UREA FORMALDEHID
67
68
Gugus –OH dari metilol bereaksi dengan -H dari -NH2 atau -NH- urea dan
menghasilkan H2O. Reaksi ini berlangsung terus, sehingga membentuk rantai yang
panjang, bahkan beberapa posisi menjadi rantai cabang. Reaksi ini yang membentuk
polimer urea-formaldehid, dengan ikatan antar urea dihubungkan oleh gugus metilen (-
CH2). Makin besar ukuran polimer atau panjang rantai yang terbentuk, polimer ini
makin sukar larut dalam air. Adanya ikatan rantai cabang (network) karena reaksi
crosslink membuat polimer yang terjadi semakin keras. Reaksi kondensasi ini
dipengaruhi oleh tingkat keasaman larutan. Pada kondisi asam (pH < 7), kecepatan
reaksi sebanding dengan konsentrasi ion hidrogen , tetapi pada kondisi basa, reaksi
kondensasi berjalan lambat (Widayati, 2010). Formaldehid lebih mudah disimpan atau
diangkut sebagaii larutan dalam air (forrmalin =37% formaldehida dan 7-15% metanol
dalam air), atau sebagai suatu polimer padat atau trimer (Fessenden, 1982).
Pada prinsipnya, pembuatan produk-produk urea formaldehid melalui tiga
tahapan: ( Universitas Syiah Kuala, 2006)
1. Tahap Metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea, dan
menghasilkan metilol urea. Urea dan formaldehid direaksikan dengan
ditambahkannya katalis basa. Basa yang digunakan dapat berupa barium hidroksida
ataupun kalium hidroksida.Dari reaksi tsbt diperoleh monomer atau yang disebut
mono-metilol dan dimetilol. Monometilol adalah hasil reaksi penggabungan antara 1
molekul urea dengan 1 molekul formaldehid, sedangkan dimetilol adalah hasil reaksi
penggabungan 2 molekul formaldehid dan 1 molekul urea.Baik mono-metilol urea
69
maupun dimetilol urea larut dalam air sehingga reaksi pembentukannya dilakukan
dalam fasa pelarut air.
2. Tahap Propagansi, Tahap propagasi (kondensasi), yaitureaksi kondensasi dari
monomer-monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus.
Kondensasi lanjutan ini akan menghasilkan jembatan metilen antara dua molekul
urea.
3. Tahap curing, yaitu proses terakhir yang dipengaruhi oleh katalis, panas dan tekanan
tinggi. Pada proses ini,ketika kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk
rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan menjadi resin thermosetting.
Temperatur curing dilakukan pada sekitar temperatur 120 C dan pH < 5 (Anditania,
2011).
Polimer dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya polimer dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu:
- Polimer Alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami.
Contoh: karet alam, karbohidrat, protein, selulosa dan wol.
- Polimer Semi Sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer
alam dan bahan kimia.
Contoh: selulosa nitrat (yang dikenal lewat misnomer nitro selulosa) yang
dipasarkan dibawah nama - nama “Celluloid” dan “guncotton”.
- Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari monomer -
monomer polimer.
2. Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya
Dibagi atas 3 kelompok yaitu:
- Polimer Linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu
sama lainnya membentuk rantai polimer yang panjang.
- Polimer Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
- Polimer Berikatan Silang (Cross – linking), yaitu polimer yang terbentuk karena
beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai utamanya.
70
jika digunakan katalis. Katalis yang diguanakan pada percobaan ini adalah NH4OH
karena reaksi ini berlangsung pada kondisi basa.
- Temperatur
Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju suatu reaksi. Namun,
kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang terbentuk,
bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm atau endoterm). Oleh karena itu,
diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Kenaikan temperatur juga dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-
formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang
baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
- Waktu Reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi oleh
waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin
banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr tinggi
(Amelia, 2009).
Kelebihan urea formaldehida yaitu warnanya putih sehingga tidak memberikan
warna gelap pada waktu penggunaannya, dapat dicampur perekat melamin formaldehida
agar kualitas perekatnya lebih baik, harganya relatif murah dibandingkan perekat
sintetis yang lainnya serta tahan terhadap biodeteriorasi dan air dingin (Widayati, 2010).
Kerugian penggunaan urea-formaldehid sebagai resin dibandingkan polimer
lain adalah resistensinya terhadap kadar air (moisture) apalagi jika dikombinasikan
dengan panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan monomer –
monomer yang belum sempurnya bereaksi membentuk polimer. Monomer ini biasanya
beracun misalnya formaldehid yang dapat menyebabkan kanker. Oleh sebab itu, ada
baiknya bila kita akan menggunakan peralatan makan yang terbuat dari bahan polimer,
sebaiknya peralatan tersebut direndam dahulu dengan air panas dengan tujuan agar
monomer – monomer yang belum sempurna bereaksi terlepas pada air rendaman
(Amelia, 2009).
Kegunaan resin urea-formaldehid:
- Bahan ini digunakan untuk barang-barang kecil yang digunakan sehari-hari seperti
pelindung cahaya, soket, alat-alat listrik, kancing, tutup wadah, kotak, baki, dan
mangkuk.
72
- Salah satu jenis resin yang digunakan sebagai bahan perekat dan pelapis kayu atau
kertas.
- Resin ini digunakan untuk mencegah berkerut dan kusutnya kain katundan untuk
mencegah menyusutnya kayu.
- Digunakan untuk laminating.
- Karena resin ini sangat terang warnanya dan sehingga lebih cocok untuk pemakaian
dekoratif. Contohnya : Counter berwarna cerah dan taplak-taplak dibuat dengan
kertas yang diimpregnasi resin urea, serta kayu lapis interior dekoratif biasanya
menempel dengan resin urea karena resin fenol yang berwarna gelap bisa mendai
lapisan pernisnya. Akan tetapi, kayu lapis eksterior merekat dengan damar fenol
karena mempunyai ketahanan cuaca yang lebih baik.
- Dalam bidang koting, resin urea-formaldehid kadangkala dipadukan dengan alkyd
baking enemels untuk memperbaiki kekerasan.
- Resin urea dipergunakan untuk memberikan ketahanan crease danshrink kepada
produk melalui reaksi-reaksi ikat silang.
- Aplikasi utama lainnya dari polimer urea-formaldehid adalah dalam menginsulasi
busa. Hal ini biasanya difabrikasi on-site dengan peralatan pembusaan yang portable.
Bahan-bahannya mencakup resin, surfaktan untuk menstabilkan busa, katalis
(biasanya asam fosfat), dan udara bertekanan. Surfaktan dan katalis biasanya
dicampur terlebih dahulu. Ketiga komponen tersebut (resin, surfaktan plus katalis,
dan udara) kemudian dipompakan secara terpisah ke dalam wadahnya untuk diisikan.
Busa terbentuk dalam beberapa menit dan mengeras secara sempurna dalam sehari.
Telah banyak kontroversi di sekitar pemakaian busa urea-formaldehid untuk
menginsulasi rumah karena aspek-aspek kesehatan yang timbul dari lepasnya uap
formaldehida. (Amelia, 2009)
Penentuan Jumlah Katalis dan Buffer
Misal: massa total campuran = X g
massa katalis 5% massa total = 0,05 X
massa buffer 5% massa katalis = 0,05*0,05*X
X = massa (formalin + urea + katalis + buffer). (ITB Modul, 2007)