Anda di halaman 1dari 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah LIPI


4.1.1 Sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pembentukan LIPI memiliki sejarah yang panjang. Setelah melewati beberapa fase kegiatan
ilmiah sejak abad ke-16 hingga tahun 1956, pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu
Pengetahuan Indonesia (MIPI) melalui Undang-Undang (UU) No.6 Tahun 1956. Tugasnya adalah
membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberi pertimbangan kepada
pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan.
Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang mempelajari
flora Indonesia dan Rompiusdengan karyanya yang terkenal berjudul Herbarium Amboinese. Pada
akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap van Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L.
Reinwardt mendirikan Kebun Raya Indonesia (S'land Plantentuin) di Bogor. Pada tahun 1928
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie.
Kemudian tahun 1948 diubah menjadi Organisatie voor Natuurwetenschappelijk onderzoek
(Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). Badan
ini menjalankan tugasnya hingga tahun 1956.
Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional
(DURENAS) dan menempatkan MIPI di dalamnya dengan tugas tambahan : membangun dan
mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan tahun 1966 pemerintah merubah status DURENAS
menjadi Lembaga Riset Nasional (LEMRENAS). Pada bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan
LEMRENAS dan MIPI dengan SK Presiden RI No. 128 tahun 1967, kemudian berdasarkan Keputusan
MPRS No. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

4.1.2 Sejarah Ringkas Pusat Penelitian Oseanografi LIPI


Sejarah Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI bermula pada awal abad ke 20, tepatnya tahun
1905, ketika Visscherij Station didirikan di Pasar Ikan, Jakarta atas inisiatif dari Dr. J.C Koningsberger,
seorang ahli Zoologi, kepala museum Zoologi Bogor saat itu. Lembaga ini didirikan dengan tujuan
melakukan penelitian kelautan untuk menggali sumberdaya biota laut yang bernilai ekonomi
penting.
Tahun 1915 lembaga ini bernama "Visscherij Station te Batavia", berdasarkan SK Pemerintah
Belanda No. 37 Tanggal 31 Juli 1911, lembaga ini secara resmi masuk dalam struktur "sLands
Plantentuin". Tahun 1922 lembaga ini berganti nama lagi menjadi Laboratorium Voor Het Onderzoek
der Zee (LOZ) dibawah pimpinan: Dr. A.L.J. Sunier. Tahun 1949 berubah lagi namaya menjadi
"Laboratorium Penyelidikan Laut". Tahun 1955 lembaga ini berganti nama lagi menjadi "Lembaga
Penyelidikan Laut", dibawah pimpinan Prof. Klaus Wyrtki. Tahun 1962 namanya berubah menjadi
"Lembaga Penelitian Laut" sebagai salah satu bagian dari Lembaga Biologi Nasional MIPI.
Tahun 1970, melalui keputusan presiden No.10 tahun 1970, lembaga ini ditetapkan sebagai
lembaga berskala nasional dengan nama Lembaga Oseanologi Nasional (LON) sebagai bagian dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pada tahun 1986, terjadi reorganisasi di LIPI,
berdasarkan Keppres R.I no. 1/1986, nama LON diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi-LIPI (Puslitbang Oseanologi - LIPI), dibawah kedeputian Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun
2001, berdasarkan keputusan Kepala LIPI No. 1151/M/2001, Puslitbang Oseanologi - LIPI, diubah lagi
namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, dibawah naungan Deputi Ilmu Pengetahuan
Kebumian.
4.2 Visi dan Misi
4.2.1 Visi dan Misi LIPI
4.2.1.1 Visi
Menjadi lembaga ilmu pengetahuan yang berkelas dunia dalam bidang penelitian
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing
antar bangsa.

4.2.1.2 Misi
1. Menciptakan invensi ilmu pengetahuan yang dapat mendorong inovasi dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi bangsa
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk konservasi dan pemanfaatan
Sumber Daya berkelanjutan
3. Meningkatkan pengakuan internasional dalam bidang ilmu pengetahuan
4. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui aktivitas Ilmiah.

4.2.2 Visi dan Misi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI


4.3.2.1 Visi
Menjadi institusi Ilmu Pengetahuan berkelas dunia dalam penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Oseanografi untuk meningkatkan daya saing bangsa.

4.3.2.2 Misi
1. Meningkatkan output riset oseanografi yang berkontribusi signifikan terhadap ilmu
pengetahuan, nyata dirasakan pemangku kepentingan dan berdampak besar bagi publik
2. Meningkatkan pelayanan publik dalam bentuk penyediaan data dan informasi oseanografi
yang akurat, tepat waktu dan tepat guna.
3. Mendukung kelangsungan pemanfaatan sumberdaya laut dan lingkungannya berbasis ilmu
pengetahuan untuk kesejahteraan publik.

4.3 Tujuan dan Fungsi


4.3.1 Tujuan dan Fungsi LIPI
4.3.1.1 Tujuan
1. Meningkatkan temuan, terobosan dan pembaharuan ilmu pengetahuan serta
pemanfaatannya dalam mewujudkan daya saing bangsa
2. Meningkatkan nilai tambah dan kelestarian Sumber Daya Indonesia
3. Meningkatkan posisi dan citra Indonesia di komunitas global dalam bidang ilmu pengetahuan
4. Meningkatkan budaya ilmiah masyarakat Indonesia
4.3.1.2 Fungsi
Berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001, LIPI memiliki fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian ilmu pengetahuan
2. Penyelenggaraan riset keilmuan yang bersifat dasar
3. Penyelenggaraan riset inter dan multi disiplin terfokus
4. Pemantauan, evaluasi kemajuan, dan penelaahan kecenderungan iptek
5. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LIPI
6. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang penelitian ilmu
pengetahuan

4.3.2 Tujuan dan Fungsi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI


4.3.2.1 Tujuan
Mencapai hasil penelitian yang optimal di bidang oseanografi guna memanfaatkan
sumberdaya perairan laut yang berkelanjutan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

4.3.2.2 Fungsi
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mempunyai fungsi:
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang oseanografi.
2. Penyusunan pedoman, pembinaan, dan pemberian bimbingan teknis penelitian bidang
oseanografi.
3. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian di bidang oseanografi
4. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian di bidang oseanografi
5. Evaluasi dan penyusunan laporan penelitian bidang oseanografi.

4.4 Teknik Identifikasi Fitoplankton Beserta Hasilnya


Teknik Identifikasi fitoplankton yang digunakan di Pusat Penelitian Oseanografi adalah Whole
Strip Counting, yaitu pengamatan fitoplankton yang dilakukan dengan mengamati seluruh botol
sampel yang didapatkan dari 33 stasiun yang berbeda, cara pengamatan dengan diputar secara
perlahan dari garis awal hingga bertemu kembali ke batas garis awal tersebut. Volume fraksi yang
digunakan adalah 15 ml, dengan pembagian 5 kali pengamatan, sehingga dalam 1 kali pengamatan
terdiri dari 3 ml sampel dan 3 ml aquades.
Adapun hasil dari identifikasi fitoplankton dimuat di Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Hasil Identifikasi Fitoplankton

No. Genus

1 Guinardia
2 Leptocylindrus
3 Gonyaulax
4 Mesoporos
5 Ceratium
6 Skeletonema
7 Chaetoceros
8 Hemiaulus
9 Rhizoselenia
10 Dactyliosolen
11 Heterocopsa
12 Eucampia
13 Gombierdiscus
14 Noctiluca
15 Prorocentrum
16 Pseudo
17 Gymnodinium
18 Pyrocystis
19 Podolampas
20 Protoperidium
21 Ornithocercus
22 Pyrophacus
23 Heterodinium
24 Oxyphysis
25 Pleurosigma
26 Coscinodiscus
28 Thricodesmium
29 Actiniscus
30 Amphisolenia
31 Ceratocorys
32 Cochlodinium
33 Amphisolenia

Dari hasil identifikasi didapatkan 33 genus fitoplankton yang berbeda dari masing masing
stasiun. Masing-masing genus memiliki ciri khusus, dari 33 genus akan dijabarkan beberapa genus
beserta cirinya diantaranya berikut :

4.5 Teknik Enumerasi Fitoplankton Beserta Hasilnya


Teknik enumerasi fitoplankton yang digunakan di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia adalah menggunakan alat bantu hand counter, gunanya untukmemudahkan
perhitungan disetiap stasiun.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari hasil praktek kerja lapangan yang telah dilakukan
selama satu bulan ini adalah sebagai berikut :
1. Masing – masing genus memiliki ciri khusus.
2. Genus yang teridentifikasi dari 33 stasiun didapati sebanyak 33 genus.
3. Genus yang sering teridentifikasi adalah genusguinardia dan leptocylindrus.
4. Genus yang tidak sering teridentifikasi adalah genus Amphisolenia dan Pseudo.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu, tingkatkan lagi penelitian – penelitian mengenai
fitoplankton. Batasi identifikasi sampel terhadap orang yang meneliti dikarenakan dapat
mempengaruhi kinerja fisik dari orang yang meneliti tersebut.

Anda mungkin juga menyukai