Anda di halaman 1dari 2

II.

3 Self Controlling Application (Aplikasi Pengendalian Diri) Dengan


Melaksanakan Puasa
Tujuan Puasa yang sebenarnya adalah menahan diri dari ego duniawi yang tidak terkendali yang
berakibat terjadinya ketidakseimbangan dalam hidup yang berakhir pada kegagalan dan
kehancuran.

Adanya dorongan dari nafsu/bathin secara berlebihan akan menghasilkan tertutupnya hati
nurani yang biasanya disebut buta hati. Ia menjadi seorang yang tidak peka dan tidak mampu
membaca kondisi batiniah dirinya dan lingkungannya secara objektif.

Ia menjadi bodoh,tidak mampu mendeteksi bahaya-bahaya yang ada di hadapannya, tidak


mengerti siapa dirinya. Hatinya tidak berfungsi telah tertutup oleh ego, ia menjadi tuli dan buta,
sehingga tidak mengetahui lagi yang mana yang benar yang mana salah, karena menurutnya
kebenarannya adalah apabila ia dapat mengikuti ego pribadinya. Dengan berpuasa ia akan
menjadi manusia yang merdeka dari jeratan hawa nafsunya, sehingga ia tetap dapat menjaga
fithrah/jati dirinya sebagai hamba Allah sehingga akan menghasilkan Akhlakul Karimah.

Puasa tanpa niat hanya akan menghasilkan kesia-siaan, menahan nafsu (makan, minum, sexual)
tanpa tujuan yang jelas. Puasa tidak dapat berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dari
rukun Islam dan Rukun Iman.

Puasa adalah bentuk training/pelatihan dahsyat dan sempurna yang methodenya langsung
diberikan oleh Allah.

Dalam keadaan lapar dan haus seringkali membuat kondisi hati tidak terkendali, marah adalah
pelampiasannya. Akibatnya persoalan kecil yang biasanya tidak menimbulkan masalah apa-apa
akhirnya menjadi persoalan serius yang sangat mengesalkan hati dan membuat kita resah dan
gusar. Puasa adalah upaya melatih diri untuk mengendalikan ledakan emosi itu, sehingga ia
terlatih dapat tetap tenang dalam menghadapi berbagai tekanan atau provokasi.

II.4 Social Strength Application (Aplikasi Ketangguhan Sosial) – Dengan berZakat


Zakat pada hakikatnya adalah upaya mengeluarkan potensi fithrah sebagai jati diri kita ke arah
kondisi nyata. Prinsip zakat sendiri adalah mengeluarkan, memberi kepada lingkungan sosial
dalam rangka membentuk rangkaian sinergi yang kuat dalam suatu jama’ah.

Makna lain dari zakat adalah membersihkan dan menyucikan. Artinya dengan berzakat akan
menghasilkan hati dan jiwa yang suci dan mengganggap bahwa di dalam harta yang ia miliki
terdapat hak-hak orang lain. Dengan demikian, ia akan terhindar dari sifat-sifat kikir dan bakhil.
Memang, sifat dasar manusia adalah suka gelisah, rakus dan kikir. Kalau ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah. Sebaliknya kalau ia diberi nikmat (kebaikan) ia kikir. [lihat QS al-Ma’arij (70)
:19-21]. Jadi zakat bukan untuk menyucikan harta, melainkan menyucikan jiwa manusia dari
sifat kikir dalam upaya menjaga fithrah, kesucian dirinya.

II.5 Total Action Application ( Aplikasi Aksi Total) -


Haji Upaya Totalitas Ketangguhan Pribadi dan Ketangguhan Sosial

Dalam melaksanakan ibadah haji beberapa hal yang dilaksanakan selain shalat adalah :

 Memakai Pakaian Ihram.


Pakaian melambangkan profesi, jabatan, status seseorang, setelah berniat Haji semua
itu harus ditanggalkan, semua memakai pakaian yang sama, tidak boleh ada lagi
perbedaan antara yang kaya dan miskin, penguasa dan rakyat, pengusaha dan
karyawan,dll
 Melakukan Tawaf, mengelilingi ka’bah 7x putaran dengan tetap mengambil posisi
ka’bah di sebelah kiri.
Mengajarkan kepada kita bahwa tidak boleh melupakan Allah setiap hari (7x dalam
seminggu) dengan tetap memperhatikan hati.
 Sa’i berjalan dari shafa menuju marwah,7x bolak-balik mengingatkan bagaimana Hajar
berjuang mencari air (simbol kehidupan) , tidak boleh berhenti dalam upaya meraihnya
dari shafa yang bermakna kesucian dan ketegaran menuju marwah yang artinya ideal
manusia,sikap menghargai,bermurah hati.
 Wukuf di Padang Arafah. Arafah yang arti harfiahnya pengenalan. Bermakna berhenti
untuk mengenal jati dirinya, menyadari kesalahan dan berupaya tidak mengulangi.
 Melontar Jumrah, melontar musuh yang terletak di dalam hati kita
1. Musuh yang pertama, mudah dideteksi, nafsu lahiriah untuk mempertahankan
hidup.
2. Musuh kedua,sulit terdeteksi, keinginan untuk berkuasa.
3. Musuh ketiga,yang paling berat,dorongan untuk mengabdi kepada selain Allah.
Dapat berupa harta, jabatan, kehormatan, konsumerisme, ilmu, profesi, uang,
mobil dan cinta.

Anda mungkin juga menyukai