Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN KASUS

MYOMA UTERI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Stase Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD dr. Soedono Madiun

Oleh :

Mafiga Norrais N
(12711098)

Pembimbing :

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DR. SOEDONO
MADIUN
2018
MANAJEMEN KASUS

MYOMA UTERI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Di Stase


Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Soedono Madiun

Oleh :

Mafiga Norrais N (12711098)

Telah dipresentasikan tanggal :


08 Juli 2018

Dokter Pembimbing DM RSUD Dr. Soedono Madiun

dr. Mafiga Norrais N


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDONO
SMF OBSTETRI – GINEKOLOGI
Jl. Dr. Soetomo 59. Telp 0351 464326 pswt. 150

LAPORAN KASUS
No. Rekam Medis : 6738664

IDENTITAS
 Nama pasien : Ny. TS umur : 34 tahun
 Nama suami : Tn. S umur : 34 tahun
 Agama : Islam
 Pendidikan istri : SMA
 Pendidikan suami : SMK
 Pekerjaan istri : Karyawan perusahaan
 Pekerjaan suami : Karyawan perusahaan
 Lama menikah : 12 tahun
 Alamat : Bangunsari RT. 07/02 Barat Magetan

MASUK dan KELUAR RS


 Masuk : 03 – 05 – 2018 jam 23.50
 Keluar : 05 – 05 – 2018 jam 17.00

ANAMNESIS
 Keluhan utama : Plasenta belum lahir sejak 1,5 jam yang lalu
 Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari BPM dengan P3003 dengan Retensio Plasenta.
Pasien datang pada pukul 23.50. Bayi laki-laki dilahirkan secara
spontan pada pukul 22.25 dengan BB= 2800gr, PB= 49cm, dan AS= 8-
9. Hasil pemeriksaan di Bidan didapatkan KU: baik, Compos Mentis,
TD= 100/70 mmHg, Nadi= 97 kali/menit, Respirasi= 22 kali/menit,
Suhu= 36˚C, TFU= 2 jbpst, perdarahan 200 cc. Terapi yang diberikan
di Bidan yaitu :

1
 pukul 22.40 : Injeksi oksitosin ke 1
 pukul 22.50 : belum ada tanda pelepasan  pasang infus RL
grojok
 pukul 22.55 : tidak ada tanda-tanda pelepasan
 pukul 23.25 : berangkat rujuk ke RS Soedono  ganti RL ke
2
 Riwayat pernikahan :
Status : Menikah
Banyak : 1 kali
Usia kawin : 25 tahun
Lama kawin : 12 tahun
 Riwayat kontrasepsi sebelum hamil : KB suntik
 Riwayat Perawatan Antenatal :
o BPM : 5 kali
o Sp.OG : 7 kali
 Riwayat persalinan yang lalu :
No. A/P/I/Ab/H BBL Cara Penolong L/P Umur H/M
Lahir
1. Aterm 3000 gr Spt BPM P 5 bln H
2. Aterm 2900 gr Spt BPM L 8 th H
3. Aterm 2800 gr Spt BPM L Baru
H
lahir

 Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (-).

 Riwayat Persalinan sekarang


o Tgl. (-) jam (-) his mulai
o Tgl. (-) jam (-) ketuban pecah
o Tgl. (-) jam (-) keluar lendir

2
PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Vital sign :
TD : 100/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 86 x/menit t ax : 36,8 0C
Berat badan : 65 kg Tinggi Badan : 154 cm
IMT : 28 kg/m2
Kepala leher : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dispneu (-)
Cardiologi : S1S2 tunggal reguler
Respirasi : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Ekstremitas : akral hangat +/+, edem tungkai -/-
Status Obstetri
 v/v fluxus (+) tampak tali pusat menjulur di depan vulva
 Fundus : 1 jari atas pusat
 Kontraksi uterus baik
 perdarahan tidak aktif

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Hasil Laboratorium (03-05-2018)
Parameter Hematologi Nilai
Hb 10,4 gr/dL
Leukosit 32,31 x 103/µL
Trombosit 286 x 103/µL
Hematokrit 33,2 %*
Eritrosit 3,80 x 106/µL*
MCV 87,2 fL
MCH 27,4 pg
MCHC 31,4 g/dl
Eosinofil 0,2 %
Basofil 0,3 %
Neutrofil 88,4 %
Limfosit 7,7 %
Monosit 3,4 %

3
DIAGNOSIS
P3003 PP Spt B + Retensio Plasenta

TERAPI
 Dilakukan Manual Plasenta  plasenta lengkap  perdarahan 200 cc
 Misoprostol (gastrul) 3 tab per rectal

FOLLOW UP
4 Mei 2018 Pukul 08.00 di Mawar
S: Perut mules
O: STU : KU baik, GCS 456
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
VS: TD= 110/70 mmHg
N= 83 kali//menit
R= 19 kali/menit
S= 36,8 ̊C
Cardiologi : S1S2 tunggal reguler
Respirasi : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Ekstremitas : akral hangat +/+, edem tungkai -/-
STO : TFU 1 jari di bawah pusar, kontraksi uterus (+) baik, V/V fluxus (-),
perdarahan sedikit 50 cc
A: P3003 Post Manual Plasenta (a/i retensio plasenta) dg riw. PP Spt di BPM
Hari ke-0
P : - Diet TKTP
- Mobilisasi
- Amoxicillin 3x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Sulfas ferosus 2x1 tab
- KIE ASI ekslusif dan v/v higiene
- Obs kel/vs/kontraksi uterus/fluxus

4
FOLLOW UP
5 Mei 2018 Pukul 08.00 di Mawar

S: Nyeri perut bawah


O: STU : KU baik, GCS 456
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
VS: TD= 100/70 mmHg
N= 82 kali//menit
R= 20 kali/menit
S= 36,7 ̊C
Cardiologi : S1S2 tunggal reguler
Respirasi : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Ekstremitas : akral hangat +/+, edem tungkai -/-
STO : TFU 1 jari di bawah pusar, kontraksi uterus (+) baik, V/V fluxus (-)
A: P3003 Post Manual Plasenta (a/i retensio plasenta) dg riw. PP Spt di BPM
Hari ke-1
P : - Diet TKTP
- Mobilisasi
- Amoxicillin 3x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Sulfas ferosus 2x1 tab
- KIE ASI ekslusif dan v/v higiene
- Obs kel/vs/kontraksi uterus/fluxus

5
LANDASAN TEORI
MYOMA UTERI

A. Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan
di uterus. Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas.
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Dalam kepustakaan, mioma uteri dikenal juga dengan
istilah fibromioma, leimioma atau pun fibroid (Prawirohardjo, 2008).

B. Etiologi
Mioma uteri merupakan tumor uterus yang paling sering ditemukan
pada wanita usia reproduksi. Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan
di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti.
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium. Apabila mioma dibelah
maka akan tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan
ikat yang tersusun sebagai kumparan (whorle like pattern) dengan
pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini. Faktor resiko mioma uteri adalah usia,
riwayat keluarga, obesitas, paritas, dan kehamilan.
Banyak faktor yang menentukan terjadinya mioma uteri, faktor
tersebut dilihat dari beberapa penelitian epidemiologi yang telah dilakukan
selama ini. Faktor - faktor resiko mioma uteri meliputi:
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun
yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah
20 tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan.
Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada
usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada wanita
menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
b. Riwayat Keluarga

6
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini
mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi
estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan
hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma
uteri.
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak
pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu
kali.
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang
pernah dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan.
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran
mioma uteri. Kehamilan dapat juga mengurangi resiko mioma karena pada
kehamilan hormon progesteron lebih dominan
f. Estrogen
Sebagian besar studi membuktikan bahwa ada peningkatan reseptor
esterogen pada mioma uteri dibandingkan dengan miometrium normal.
Penelitian lain menyatakan bahwa reseptor esterogen alfa dan beta terdapat
pada mioma uteri dan mengalami peningkatan (up-regulasi) dibandingkan
miometrium normal. Yamoyo et al menunjukkan bahwa adanya penurunan
pertukaran estradiol menjadi estron pada kasus mioma uteri dibandingkan

7
dengan miometrium normal. Hal ini terjadi akibat penurunan kerja enzim
17-beta hydroxysteroid dehydrogenase atau dengan peningkatan enzim
aromatase. Tujuannnya adalah menghasilkan senyawa esterogenik yang
berpotensi merangsang sel miometrium dan meningkatkan sel yang bersifat
lemioma. Aktivitas esterogenik juga ditingkatkan melalui modifikasi
molekul estradiol. Leihr et al mendemonstrasikan bahwa tingginya
konsentrasi metabolit C4 hydroxylated estradiol pada mioma uteri,
merupakan hasil dari peningkatan aktivitas enzim estradiol 4-hydroxylase.
Metabolit yang terbentuk itu mempunyai daya ikat reseptor yang lebih
besar dibandingkan estradiol, yang merupakan sumber lokal pertumbuhan
mioma uteri (Bieber, et al., 2006).
g. Progesteron
Reseptor progesteron juga ditemukan mengalami peningkatan
konsentrasi pada mioma uteri. Meskipun birsifat kontroversi, reseptor
progesteron pada mioma uteri ditemukan meningkat konsentrasinya di
semua siklus menstruasi. Reseptor progesteron yang didapati pada mioma
uteri yaitu reseptor progesteron A dan B. Jumlah reseptor progesteron A
lebih banyak dari reseptor progesteron B pada mioma uteri dan jaringan
miometrium normal. Sifat yang berlawanan dengan esterogen
menyebabkan kadar progesteron tidak meningkat pada mioma uteri jika
dibandingkan dengan endometrium yang mengelilinginya. Akan tetapi,
peningkatan kadar progesteron telah menunjukkan peningkatan aktivitas
mitosis pada mioma uteri, yang berpotensi menumbuhkan mioma uteri baik
selama siklus menstruasi dan jika mendapat pemasukan eksogen.
Kawaguchi menganalisa efek progesteron dan estrogen pada sel otot
mioma yang dikultur. Ternyata didapatkan hasil bahwa sel yang dikultur
dengan media progesteron dan estrogen lebih aktif pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan media estrogen saja. Kadar serum
progesteron tidak meningkat pada wanita mioma uteri. Kecuali jika
mendapat pemasukan dari luar tubuh, dimana pengaruh progesteron
terbatas pada mekanisme autokrin dan parakrin di tingkat molekular

8
mempunyai nilai yang bermakna atau signifikan dalam pertumbuhan dan
perkembangan mioma uteri (Bieber, et al., 2006).
I. Patofisiologi

Menurut teori onkogenik patogenesis mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor,


yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma
uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-
phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang
uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan
mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon
steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal
dalam proses pertumbuhan tumor2,5. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya, namun
konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron
meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme
dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron
memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari
tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi
matriks ekstraseluler2,3.

Mioma uteri umumnya bersifat multiple, berlobus yang tidak teratur maupun
berbentuk sferis. Mioma uteri biasanya berbatas jelas dengan miometrium
sekitarnya, sehingga pada tindakan enukleasi mioma dapat dilepaskan dengan
mudah dari jaringan miometrium disekitarnya. Pada pemeriksaan makrokopis dari
potongan transversal berwarna lebih pucat dibanding miometrium disekelilingnya,
halus, berbentuk lingkaran dan biasanya lebih keras dibanding jaringan sekitar, dan
terdapat pseudocapsule2,3.

Mioma dapat tumbuh disetiap bagian dari dinding uterus. Berdasarkan


lokasinya mioma uteri dapat diklasifikasin menjadi :

1. Mioma intramural

9
Mioma yang terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
Jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang
mengelilingi tumor. Bentuknya berbenjol-benjol dengan konsistensi yang
padat. Keluhan yang sering terjadi adalah buang air kecil akibat terjadi
penekanan pada kandung kemih.
2. Mioma submukosa :
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun
besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dengan tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete
bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai
tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada
beberapa kasus penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses
di atas.Mioma subserous adalah mioma yang terletak di permukaan serosa
dari uterus dan mungkin akan menonjol keluar dari miometrum. Mioma
subserous tidak jarang bertangkai dan menjadi mioma geburt. Bila mioma
subserous tumbuh ke arah lateral dan meluar diantara 2 lapisan peritoneal
dari ligamentum latum akan menjadi mioma intraligamenter2,4.

10
II. Gejala klinis

Tanda dan gejala dari mioma uteri tergantung dari lokasi, ukuran, dan jumlah
mioma. Gejala dan tanda yang paling sering adalah :

- Perdarahan uterus yang abnormal


Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling
sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan
mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus
perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau
metrorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan
abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Patofisiologi
perdarahan uterus yang abnormal masih belum diketahui dengan pasti.
Beberapa penelitian menerangkan bahwa adanya disregulasi dari beberapa
faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang mempunyai efek langsung
pada fungsi vaskuler dan angiogenesis. Perubahan-perubahan ini
menyebabkan kelainan vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler
didalam uterus. Mekanisme perdarahan abnormal pada mioma uteri7 :
 Peningkatan ukuran permukaan endometrium
 Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus
 Gangguan kontraktilitas uterus
 Ulserasi endometrium pada mioma submukosum
 Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium

11
- Nyeri perut
Disebabkan karena degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari
mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang
disebabkan mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga
pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf
sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas posterior2.
- Penekanan terhadap organ sekitar
Hal ini terjadi jika mioma berukuran besar. Penekanan mioma uteri dapat
menyebabkan gangguan berkemih, defekasi maupun dispareunia. Tumor
yang besar juga dapat menekan pembuluh darah vena pada pelvik sehingga
menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema pada ekstremitas
posterior2.
- Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum
jelas. Mioma yang terletak didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan
dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba
bilateral. Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus
yang sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma didalam uterus.
Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan
disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada
keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi
atrofi karena kompresi massa tumor7.

III. Diagnosis
Untuk membantu menegakkan diagnosis mioma uteri dapat
dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang.
- Pemeriksaan bimanual. Hampir kebanyakan mioma uteri dapat didiagnosa
melalui pemeriksaan bimanual rutin maupun dari palpasi abdomen bila
ukuran mioma yang besar. Diagnosa makin elas bila pada pemeriksaan

12
bimanual diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan massa
maupun adanya pembesaran uterus.
- Pemeriksaan sonografi pelvik dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat
mendeteksi mioma uteri2. Gambaran ultrasonografi mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
- Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan karena pasien dengan mioma
uteri dapat mengalami anemia karena perderahan uterus yang banyak dan
habisnya cadangan zat besi.

- Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika


mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.c)
MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI,
mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk miom.

IV. Tatalaksana
Penatalaksanaan mioma uteri tergantung pada besar tumor, jumlah,
lokasi tumor, usia penderita, fungsi reproduksi penderita, keluhan yang
ditimbulkan, kesehatan umum pasien, dan kemungkinan adanya keganasan.
Pada mioma yang kecil dan asimptomatik, dapat ditatalaksana
konservatif, dengan pemeriksaan tiap 4-6 bulan. Kemungkinan tidak perlunya
pengobatan pada mioma uteri merupakan konsep yang penting mengingat
adanya laporan Whitehouse bahwa 55% dari semua mioma tidak memerlukan
pengobatan apapun. Oleh sebab itu bila ditemukan mioma uteri yang masih
kecil (tidak lebih dari uterus hamil 12 minggu) dan tidak menimbulkan
keluhan, terlebih bila penderita mendekati usia menopouse, pengobatan tidak
diperlukan. Secara garis besar pengobatan pada mioma saat ini dibagi dua,
yaitu bedah dan non bedah.

13
Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode,
yaitu :
1. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormon (GnRH) agonis
memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang
ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk
mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen
dari ovarium. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan
pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan
memudahkan tindakan pembedahan.
Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat
progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal
namun tidak dapat mengurangi ukuran mioma8.
2. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologist (ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine
(ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri adalah9 :
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
2. Curiga keganasan
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi
tuba
5. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan\

Walaupun hubungan antara mioma uteri dan infertilitas masih belum jelas,
beberapa peneliti mengajurkan miomektomi pada pasien infertilitas dengan mioma
uteri dan penyebab infertilitas lain sudah disingkirkan. Risiko terjadinya
kekambuhan setelah miomektomi sekitar 15-40%, sekitar separuhnya memerlukan

14
pembedahan. Miomektomi dapat dilakukan perabdominam atau perlaparoskopi,
tergantung dari jenis, lokasi, dan jumlah dari mioma.
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun
histerektomi.
a. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi.
b. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dibagi
menjadi :
1. TAH ( Total Abdominal Hysterectomy)
Mengangkat seluruh uterus termasuk servik, korpus dan fundus uteri
2. SVH ( Supra Vaginal Hysterectomy)
Mengangkat uterus tetapi meninggalkan serviks
3. Radical histerktomi
Mengangkat uterus, serviks, bagian atas vagina, dan jaringan sekitarnya
4. TAH-BSO (Total Abdominal Hysterectomy Bilateral Salphingo-
Ooforectomy)
Mengangkat uterus, serviks, kedua ovarium dan tuba falopi

Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi


bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus
urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu13.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total


abdominal histerektomi (TAH) dan sub total abdominal histerektomi (STAH).

Penanganan konservatif untuk mioma dapat dilakukan dengan observasi


dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan, bila anemia
(Hb<8gr/dl) memberikan transfusi PRC, dan pemberian zat besi.

15
Tanpa keluhan Dengan keluhan

Besar uterus <12 Besar uterus >12 Besar uterus tidak


Status fertilitas
minggu minggu Diperhatikan
Ingin anak Observasi Miomektomi Miomektomi
Tidak ingin anak Observasi Histerektomi Histerektomi

C. Diagnosis
D. Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai