Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian
Azwar (2013) mengemukakan bahwa pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka
(kuantifikasi terhadap atribut atau variabel sepanjang suatu kontinum. Secara operasional
pengukuran merupakan suatu prosedur pembandingan antara atribut yang hendak diukur
dengan alat ukurnya Karakteristik pengukuran adalah (1)merupakan perbandingan antara
atribut yang diukur dengan alat ukurnya artinya apa yang diukur adalah atribut atau dimensi
dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri (2)hasilnya dinyatakan secara kuantitatif yang berwujud
angka. suatu proses pengukuran akan dinyatakan selesai apabila hasilnya telah diwujudkan
dalam bentuk angka yang biasanya dalam pengukuran fisik disertai oleh satuan ukurnya yang
sesuai Dalam pengukuran aspek nonfisik atau aspek psikologis akan ditemui hasil pengukuran
yang berupa angka, (3) hasilnya bersifat deskriptif artinya hanya sebatas memberikan angka
yang tidak diinterpretasikan lebih jauh.
Kaplan dan saccuzzo (2012) mengemukakan bahwa pengukuran merupakan aplikasi
aturan-aturan untuk memberikan angka pada obyek. Menurut Purwanto (2012) pengukuran
adalah suatu alat untuk mencapai tujuan di dalam pengetahuan sosial. sehingga memungkinkan
dipenuhinya kebutuhan dari penilaian bidang tertentu. Perbedaan antara pengukuran dan
penilaian adalah pengukuran merupakan kegiatan yang dilakukan bersifat kuantitatif,
sedangkan penilaian merupakan aktivitas yang dilakukan terhadap perilaku yang bersifat
kualitatif.
Anzwar (2013) mengemukakan bahwa pengukuran psikologis adalah suatu cara untuk
mengukur aspek individu secara psikis. Tujuan dari pengukuran ini mengukur yaitu untuk
berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan yang dimilik dan faktor yang
mendukungnya. termasuk karier. prestasi, kemampuan, kepribadian, dan inteligensi. Jadi
pengukuran psikologis adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan
psikologis seseorang atau kelompok orang.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pengukuran adalah suatu cara
menentukan kuantitatif terhadap suatu objek atau atribut Penilaian merupakan lanjutan dari
pengukuran untuk menentukan kualitatif terhadap sesuatu yang telah diukur. Pengukuran untuk
menemukan kuantitas atau jumlah sedangkan penilaian berkenaan dengan kualitas.
B. Dasar-Dasar Pengukuran Psikologis
Menurut Azwar (2013) dasar-dasar pengukuran psikologis
1. Segala sesuatu yang dipersoalkan dalam psikologi adalah aspek-aspek psikologi yang
bersifat kualitatif
2. Atribut psikolis tidak mermiliki eksistensi riil
3. Ekstensi dan strukturnya direkayasa secara teoritis tacad construct)
4. Sebagai sesuatu yang tidak memiliki eksistensi riil. atribut- atribut psikologis tidak
dapat dikaji atau diketahui secara langsung
5. Hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui gejalanya atau manifestasinya
6. Dalam pengukuran psikologis tampilan atau manifestasi itu sengaja ditimbulkan lalu
dikuantifikasikan

C. Ciri Alat Ukur


Suatu alat ukur yang dapat diandalkan untuk dapat dipergunakan dalam mengungkap
atribut psikologis tertentu haruslah mempunyai ciri yang jelas. Alat ukur psikologis yang dapat
diandalkan pada hakekatnya sama dengan atribut yang lain yaitu: valid, reliabel dan obyektif.
Valid atau memiliki validitas yang dapat diandalkan berarti alat ukur tersebut dapat mengukur
apa yang hendak diukur, misalnya kepribadian dengan MIMPI CA finesota Multiphasic
Personality Inventory). Reliabel atau reliabilitas berarti dapat dipercaya memiliki atau
konsistensi keajegan sekarang diukur, dan beberapa waktu kemudian diukur hasilnya relatif
sarna. Obyektif berarti siapapun yang mengukurnya akan diperoleh hasil yang relatif sama
terhindar dari pengaruh subyektif yang datang dari personal yang bersangkutan Menurut Azwar
(2013) pengukuran atribut psikologis sangat sukar atau sulit menemukan validitas, reliabilitas
dan obyektivitas yang tinggi oleh karena
1. Atribut psikologis bersifat laten tidak tampak. hanyalah konstrak yang tidak akan dapat
diukur secara langsung. Pengukuran terhadap konstrak laten harus dilakukan melalui
indikator perilaku yang belum tentu mewakili domain yang tepat karena batasan
konstrak psikologis tidak dapat dibuat dengan akurasi yang tinggi dan tidak mudah
dioperasionalkan
2. Aitem-aitem dalam skala psikologi didasari oleh indikator- indikator prilaku yang
jumlahnya terbatas. Keterbatasan itu mengakibatkan hasil pengukuran menjadi tidak
cukup komprehensif, sedangkan bagian dari indikator perilaku yang terbatas itu sangat
mungkin pula tumpang tindih dengan indikator dari atribut psikologi yang lain.
3. Respon yang diberikan oleh subyek sedikit banyak dipengaruhi oleh suasana
hati,kondisi sekitar,kesalahan prosedur administrasi dan semacamnya.
4. Atribut psikologis yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi, banyak
yang gampang berubah sejalan dengan waktu dan situasi.
5. Interpretasi terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif.
Dalam istilah pengukuran dikatakan bahwa pada pengukuran psikolog terdapat lebih
banyak sumber eror

Purwanto (2012) mengemukakan alat ukur yang baik memiliki 3 ciri yaitu.
1. Validitas
Validitas adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian hasil test sesuai dengan kriteria
yang dirumuskan, dan sampai dimana test tersebut telah mengukurnya Misalnya jika akan
mengukur isi kepala seseorang dan mempergunakan sutu pita pengukur dengan mengukur
lingkaran kepala seseorang, maka sebenarnya tidak mengukur sesuatu sesuai dengan tujuan
pengukuran pengukuran ini dapat dikatakan tidak valid. Suatu validitas tidak berlaku umum,
artinya tidak ada test yang memiliki validitas rendah atau tinggi secara abstrak. Setiap validitas
berlaku hanya untuk satu kriteria tertentu Alat ukur yang valid adalah alat ukur yang mengukur
sesuatu yang hendak diukur, seperti mengukur inteligensi menggunakan tes inteligensi.
2. Reliabilitas
Pengertian reliabilitas menunjukkan pada ketetapan dari nilai yang diperoleh sekelompok
individu dalam kesempatan yang berbeda dengan test yang sama ataupun yang item semua
sama. Konsep reliabilitas mendasari kesalahan ukuran yang mungkin terjadi pada nilai tunggal
tertentu, sehingga susunan (urutan) daripada kelompok itu karena kesalahan Perubahan nilai
yang terjadi mungkin disebabkan hasil dari beberapa faktor yang tidak penting. Reliabilitas
menunjukkan keajegan dari suatu alat ukur yang digunakan dalam suatu pengukuran terhadap
atribut atau variabel yang diukur, yang dalam bahasa yang lain berarti alat ukur tersebut dapat
dipercaya untuk digunakan dalam pengukuran.
3. Norma
Norma adalah suatu hasil prestasi rata-rata dalam suatu kelompok umur atau kelas.
Permasalahan norma adalah kelompok yang dipergunakan untuk norma harus dalam cukup
besar, bersifat representatif, dan bahan test harus sama dengan bahan yang dijadikan norma.
Perlu dijadikan pertimbangan tidak ada norma yang bersifat mutlak, dalam menentukan norma
dapat dilihat dari segi umur, persentil, dan standard.

D. Dimensi/Atribut Psikologis
Menurut Purwanto (2012) sasaran pengukuran adalah bukan subyek atau individu atau
orang, melainkan properti atau atribut dari subyek atau individ Dalam pengukuran yang
menjadi sasaran adalah aspek atau segi tertentu dari subyek atau orang yang disebut
atribut,bukan subyek atau orangnya itu sendiri. Atribut pada orang bersifat fisik, seperti tinggi
badan, berat badan, kekuatan kepalan tangan, dan sebagainya. Atribut fisik lazim bersifat
konkret dan bisa diamati atau diukur secara langsung. Atribut pada orang ada juga yang bersifat
psikologis seperti kecerdasan (inteligensi) motif, kepribadian. Berikut diuraikan diantaranya.
1. Motif
Motif merupakan pengertian-pengertian yang utama dalam kegiatan dan perilaku manusia,
baik secara umum maupun secara khusus dalam interaksi sosial. Motif adalah semua
penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu. Motif memberikan tujuan dan arah kepada perilaku manusia
(Purwanto, 2012).
2. Minat
Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari
dalam diri dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dalam menjalankan fiungsinya minat
berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan (Purwanto, 2012).
3. Inteligensi
Sarlio dan sarwono (2010) mengemukakan bahwa inteligensi merupakan kemampuan untuk
mengolah lebih jauh hal-hal yang kita amati. Kemampuan ini terdir dari dua jenis,yaitu
kemampuan umum dan kemampuan khusus. Menurut ahmad (2009) inteligensi adalah sitasi
kecerdasan piker,sifat-sifat perbuatan cerdas(intelegen). Pada umumny inteligensi ini dapat
dilihat dari kesanggupanya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedag
berubah,dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Perbuatan cerdas
dicirikan dengan adanya kesanggupan bereaksi terhadap situasi dengan kelakuan baru yang
sesuai dengan keadaan baru.
4. Kepribadian
Menurut weller (2005) kepribadian merupakan jumlah total kecendrungan bawaan atau
herediter dengan beragai pengaruh dari lingkungan serta pendididkan yang berbenuk kondisi
kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan. Sujanto (2004)
mengemukakanbahwa kepribadian adalah suatu totalitas yang psikofisisyang kompleks dari
individu ,sehingga Nampak dalam prilakunya yang unik.
E. Pengukuran atribut kognitif dan non kognitif
Menurut suryabrata(2010) untuk pengukuran atribut kognitif diperlukan respons jenis
pendapat (jutment) benar-salah seperti pengukuran hasil belajar ,pengukuran inteligensi ,dan
pengukuran potensi intelektual. Sebaliknya untuk pengukuran atribut non kognitif diperlukan
respons ekspresi sentiment (expression of sentiment ) yaitu jenis respon benar menurut alasan
masing-masing seperti affektif,attitude,perilaku. Menurut surakhtmad (1990) jenis-jenis alat
ukur diklasifikasikan menjadi 4 yaitu : pengukuran inteligensi ,bakat khusus ,kepribadian dan
1. Pengukuran hasil belajar
Pengukuran inteligensipengukuran inteligensi dapat bersifat individu,dapat pula
bersifat kelompok ,bergantung pada jumpal subjek yang dihadapi,kedual-duanya dapat pula
disebut bersifat verbat atau bersifat perilaku,bergatung pada jenis respons yang diharapkan dari
subjek yang diselidiki. Pengukuran individu terhadap inteligensi manusia yang dikenal secara
luas berasal dari Alfred binet ,ahli psikologi prancis pada Univesitas sorbone. Ia suatu waktu
bertugas membuat tes untuk mengetahui pelajar yang lemah dalam belajar di kalangan pelajar-
pelajar di kota paris. Hsilnya terciptanya 3 buah masalah dalam bentuk skala, dari yang mudah
sampai dengan yang sulit dipecahkan. Dengan alat itu binet berhasil mengolongkan pelajar
dalam beberapa taraf kemampuan inteligensi. Masalah-masalah yang dikemukan dalam skala
itu adalah pertanyaan dan soal yang bersifat umum ,misalnya menyuruh subjek menyebut
angka-angka bilangan atau kata-kata kalimat yang didengar hanya sekali atau menemukan
pendapat terhadap sesuatu situasi yang ganjil,atau dihadapkan cara-cara berpikir yang
kategorial dalam mebedakan pengertian tertentu( misalnya menyebut beda presiden dengan
raja),ataupun merumuskan pengertian abstrak seperti “kesedihan” atau “kesetiaan”.
Pengukuran serupa ini(yang kemudian di sempurnakan di amerika serikat sebagai revisi
Stanford )dikenal dengan tes inteligensi Stanford-binet. Tes ini memperkenalkan tentang
pengertian inteligensi Quotient atau disingkan dengan IQ ,suatu penegrtian untuk anak-anak
yang popular . digunakan rumus IQ = MA/CA,untuk mnenghindarkan adanya angka pecahan
maka rumus tersebut kemudian dikalikan dengan 100 sehingga rumus tersebut membentuk IQ
= MA/CA x 100 . MA adalah mental age atau umur mental, dan CA adalah chornological age
atau umur kronologis yaitu umur yang sebenarnya (walgto,2006).
Selain tes inteligesi Stanford-binet ,ada jua tes inteligensi ang lain popular yaitu
inteligensi Wechsler. Suryabrata (2013) mengemukan bahwa Wechsler membagi tes menjadi
2 yaitu tes inteligensi untuk anak-anak yang dikenal dengan WISC (Wechsler intelligensi scale
for children) tahun 1949 dan WAIS (Wechsler adult intelligensi scale), ini merupaka tes
individual dengan beracam-mcam tugas. Hariman pada tahun 1958 mengklasifikasi IQ untuk
WAIS sebagai berikut :
Very superior :IQ diatas 130
Superior : IQ 120-129
Bright normal : IQ 110-119
Average : IQ 90-109
Dull normal :IQ 80-89
Borderline :IQ 70-79
Mental defective : IQ 69 ke bawah
(walgito,2010)
2. Pengukuran bakat khusus
Pengukuran bakat khusus meliputi pengukuran yang bersifat umum misalnya terhadap
kemampuan mekanik atau administratif. Selanjutnya terdapat pula pengukuran yang bersifat
khusus lainnya, misalnya terhadap kemampuan khusus dalam pelajaran bahasa, ketrampilan
berhitung, dan sebagainya. Alat yang dipergunakan berbentuk tes dan disebut pula tes bakat.
Penyelidikan serupa ini banyak dilakukan dalam kegiatan penyuluhan jabatan dan dalam
industri-industri modem. Bakat khusus seseorang dapat disimpulkan dari respon tertentu.
Misalnya saja kemajuan yang tinggi dari seseorang setelah mempelajari bahasa asing tertentu
dalam waktu yang singkat, dapat dipakai sebagai premis untuk menyimpukan bahwa orang itu
berbakat-khusus untuk bahasa, artinya ia akan mudah pula mempelajari bahasa-bahasa yang
lain. Prinsipnya bahwa bakat khusus seseorang dilihat dari respon-respon tertentu yang dipakai
terhadap stimulus untuk mengetahui ada tidaknya kemampuan- kemampuan tersebut
3. Pengukuran aspek-aspek kepribadian
Pengukuran aspek-aspek kepribadian meliputi penelitian penyesuaian diri, misalnya
tentang rasa takut, gangguan pikiran, ketakserasian sosial. Penelitian terhadap sikap mengenai
segi segi hubungan sosial,agama, politik ataupun ekonomi. Begitu pula terhadap minat
mengenai sesuatu yang terdapat dalam interaksi kehidupan masyarakat dan individu, serta
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi pribadi, serta kecendrungan pribadi
Untuk menyelidiki aspek-aspek kepribadian dalam bidang penyesuaian diri, sikap dan minat
biasanya dipakai skala angket sedangkan untuk aspek-aspek tertentu dipergunakan tes
kepribadian yang dalam hakekatnya adalah serupa dengan wawancara khusus, misalnya untuk
mengumpulkan kesulitan-kesulitan yang dirasakan seseorang. Bentuk-bentuk dokumentasi
aspek-aspek itu biasanya disebut inventori. Skala terhadap sikap dapat memberi gambaran
mengenai beberapa aspek pribadi, sama juga dengan pengukuran terhadap minat dari seorang
subyek. Mengingat bahwa adakalanya sangat sulit untuk mendekati pribadi seseorang secara
langsung, maka yang diselidiki adalah kecenderungan-kecenderungan di dalam pribadi
manusia itu melalui teknik-teknik yang dikamuflase, dikenal dengan nama teknik proyeksi.
Melalui situasi-situasi yang nampak biasa, dengan alat-alat seperti gambar atau soal-soal
tertentu, subyek memberikan interpretasi yang diduga banyak memberikan gambaran
pribadinya tanpa disadari.
4. Pengukuran hasil belajar
Pengukuran hasil belajar ini sering kita jumpai di tempat- tempat belajar seperti Sekolah-
Perguruan Tinggi, tempat les, dirumah maupun ditempat belajar lainnya. Pengukuran hasil
belajar ini meliputi kegiatan seperti tes untuk kecakapan dalam mata pelajaran tertentu serta
diagnostik dalam kelemahan mempelajari mata pelajaran/mata kuliah tertentu. Untulk
penyelidikan-penyelidikan di sekolah banyak dilakukan pengukuran terhadap hasil belajar.

F.Uji Psikologis
Purwanto (2012) mengemukakan bahwa uji psikologi dalam lapangan psikologi
diartikan sebagai suatu cara untuk mengetahui aspek psikologi seperti intelegensi, ketekunan,
bakat musik, minat dari seseorang.Uji psikologis dipergunakan untuk penyelidikan berbagai
aspek kepribadian dan kemampuan seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari
pemberian suatu tugas kepada seseorang untuk menyelesaikan suatu perbuatan atau menelaah
masalah tertentu. Suatu Uji psikologi adalah alat pengukur untuk menetapkan apakah berbagai
fase dari kesan yang kita perkirakan dari seseorang adalah benar merupakan fakta.
Salah satu masalah yang mendorong kebutuhan akan penggunaan test psikologi ini
adalah dibedakan manusia abnormal dari manusia normal. Pendidikan banyak menggunakan
uji psikologi. Di suatu sekolah telah dapat dibedakan penggolongan anak berdasarkan
kemampuannya yaitu anak yang terbelakang (educationally retarded), anak yang
berkemampuan normal, anak-anak yang berkemampuan lebih dari normal (intellectually
gifed). Penggunaan test telah benar- benar obyektif karena telah dicobakan kepada sampel
perilaku manusia tertentu, sehingga dapat dikatakan test tersebut telah distandarisasi dalam arti
cara pelaksanaan dan isi test telalh ditetapkan sedemikian rupa sehingga pelaku test pada
tempat dan waktu berlainan dapat dibandingkan. Sampel test dipilih secara hati-hati dan teliti
menurut syarat-syarat tertentu. Suatu test benar-benar mengukur manifestasi atau kelakuan
tertentu sesuai dengan tujuan pengukuran tergantung dari banyak dan sifat item-item di dalam
sampel tersebut. Setiap test psikologi mencari perbedaaan-perbedaan perilaku seseorang.
Ada beberapa kode etik yang perlu diperhatikan untuk menghindari penyalahgunaan
dari uji psikologis. Penjualan dan distribusi test harus dibatasi pada pemakaian test oleh yang
berwenang tergantung pada tipe testnya. Kontrol terhadap test- test psikologi perlu untuk
menghindari dikenalnya isi test itu untuk sembarang orang, dan untuk diyakini bahwa test itu
dilaksanakan oleh seseorang yang benar benar mengerti dan telah terlatih.

Anda mungkin juga menyukai