Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN DAN EVALUASI TAMBANG

OLEH :

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2019

BAB I
NET PRESENT VALUE
I. Pengertian Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas
yang masuk dan nilai sekarang dari arus kas keluar pada sebuah waktu periode.
NPV biasanya digunakan untuk alokasi modal untuk menganalisa keuntungan
dalam sebuah proyek yang akan dilaksanakan. Net Present Value yang positf
menandakan bahwa proyeksi pendapatan yang dihasilkan oleh sebuah proyek atau
investasi melebihi dari proyeksi biaya yang dikeluarkan. Pada umumnya nilai
NPV yang positif akan menjadi menguntungkan dan proyek yang memiliki NPV
negatif akan menghasilkan kerugian. Konsep ini merupakan dasar dari hukum Net
Present Value, yang mengindikasikan bahwa investasi yang bagus hanya dapat
dilakukan.

II. Contoh Aplikasi dari Net Present Value (NPV)


Menentukan nilai dari sebuah proyek itu sangatlah sulit karena ada bermacam-
macam cara untuk mengukur nilai dari arus kas di masa depan. Karena dengan
hukum Time Value Money (TVM), uang yang ada saat ini lebih berharga
dibandingkan dengan nilai uang di masa depan dalam jumlah yang sama. Hal ini
karena uang tersebut dapat digunakan untuk investasi yang lebih jelas
menguntungkan dan juga karena inflasi. Dalam kata lain uang yang didapat
dimasa depan jauh lebih sedikit nilainya dengan uang yang didapat saat ini jika
dilihat dalam jumlah yang sama. Oleh karena itu digunakanlah Diskonto atau
Discount Rate.
Variabel yang disebut diskontinus ini merupakan salah satu elemen penting
dalam menentukan NPV. Perusahaan seringkali memiliki cara yang berbeda
dalam menentukan diskonto. Metode umum yang digunakan dalam menentukan
diskonto ini adalah dengan menggunakan ekspektasi imbal hasil dari investasi lain
yang memiliki nilai risiko yang sama (IRR) atau biaya dari pinjaman uang untuk
melaksanakan proyek tersebut.
Sebagai contoh, bila sebuah perusahaan tambang tembaga ingin membeli
sebuah tanah yang akan didirikan untuk membuat toko untuk produk tembaga
maka yang dilakukan pertama kali adalah mengukur pendapatan yang didapatkan
di masa depan. Setelah mengukur pendapatannya dengan metode NPV
didapatkanlah nilai sebesar Rp 5 miliar. Lalu perusahaan bernegosiasi dengan
pemilik tanah untuk menentukan harga yang diinginkan oleh pemilik tanah. Bila
pemilik tanah menjual tanahnya dengan harga dibawah dari NPV yang telah
dikalkulasi oleh perusahaan tersebut maka perusahaan tersebut bisa jadi
membelinya karena harganya yang dibawah NPV yang mengindikasikan bahwa
harganya murah. Katakanlah pemilik tanah menjual tanahnya sebesar Rp 3 miliar,
selisih Rp 2 miliar ini merupakan keuntungan dari nilai intrinsik yang didapatkan
perusahaan. Namun apabila pemilik tanah tidak mau menjual dengan harga
dibawah Rp 5 miliar dan hanya ingin menjualnya diatas harga Rp 5 miliar maka
perusahaan tersebut kemungkinan tidak mau membelinya karena harganya yang
lebih mahal dibandingkan dengan NPV dan mengindikasikan nilai yang negatif.
Nilai harga yang harus dibayar dibawah NPV mengindikasikan investasi yang
baik dan nilai harga yang harus dibayar diatas NPV mengindikasikan investasi
yang buruk.

III. Kekurangan dari Net Presnt Value (NPV)


Satu masalah utama dalam menilai keuntungan investasi dari nilai NPV yaitu
NPV terlalu bergantung banyak asumsi dan perkiraan, jadi akan ditemukan
banyak kesalahan didalamnya. Sebuah proyek mungkin memiliki pengeluaran
yang tak terduga untuk memulainya dan mungkin juga sebuah proyek memiliki
pengeluaran tambahan di akhir proyek. Ditambah lagi diskonto dan perkiraan arus
kas masuk tidak setara dengan risiko yang ada pada sebuah proyek dan
kemungkinan mengasumsikan arus kas maksimal pada periode investasi. Ini bisa
terjadi apabila investor terlalu optimistis pada proyek tersebut. Oleh karena itu
perlu adanya pengaturan untuk mengantisipasi biaya yang tidak terduga pada arus
kas yang terlalu optimistis. Selain itu NPV hanya menilai arus kas yang dihasilkan
dalam periode yang dihitung namun hal itu akan mengabaikan waktu yang
dibutuhkan dalam operasi agar balik modal. Oleh karena itu Pay Out Time (POT)
lebih populer karena lebih simpel dan dapat mengkalkulasikan kecepatan balik
modal dari modal investasi.

BAB II
RATE OF RETURN

I. Pengertian Rate Of Return (ROR)


Rate of return adalah tingkat pengembalian atau tingkat bunga yang diterima
investor atas investasi yang tidak diamortisasikan. Untuk menghitung tingkat
pengembalian atas investasi, kita harus mengkonversi berbagai konsekuensi dari
investasi ke dalam cash flow.
Pengertian rate of return dapat dilihat dari 2 sisi. Dari pihak investor, tinggi
rendahnya tingkat laba yang disyaratkan merupakan pencerminan oleh tingkat
resiko aktiva yang dimiliki dan struktur modal serta faktor lain seperti
manajemen. Sedangkan di pihak perusahaan, tingkat laba yang diminta.
Merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal dari
pemegang saham secara umum bahwa resiko perusahaan yang tinggi berakibat
bahwa tingkat keuntungan yang diminta oleh investor juga tinggi dan biaya modal
juga tinggi. Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diminta dipengaruhi oleh
tingkat keuntungan bebas resiko (risk free rate) (Rf) dan risk premium untuk
mengkompensasikan resiko yang melekat pada surat berharga itu. Rp = Rf + risk
premium.

II. Macam-macam Rate Of Return (ROR)


Adapun macam-macam dari Rate Of Return (ROR) adalah sebagai berikut :
1. Average Rate of Return
Average Rate of Return disebut juga accounting rate of return atau accounting
return to investment adalah metofe penilaian investasi yang berusaha
menunjukkan ratio atau perbandingan antara keuntungan neto tahunan terhadap
nilai investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba/keuntungan tersebut baik
diperhitungkan dengan nilai investasi ( initial investment ) atau rata – rata
investasi ( average investment ).

2. Internal Rate of Return


Internal Rate of Return dalah tingkat diskonto ( discount rate ) yang
menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan present value dari
nilai investasi discount rate/tingkat diskonto yang menunjukkan net present value
atau sama besarnya dengan nol.
Kelemahan – kelemahan pada metode IRR adalah :
 Tingkat diskonto yang dihitung akan merupakan nilai yang sama untuk setipa
tahun ekonomisnya. Metode IRR tidak memungkinkan menghitung IRR yang
mungkin berbeda stiap tahunnya. Padahal secara toritis dimungkinkan terjadi
tingkat bunga yang berbeda setiap tahun.
 Bisa diperoleh i yang lebihdari satu angka ( multiple IRR ). Dengan demikian
timbul masalah, yaitu i mana yang akan kita pergunakan.
 Pada saat perusahaan harus memilih proyek yang bersifat mutually exclusive,
kita mungkin salah memilih proyek kalau kita menggunakan kriteria IRR.
Penggunaan IRR akan tepat kalau dipergunakan Incremental IRR.

III. Contoh Aplikasi dari Rate Of Return (ROR)


Sebagai contoh, bila sebuah perusahaan tambang tembaga memiliki uang kas
sebesar 30 juta, nilai 30 juta lebih tinggi dari pada akhir tahun depan, kenapa :
 Karena kalau perusahaan memiliki uang kas 30 juta sekarang dapat disimpan
di Bank dengan mendapatkan bunga, misalkan dengan bunga 10 % per tahun,
sehingga uang tersebut akan menjadi 33 Juta.
 Jadi uang perusahaan sekarang menjadi 33 juta nilainya sama dengan 33 juta
pada akhir tahun nanti.

Anda mungkin juga menyukai