1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali pelajar yang tidak bisa membedakan antara unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Mereka hanya sekedar membaca tanpa memahami
unsur pembangun karya sastra ini. Bahkan diantara mereka menganggap unsur
ektrinsik maupun intrinsik itu sama saja. Dalam pembahasan kali ini penulis ingin
menguraikan tentang unsur intrinsik sebuah novel. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual
akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Cara mengetahui unsur intrinsik adalah dengan cara membaca sebuah karya
sastra. Permasalahannya adalah kita harus mengetahui apa-apa saja yang termasuk ke
dalam unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra. Unsur intrinsik itu diantaranya adalah
tema, alur, penokohan, sudut pandang, amanat, gaya bahasa dan latar atau setting.
Novel ini kami pilih karena kisahnya yang inspiratif. Perjuangan dalam
pendidikan tanpa kenal lelah, penuh semangat dan tanpa pamrih. Baik sifat yang lahir
dari sang guru maupun dari murid-murid SD Muhammadiyah, sepuluh anggota
Laskar Pelangi.
Tujuannya adalah agar pembaca mengetahui apa itu unsur intrinsik, apa-apa saja
yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik dan nilai atau amanat yang terkandung
dalam novel Laskar Pelangi ini. Selanjutnya agar pembaca mau menghargai
pendidikan, karena pendidikan ini sangat penting. Anak-anak SD Muhammadiyah rela
berjuang dengan kondisi sekolah yang tidak layak hanya untuk menimba ilmu.
Pengabdian guru yang sangat luar biasa yang patut dicontoh oleh seluru guru,
khususnya yang masih dalam tahap belajar menjadi seorang guru atau calo guru.
B. Sinopsis
Kisah persahabatan Laskar Pelangi berawal dari pendaftaran di sekolah
Muhammadiyah. Sekolah yang sangat miskin dan bahkan tidak layak disebut sebagai
sekolah karena bangunannya yang hampir roboh. Sekolah terancam ditutup jika siswa
yang mendaftar tidak sampai sepuluh orang. Dengan harap-harap cemas Pak Harfan
dan Ibu Mus selaku kepala sekolah dan guru di SD tersebut terus memandangi jalan
raya berharap ada siswa yang akan mendaftar lagi. Mereka menunggu sampai pukul
11. Ketika waktu yang ditentukan akan berakhir pak Harfan memulai pidatonya untuk
menutup sekolah. Betapa kecewanya hati anak-anak yang baru akan bersekolah tepi
sekolah tersebut terancam ditutup. Untunglah ada Harun, anak terbelakang mental ini
diantarkan oleh Ibunya untuk bersekolah, daripada ia di rumah tapi selalu mengejar-
ngejar anak ayam ibunya. Harun adalah penyelamat bagi mereka semua yang ingin
mengenyam dunia pendidikan ditengah kemiskinan yang dihadapi.
Hari-hari berikutnya mereka belajar. Mereka diberi tempat duduk sesuai
kemiripan wajah mereka selama sembilan tahun. Mereka adalah Ikal, Lintang,
Trapani, Syahdan, Sahara, Mahar, Borek, A Kiong, Harun dan Kucai. Hanya Sahara
lah wanita satu-satunya di kelas mereka. Kucai selalu ditunjuk untuk jadi ketua kelas.
Sebenarnya dia sudah muak karena harus mengurusi orang-orang miskin yang susah
diatur ini. Namun setiap kali pemilihan ketua kelas berlangsung, namanyalah yang
selalu mendapat banyak suara. Akhirnya dia tidak dapat menolak amanah yang
diberikan Bu Mus kepadanya.
Setelah lama berteman, mereka telah paham dengan sifat teman-teman mereka.
Diantara yang Lain, Lintang dan Mahar lah yang paling pintar di kelas. Lintang intar
dalam bidang mata pelajaran. Sedangkan Mahar pintar dalam kesenian dan
memunculkan ide-ide cemerlangnya. Smentara yang lain hanya sebagai pelengkap di
kelas tersebut, tidak pandai-pandai benar. Karena kepandaian merekalah yang
membuat guru dan teman-teman terkagum-kagum terutama pada Lintang yang harus
mengayuh sepede delapan puluh kilo meter setiap hari. Namun tak pernah sekalipun
dia membolos sekolah. Semangatnya sungguh luar biasa.
Suatu hari, ada acara karnaval yang diadakan untuk memperingati HUT-RI setiap
Agustus. Setiap sekolah wajib ikut lomba, tidak terkecuali SD Muhammadiyah.
Mereka minder untuk ikut karena pakaian yang mereka kenakan tidaklah sebagus
pakaian yang dikenakan sekolah lain. Tapi untung ada mahar. Dengan segala ide dan
kreasinya yang cemerlang, mereka berhasil memenangkan perlombaan karnaval antar
sekolah itu. Acara yang paling bergengsi dan membuat mereka tidak akan dihina lagi.
Di hari lain, ada seorang gadis tomboi bernama Flo pindah sekolah ke SD
Muhammadiyah. Dia orang kaya yang ingin bersekolah di sana karena rasa
terimakasihnya kepada anggota Laskar Pelangi yang telah menyelamatkan nyawanya
ketika tersesat di hutan. Sahara sangat senang akhirnya memiliki teman perempuan
juga setelah sembilan tahun dia hanya satu-satunya bidadari di kelas tersebut. Alasan
lain kepindahan Flo adalah karena rasa kagumnya pada Mahar yang pemberani dan
suka pada kegiatan perdukunan. Semakin hari mereka semakin dekat saja sehingga
banyak yang beranggapan kalau mereka berpacaran. Mereka berdua adalah dua insan
yang sama-sama suka pada hal yang berbau mistis. Sangat konyol sekali.
Selain lomba karnaval. Juga diadakan lomba kecerdasan antar sekolah. Ikal,
Lintang dan Sahara yang menjadi wakil dari sekolah Muhammadiyah. Ketika
memasuki ruangan, badan mereka panas dingin karena melihat persiapan dari sekolah
lain yang begitu matang dan buku-buku yang mereka bawa semuanya lengkap,
bahkan belum pernah anak-anak Muhammadiyah ini melihatnya. Rasa minder
kembali muncul dihati mereka kalau-kalau mereka tak mampu menjawab bahkan
akan membuat sekolah semakin dipermalukan. Karena baru sekali ini sekolah
kampung diundang untuk mengikuti perlombaan tersebut.
Namun setelah perlombaan dimulai, keadaan berubah seratus delapan puluh
derajat. Lintang yang sedari tadi hanya diam mematung tiba-tiba tidak pernah
memberi kesempatan kepadaa lawan untuk menjawab pertanyaan. Semuanya berhasil
dia jawab dalam waktu kurang dari tujuh detik bahkan sebelum dewan juri selesai
membacakan pertaanyaan. Semua mata tertuju pada anak kamoung yang cerdas ini.
Suporter dari SD Muhammadiyah melonjak kegirangan. Bahkan Lintang sempat
berdebat dengan guru asal SD PN yang terkenel pandai itu karena menganggap
jawaban yang diberikan Lintang salah. Akhirnya guru yang sombong itu berhasil
dipermalukan.
Dengan kecerdasan Lintang mereka berhasil menjuarai lomba kecerdasan
tersebut. Ibu Muslimah dan Pak Harfan, serta pasukan SD Muhammadiyah terharu
dan mengarak Lintang keliling kampung. Ini adalah kemenangan pertama setelah dua
puluh tahun sekolah mereka berdiri tanpa gelar juara apapun. Semua ini berkat
Lintang yang kecerdasannya lahir secara alami. Ini membuktikan bahwa meskipun
mereka hanya sekolah yang berasal dari kampung tidak sembarangan bisa dihina terus
menerus.
Setelah kemenangan itu, mereka banyak berpetualang berkat ide-ide gila Mahar.
Mereka pergi kesuatu tempat yang paling angker di Belitong yaitu gunung apit.
Menurut Mitos gunung ini adalah ular yang melilit dan tidur sepanjang tahun dan baru
akan bangun ketika hari kiamat nanti. Selain itu mereka mempertaruhkan nyawa pergi
ke Pulau Lanun tempat tinggal Tuk Bayan Tula, hanya demi ingin mendapatkan nilai
bagus. Tuk Bayan pun menulis pesan yang boleh dibuka setelah sampai di rumah.
Betapa terkejutnya mereka ketika isi dari gulungan kertas itu adalah “jika ingin pintar,
harus rajin membaca”.
Saat mereka sudah hampir lulus, tragedi menyedihkan justru menimpa Lintang.
Berhari-hari dia tidak masuk sekolah karena ayahnya meninggal dan mengharuskan
Lintang berhenti sekolah karena harus menanggung beban sebagai tulang punggung
keluarga. Mereka pun berpisah akhirnya berpisah. Ikal benci pada keadaan ini yang
tak mampu membantu sahabatnya itu. Semua tak ada yang bisa membantu karena
mereka juga sama-sama berasal dari keluarga yang tidak mampu. Bu Mus sedih
karena harus melepas muridnya yang pandai luar biasa ini.
Dua belas tahun kemudian keadaan berubah. Ikal yang dahulu bekerja sebagai
tukang pos mendapat beasiswa untuk sekoalah keluar negeri. Trapani menjadi
setengah gila karena segalanya harus bergantung pada ibunya. Sahara menikah
dengan A Kiong yang menjadi muallaf dan membuat toko yang pegawainya adalah
Borek. Lintang sang bintang kami akhirnya bekerja sebagai supir truk untuk
mengangkut pasir yang diambil dari pantai. Syahdan menjadi aktor sesuai cita-citanya
meskipun hanya aktor figuran. Mahar yang dahulu menganggur sekarang menjadi
narasumber budaya.
Harun yang dahulu pria kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa
sekarang justru sebaliknya, dia adalah pria dewasa yang terperangkap dalam tubuh
anak kecil. Sahara dan A Kiong yang sering mengunjungi Harun. Itulah kehidupan,
tidaka ada yang tahu dan bisa meramalkan akan menjadi apa kita nanti dan siapa yang
akan sukses diantara mereka. Begitulah kisah persahabatan Laskar Pelangi. Meskipun
sibuk dengan urusan pekerjaan dan kehidupan masing-masing, mereka masih tetap
sama, sekumpulan makhluk yang tetap menjaga persahabatan dalam keadaan apapun.
BAB II PEMBAHASAN
Gunung Semelur
“ sebagaiman biasanya Mahar mulai berdongeng,
menurutnya gunung selumar adalah seekor ular naga yang
sedang menggulung diri dan telah tidur panjang selama
berabad-abad” (halaman 290)
Hutan Genting Apit,
“ Suatu ketika mereka memasuki hutan gunung apit,
suatu tempat yang paling angker di Belitong”( halaman 389)
Pulau Lanun,
“ Pulau Lanun!. Kami serentak berdiri terperangah dan
tepat ketika beliau selesai menyebutkan nama pulau itu
terdengarlah suara lolongan segerombolan anjing melengking-
lengking mendirikan bulu kuduk, seperti menyambut tamu tak
diundang” (halaman 413)
2. Latar waktu
Pagi
“ kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD
muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah”
(halaman 17).
“ pada sebuah pagi yang lain, pukul 10, seharusnya
burung kut-kut sudah datang”.(halaman 83)
“ pagi ini Lintang terlambat masuk kelas. Kami
tercengang mendengar ceritanya”.(halaman 87)
“ senin pagi yang cerah. Sepucuk puisi yang dibungkus
kertas putih bermotif kembang api” (halaman 293)
Sore
“ sekitar pukul empat sore, sinar matahari akan
mengguyur barisan pohon cemara angin yang tumbuh lebat
diundakan bukit yang lebih tingggi disisi timur laut”.(halaman
181)
“ inilah sore terindah dalam hidupku”( halaman 272)
Siang hari
“ sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin
panas” (halaman 217)
“ pukul 11 siang sudah, kami tiba disebuah batu cadas
besar yang menjorok” (halaman 322)
Malam
“ Malam minggu ini kami menginap di masjid Al-
Hikmah karena setelah solat subuh nanti kami punya acara
seru, yaitu naik gunung”( halaman 285)
3. Latar Suasana
Cemas
“sembilan orang... baru sembilan orang Pamanda guru,
masih kurang satu..., katanya gusar pada bapak kepala sekolah.
Pak Harfan menatapnya kosong, aku juga merasa cemas. Aku
cemas karena melihat Bu Mus yang resah dan karena beban
perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuhku” (halaman 2.)
“Bu Mus yang semakin khawatir memancang
pandangannya ke jalan raya diseberang lapangan sekolah
berharap kalau-kalau masih ada pendaftaran baru” (halaman 4)
“kita tunggu sampai pukul 11, “kata pak Harfan pada
Bu Mus” dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana
hening” (halaman 5)
“ kami menghambur kearah Syahdan. Aduh, gawat,
apakah ia pingsan? Atau gegar otak? Atau mlah mati? Karena ia
tak bernafas sama sekali dan ia tadi terpelanting seperti tong
jatuh ke dalam truk” (halaman 173)
“ Hari beranjak gelap dan keadaan semakin
mengkhawatirkan. Kabut tebal yang menyelimuti gunung
sangat menyulitkan usaha pencarian. Wajah setiap orang mulai
kelihatan cemas dan putus asa" (halaman 309)
Panik
“ kami semakin panik, tak tahu harus berbuat apa. Aku
terus menerus memanggil-manggil nama Syahdan, tapi ia
diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati”.
halaman 174
“ kembali kami berada dalam situasi yang
mempertaruhkan reputasi. Lomba kecerdasan. Kami
berkecil hati melihat murid-murid SD sekolah PN
membawa buku-buku teks yang belum pernah kami lihat”
(halaman 363)
Bahagia
“ Mahar diarak keliling kampung oleh warga
Muhammadiyah setelah sekolah menerima trofi bergengsi
penampilan seni tebaik tahun ini. Trofi yang telah dua puluh
tahun kami idamkan dan selama itu pula bercokol di
sekolah PN. Baru pertama kali ini trofi itu dibawa pulang
oleh sekolah kampung. Trofi yang tak kan membuat
sekolah kami dihina lagi”.( halaman 247)
“ seeeerrraaaattuuussss, ! lengking Benyamin S.
Mendengar lengkingan benyamin pendukung kami
melonjak-lonjak kegirangan seperti orang kesurupan”.
(Halaman 370)
“ Ratusan penonton terkagum-kagum. Warga
Muhammadiyah berjingkrak-jingkrak sambil memeluk
pundak. Yang paling bahagia adalah Harun. Dia memang
suka dengan keramaian” (halaman 372)
Kacau
“ angin lembut ini tiba-tiba mengamuk menjadi
monster puting beliung dengan kecepatan 1000 kali lipat,
10.000 mph” (halaman 301)
Tegang
“ Suasana semakin tegang ketika ketua dewan juri
bangkit dari tempat duduknya memperkenalkan diri dan
menyatakan bahw alomba akan segera dimulai” (halaman
369)
Haru
“ Kami adalah sekolah kampung pertama yang
memperoleh kemenangan. Air yang menggenang seperti
kaca di mata Bu Mus dan laki –laki cemara angin itu kini
telah menjadi butir-butir yang berlinang, air mata
kemenangan yang mengobati harapan, pengorbanan dan jeri
payah”( halaman 383)
Sedih
“ Ibunda guru, ayahku telah meninggal, besok aku akan
ke sekolah. Slamku, Lintang. Dibawah pohon filicium kami
akan mengucapakan perpisahan. Aku hanya diam. Hatiku
kosong. Perpisahan belum dimulai tapi Trapani sudah
menangis terisak-isak. Sahara dan Harun bergandengan
tangan sambil tersedu, sedu. Samson, Mahar, Kucai, dan
Syahdan berulang kali mengambil wudhu dengan tujuan
menghapus air matanya. A Kiong melamun sendirian tak
mau diganggu. Flo yang baru saja mengenal Lintang dan
tak mudah terharu nampak muram, matanya berkaca-kaca.
Baru kali ini aku melihatnya menangis” (halaman 430)
Lucu
“ Demi mendengar kata-kata itu Kucai yang tengah
memamah biak sagon tak bisa menguasai diri. Dia berusaha
keras menahan tawa tapi tak berhasil sehingga serbuk
kelapa sagon terhambur kewajah Mahar, membuat jambul
pengarang berbakat itu kacau balau. Kucai berulang kali
meminta maaf pada ibu Ikal, bukan pada Mahar, tapi
wajahnya mengangguk-angguk takzim menghadap ke Nur
Zaman”. (halaman 494)
C. Sudut Pandang
Dalam novel Laskar Pelangi ini, kedudukan pengarang atau sudut
pandang pengarang ialah sebagai orang pertama, hal ini ditandai dalam novel
tersebut menggunakan kata ganti; aku, jadi gaya “aku” adalah seorang yang
ikut terlibat di dalam cerita. Hal ini bisa kita temukan salah satunya pada “
badanku gemetar ketika aku melintas menuju pohon karet dengan cara
menggeser-geserkan pengaman tanganku yang mencekik tambang erat-erat.
Aku bergelantungan seperti tentara latihan perang” (halaman 168)
D. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, 1968: 33 dalam Nurgiyantoro,
1995:165).
4.1.Bapak Harfan Efendy Noor
4.1.1. Rela berkorban, pada halaman 20 “ lebih menarik tentang pembicaraan orang-orang
seperti apa yang rela menghabiskan hidupnya bertahan di sekolah semacam ini.
Orang-orang itu tentu saja kepala sekolah kami, pak Harfan”. Selain itu sifat pak
Harfan yang rela berkorban bisa kita lihat pada halaman 21 yaitu “ pak Harfan telah
puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah tanpa imbalan apapun demi
motif syiar Islam”
4.1.2. Pandai bercerita “lalu pak Harfan mendinginkan suasana dengan berkisah tentang
penderitaan tekanan yang dialami seorang pria bernama Zubair bin Awam. Pak Harfan
menceritakan semua itu dengan semangat perang Badar sekaligus setenang embusan
angin pagi. Kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang
memikat” sifat ini bisa kita lihat pada halaman 23.
4.14.A Ling
A ling adalah orang atau gadis yang dicintai oleh tokoh aku (Ikal). Sifatnya antara
lain:
4.14.1. Percaya diri dan tanggung jawab, ini terlihat pada halaman 338, yaitu “ wanita seperti
apakah A Ling? Dia memiliki pendirian yang kuat dan amat percaya diri. Ia model
wanita yang memegang teguh pertanggungjawaban pada setiap gabungan huruf-huruf
yang meluncur dari mulutnya”
5.2.Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa
seoalah-olah memiliki sifat seperti manusia. Majas ini terdapat pada halaman 24.
“Membelai hati kami dengan wawasan ilmu”
Kemudian majas ini ada pada halaman 36
“tembok yang angkuh dan berkelok-kelok”
5.3.Majas Asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap sama. Majs ini
ada pada halaman 37
“tak putus-putus seperti jalinan urat di punggung tangan”
Majas ini juga ada pada halaman 89
“ laksana seekor anjing yang ingin mengambil hati tuannya”
5.4.Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan.
Majas ini ada pada halaman 304