak dari tikungan, seringkali tidak dapat mempertahankan


lintasannya pada jalur yeng telah disediakan, disebabkan:

a) Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan hanya roda depan, sehingga
lintasan roda belakang menjalani lintasan lebih ke dalam dari roda depan
b) Jejak lintasan tidak lagi berhimpit, karena bemper depan dan belakang kendaraan
mempunyai lintasan yang berbeda antara roda depan dan roda belakang.
c) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya untuk
tetap pada lajur jalannya,terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau pada
kecepatan yang tinggi. Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka pada tikungan
yang tajam perlu diadakan pelebaran perkerasan jalan.

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 15


4. TEKNIS PELAKSANAAN

4.1 Pekerjaan Tanah Dasar (Sub Grade)


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pekerjaan ini adalah survei lokasi. Hal
ini dimaksudkan untuk menentukan titik dasar atau pedoman mengenai ketinggian
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya dilaksanakan penetapan titik dasar dan
titik lainnya. Apabila telah diketahui hal-hal yang diperlukan dalam menentukan titik dasar
dan titik lainnya, maka pengukuranpun dapat dilakukan.

4.2 Galian Tanah ( Cut )


Apabila tanah dari galian yang akan digunakan sebagai timbunan maka hal pertama
yang harus dilakukan adalah membersihkan terlebih dahulu terutama dari tumbuh-
tumbuhan dan lapisan –lapisan humus lainnya.
Tebal lapisan umumnya berkisar antara 10 – 30 cm. Pekerjaan ini dapat disebut sebagai
Top Soil Sripping. Tanah atau material (galian) yang dipakai sebagai timbunan, dapat
dipakai dan digunakan apabila telah melalui pengetasan dari laboratorium dengan
memenuhi beberapa kriteria tanah sebagai timbunan.

4.3 Teknik Penggalian


Tanah yang akan digali diusahakan tidak adanya genangan disekitar daerah
penggalian sebab genangan air akan menyebabkan sulitnya pakerjaan dan akan
mempengaruhi mutu kualitas dari tanah.

 Perhitungan luas galian.


Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas tanah yang akan digali. Luas tanah yang
digali dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi dengan lebar daerah manfaat jalan,
ditambah dengan luasan galian untuk membuat saluran drainase dan luasan galian untuk
membuat kemiringan badan dan bahu jalan.
(contoh perhitungan luasan galian dapat dilihat pada lampiran perhitungan luas galian )

 Perhitungan volume galian.


Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan galian yang akan
dikerjakan dengan bentuk galian ini, apakah segitiga, persegi atau trapesium dapat dihitung
volume galian yang akan dikerjakan.
(contoh perhitungan volume galian dapat dilihat pada lampiran perhitungan galian).

4.4 Timbunan Tanah ( Fill )

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 16


Material yang didapat dari hasil galian (cut) yang termasuk dalam rencana
biasanya akan dipakai untuk penimbunan pada tempat atau daerah penimbunan yang telah
ditentukan, hal ini disebut dengan istilah Comon excavation atau material bahan galian
yang didatangkan dan biasanya juga disebut Borrow excavation.

 Perhitungan luas timbunan


Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas timbunan yang akan dibuat. Luas
timbunan ini dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi dengan lebar daerah
manfaat jalan (DAMAJA) dikurangi dengan luas saluran drainase dan luas daerah yang
dibentuk oleh pengaruh kemiringan jalan.

 Perhitungan volume timbunan


Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan timbunan yang akan
dikerjakan, apakah segitiga, persegi panjang ataukah trapesium. Sebagai contoh : jika
bentuk bangun yang dibentuk oleh pekerjaan timbunan adalah segitiga maka, volume
timbunan = ( luas timbunan / 2 ) x jarak stasiun.

4.5 Alat–alat yang digunakan dalam proses Penggalian dan Penimbunan

Dalam proses penggalian dan penimbunan tidak mungkin hanya dikerjakan oleh
manusia dengan alat–alat sederhana, tetapi diperlukan alat-alat berat untuk dapat
membantu memudahkan proses pengerjaan dan mempersingkat waktu pengerjaan. Alat-
alat berat yang biasa digunakan dalam proses penggalian dan penimbunan antara lain :
 Excavator
Excavator digunakan untuk menggali tanah yang membutuhkan proses penggalian agar
diperoleh jalan yang sesuai dengan rencana. Disamping itu, excavator dapat digunakan
untuk memuat material hasil galian ke dump truck.
 Dump Truck
Dump Truck digunakan untuk mengangkut material galian untuk dibawa ke tempat
penimbunan atau tempat yang membutuhkan material untuk pemadatan.
 Bulldozer
Digunakan untuk meratakan tanah timbunan dan dapat juga digunakan sebagai alat
penggali dengan jarak gali yang dekat.
 Truck tangki air
Truck tangki air berfungsi mengangkut air untuk membantu proses pemadatan yang
dilakukan motor grader agar proses pemadatannya dapat maksimal.
 Grader
Grader digunakan untuk keperluan pengrataan tanah dalam rangka membentuk
permukaan secara mekanis.
 Tandem Roller
Tandem Roller digunakan untuk memadatkan jalan yang mengalami proses
penimbunan sehingga dapat menghindari penurunan tanah (settlement) akibat kurang
padatnya tanah setelah proses penimbunan.

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 17


DAFTAR PUSTAKA
Messah, Y. 2012. Bahan Ajar Mata Kuliah Jalan Raya I. Teknik Sipil Universitas Nusa
Cendana, Kupang.

Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan, 1990. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.

RSNI T – 14 – 2004. Geometrik Jalan Perkotaan, Badan Standardisasi Nasional (BSN),


Jakarta.

Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.

Sukirman,Silvia.1999.Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan.Nova: Bandung

TUGAS BESAR JALAN RAYA 1 18

Anda mungkin juga menyukai