Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan suatu kesatuan pemukiman yang terbentuk dari beberapa sub-sub sistem
dengan elemen-elemen penting yang di dalamnya membentuk suatu kota. Suatu kota pada
hakekatnya akan senantiasa tumbuh dan berkembang, baik melalui rencana maupun tanpa
rencana kota. Yang membedakan adalah bahwa apabila suatu kota tumbuh tanpa
direncanakan terlebih dahulu, maka yang akan terjadi adalah suatu bentuk kota yang alami,
tumbuh secara spontan dan cenderung tidak dapat dikendalikan. Namun sebaliknya apabila
suatu kota telah melalui proses perencanaan dan perancangan yang matang, maka
pertumbuhan dan perkembangan kota menjadi lebih terarah dan dapat dikendalikan dengan
baik.
Rancang kota merupakan suatu wawasan perancangan yang menyangkut segi tampilan
(appearance) lingkungan dan struktur fisik. Dalam tatanan bentuk, Makna dan lingkungan
kota dalam kesatuan terpadu antara lingkungan fisik, kehidupan dan manusianya.
Dalam perancangan kota terdapat delapan elemen yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam merencanakan sebuah kota yang baik diantaranya tata guna lahan, tata massa & bentuk
bangunan, sirkulasi & parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, pendukung aktifitas, tanda-
tanda (signage), dan preservasi bangunan.
Pada tahun 2009 Ikatan Ahli Perenacana (IAP) di Indonesia merilis hasil riset Most Liveable
City Index pada 12 kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Yogyakarta. Yogyakarta
memperoleh city index tertinggi 65,34. Terdapat tujuh indikator penilaian meliputi aspek
fisik, aspek lingkungan, aspek ekonomi, aspek transportasi, aspek fasilitas, aspek
infrastruktur-utilitas, dan aspek sosial. Kota ini menjadi pusat bisnis dan pariwisata serta kota
pelajar.
Dengan luas sebesar 32,5 Km², Yogyakarta tersusun atas banyak kampung dengan pola jalan
yang ada mengikuti perumahan atau penggunaan lahan lainnya. Hanya beberapa kawasan
yang berkembang dengan desain kota yang teratur seperti Kotagedhe, Malioboro, dan
kawasan keraton yang itupun masih dperdebatkan hingga kini upaya pelestarian dan
pengaturannya. Yogyakarta semestinya bisa berpacu dengan roda waktu dan terus berbenah
diri. Pemasukan Yogyakarta dari pajak restoran dan pajak-pajak lain terkait pariwisata bisa
jadi penopang sendi ekonomi yang baik. Sementara itu pendidikan di Yogyakarta termasuk
masuk dalam jajaran prestisius di tingkat nasional.

1
1.2 Tujuan & Sasaran
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan tugas ini adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi
elemen-elemen dan citra pembentuk kota yang ada di Kota Yogyakarta dan kota palu
1.2.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah mengidentifikasi elemen-elemen dan
citra pembentuk kota yang ada di Kota Yogyakarta dan kota palu melalui:
1. Identifikasi dan evaluasi kondisi eksisting elemen rancang kota di Kota Yogyakarta
dan kota palu meliputi :
Tata guna lahan
Bentuk dan massa bangunan
Sirkulasi dan parker
Ruang terbuka
Pedestrian
Kegiatan pendukung
Tanda-tanda (signage)
2. Preservasi melakukan perbandingan antara teori yang ada dengan keadaan eksisting
mengenai elemen- elemen dan Citra pembentuk kota yang terdapat di Kota
Yogyakarta.
1.3 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang dikaji dalam penyusunan tugas ini, yaitu Kota Yogyakarta dan
kota Palu.
1.3.1 kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta adalah salah satu kota besar di Pulau Jawa yang merupakan ibukota dan
pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sekaligus tempat pendudukan bagi
Sultan Yogyakarta dan Adipati Pakualam.
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah
Propinsi DIY dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45
Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT.
Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code
(yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini
terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari
Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung - Semarang - Surabaya - Pacitan.
Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110o 24' 19" sampai 110o 28' 53" Bujur
Timur dan 7o 15' 24" sampai 7o 49' 26" Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114
m diatas permukaan laut. Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir
karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial,
ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot
Yogyakarta.

2
Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga
batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk menjaga keberlangsungan
pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama Kartamantul (Yogyakarta,
Sleman, dan Bantul) yang mengurusi semua hal yang berkaitan dengan kawasan
aglomerasi Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga (Depok, Mlati, Gamping, Kasihan,
Sewon, dan Banguntapan).
Adapun batas-batas administratif Kota Yogyakarta adalah:

Utara : Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok


Selatan : Kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Sewon
Barat : Kecamatan Gamping dan Kecamatan Kasihan
Timur : Kecamatan Depok dan Kecamatan Banguntapan

P
e
t
a
Administrasi Kota Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai