2.1 Bumi
2.1.1 Komposisi Bumi Secara Kimia
Bumi yang kita tinggali pada dasarnya berbentuk bulat seperti bola, walaupun rata pada
bagian kutub-kutubnya. Bumi mempunyai jari-jari khatulistiwa sepanjang 6.378 km, dan jari-jari
kutub sepanjang 6.356 km. Secara keseluruhan, berdasarkan komposisi kimianya, bumi terbagi
menjadi empat bagian yaitu, udara, air, batuan solid dan kehidupan organik.
Gambar 2.1 Komposisi bumi secara kimia (Sumber : Gempa dan Tsunami, Dep. Energi dan SDM)
Bagian pertama dari bumi adalah udara (atmosfer) yang merupakan lapisan gas yang
melingkupi bumi, dari permukaan planet sampai jauh di luar angkasa yang berfungsi melindungi
kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu
ekstrem yang terjadi antara siang dan malam. Bagian kedua dari bumi adalah air (hidrosfer) yang
merupakan lapisan air yang ada di permukaan bumi, seperti laut, danau, sungai dan air permukaan
lainnya dan aspek ini merupakan bagian terbesar yang menutupi permukaan bumi atau kurang
lebih 70 persen dari permukaan bumi adalah air.
Gambar 2.3 Struktur lapisan bumi (Sumber : Gempa dan Tsunami, Dep. Energi dan SDM)
Gambar 2.4 Irisan struktur bumi (Sumber : Gempa dan Tsunami, Dep. Energi dan SDM)
a. Penunjaman (subduction)
b. Pemisahan (extrusion)
c. Tumbukan (colission)
d. Patahan (trancursion)
Gambar 2.8 Bentuk pergerakan lempeng tektonik
2.3 Gempa Bumi
2.3.1 Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang apabila terjadi akan menimbulkan efek
kerusakan yang bersifat materil dan mengancam kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari
dan tidak dapat diramalkan kapan, dimana terjadi dan berapa besarnya.
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat terjadi pelepasan energi di dalam
bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi
energi merupakan penyebab terjadinya gempa bumi yang dihasilkan dari pergerakan lempeng-
lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa
bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Pada prinsipnya, gempa merupakan suatu peristiwa pelepasan energi di suatu tempat yang
terletak di pada titik-titik perbatasan dari lempeng-lempeng pelat tektonik bumi. Pada saat terjadi
gempa pertama, belum tentu semua energi yang terkumpul di dalam bumi dilepaskan secara
keseluruhan, sehingga apabila masih ada energi yang tersisa dapat menyebabkan terjadinya
pelepasan energi pada lokasi lain, dan menimbulkan terjadinya peristiwa rentetan gempa.
Pelepasan energi setelah gempa pertama, disebut dengan aftershocks dan gempa yang terjadi
akibat aftershocks mempunyai kemungkinan dapat lebih besar atau lebih kecil dari gempa
pertama dan hingga saat ini masih sulit di prediksi waktu terjadinya (Tjokrodimulyo, 1997).
2.4.3 Episentrum
Episentrum (epycentre) adalah titik vertikal di permukaan bumi yang tepat berada di atas
fokus gempa. Jarak antara titik episenter dengan daerah pemukiman terdekat disebut jarak
episenter. Sedangkan daerah di sekitar titik episentrum yang mengalami dampak terbesar akibat
gempa di sebut dengan macroseisme yang dibatasi oleh suatu garis yang disebut dengan
pleistosiste.
Gambar 2.9 Fokus gempa, jarak episenter, jarak hiposenter
94 o 96 o 98 o 100 o 102 o 104 o 106 o 108 o 110 o 112 o 114 o 116 o 118 o 120 o 122 o 124 o 126 o 128 o 130 o 132 o 134 o 136 o 138 o
o
10 o 140 10 o
0 80
8o 200 400
8o
Kilometer
6o 6o
Banda Ac eh
1
2
3 4 5 6 5 4 3 2 1
4o o
4
2o 2o
Manado
Ternate
Pekanbaru
1
o
0o Sama rinda
0
2
1 Palu Manokwari 3
Padang 2 Sorong
3
4 Bia k 4
Jambi
5
6
2o 4
5 Palangkaraya 5
2o
3
2
6 Jayapura
1
Banjarmasin
Palemban
5
Bengkulu Kendari Ambo n
4o 4
4o
1 Makasar 3
Bandarlampung
Tual 2
2
6o Jakarta 1
6o
Bandung
Garut Sema rang
Sukabumi Surabay a
Tasikmalaya Solo
Jogjakarta 3
o Blitar Malang
Cilacap
8 Banyuwangi
Denpasar Mataram 4 8o
Merauke
5
10 o 5 Kupang 10 o
4
Wilayah 1 : 0,03 g 3
12 o Wilayah 2 : 0,10 g 1
12 o
Wilayah 3 : 0,15 g
Wilayah 4 : 0,20 g
14 o 14 o
Wilayah 5 : 0,25 g
Wilayah 6 : 0,30 g
Gambar
16 o
94 o 96 o 98 o 100 o 102 o 104 o 106 o 108 o 110 o 112 o 114 o 116 o 118 o 120 o 122 o 124 o 126 o 128 o 130 o 132 o 134 o 136 o 138 o
2.10
140 o
Pe n wilayah gempa Indonesia (sumber : SNI 03-1726-2002) 16 o
2.6 Gelombang Gempa
Pada saat terjadinya gempa bumi, di pusat gempa akan terjadi getaran yang besarnya
tergantung dari besarnya energi yang dilepaskan di pusat gempa. Getaran yang dilepaskan ini
kemudian akan menyebar ke daerah sekitarnya termasuk sampai ke permukaan bumi.
Berdasarkan hal tersebut maka gelombang-gelombang tersebut dibagi menjadi dua yaitu,
gelombang yang menjalar di dalam tanah dan gelombang yang menjalar di permukaan tanah.
VS = (2.2)
Dimana :
VP = kecepatan gelombang primer (km/detik).
VS = kecepatan gelombang sekunder (km/detik).
k = bulk modulus (modulus incompressibility).
= modulus kekakuan (rigidity).
= kerapatan massa (density) dari media yang dilalui.
Dengan mengetahui kecepatan rambat dari gelombang primer dan gelombang
sekunder, maka ahli seismologi dapat memperkirakan posisi pusat gempa berada.
2.6.2 Gelombang Dipermukaan Tanah
Serupa dengan gelombang yang menjalar di dalam tanah, gelombang yang menjalar di
permukaan tanah akibat peristiwa gempa juga dibagi menjadi dua, yaitu gelombang Rayleigh dan
gelombang Love.
1. Gelombang Love.
Gelombang Love adalah gelombang yang menjalar dengan butir-butir tanah permukaan
berbentuk love.
2. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang menjalar dengan butir-butir tanah
bergerak berbentuk elips seperti putaran roda dengan arah gerakan pada bidang
vertikal.
Contoh 2.1 :
Gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter melanda Kota Waluh, episenter gempa dari kota
tersebut berjarak 25 km dan sumber gempa berada pada kedalaman 30 km. Diminta hitunglah
percepatan muka tanah maksimum berdasarkan formula Donovan dan Matuschka serta, berapa
besar getaran permukaan tanah yang terjadi di kota tersebut menurut skala Intensitas lokal ?
Penyelesaian :
Focus gempa = 25 km
Jarak episentrum (d) = 30 km
Menghitung jarak hiposenter (H) :
2 2
H = h d
2 2
= 25 30
= 39,05125 km
Hubungan antara skala Richter dengan percepatan muka tanah maksimum menurut
Donovan :
0,5.R -1,32
a = 1080 e (H + 25)
0,5.6,5 -1,32
= 1080 e (39,05125 + 25)
2
= 114,88528 cm/detik
Hubungan antara skala Richter dengan percepatan muka tanah maksimum menurut
Matuschka :
0,81.R -1,15
a = 119 e (H + 25)
0,81.6,5 -1,15
= 119 e (39,05125 + 25)
2
= 192,57533 cm/detik
Skala kerusakan bangunan menurut intensitas lokal :
Nilai a menurut Donovan :
1 1
Log 114,89 = .I–
3 2
1 1 2,56028
2,06028 = .I– → I = = 7,53 MMI
3 2 0,34
1 1
Log 114,89 = .I+
4 4
1 1 1,8280
2,06028 = .I+ → I = = 7,25 MMI
4 4 0,25
Nilai a menurut Matuschka :
1 1
Log 192,57 = .I–
3 2
1 1 2,78459
2,28459 = .I– → I = = 8,19 MMI
3 2 0,34
1 1
Log 192,57 = .I+
4 4
1 1 2,03459
2,28459 = .I+ → I = = 8,14 MMI
4 4 0,25
Contoh 2.2 :
Gempa berkekuatan 5,9 SR mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah pada pukul 05.54
WIB, berpusat pada posisi 8,007 LS dan 110,286 BT pada jarak 25 km arah selatan Yogyakarta di
kedalaman 17 km. Diminta, hitunglah percepatan muka tanah pada saat terjadi gempa di
Yogyakarta dan berapa besar getaran permukaan tanah yang terjadi di kota tersebut menurut
skala Intensitas lokal?
Penyelesaian :
Focus gempa = 17 km
Jarak episenter (d) = 25 km
= 30,2324 km
Hubungan antara skala Richter dengan percepatan muka tanah maksimum menurut
Donovan :
0,5.R -1,32
a = 1080 e (H + 25)
0,5.5,9 -1,32
= 1080 e (30,2324 + 25)
2
= 103,48955 cm/detik
Hubungan antara skala Richter dengan percepatan muka tanah maksimum menurut
Matuschka :
0,81.R -1,15
a = 119 e (H + 25)
0,81.5,9 -1,15
= 119 e (30,2324 + 25)
2
= 140,44856 cm/detik
Skala kerusakan bangunan menurut intensitas lokal :
Nilai a menurut Donovan :
1 1
Log 103,49 = .I–
3 2
1 1 2,51490
2,01490 = .I– → I = = 7,39 MMI
3 2 0,34
1 1
Log 103,49 = .I+
4 4
1 1 1,76490
2,01490 = .I+ → I = = 7,05 MMI
4 4 0,25
Nilai a menurut Matuschka :
1 1
Log 140,45 = .I–
3 2
1 1 2,64752
2,14752 = .I– → I = = 7,78 MMI
3 2 0,34
1 1
Log 140,45 = .I+
4 4
1 1 1,89752
2,14752 = .I+ → I = = 7,59 MMI
4 4 0,25
L
P = 1 T
(2.10)
e 100%
Dimana :
P = adalah nilai probabilitas dalam persen suatu struktur terlanda gempa yang lebih besar
dari gempa rencana.
e = bilangan natural.
L = umur rencana bangunan (tahun).
P = jangka waktu ulang gempa rencana (tahun).
Dalam SNI 03-1726-2002, menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan struktur gedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Selain itu,
akibat pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus masih berdiri,
walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. Gempa rencana ditetapkan
mempunyai perioda ulang 500 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama umur
gedung 50 tahun.
Contoh 2.3 :
Sebuah monumen direncanakan dengan umur 50 tahun, apabila digunakan periode ulang
gempa 500 tahunan dalam perencanaan, maka tentukanlah probabilitas monumen tersebut
mengalami gempa yang lebih besar dari gempa rencana?
Penyelesaian :
L
P = 1 T
e 100%
50
= 1 e 500 100%
= 9,516 %
Jadi kemungkinan monumen tersebut terkena dampak gempa periode ulang 500 tahun
adalah 9,516%.
2.12 Tsunami
Istilah tsunami berasal dari kosa kata Jepang tsu yang berarti gelombang dan nami yang
berarti pelabuhan, sehingga secara bebas tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang
melanda pelabuhan. Kata tsunami sendiri menjadi bagian dari bahasa dunia, setelah gempa besar
tanggal 15 Juni 1896 yang menimbulkan gelombang laut besar yang melanda kota pelabuhan
Sanriku di Jepang dan menewaskan 270.000 orang serta merusak pantai barat Pulau Honshu
sepanjang 280 km (BMG).
Di Indonesia sendiri, bencana tsunami telah terbukti menelan banyak korban manusia
maupun harta benda. Sebagai contoh, bencana tsunami yang terjadi di Flores pada tahun 1992
yang mengakibatkan meninggalnya lebih dari 2000 manusia, bencana tsunami di Banyuwangi
tahun 1994 yang menelan korban 800 orang, bencana tsunami di Aceh dan Nias yang menelan
korban lebih dari 250.000 jiwa dan yang terakhir bencana tsunami di Pangandaran, Jawa Barat.
Tsunami ditimbulkan akibat adanya deformasi atau perubahan bentuk pada dasar lautan,
terutama perubahan permukaan dasar lautan dalam arah vertikal. Perubahan pada dasar lautan
tersebut, akan diikuti dengan perubahan permukaan lautan, yang mengakibatkan timbulnya
penjalaran gelombang air laut secara serentak tersebar ke seluruh penjuru mata-angin. Kecepatan
rambat penjalaran tsunami di sumbernya bisa mencapai ratusan hingga ribuan km/jam dan
berkurang pada saat menuju pantai, dimana kedalaman laut semakin dangkal. Walaupun tinggi
gelombang tsunami di sumbernya kurang dari satu meter, tetapi pada saat menghepas pantai,
tinggi gelombang tsunami bisa mencapai lebih dari 5 meter. Hal ini disebabkan berkurangnya
kecepatan rambat gelombang tsunami karena semakin dangkalnya kedalaman laut menuju
Terhadap struktur bangunan tsunami merupakan dampak kerusakan yang tidak langsung
akibat terjadinya gempa. Memang akan sangat dilematis bagi sebuah struktur yang telah berada
dalam kondisi tidak stabil akibat adanya gempa ditambah lagi dengan hempasan gelombang
tsunami.