Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“KONSTITUSI “

“Menjadi program studi yang ‘’BERHASIL’’meluluskan Ahli Madya Analis Kesehatan


professional yang unggul dibidang mikroskopis sumsum tulang di tingkat nasional tahun
2020’’

Disusun oleh :

Kelompok 3 (Tingkat 1B)

Nama : Annisa Yuli Andini (PO.71.34.0.17.043)

Putri Febiola ( PO.71.34.0.17.069)

I Gede Budi Kusuma (PO.71.34.0.17.056)

Dosen Pembimbing : Tedi, S.Pd., MM

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN

2017/2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita senantiasa ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena curahan rahmat serta karunianya lah kami
akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah dengan judul ” Konstitusi”.

Kami sekaligus pula menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Bapak Tedi selaku dosen mata
kuliah Kewarganegaraan Poltekkes Kemenkes Palembang yang telah menyerahkan kepercayaan kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini.

Kami sungguh-sungguh berharap sekali makalah ini bisa berguna pada tujuan untuk meningkatkan pengetahuan
sekaligus wawasan terkait konstitusi di Indonesia . Kami juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian, kami benar benar menantinya adanya kritik dan saran
untuk perbaikan makalah yang hendak kami tulis di masa yang selanjutnya, menyadari tidak ada suatu hal yang
sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Kami berharap makalah sederhana ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk para pembaca. Kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati.

Palembang , 25 Maret 2018

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................... 2

BAB I ............................................................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................................... 3

1.1 Rumusan masalah .............................................................................................................................................. 4

1.2 Tujuan ................................................................................................................................................................ 4

BAB II ............................................................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................................................. 5

2.1 Pengertian Konstitusi .......................................................................................................................................... 5

2.2 Fungsi Konstitusi ................................................................................................................................................. 9

2.3 Tujuan Konstitusi............................................................................................................................................... 11

2.4 Syarat dan Ciri-Ciri Konstitusi ........................................................................................................................... 12

2.5 Kedudukan Konstitusi ....................................................................................................................................... 12

2.6 Konstitusi Dasar Hukum.................................................................................................................................... 13

2.7 Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD 1945) ................................................................................................. 15

2.8 Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi ................................................................................................ 18

BAB III ......................................................................................................................................................................... 19

PENUTUP ................................................................................................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstitusi merupakan hukum atau aturan dasar yang harus kita pahami dasar negara menjadi sumber bagi
pembentukan konstitusi. Dasar negara menempati kedudukan sebagi norma hukum tertinggi suatu negara. Sebagai
norma tetinggi, dasar negara menjadi sumber bagi pembentukan norma-norma hukum dibawahnya. Konstitusi adalah
salah satu norma hukum dibawah dasar negara.

Dalam arti yang luas: konstitusi adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan(hukum) yang
mengambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara. Dalam arti tengah: konstitusi adalah hukum dasar, yaitu
keseluruhan aturan dasar, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dalam arti sempit: konstitusi adalah undang-undang
dasar, yaitu beberapa dokumen yang memuat aturan yang bersifat pokok dengan demikian, konstitusi bersumber dari
dasar negara. Norma hukum dibawah dasar negara isinya tidak boleh bertentangan dengan norma dasar. Norma
tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar negara. Jadi kaitan antar dasar negara dengan
konstitusi adalah dasar negara menjadi sumber bagi penyusunan konstitusi. Konstitusi sebagai norma hukum dibawah
dasar negara dan bersumber pada dasar negara.

Secara umum negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan,
setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan : tanpa konstitusi, negara tidak
mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu negara. Dasar-dasar penyelenggaraan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hukum dasar.

Penyelenggaraan benegara Indonesia juga didasarkan pada suatu konstitusi. Hal ini dapat dicermati dari kalimat dalam
pembukaan UUD 1945 alenia keempat sebagai berikut : “...Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.

Negara yang belandaskan pada suatu konstitusi dinamakan negara konstitusional (constitusionali state). Akan tetapi,
untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai negara konstitusional maka konstitusi negara tersebut harus memenuhi
sifat atau ciri-ciri dari konstitusionalisme (constitusionalism). Jadi, negara tersebut harus menganut gagasan tentang
konstitusionalisme.

Konstitusionalisme sendiri merupakan ide, gagasan atau paham.

3
1.1 Rumusan masalah
Apa pengertian konstitusi ?

Apa saja hakikat dan fungsi konstitusi?

Bagaimana pelaksanaan konstitusi (UUD 1945)?

Bagaimana mekanisme pembuatan konstitusi (UUD 1945 , UU ,PERPU, dan PERDA)?

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar konstitusi

Untuk mengetahui hakikat dan fungsi konstitusi

Untuk mengetahui pelaksanaan konstitusi (UUD 1945)

Untuk mengetahui mekanisme pembuatan konstitusi (UUD 1945 , UU , PERPU , dan PERDA)

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis “constituer” yang artinya membentuk. Pemakaian istilah konstitusi
dimaksudkan untuk pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu Negara. Konstitusi bisa berarti
pula peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan Negara. Istilah konstitusi bias dipersamakan dengan hukum
dasar atau undang-undang dasar. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut : (1)
Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan, (2) undang-undang dasar suatu Negara.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menerjemahkan kata Inggris constitution (konstitusi) dengan Undang-Undang
Dasar. Istilah undang-undang dasar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda “Grondwet”. Dalam bahasa
Indonesia, wet diterjemahkan sebagai undang-undang, dan grond berarti tanah. Di Negara-negara yang menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah constitution yang artinya konstitusi. Pengertian konstitusi
dalam praktik dapat berarti lebih luas dari pengertian undang-undang dasar, tetapi ada juga yang menyamakan dengan
pengertian undang-undang dasar.

Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para pendiri Negara kita (the founding fathers) menggunakan
istilah hukum dasar. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan : “Undang-Undang Dasar suatu Negara ialah hanya
sebagian dari hukum dasar Negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang di samping
Undang-Undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis”. Hukum dasar tidak tertulis disebut
Konvensi.

Dalam naskah rancangan undang-undang dasar Negara Indonesia yang dihasilkan oleh BPUPKI, sebelumnya juga
dipergunakan istilah hukum dasar. Barulah setelah disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 diubah dengan istilah
undang-undang dasar.

Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli, yaitu :

(a) Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga :

Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan.

Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan
kaidah hukum. Konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis.

Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tinggi yang berlaku dalam suatu Negara.

5
Menurutnya pengertian konstitusi lebih luas dari undang-undang dasar.

(b) K.C Wheare mengartikan konstitusi sebagai “keseluruhn system ketatanegaraan dari suatu Negara, berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu Negara.

(d)Prof. Prayudi Atmosurdirdjo merumuskan konstitusi sebagai berikut.

1.Konstitusi suatu Negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan bangsa yang bersangkutan.

2.Konstitusi suatu Negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak, dan perjuangan bangsa Indonesia.

3.Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan suatu bangsa.

(e) Lassale mengartikan konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang terdapat di dalam masyarakat , seperti
golongan yang mempunyai kedudukan nyata dalam masyarakat

(f) L.J Van Apeldoorn mengartikan konstitusi memuat baik peraturan yang tertulis maupun tak tertulis.

Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut.

a.Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis

b.Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu undang-undang dasar. Dalam
pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.

Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undang-undang dasar mempunyai fungsi
khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
semena-mena. Hak-hak warga negara akan lebih dilindungi. Gagasan ini dinamakn konstitusionalisme. Pada
prinsipnya, tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak
yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.

Konstitusionalisme adalah faham mengenai pelembagaan pembatasan kekuasaan pemerintahan secara sistematis
dalam sebuah konstitusi, dengan demikian indikator utama konstitusionalisme adalah adanya konstitusi. Secara
terminologis, Bryce menyebut konstitusionalisme sebagai faham yang menghendaki agar kehidupan negara
didasarkan pada konstitusi, sebagai kerangka masyarakat politik yang diorganisir berdasarkan hukum dan membentuk
lembaga-lembaga permanen dengan tugas dan wewenang tertentu. Dalam konteks modern, kebutuhan akan naskah
konstitusi tertulis merupakan keniscayaan, terutama dalam organisasi yang berbentuk badan hukum (legal entity)
sebagaimana Brian Thompson yang menyatakan bahwa konstitusi adalah aturan tertulis yang harus dimiliki oleh setiap
organisasi, demikian pula negara. Dan memang tidak dapat disangkal bahwa dewasa ini hampir semua negara
memiliki naskah tertulis sebagai UUD (Kecuali Inggris, Selandia Baru dan Israel). Mark Tushnet menyebutkan bahwa
fungsi konstitutif konstitusionalisme adalah keterkaitan antara konstitusi (constitution) ‘mati’ dengan
konstituen (constituent) sebagai konstitusi yang ‘hidup’. Jika negara menganut kedaulatan rakyat maka

6
sumber legitimasi konstitusi adalah rakyat. Hal inilah yang disebut constituent power atau kewenangan yang
berada di luar sekaligus di atas sistem yang diaturnya.

Menurut William G. Andrew, basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)
di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara. Jika konsensus atau
general agreement itu runtuh maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang bersangkutan. Tolok ukur tegaknya
konstitusionalis-me yang lazim disebut prinsip limited government bersandar pada tiga elemen kesepakatan (general
agreement) yaitu; kesepakatan tentang staatsside; the rule of law; dan format regiminis yaitu kesepakatan mengenai
bentuk institusi dan prosedur ketatanegaraan berkenaan dengan bangunan organ negara dan prosedur yang mengatur
kekuasaannya, hubungan antar organ negara itu satu sama lain, dan hubungan antar organ negara itu dengan warga
negara.

Menurut Abdulkadir Besar Konstitusionalisme merupakan komponen intergral dari pemerintahan demokratik. Tanpa
memberlakukan konstitusionalisme pada dirinya, pemerintahan demokratik tidak mungkin terwujud.
Konstitusionalisme menurutnya memiliki dua arti yakni konstitusionalisme atri-statik dan arti-dinamik.
konstitusionalisme artri-statik berkenaan dengan wujudnya sebagai ketentuan konstitusi yang meskipun bersifat
normatif tetapi berkwalifikasi sebagai konsep dalam keadaan diam yang diinginkan untuk diwujukan. Paham
Konstitusionalisme dalam arti-statik yang terkandung dalam konstitusi, mengungkapkan bahwa konstitusi itu
merupakan kontrak sosial yang didasari oleh ex ante pactum (perjanjian yang ada sebelumnya)
Sedangkan konstitusionalisme dalam arti-dinamik rumusannya bersifat partikal, menunjukan interaksi antar
komponennya, tidak sekedar rumusan yang bersifat yuridik normatif. Tetapi menurut Abdul Kadirbesar baik
konstitusionalisme arti-dinamik bukanlah pengganti dari konstitusionalisme dalam arti-statik. Tiap konstitusi dari
negara demokratik niscahaya mengandung konsep konstitusionalisme dalam arti-statik yang jenis pembatasannya
berbentuk konsep keorganisasian negara dan ia merupakan salah satu komponen dari konstitusionalisme dalam arti-
dinamik. Hal ini bererarti di dalam konstitusionalisme dalam arti-dinamik dengan sedirinya mencakup
konstitusionalisme dalam arti-statik

Oleh karena itu, pada setiap negara hukum dapat dipastikan memiliki konstitusi, hal ini dikarenakan pada negara
hukum, materi muatan hukum itu sendiri dituangkan dalam bentuk tertentu dengan struktur tertinggi yang berupa
konstitusi, baik yang dituangkan dalam dokumen hukum tertulis (written constitutions) maupun tidak tertulis (unwritten
constitutions). Hal ini berkaitan dengan Dalam pengertian konstitusi dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pengertian
konstitusi dalam arti sempit hanya meyangkut dokumen hukum saja, yang di dalam mengatur pembagian kekuasaan
negara, fungsi, tugas antar lembaga dan hubungan atara kekuasaan pemerintah dengan hak-hak rakyat. Jika pada
pengertian konstitusi dalam arti sempit hanya meyangkut dokumen hukum saja maka pengertian konstitusi dalam arti
luas tidak hanya menyangkut dokumen hukum saja melainkan juga menyangkut aspek di luar hukum. Menurut
Boligbroke konstitusi dalam arti luas adalah seluruh hukum, institusi dan kebiasaan yang dilalirkan dari prinsip-prinsip
alasan yang pasti dan tertentu, yang membentuk seluruh sistem yang disepakati masyarakat untuk mengatur dirinya.

Untuk memahami sebuh materi muatan konstitusi, tidak hanya cukup dengan analisa constitusional doctrine, tetapi
perlu adanya pendekatan historical dan institutionals. Hal ini diperlukan untuk melihat konstitusi secara keseluruhan

7
secara utuh.[9] Akan tetapi, historical theories bukanalah hal yang paling utama didalam interpretasi konstitusi. Karena
interpretasi konstitusi juga harus memahami prinsip-prinsip konstitusi yang sedang terjadi pada saat konstitusi berlaku.
Hal ini berarti bagaimankah teks konstitusi dipahami dalam konteks konstitusi pada saat itu.

John Ferejohn mengatakan konstitusi haruslah dipahami secara historis dan cultural atau adanya historis dan cultural
interpretation. Menurut John interpretasi konstitusi dapatlah dilakukan dengan bentuk backward-looking dan forward-
looking. Backward-looking melihat konstitusi secara historis dan cultural untuk mengetahui kekuatan teks konstitusi.
Sedangkan forward-looking dalam mempertimbangkan efek dari keadaan hukum atas fungsi sistem politik dan
kehidupan masyarakat.

Negara konstitusional adalah negara yang memiliki hukum dasar yang mengatur dan mengendalikan seluruh tatanan
dari setiap tindakan pemerintah serta masyarakat yang diperintah, hal ini dalam tatanan hukum tatanegara disebut
sebagai konstitualisme. Pun demikian C J Friedrich mengatakan “constitutionalism is an institutionalized system of
effective, regularized restraints upon governmental action”.

Mengacu kepada konteks Negara modern saat ini, maka kita akan menemukan bahwa setiap Negara didunia sudah
dipastikan memiliki konstitusi yang berlaku didalamnya, terlepas dari jenisnya yang tertulis maupun tak tertulis
(documented or undocumented) seperti di Inggris misalnya, namun tetap bisa dikatakan sebagai Negara
konstitusional. Berkenaan dengan pembentukan konstitusi, maka dalam ciri Negara konstitusional harus memikirkan
kepada kesepakatan rakyat yang merupakan obyek sekaligus subyek dalam proses bernegara.

Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, bangsa Indonesia
sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD 1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil
amandemen. Konstitusi negara tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi
diharapkan bisa hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain, konstitusi
benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara.

Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh konstitusi. Demikian juga
halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku
konstitusional. Perilaku konstitusional adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada
aturan-aturan penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional juga dapat diartikan
sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Sebaliknya, perilaku inkonstitusional adalah perilaku yang
menyimpang dari konstitusi negara.

Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan terhadap bangsa dan negara, yang
meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-
undangan, dan kesetiaan terhadap kebijakan pemerintah.

Seperti yang dikatakan dalam teori Rousseau mengenai perjanjian masyarakat, maka dalam membangun sebuah
konstitusi, harus berdasarkan kepada kesepakatan bersama mengenai bagaimana hendaknya bagunan tersebut akan
berdiri. Namun, jika konstitusi tidak dibangun berdasarkan kepada hal tersebut maka diingkinkan akan terjadi
pemberontakan oleh rakyat seperti yang terjadi pada revolusi Amerika maupun Perancis, karenanya variable HAM

8
harus selalu menjadi agenda utama dalam setiap konstitusi. Keseluruhan kesepakatan tersebut di atas, pada intinya,
menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Pada pokoknya, prinsip konstitusionalisme modern
sebenarnya memang menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip ‘limited
government’. Oleh karena itu, menurut William G. Andrews, “Under constitutionalism, two types of limitations impinge
on government. ‘Power proscribe and procedures prescribed’" . Konstitutionalisme dapat dikatakan mengatur dua
hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga
Negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain.
Karena itu, biasanya, isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai tiga hal penting, yaitu:

1. Pembatasan kekuasaan organ-organ Negara,

2. Mengatur hubungan antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain, dan

3. Mengatur hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan warganegara.

2.2 Fungsi Konstitusi


Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu Negara. Konstitusi menjadi dasar utama bagi
penyelenggaraan bernegara. Karena itu konstitusi menempati posisi penting , dan strategis dalam kehisupan
ketetanegaraan suatu Negara. Prof.Hamid.S.Attamimi mengatakan bahwa kosntitusi atau undang-undang dasar
merupakan pemberi pegangan dan pemberi batas , sekaligus merupakan petunjuk bagaimana suatu Negara
dijalankan.

Hal-hal yang diatur dalam konstitusi Negara umumnya berisi tentang pembagian kekuasaan Negara ,
hubungan antara lembaga negara, dan hubungan negara dengan warga negara. Aturan-aturan itu masih bersifat
umum dan secara garis besar. Aturan-aturan itu selanjutnta dijabarkan lebih lanjut pada aturan perundangan di
bawahnya.

Menurut Mirriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik , konstitusi atau undang-undang dasar
memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut

(1) Organisasi negara , misalnya pembagian kekuasaan antara badan eksekutif , legislative dan yudikatif. Dalam
negara federal , yaitu masalah pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian ,
prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi lembaga negara.

(2) Hak-hak asasi manusia.

(3) Prosedur mengubah undang-undang dasar.

(4) Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari undang-undang dasar. Hal ini untuk
menghindari terulangnya hal-hal yang telah diatasi dan tidak dikehendaki lagi. Misalnya , Undang-Undang Dasar
Jerman melarang untuk mengubah sifat federalisme sebab bila menjadi unitarisme dikhawatirkan dapat
mengembalikan munculnya seorang Hilter.

9
Apabila kita membaca pasal demi pasal dalam Undang-undang dasar 1945 maka kita dapat mengetahui
beberapa hal yang menjadi isi daripada konstitusi Republik Indonesia ini. Hal-hal yang diatur dalam undang-undang
dasar 1945 antara lain:

(1) Hal-hal yang sifatnya umum , misalnya tentang kekuasaan dalam negara identitas-identitas negara.
(2) Hal yang menyangkut lembaga-lembaga negara , hubungan antar lembaga negara , fungsi , tugas, hak dan
kewenangannya.
(3) Hal yang menyangkut hubungan antara negara dengan warga negara , yaitu hak dan kewajiban negara
terhadap warganya ataupun hak dan kewajiban warga negara terhadap negara , termasuk juga hak asasi
manusia.
(4) Konsepsi atau cita negara dalam berbagai bidang , misalnya bidang pendidikan , kesejahteraan , ekonomi
,social , dan pertahanan.
(5) Hal mengenai perubahan undang-undang dasar.
(6) Ketentuan-ketentuan peralihan atau ketentuan transisi.

Gagasan konstitusionalisme menyatakan bahwa konstitusi di suatu negara memiliki sifat membatasi kekuasaan
pemerintah dan menjamin hak-hak dasar warga negara. Sejalan dengan sifat membatasi kekuasaan pemerintahan
maka konstitusi secara ringkas memiliki 3 tujuan , yaitu :

a. Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik.


b. Melepaskan control kekuasaan dari penguasa itu sendiri
c. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaan (ICCE UIN ,
2000).

Selain itu, konstitusi negara bertujuan menjamin pemenuhan hak-hak dasar warga negara. Konstitusi negara memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut (Jimly Asshiddiqie ,2002).

a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara


b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan atarorgan negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan atara oran-organ dengan warga negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan
kekuasaan negara.
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (dalam demokrasi adalah
rakyat) kepada organ negara.
f. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity) , sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of ceremony.
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control) , baik dalam arti sempit yaitu bidang politik
dan dalam arti luas mencakup bidang social ekonomi.
h. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering atau social reform).

10
Unsur-Unsur dan Nilai-nilai Konstitusi
Unsur-Unsur Konstitusi
Lohman menjelaskan bahwa dalam Konstitusi harus memuat unsur-unsur sebagai berikut:
a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial). artinya, bahwa konstitusi
merupakan konklusi dari kesepakatan untuk membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka.
b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus penentuan batas-
batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat pemerintahannya.
F Nilai-Nilai Konstitusi
Nilai konstitusi antara lain:
F Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya
berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
F Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak sempurna. Ketidaksempurnaan itu
disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku / tidsak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku
bagi seluruh wilayah negara.
F Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi
kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.

2.3 Tujuan Konstitusi


Tujuan konstitusi antara lain :
a. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya tanpa membatasi
kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan
merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
b. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh
perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.

c. Pedoman penyelenggaraan negara berdaulat maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara kita tidak akan
berdiri dengan kokoh

Hukum pada umumnya bertujuan mengadakan tata tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh
dengan konflik antara berbagaikepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada
dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalahkonstitusi atau Undang-Undang Dasar,
akan lebih jelas dapat dikemukakantujuan konstitusi itu sendiri.

Tujuan konstitusi mengenai tata tertib terkait dengan:


a. Berbagai lembaga-lembaga negara dengan wewenang dan cara bekerjanya.
b. Hubungan antar lembaga Negara.
c. Hubungan lembaga negara dengan warga Negara (rakyat).
d. Adanya jaminan hak-hak asasi manusia.

11
2.4 Syarat dan Ciri-Ciri Konstitusi
 Syarat Konstitusi

Pada umumnya suatu konstitusi berisi 3 (tiga) hal pokok, yakni :


a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya
b. Ditetapkan susunan ketatanegaran suatu Negara yang bersifat fundamental;
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan

 Ciri-Ciri Konstitusi:

Menurut Meriam Budiarjo, Ciri-ciri ini dapat dilihat bahwa konstitusi atau Undang-Undang Dasar memuat
ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
a. Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislative, eksekutif, dan yudikatif.
b. Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill of Rights jika berbentuk naskah tersendiri.
c. Prosedur mengubah undang-undang dasar
d. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar. Hal ini biasanya
terdapat jika para penyusun undang-undang dasar ingin menghindari munculnya seorang dictator atau
kembalinya suatu monarki.
e. Merupakan pengaturan hokum yang tertinggi dan mengikat semua orang
Menurut Steenbeek ciri – ciri sebuah konstitusi meliputi 3 hal yaitu:
a. Adanya jaminan terhadap HAM
b. Adanya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental
c. Adanya pembaian dan pembatasan tugas ketatanegaraan
Ada 5 (lima) cirri yang harus ditegaskan dalam sebuah konstitusi :
a. Adanya public authority.
b. Pelaksanaan kedaulatan rakyat (melalui perwakilan) harus dilakukan dengan menggunakan prinsip “universal
and equal suffrage” dan pengangkatan eksekurtif melalui peemilihan yang demokratis.
c. Pemisahan atau pembagian kekuasaan serta pembatasan wewenang.
d. Adanya kekuasaan kehakiman yang mandiri yang dapat menegakkan hukum dan keadilan baik terhadap rakyat
maupun pemerintah/penguasa.
e. Adanya sistem kontrol terhadap militer san kepolisian untuk meneegakkan hokum dan menghormati hak-hak
rakyat.

2.5 Kedudukan Konstitusi


Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara karena
konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para
pendahulu. Selain itu , konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers serta
memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.

12
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu negara.Hal-hal mendasar itu adalah aturan-aturan
atau norma-norma dasar yang dipakai sebagai pedoman pokok bernegara.

Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan , bentuk , dan isinya , tetapi umumnya
mereka mempunyai kedudukan formal yang sama , yaitu sebagai (a)hukum dasar , dan (b) hukum tertinggi.

1.Konstitusi sebagai Hukum Dasar

Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar, karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang
mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara khusus konstitusi memuat aturan-aturan tentang
badan-badan pemerintah dan sekaligus memberikan kewenangan kepadanya. Misalnya, didalam konstitusi biasanya
akan ditentukan adanya badan legislatif, cakupan kekuasaan badan legislatif itu dan prosedur penggunaan
kekuasaannya. Demikian pula dengan lembaga eksekutif dan yudikatif.

Jadi konstitusi menjadi dasar adanya sumber kekuasaan bagi setiap lembaga negara. Oleh karena itu
konstitusi juga mengatur kekuasaan badan legislatif (pembuat undang-undang), Undang-Undang Dasar (UUD) juga
merupakan dasar adanya dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada di bawahnya.

2. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi

Konstitusi juga berkedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum yang bersangkutan. Hal
ini berarti bahwa aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih
tinggi terhadap aturan-aturan lainnya. Oleh karena itulah aturan-aturan lain dibuat oleh pembentuk undang-
undang harus sesuai atau tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

2.6 Konstitusi Dasar Hukum


Konstitusi dasar hukum dibagi menjadi dua , yaitu hukum tertulis dan tidak tertulis yanga kan dijelaskan sebagai berikut

a. Hukum dasar tertulis (UUD)

Undang-undang dasar sebagai hukun dasar tertukis yang terumuskan secara tertulis , maka memiliki sifat yabg
tidak berubah. Secara umum menurut E.C.S Wade dalam bukunya Constitutional Law , UUD menurut sifat dan
fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-
badan tersebut.

Jadi , pada prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam UUD. Undang-undang
dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau srkumoulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut
dibagi antara badan legislatif , eksekutif dan yudikatif.

Begitu pun dalam penjelasan UUD 1945 disebutkaan bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945
yang hanya memiliki 37 pasal , adapun pasal-pasal lainnya memuat dalam aturan peralihan dan aturan tambahan
yang mengandung beberapa makna sebagai berikut.

13
1) Singkat yaitu UUD hanya memuat aturan-aturan pokok , membuat garis-garis besar instruksi pada
pemerintah pusat dan penyelenggara negara dalam menyelenggarakannya untuk kehidupan negara
dan kesejahteraan sosial

2) Supel (elastik) , yaitu kita senantiasa harus ingat bahwa masyarakat harus terus berkembang dan
dinamis. Negara indonesia akan terus berkembang seiring dengan perubahan jaman.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut

1.Undang-undang dasar 1945 sifatnya tertulis maka rumusannya jelas , sebagai hukum positif yang mengikat
pemerintahan sebagai penyelenggara negara , maupun mengikat bagi setiap warga negara.

2.Merujuk dari penjelasan UUD 1945 bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel , serta memuat aturan-aturan pokok
yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman , serta memuat hak-hak asasi manusia.

3.Memuat norma-norma,atura -aturan , serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara
konstitusional.

4.Undang-Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi ,
sekkaligus sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih dalam hierarki tertib hukum Indonesia.

Merujuk dari sifat-sifat UUD 1945 tersebut , dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan suatu konstitusi tertulus ,
niali-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktik penyelenggaraan negara turut
memengaruhi perumusan suatu norma ke dalam naskah UUD. Oleh karena itu suasana kebatiban perumusan juridis
suatu ketentuan UUD perlu dipahamu dengan seksama untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang
terdapat dalam pasal-pasalnya. Undang Undang Dasae tidak dapat dipahami hanya melalui teksnya saja. Supaya
dapat mengerti , kita harus memahami konteks filosofis , sosio-historis,sosio-juridis bahkan sosio-ekonomis yang
memengaruhu perumusannya.

Di samping itu , setiap kurun waktu dalam sejarah memberikan pula kondisi-kondisi kehidupan yang membentuk dan
memengaruhi kerangka pemikiran (frame of reference) dan medan pengalaman (field of experience) dengan muatan
kepentingan yang berbeda , sehingga proses pemahaman terhadap suatu ketentuan UUD terus berkembang dalam
praktik di kemudian hari. Oleh karena itu , penafsiran terhadap UUD pada masa lalu , masa kini , dan masa depan
memerlukan rujukan standar yang dapat dipetrtanggungjawaabkan dengan sebaik-baiknya . Dengan demikian , UUD
tidak menjadi alat kekuasaan yang ditentukan secada sepihak oleh pihak manapun juga. Untuk itulah selain mengerti
penyusunan dan perumusan naskah UUD diperlukan pula adanya pokok-pokok pemikiran konseptual yang mendasari
setiap perumusan pasal-pasal UUD, serta keterkaitannya secara langsung atau tidak langsung terhadap semangat
proklamsi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Hukum Dasar yang Tidak Tertulis (Konvensi)

Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik dalam
penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Konvensi ini mempunyai sifat-sifat berikut

14
1) Hukum dasar yang tidak tertulis muncul dari kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan Negara.
2) Hukum dasar yang tidak tertulis (Konvensi) tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
3) Bias diterima oleh seluruh rakyat.
4) Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam
UUD

Salah satu hukum dasar yang tidak tertulis bias dicontohkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah mufakat. Menurut pasal 37 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Dasar 1945 segala keputusan MPR dan
diambil berdasarkan suara terbanyak. Namun, system ini kurang memiliki jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian
bangsa. Oleh karena itu dalam praktik-praktik penyelenggaraan negara selalu diusahakan untuk mengambil keputusan
berdasarkan musyawarah mufakat dan ternyata hamper selalu berhasil.

Pemungutan suara akan ditempuh jika usaha musyawarah tidak dapat dilaksanakan. Hal yang demikian ini merupakan
perwujudan dari cita-cita yang terkandung dalam pokok pikiran kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Jadi,
hukum dasar yang tidak tertulis bila mana yang dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis bukan
sejarah tertulis dan otomatis setingkat dengan UUD melainkan sebagai suatu ketetapan MPR. Adapun batasan-
batasannya dapat dirumusakn kedalam pengertian sebagai berikut.

1) Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan kekuasaan kepada penguasa


2) Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu system politik
3) Suatu deskripsi dari lembaga-lembaga Negara
4) Suatu deskripsi yang menyangku hak asasi manusia

2.7 Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD 1945)


UUD “45 dirancang sejak 29 mei 1945 oleh Badan Penyelidikan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI )
yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat. Tugas utamanya adalah menyusun rancangan Undang-Undang sebagai
salah satu persiapan Untuk membentuk negara yang merdeka, namun anggota lembaga ini sibuk mengusung
ideologinya masing-masing ketika membicarakan masalah Ideologi negara Akibatnya, pembahasan tentang
rancangan UUD menjadi terbengkalai. Maka BPUPKI dalam sidang pertamanya membentuki panitia kecil untuk
merumuskan UUD yang diberinama Panitia Sembilan7. Dan pada tanggal 22 juni 1945 Panitia Sembilan ini berhasil
mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II
BPUPKI tanggal 11 Juli 1945.

Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas
menyusun rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan
21 orang. Sehingga UUD atau konstitusi Negara Indonesia ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus
1945, Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal
29 Agustus 1945. . Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki
suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.

15
1. Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang
disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16
Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal
14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel (“Semi-Parlementer”) yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

2. Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk
negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara
bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Namun karena tidak sesuai dengan jati
diri bangsa serta mencuat issu disintegrasi, maka kemudian Indonesia berganti bentuk lagi menjadi Negara kesatuan
Republik.

3. Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

Perubahan bentuk Negara secara otomatis juga membuat perubahan dalam konstitusinya. Mulai Pada
tanggal 17 Agustus 1950 Konstitusi Indonesia berubah menjadi Undang-Undang Sementara Republik Indonesia. Pada
periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode
ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih
memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi
Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan
sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden
menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada
tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945
serta tidak berlakunya UUDS 1950.

4. Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik
sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu. Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik
sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945

16
1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara.

2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

3. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia

5. Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila
secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang
murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt)
dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancur hutan dan sumber alam kita.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, diantaranya melalui sejumlah
peraturan:

 Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan
UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.
 Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR
berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor
IV/MPR/1983.

6. Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan
lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

7. Periode Pasca Remormasi (Amandemen)

Setelah Reformasi banyak kalangan yang menginginkan dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Tujuan dilakukannya perubahan adalah untuk menambah sesuatu yang belum ada aturannya dalam
konstitusi serta untuk merespon tuntutan zaman. Para pengamat politik berpandangan bahwa keberadaan UUD 1945
didesain oleh para pembuatnya bersifat sementara karena belum menentunya kondisi Negara pada saat itu. Selain itu
Undang-Undang dasar 1945 juga telah diselengkan oleh pemerintah orde baru untuk melanggengkan Kekuasaanya.

Salah satu hal yang berubah dengan adanya amandemen adalah keberadaan lembaga Negara. Keberadaan lembaga
ini cukup vital karena pada masa sebelumnya berbagai macam lembaga Negara dikendalikan oleh satu orang saja,
yaitu Presiden. Meskipun secara formal terdapat aturan untuk memisahkan antara lembaga eksekutif, legislative dan
yudikatif namun karena ketiadaan aturan yang jelas, maka aturan tersebut dapat dimanipulasi. Oleh sebab itu setelah
reformasi mencoba diperbarui agar lebih jelas pola pemisahannya serta memunggkinkan adanya control secara baik

17
diantara berbagi macam lembaga Negara. Dengan adanya check and balances maka bisa mengurangi penumpukan
kekuasaan dan penyalahgunaan wewenang

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang
Umum dan Sidang Tahunan MPR:

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 oktober 1999 : Perubahan Pertama UUD “45

Sidang Umum MPR 2000, tanggal 7-18 Oktober 2000: Perubahan Kedua UUD “45

Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001: Perubahan Ketiga UUD “45

Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002: Perubahan Keempat UUD “45

2.8 Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi


Institusi Legislasi Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi dan peraturan perundang-
undangan yang ada dibawahnya adalah meliputi dua institusi, yaitu: Badan Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif
(presiden). Kedua institusi ini bertugas untuk membuat undang-undang.Dalam UUD 1945 pasal 20 sampai 22
Adijelaskan tentang kelembagaan serta mekanisme pembuatan konstitusi ataulebih tepatnya pembuatan dasar-dasar
Negara. Berikut adalah bunyi pasal 20, 20 A, 21, 22, dan 22 A :

a. Pasal 20 “(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. (2) setiap rancangan
undag-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. (3) jika
rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, racangan undang-undang itu tidak boleh diajukan
lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.(4) presiden mengesahkan rancangan undang-undang
yang telah disetujuibersama untuk menjadi Undang-undang.(5) dalam ha rancangan undang-undang yang telah
disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu tiga puluh hari sejak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undag-undag tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.”
b. Pasal 21 “(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak megajukan usul rancangan undang-udang. (2) jika
ranvangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disyahkan oleh Pesiden, maka rancangan tadi
tidak boleh dimajukan lagi dalam masa peridangan Dewan perwakilan Rakyat masa itu.”
c. Pasal 22 “ (1) dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah
sebagai pengganti undag-undang. (2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan berikut. (3) jika tidak mendapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut”
d. Pasal 22 A” ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemebntukan undang-undang diatur dengan Undang-Undang.”
Sedang tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing gubernur bersama DPRD tingkat I dan bupati/walikota
bersama DPRD tingkat II. Institusi lain diluar kedua institusi diatas, baik yang bersifat infrastruktur maupun
suprastruktur politik memiliki tugas memberi dukungan sesuai dengan peran kompetensinya. Bentuk produk peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan oleh institusi diatas adalah berupa UUD, UU, PERPU dan PP, serta PERDA.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar.Konstitusi dalan arti
luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis /
Konvensi .Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis (undang-undang) dasar dan
yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang
demokratis bagi seluruh warga Negara. Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang
dibentuk dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, A. S. (2017). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Winarno. (2012). Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

20
SOAL PILIHAN GANDA

1. ‘’Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang terdapat di dalam masyarakat , seperti golongan yang
mempunyai kedudukan nyata dalam masyarakat’’

Pernyatan diatas adalah arti konstitusi menurut ….

a.Lassale

b.K.C Wheare

c.L.J Van Apeldoorn

d.Helman Heller

e.Prof.Prayudi Atmosudirdjo

Kunci jawaban : E

2. Sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat adalah fungsi konstitusi sebagai….

a.symbol of unity

b.social control

c.social engineering

d.Center of ceremony

e.identity of nation

Kunci jawaban : C

3. Keseluruhan aturan dan ketentuan yang menggambarkan system ketatanegaraan suatu negara merupakan pengertian
dari …

A. konstitusi dalam arti sempit


B. konstitusi dalam arti luas
C. konstitusi dalam arti menengah
D. konstitusi dalam arti umum
E. konstitusi dalam arti tertentu

Kunci jawaban : B

4. Konstitusi dalam pengertian sempit adalah …

A. Pancasila
B. UUD
C. UU organic

21
D. Konvensi/Kebiasaan
E. Peraturan perundan-undangan lainnya

Kunci jawaban : B

5. UUD Sementara 1950 pernah berlaku di Indonesia pada tanggal …

A. 17 Agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959


B. 27 Desember 1949 s.d. 17 Agustus 1950
C. 18 Agustus 1945 s.d. 27 Desember 1949
D. 5 Juli 1959 s.d. 11 Maret 1966
E. 5 Juli 1959 s.d. 21 Mei 1989

Kunci jawaban : A

6. Dalam melakukan perubahan-perubahan atau amandemen terhadap UUD 1945 terdapat kesepakatan yang sangat
mendasar yaitu tidak melakukan perubahan terhadap …

A. pembukaan UUD 1945


B. batang tubuh UUD 1945
C. pasal-pasal mengenai lembaga Negara
D. aturan peradilan
E. aturan tambahan

Kunci Jawaban : A

7. Konstitusi RIS diubah menjadi UUD S 1950 berdasarkan UU Federal Nomor….tahun 1950.

A. 7
B. 8
C. 9
D. 10
E. 11

Kunci jawaban : A

8. Pada bagian awal suatu konstitusi biasanya berisi tentang…

A. cara melakukan perubahan konstitusi


B. asas dan tujuan Negara
C. identitas Negara
D. kedudukan dan wewenang lembaga Negara
E. jaminan dan perlindungan hak asasi manusia

Kunci jawaban : B

22
9. Pedoman dasar dalam mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara dalam berbagai bidang
kehidupan yang meliputi politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan merupakan pengertian …

a. Negara
b. Dasar Negara
c. Konstitusi
d. Konvensi
e. Traktat

Kunci jawaban : B

10. Aturan-aturan yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis disebut

a. konstitusi
b. yurisprudensi
c. hukum dasar
d. konvensi
e. trakta

Kunci jawaban : D

11. Istilah konstitusi dalam bahasa inggris adalah …


a. constitution
b. constium
c. constion
d. constituin
e. couscecoen

Kunci jawaban : A

12. Kurun waktu berlakunya UUD 1945 pada tanggal 5 Juli 1959 s.d. 11 Maret 1966 disebut periode …
a. RIS
b. Orde Lama
c. Orde Baru
d. Reformasi
e. Demokrasi Liberal

Kunci jawaban : B

13. Sebagai warga Negara yang baik kita harus berpartisipasi aktif dalam kehidupan bernegara, contohnya adalah …

a. memperebutkan kekuasaan

23
b. mengadopsi budaya barat
c. aktif dalam perkelahian di sekolah
d. mengembangkan pendidikan politik
e. menghambat penyelesaian tugas

Kunci jawaban : D

14. Yang dijadikan sebagai dasar yuridis perubahan UUD 1945 adalah …

a. pasal 2 dan pasal 34 UUD 1945


b. pasal 2 dan pasal 35 UUD 1945
c. pasal 3 dan pasal 35 UUD 1945
d. pasal 3 dan pasal 36 UUD 1945
e. pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945

Kunci jawaban : E

15. Kurun waktu berlakunya UUD 1945 pada tanggal 5 Juli 1959 s.d. 11 Maret 1966 disebut periode …

a. RIS
b. Orde Lama
c. Orde Baru
d. Reformasi
e. Demokrasi Liberal

Kunci jawaban : A

24
25

Anda mungkin juga menyukai