Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Hasil Analisa Glukosa
ANALISA GLUKOSA
Variabel ρ ρ %S %S Volume Volume pH pH
Awal Akhir Awal Akhir titran titran Awal Akhir
(gr/ml) (gr/ml) awal akhir
(ml) (ml)
1 0,988 1,067 20,7 1,218 22 21,8 5 7
2, 5, 8 0,988 1,062 20,7 1,036 22 22 5 7
3 0,988 1,004 20,7 5,227 22 17,3 5 7
4 1,012 1 22,7 2,2 24,5 20,9 5 7
5 1,012 1,004 22,7 3,287 24,5 19,8 5 7
6 1,012 1,006 22,7 3,876 24,5 19,2 5 7

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Densitas Awal dan Akhir
1.08
1.06
1.04
� (gr/ml)

1.02
1
Densitas Awal
0.98
Densitas Akhir
0.96
0.94
1 2 3 4 5 6
Variabel

Gambar 4.1 Perbandingan Densitas Awal dan Akhir pada Fermentasi


Nata
Dari Gambar 4.1 dapat terlihat kenaikan densitas pada variabel 1, 2, dan 3. Dan
mengalami penurunan pada variabel 4, 5, dan 6. Variabel 1 memiliki densitas awal
0,988 gr/ml dan densitas akhir 1,067 gr/ml. Variabel 2 memiliki densitas awal 0,988
gr/ml dan densitas akhir 1,062 gr/ml. Variabel 3 memiliki densitas awal 0,988 gr/ml
dan densitas akhir 1,004gr/ml. Variabel 4 memiliki densitas awal 1,012 gr/ml dan
densitas akhir 1 gr/ml. Variabel 5 memiliki densitas awal 1,012 gr/ml dan densitas
akhir 1,004 gr/ml. Variabel 6 memiliki densitas awal 1,012 gr/ml dan densitas akhir
1,006 gr/ml.
Pada fermentasi nata, densitas semakin meningkat seiring perkembangan
mikrobanya. Semakin meningkatnya densitas maka ketebalan lapisan nata semakin
meningkat pula. Peningkatan densitas menunjukkan adanya peningkatan kerapatan

15
sel bakteri penghasil nata sehingga menyebabkan ketebalan lapisan nata meningkat
(Mayasti, 2013).
Dari hasil percobaan yang didapat, densitas fermentasi mengalami kenaikan dan
penurunan pada sebagian variabel. Hal ini kurang sesuai dengan teori, dimana
berdasarkan teori, densitas meningkat seiring pertumbuhan nata dan peningkatan
ketebalan lapisan nata.

4.2.2 Perbandingan %S Awal dan Akhir


25
20
15
%S

10 %S Awal
5 %S Akhir
0
1 2 3 4 5 6
Variabel

Gambar 4.2 Perbandingan %S Awal dan Akhir pada Fermentasi Nata


Dari Gambar 4.2 dapat terlihat penurunan %S pada setiap variabel. Variabel 1
memiliki %S awal 20,7% dan %S akhir 1,218%. Variabel 2 memiliki %S awal 20,7%
dan %S akhir 1,036%. Variabel 3 memiliki %S awal 20,7% dan %S akhir 5,227%.
Variabel 4 memiliki %S awal 22,7% dan %S akhir 2,2%. Variabel 5 memiliki %S
awal 22,7% dan %S akhir 3,287%. Variabel 6 memiliki %S awal 22,7% dan %S akhir
3,876%.
Konsentrasi glukosa selama pembentukan nata mengalami penurunan. Glukosa
akan membentuk nata melalui reaksi polimerisasi. Dan selama prsoes fermentasi
berlangsung, terjadi pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Haryani,
2003).
Dari hasil percobaan yang didapat, kadar glukosa mengalami penurunan. Hal ini
sesuai dengan teori dimana pembentukan nata mempengaruhi penurunan kadar
glukosa.

16
4.2.3 Perbandingan pH Awal dan Akhir
8
6
4

pH
pH Awal
2
pH Akhir
0
1 2 3 4 5 6
Variabel

Gambar 4.3 Perbandingan pH Awal dan Akhir pada Fermentasi Nata


Dari Gambar 4.3 dapat terlihat kenaikan pH pada setiap variabel. Semua variabel
memiliki pH awal yang sama yaitu pH 5 dan pH akhir yang sama yaitu pH 7.
Pada fermentasi nata, pH yang terbentuk setelah fermentasi lebih rendah daripada
pH perlakuan karena pH merupakan syarat pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum
dan kondisi pH perlakuan substrat yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum digunakan untuk membentuk nata, sehingga terbentuk kondisi
asam dari perombakan alkohol menjadi asam asetat (Wardhana, 2016).
Dari hasil percobaan yang didapat, pH fermentasi mengalami kenaikan. Hal ini
tidak sesuai dengan teori, dimana perombakan alkohol menjadi asam asetat
mempengaruhi penurunan pH atau menaikkan tingkat keasaman.

4.2.4 Pengaruh Perbedaan Bahan Baku Terhadap Nata yang Dihasilkan


Tabel 4.2 Pengaruh Perbedaan Bahan Baku terhadap Hasil Nata
Variabel Bahan Baku %S Akhir

3 Sari Air Leri 5,777


4 Sari Buah Melon 2,2

Dari tabel 4.2 dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan kadar glukosa (%S)
terhadap dua bahan baku yang berbeda pada variabel 3 dan variabel 4. Pada variabel
3 ditemukan kadar glukosa (%S) di akhir yaitu 5,777 sedangkan pada variabel 4 yaitu
2,2.
Pengaruh perbedaan bahan baku dapat terlihat dengan jelas antara sari air leri
dengan sari air melon. Variabel 3 yaitu sari air leri menghasilkan kandungan glukosa

17
(%S) yang lebih besar dibandingkan pada variabel 4 dengan sampel sari air melon
dikarenakan kadar glukosa pada sari air leri adalah 21,89% (Laylatul, Azizah, 2010)
dibandingkan dengan kadar glukosa pada sari air melon yaitu 18,53% (Haninatul,
Rida, 2017). Hal ini sesuai teori dimana produksi nata akan lebih baik jika bahan
baku memiliki kadar glukosa yang tinggi.
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada variabel 3 dengan
sampel sari air leri memiliki kandungan glukosa yang lebih tinggi dengan persentase
21,89% dibandingkan dengan variabel 4 dengan sampel sari air melon dengan
persentase 18,53%. Ini sesuai teori, dimana semakin banyak kandungan glukosa pada
sampel, maka produksi nata semakin bagus.

4.2.5 Pengaruh Pernambahan Gula Terhadap Nata yang Dihasilkan


Tabel 4.3 Pengaruh Penambahan Gula terhadap Hasil Nata
Variabel Bahan Baku Jumlah Glukosa %S
(gram)
1 Sari Air Leri 11,8 1,218
2 Sari Air Leri 9,41 1,036

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dalam bahan baku yang sama, penambahan
glukosa dengan kadar yang berbeda memiliki pengaruh terhadap hasil nata yang
didapat. Pada variabel 1 dengan penambahan gula pasir sebanyak 11,8 gram
menghasilkan kadar glukosa (%S) sebesar 1,218 sedangkan pada variabel 2 dengan
penambahan gula pasit sebanyak 9,41 gram menghasilkan kadar glukosa (%S)
sebesar 1,036.
Penambahan glukosa sangat berpengaruh dengan hasil nata yang dihasilkan, pada
hasil data pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada variabel 1 memiliki kadar glukosa
yang lebih besar dibandingkan dengan variabel 2. Faktor yang menyebabkan kadar
glukosa pada variabel 1 lebih besar adalah konsentrasi gula yang ditambahkan ke
media fermentasi. Konsentrasi gula yang ditambahkan sangat penting dikarenakan
gula sangat mempengaruhi fermentasi dmana semakin banyak gula maka semakin
banyak selulosa ekstraseluler yang terbentuk berupa benang-benang membentuk
suatu jalinan menebal menjadi lapisan nata. Pada variabel 1 memiliki kadar glukosa
yang sedikit dikarenakan konsentrasi gula lebih sedikit sehingga pertumbuhan bakteri
penghasil nata tidak optimal dan menyebabkan penurunan aktivitas produksi nata
( Yanti, Nur A. et al, 2017).
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa fenomena yang
terjadi adalah sesuai teori, dimana variabel 1 dengan penambahan gula yang lebih
banyak (11,8 gram) menghasilkan kadar glukosa yang lebih banyak, dan variabel 2

18
dengan penambahan gula lebih sedikit (9,41 gram) menghasilkan kadar glukosa yang
relatif sedikit.

4.2.6 Pengaruh Perbedaan Penutup Terhadap Nata yang Dihasilkan


Tabel 4.4 Pengaruh Perbedaan Penutup terhadap Hasil Nata
Variabel Bahan Baku Penutup ρ (gr/ml)
1 Sari Air Leri Koran 1,067
3 Sari Air Leri Daun Pisang 1,004

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dengan penutup yang berbeda menyebabkan
hasil nata yang berbeda. Terdapat dua jenis media penutup untuk pembuatan nata,
yaitu koran pada variabel 1, dan daun pisang pada variabel 3. Variabel 1
menghasilkan nata dengan massa jenis 1,067 gram/ml dibandingkan dengan variabel
2 yang mengasilkan nata dengan massa jenis 1,004 gram/ml.
Perbedaan media penutup sangat mempengaruhi produksi nata, terutama dalam
fermentasi pembuatan nata oleh bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini merupakan
bakteri mikroaerofil, yaitu bakteri yang tidak dapat hidup dalam suasana yang aerob
amupun anaerob dengan sempurna, karena oksigen bebas hanya diperlukan dalam
jumlah sedikit. Pada variabel 1 dengan penutup koran, nata yang dihasilkan memiliki
massa jenis yang lebih besar dibandingkan dengan variabel 2 dengan penutup daun
pisang, hal ini disebabkan karena udara lebih mudah masuk melewati koran. Koran
memiliki diameter pori sebesar 4,2 μm, sedangkan daun tumbuhan rata-rata memiliki
diameter pori antara 1 – 3,24 μm (Anggawijaya, et al, 2014).
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan nata
dengan penutup koran lebih efektif dibandingkan dengan penutup daun pisang. Hal
ini sudah terbukti pada variabel 1 dengan penutup koran sehingga menghasilkan
massa jenis 1,067 gram/ml sedangkan pada variabel 2 menghasilkan massa jenis
1,004 gram/ml. Hasil praktikum ini sesuai dengan teori dimana dimana semakin besar
pori-pori penutup maka semakin optimal dan efektif produksi nata yang terjadi.

19

Anda mungkin juga menyukai