PENDAHULUAN
Transportasi fluida merupakan salah satu operasi teknik kimia yang sering
digunakan dalam industri, karena bahan baku dalam industri banyak yang berupa
fluida. Sistem perpipaan digunakan untuk tempat mengalirnya suatu fluida. Fluida
merupakan suatu zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen, dimana bila diberikan sedikit gaya terhadapnya tidak bisa
mempertahankan bentuknya. Fluida cair yang mengalir dalam sistem perpipaan
dalam industri akan mengalami kehilangan energi karena adanya gesekan antara
fluida dengan fluida dan fluida dengan pipa. Hilangnya energi pada fluida dalam
sistem perpipaan dapat pula disebabkan karena adanya gesekan, belokan,
kontraksi, ekspansi.
Untuk mempelajari kehilangan energi akibat dari suatu sistem perpipaan dan
menentukan hubungan antara efisiensi pompa dengan laju alir fluida.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fluida
Fluida adalah suatu zat yang tidak dapat menahan bentuk secara permanen
yang dapat mengalami perubahan bentuk mengikuti ruang yang ditempatinya.
Terdapat dua jenis fluida, yakni : fluida termampatkan dan fluida tak
termampatkan. Fluida mampu termampatkan (compressible) ialah ketika densitas
fluida mudah dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan tekanan. Fluida tak
termampatkan (incompressible) ialah ketika densitas fluida tersebut tidak
terpengaruh oleh banyaknya perubhan tekanan dan suhu. Fluida yang bergerak
(mengalir) akan membentuk suatu pola aliran tertentu.
Jenis aliran fluida jika dibedakan dari jenis pola alirannya, dapat menjadi:
2
Dengan;
- 𝜌 = berat jenis fluida (kg/m3)
- v = kecepatan linier fluida (m/s)
- D = diameter pipa (m)
- 𝜇 = viskositas fluida (kg/m.s)
Jenis aliran bila dibedakan menurut bilangan reynoldnya pada pipa lurus
berbentuk tabung:
NRe< 2100, aliran laminar
NRe> 4000, aliran turbulen
2100 < NRe> 4000 aliran transisi
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
( )=( )− ( )+( )−( ) (2.2)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖
Apabila :
Neraca massa tanpa reaksi :
- Laju massa yang terbentuk = 0
- Laju massa yang terkonversi = 0
Maka, persamaan neraca massa menjadi :
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
( )=( )−( ) (2.3)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Neraca massa keadaan tunak :
- Laju akumulasi massa = 0
- Laju massa masuk sama dengan laju massa keluar
Maka, persamaan neraca massa menjadi :
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
( )=( ) (2.4)
𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Dari persamaan 2.4 dapat dibuat model seperti Gambar 2.1.
3
Proses
𝑀𝑖𝑛 𝑀𝑜𝑢𝑡
Dengan;
- Q = laju alir volumetrik fluida (m3/s)
- 𝜌 = berat jenis fluida (kg/m3)
- 𝐴 = luas penampang pipa (m2)
- D = diameter pipa (m)
- v = laju alir linier fluida (m/s)
Heater V2ρ2
Proses
P2
Q
V1ρ1
P1
Z1 Ws Z2
4
Dari Gambar 2.2 dapat dibuat model matematis sebagai berikut :
Laju energi masuk = laju energi keluar + selisih energi yg tersedia dalam sistem
Q = W + (E2 –E1) (2.10)
Sedangkan:
E2 –E1 = (U2-U1) +
1
2
2 2
v 2 v1 + (Z2 – Z1)g (2.11)
(U2-U1) +
1
2
2 2
v 2 v1 + (Z2 – Z1)g = Q – W (2.12)
(U2-U1) +
1
2
2 2
v 2 v1 + (Z2 – Z1)g = Q –(P2V2 – P1V1) - Ws
H2 - H1+
1
2
2 2
v 2 v1 + (Z2 – Z1)g = Q - Ws (2.13)
Isotermal (∆T = 0)
P2V2 - P1V1 +
1
2
2 2
v 2 v1 + (Z2 – Z1)g = 0 (2.14)
P2(1/ρ) 2 - P1(1/ρ) 1 +
1
2
2
v 2 v1 + (Z2 – Z1)g = 0
2
5
P
1 1 2
(v2 v1 ) g ( Z 2 Z1 ) dP F Ws 0
2 2
2 P1
1 P P1
(v 2 v1 ) g ( Z 2 Z 1 ) 2 0
2 2
(2.15)
2
Dengan ;
- v = kecepatan linier fluida (m/s)
- g = percepatan gravitasi (m/s2)
- 𝛼 = faktor koreksi, dimana :
Aliran laminer = 0.5
Aliran transis =1
Aliran turbulen =1
- Z = ketinggian (m)
- P = tekanan (N/m2)
- 𝜌 = berat jenis fluida (kg/m3)
6
Persamaan Bernoulli memberikan dasar untuk mengkorelasi peningkatan-
peningkatan head kecepatan dengan penurunan head tekanan. Persamaan
Bernoulli yang dapat diterapkan pada orifice meter ini adalah:
½ ( v2 2 – v1 2 ) + g (Z2 – Z1) + 1/ (P2 – P1) = hL (2.16)
dimana :
Q = V/t (2.17)
Dengan ;
Beda ketinggian pada orifice meter dapat di gunakan untuk menentukan beda
tekan yang terjadi dalam orifice meter. Beda tekan yang terjadi dalam orifice
meter adalah sebagai berikut:
7
Dengan ;
P1=P2
Pa – Pb = ρ2.g.Δh – ρ.g.Δh
Pa – Pb = (ρ2-ρ)g.Δh (2.19)
8
Persamaan 2.21 belum dapat diketahui karena harga k', harga k' ditentukan
dengan cara mengkalibrasi orifismeter tersebut. Jika kita mengalirkan fluida
melalui orifis dengan mengubah-ubah laju alir, maka beda tinggi cairan dalam
manometer (Δh) pun akan berubah-ubah. Laju alir diplot terhadap h sehingga
diperoleh kurva kalibrasi sepeti pada Gambar 2.5. Pangkat dari Δh idealnya 0,5
tetapi tidak harus 0,5 bisa sedikit lebih besar maupun lebih kecil yakni 0 n 1.
∆h
9
Hilang energi karena hambatan lain seperti ellbow, tee, kerangan, sambungan
dll
𝑣2
𝐻𝑓 = 𝐾𝑓 . 2𝛼 (2.25)
2.6. Pompa
Pompa sentrifugal berguna untuk memberikan atau menambah kecepatan
pada cairan dan merubahnya menjadi tinggi tekan (head) . Pompa terdiri dari :
- Baling-baling (blade)
- Rumah (casing) tempat baling-baling bekerja
- Stuffing box, yang merupakan penghubung casing dengan motor
Pompa sentrifugal memiliki dua perangkat utama, yaitu :
- Impeler, yang bekerja untuk meningkatkan energi kinetik fluida pada tekanan
tetap.
- Diffuser, berfungsi untuk mengubah energi kinetik dengan tujuan
meningkatkan tekanan.
Untuk efisiensi pompa dapat dicari dengan persamaan :
𝑚 . (−𝑊𝑠 )
ɳ= (2.26)
𝑊𝑝
Dengan ;
- ɳ = efisiensi pompa
- m = laju alir massa
- ws = kerja pompa
- wp = daya pompa
10
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk mencari hubungan head loss
dengan laju alir atau kecepatan fluida untuk komponen-komponen sistem
perpipaan seperti pada pipa lurus, kerangan sambungan belokan. Dan mencari
hubungan efisiensi pompa terhadap laju alir fluida.
11
2
C B A
12
3.2. Cara Kerja
3.2.1. Kalibrasi Alat Ukur Laju Alir
Kalibrasi alat ukur laju alir dalam praktikum ini alat ukur laju alir yang
digunakan ialah orifice meter, dengan prinsip megukur waktu yang diperlukan
untuk mencapai volume tertentu pada ∆h orifice meter yang berbeda-beda dengan
arah aliran seperti pada Gambar 3.1. Untuk diagram alir kalibrasi alat ukur laju
alir dapat dilihat pada Gambar 3.2.
13
3.2.2. Pengukuran Beda Tekan
Prinsip yang digunakan untuk pengukuran beda tekan ialah mengukur beda
tekan disetiap komponen perpipaan pada beda tekan orifice berbeda untuk
mendapatkan head loss dengan arah aliran seperti pada Gambar 3.1. Diagram alir
pengukuran beda tekan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
14
Gambar 3.5. Skema alat
15
Mengisi manometer U dengan air raksa
16
BAB IV
Pada saat kalibrasi alat ukur laju alir yang digunakan pada percobaan kali
ini ialah orifice didapat hubungan semakin besar beda tekan maka laju alir fluida
semakin besar juga hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 yang menyatakan
hubungan laju alir fluida dengan beda tekan pada orifice meter pada kurva ini
didapat persamaan Q = 5x10-5 Δh0,5356 maka didapat nilai parameter k= 5x10-5
dan nilai n= 0.5356.
17
4.2. Kurva Hubungan Head Loss Terhadap Laju Alir
4.2.1. Kurva Hubungan Head Loss Terhadap Laju Alir pada Pipa Lurus
Pada komponen pipa lurus dikarenakan jenis aliran fluida pada percobaan
ini ialah turbulen dapat dilihat pada Tabel C.2 Perhitungan head loss pada pipa
lurus. Maka hanya ada satu kurva hubungan headloss terhadap laju alir dan
didapat hubungan semakin besar laju alir fluida maka semakin besar juga head
loss pada komponen pipa lurus hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2 dari kurva
tersebut didapat persamaan head loss = 0,8727 v2/2 dimana friction loss pada pipa
lurus dengan panjang pipa 3.505m ialah 1.2449x10-3.
Gambar 4.2 kurva hubungan head loss terhadap laju alir pada pipa lurus
4.2.2. Kurva Hubungan Head Loss Terhadap Laju Alir pada Sambungan
Pada komponen sambungan hubungan head loss dengan laju alir berbanding
lurus karena semakin besar laju alir maka semakin besar juga head loss pada
komponen sambungan hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 dari kurva hubungan
head loss pada komponen sambungan terhadap laju alir didapat persamaan head
loss = 0,1625 v2/2 maka nilai koefisien gesek pada komponen sambungan ialah
0.1625.
18
kurva hubungan head loss terhadap
laju alir pada sambungan
0.03
0.025
0.02 kurva hubungan head
head loss (j/kg) 0.015 loss terhadap laju alir
pada sambungan
0.01
Linear (kurva hubungan
0.005 head loss terhadap laju
0 alir pada sambungan)
0 0.05 0.1 0.15 0.2
head loss = 0,1625 v2/2 v2/2 (m/s)
Gambar 4.3 kurva hubungan head loss terhadap laju alir pada sambungan
4.2.3. Kurva Hubungan Head Loss Terhadap Laju Alir pada Belokan
Pada komponen belokan hubungan head loss dengan laju alir berbanding
lurus karena semakin besar laju alir maka semakin besar juga head loss pada
komponen belokan hal ini dapat dilihan pada Gambar 4.4 dari kurva hubungan
head loss pada komponen belokan terhadap laju alir diperoleh persamaan head
loss = 0,276 v2/2 maka nilai koefisien gesek pada komponen belokan ialah 0.276.
0.04
kurva hubungan head
0.03
head loss (j/kg) loss terhadap laju alir
0.02 pada belokan
Linear (kurva hubungan
0.01
head loss terhadap laju
0 alir pada belokan )
0 0.05 0.1 0.15 0.2
head loss = 0,276 v2/2 v2/2 (m/s)
Gambar 4.4 kurva hubungan head loss terhadap laju alir pada
belokan 19
4.2.4. Kurva Hubungan Head Loss Terhadap Laju Alir pada Kerangan
Pada komponen kerangan hubungan head loss dengan laju alir berbanding
lurus, dapat dilihat pada Gambar 4.5 laju alir semakin besar maka head loss pada
komponen kerangan semakin besar juga dari kurva hubungan head loss pada
komponen kerangan terhadap laju alir diperoleh persamaan head loss = 0,0642
v2/2 maka koefisien gesek pada kerangan ialah 0.0642.
0.004
Linear (kurva
0.002 hubungan head loss
0 terhadap laju alir pada
0 0.1 0.2 kerangan)
head loss = 0,0642
v2/2 v2/2 (m/s)
Gambar 4.5 kurva hubungan head loss terhadap laju alir pada kerangan
Pada hubungan efisiensi pompa terhadap laju alir fluida diperoleh hubungan
yang berbanding lurus karena semakin besar laju alir maka semakin besar juga
efisiensi pompa hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.6.
20
kurva hubungan efisiensi pompa
terhadap laju alir
2
1.5
efisiensi (%) 1
kurva hubungan
efisiensi pompa
0.5 terhadap laju alir
0
0 0.2 0.4 0.6
laju alir (m/s)
21
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan aliran fluida ini adalah :
Semakin besar beda tekan pada orifice meter maka semakin besar juga laju alir
fluida
Semakin besar laju alir fluida maka semakin besar juga head loss pada
komonen pipa lurus
Semakin besar laju alir fluida maka semakin besar juga head loss pada
komponen kerangan
Semakin besar laju alir fluida maka semakin besar juga head loss pada
komponen sambungan
Semakin besar laju alir fluida maka semakin besar juga head loss pada
komponen belokan
Semakin besar laju alir fluida maka semakin besar juga efisiensi pompa.
22
DAFTAR PUSTAKA
23