Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali pelajar yang tidak bisa membedakan antara unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Mereka hanya sekedar membaca tanpa memahami
unsur pembangun karya sastra ini. Bahkan diantara mereka menganggap unsur
ektrinsik maupun intrinsik itu sama saja. Dalam pembahasan kali ini penulis ingin
menguraikan tentang unsur intrinsik sebuah novel. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual
akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Cara mengetahui unsur intrinsik adalah dengan cara membaca sebuah karya
sastra. Permasalahannya adalah kita harus mengetahui apa-apa saja yang termasuk ke
dalam unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra. Unsur intrinsik itu diantaranya adalah
tema, alur, penokohan, sudut pandang, amanat, gaya bahasa dan latar atau setting.
Novel ini kami pilih karena kisahnya yang inspiratif. Perjuangan dalam
pendidikan tanpa kenal lelah, penuh semangat dan tanpa pamrih. Baik sifat yang lahir
dari sang guru maupun dari murid-murid SD Muhammadiyah, sepuluh anggota
Laskar Pelangi.
Tujuannya adalah agar pembaca mengetahui apa itu unsur intrinsik, apa-apa saja
yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik dan nilai atau amanat yang terkandung
dalam novel Laskar Pelangi ini. Selanjutnya agar pembaca mau menghargai
pendidikan, karena pendidikan ini sangat penting. Anak-anak SD Muhammadiyah rela
berjuang dengan kondisi sekolah yang tidak layak hanya untuk menimba ilmu.
Pengabdian guru yang sangat luar biasa yang patut dicontoh oleh seluru guru,
khususnya yang masih dalam tahap belajar menjadi seorang guru atau calo guru.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis menyimpulkan rumusan
masaalah adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik?
1.2.2. Apa saja unsur yang termasuk ke dalam unsur intrinsik?
1.2.4. Siapa-siapa saja tokoh utama dari novel Laskar pelangi dan bagaimana sifat-
sifat mereka?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan dari penulisan ini sangat sederhana, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.3.1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik.
1.3.2. Mengetahui apa saja unsur yang termasuk ke dalam unsur intrinsik.
1.3.3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Laskar pelangi.
1.3.4. Mengetahui siapa-siapa saja tokoh utama dari novel Laskar pelangi dan
sifat-sifat mereka.

B. Sinopsis
Kisah persahabatan Laskar Pelangi berawal dari pendaftaran di sekolah
Muhammadiyah. Sekolah yang sangat miskin dan bahkan tidak layak disebut sebagai
sekolah karena bangunannya yang hampir roboh. Sekolah terancam ditutup jika siswa
yang mendaftar tidak sampai sepuluh orang. Dengan harap-harap cemas Pak Harfan
dan Ibu Mus selaku kepala sekolah dan guru di SD tersebut terus memandangi jalan
raya berharap ada siswa yang akan mendaftar lagi. Mereka menunggu sampai pukul
11. Ketika waktu yang ditentukan akan berakhir pak Harfan memulai pidatonya untuk
menutup sekolah. Betapa kecewanya hati anak-anak yang baru akan bersekolah tepi
sekolah tersebut terancam ditutup. Untunglah ada Harun, anak terbelakang mental ini
diantarkan oleh Ibunya untuk bersekolah, daripada ia di rumah tapi selalu mengejar-
ngejar anak ayam ibunya. Harun adalah penyelamat bagi mereka semua yang ingin
mengenyam dunia pendidikan ditengah kemiskinan yang dihadapi.
Hari-hari berikutnya mereka belajar. Mereka diberi tempat duduk sesuai
kemiripan wajah mereka selama sembilan tahun. Mereka adalah Ikal, Lintang,
Trapani, Syahdan, Sahara, Mahar, Borek, A Kiong, Harun dan Kucai. Hanya Sahara
lah wanita satu-satunya di kelas mereka. Kucai selalu ditunjuk untuk jadi ketua kelas.
Sebenarnya dia sudah muak karena harus mengurusi orang-orang miskin yang susah
diatur ini. Namun setiap kali pemilihan ketua kelas berlangsung, namanyalah yang
selalu mendapat banyak suara. Akhirnya dia tidak dapat menolak amanah yang
diberikan Bu Mus kepadanya.
Setelah lama berteman, mereka telah paham dengan sifat teman-teman mereka.
Diantara yang Lain, Lintang dan Mahar lah yang paling pintar di kelas. Lintang intar
dalam bidang mata pelajaran. Sedangkan Mahar pintar dalam kesenian dan
memunculkan ide-ide cemerlangnya. Smentara yang lain hanya sebagai pelengkap di
kelas tersebut, tidak pandai-pandai benar. Karena kepandaian merekalah yang
membuat guru dan teman-teman terkagum-kagum terutama pada Lintang yang harus
mengayuh sepede delapan puluh kilo meter setiap hari. Namun tak pernah sekalipun
dia membolos sekolah. Semangatnya sungguh luar biasa.
Suatu hari, ada acara karnaval yang diadakan untuk memperingati HUT-RI setiap
Agustus. Setiap sekolah wajib ikut lomba, tidak terkecuali SD Muhammadiyah.
Mereka minder untuk ikut karena pakaian yang mereka kenakan tidaklah sebagus
pakaian yang dikenakan sekolah lain. Tapi untung ada mahar. Dengan segala ide dan
kreasinya yang cemerlang, mereka berhasil memenangkan perlombaan karnaval antar
sekolah itu. Acara yang paling bergengsi dan membuat mereka tidak akan dihina lagi.
Di hari lain, ada seorang gadis tomboi bernama Flo pindah sekolah ke SD
Muhammadiyah. Dia orang kaya yang ingin bersekolah di sana karena rasa
terimakasihnya kepada anggota Laskar Pelangi yang telah menyelamatkan nyawanya
ketika tersesat di hutan. Sahara sangat senang akhirnya memiliki teman perempuan
juga setelah sembilan tahun dia hanya satu-satunya bidadari di kelas tersebut. Alasan
lain kepindahan Flo adalah karena rasa kagumnya pada Mahar yang pemberani dan
suka pada kegiatan perdukunan. Semakin hari mereka semakin dekat saja sehingga
banyak yang beranggapan kalau mereka berpacaran. Mereka berdua adalah dua insan
yang sama-sama suka pada hal yang berbau mistis. Sangat konyol sekali.
Selain lomba karnaval. Juga diadakan lomba kecerdasan antar sekolah. Ikal,
Lintang dan Sahara yang menjadi wakil dari sekolah Muhammadiyah. Ketika
memasuki ruangan, badan mereka panas dingin karena melihat persiapan dari sekolah
lain yang begitu matang dan buku-buku yang mereka bawa semuanya lengkap,
bahkan belum pernah anak-anak Muhammadiyah ini melihatnya. Rasa minder
kembali muncul dihati mereka kalau-kalau mereka tak mampu menjawab bahkan
akan membuat sekolah semakin dipermalukan. Karena baru sekali ini sekolah
kampung diundang untuk mengikuti perlombaan tersebut.
Namun setelah perlombaan dimulai, keadaan berubah seratus delapan puluh
derajat. Lintang yang sedari tadi hanya diam mematung tiba-tiba tidak pernah
memberi kesempatan kepadaa lawan untuk menjawab pertanyaan. Semuanya berhasil
dia jawab dalam waktu kurang dari tujuh detik bahkan sebelum dewan juri selesai
membacakan pertaanyaan. Semua mata tertuju pada anak kamoung yang cerdas ini.
Suporter dari SD Muhammadiyah melonjak kegirangan. Bahkan Lintang sempat
berdebat dengan guru asal SD PN yang terkenel pandai itu karena menganggap
jawaban yang diberikan Lintang salah. Akhirnya guru yang sombong itu berhasil
dipermalukan.
Dengan kecerdasan Lintang mereka berhasil menjuarai lomba kecerdasan
tersebut. Ibu Muslimah dan Pak Harfan, serta pasukan SD Muhammadiyah terharu
dan mengarak Lintang keliling kampung. Ini adalah kemenangan pertama setelah dua
puluh tahun sekolah mereka berdiri tanpa gelar juara apapun. Semua ini berkat
Lintang yang kecerdasannya lahir secara alami. Ini membuktikan bahwa meskipun
mereka hanya sekolah yang berasal dari kampung tidak sembarangan bisa dihina terus
menerus.
Setelah kemenangan itu, mereka banyak berpetualang berkat ide-ide gila Mahar.
Mereka pergi kesuatu tempat yang paling angker di Belitong yaitu gunung apit.
Menurut Mitos gunung ini adalah ular yang melilit dan tidur sepanjang tahun dan baru
akan bangun ketika hari kiamat nanti. Selain itu mereka mempertaruhkan nyawa pergi
ke Pulau Lanun tempat tinggal Tuk Bayan Tula, hanya demi ingin mendapatkan nilai
bagus. Tuk Bayan pun menulis pesan yang boleh dibuka setelah sampai di rumah.
Betapa terkejutnya mereka ketika isi dari gulungan kertas itu adalah “jika ingin pintar,
harus rajin membaca”.
Saat mereka sudah hampir lulus, tragedi menyedihkan justru menimpa Lintang.
Berhari-hari dia tidak masuk sekolah karena ayahnya meninggal dan mengharuskan
Lintang berhenti sekolah karena harus menanggung beban sebagai tulang punggung
keluarga. Mereka pun berpisah akhirnya berpisah. Ikal benci pada keadaan ini yang
tak mampu membantu sahabatnya itu. Semua tak ada yang bisa membantu karena
mereka juga sama-sama berasal dari keluarga yang tidak mampu. Bu Mus sedih
karena harus melepas muridnya yang pandai luar biasa ini.
Dua belas tahun kemudian keadaan berubah. Ikal yang dahulu bekerja sebagai
tukang pos mendapat beasiswa untuk sekoalah keluar negeri. Trapani menjadi
setengah gila karena segalanya harus bergantung pada ibunya. Sahara menikah
dengan A Kiong yang menjadi muallaf dan membuat toko yang pegawainya adalah
Borek. Lintang sang bintang kami akhirnya bekerja sebagai supir truk untuk
mengangkut pasir yang diambil dari pantai. Syahdan menjadi aktor sesuai cita-citanya
meskipun hanya aktor figuran. Mahar yang dahulu menganggur sekarang menjadi
narasumber budaya.
Harun yang dahulu pria kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa
sekarang justru sebaliknya, dia adalah pria dewasa yang terperangkap dalam tubuh
anak kecil. Sahara dan A Kiong yang sering mengunjungi Harun. Itulah kehidupan,
tidaka ada yang tahu dan bisa meramalkan akan menjadi apa kita nanti dan siapa yang
akan sukses diantara mereka. Begitulah kisah persahabatan Laskar Pelangi. Meskipun
sibuk dengan urusan pekerjaan dan kehidupan masing-masing, mereka masih tetap
sama, sekumpulan makhluk yang tetap menjaga persahabatan dalam keadaan apapun.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Unsur Intrinsik


A. Tema
“ persahabatan yang tulus untuk sebuah cita-cita”. Hal ini bisa
dibuktikan pada novel (halaman 342-344), yaitu “ Jika aku menengok sahabat
sekelasku mereka juga memiliki cita-cita yang istimewa. Sahara misalnya, ia
ingin menjadi pejuang hak asasi wanita. A Kiong ingin menjadi kapten kapal,
mungkin karena ia senang bepergian, atau mungkin topi kapal yang besar itu
untuk menutupi kepala kalengnya itu. Kucai ingin menjadi politisi karena ia
sosok yang cerdas dan bermulut besar. Syahdan ingin menjadi aktor.
Sedangkan Mahar sendiri mengaku bahwa ia mampu menerawang masa
depannya. Cita-cita yang paling sederhana adalah milik Borek atau Samson, ia
memang pesimis dan hanya ingin menjadi tukang sobek karcis sekaligus
sekuriti di bioskop kicong karena ia bisa dengan gratis menonton film. Adapun
trapani yang baik dan tampan ingin menjadi guru. Ketika kami bertanya pada
Harun, apa cita-citanya ia menjawab kalau besar nanti ia ingin menjadi
Trapani. Lintang sendiri bercita-cita menjadi seorang matematikawan”.

B. Latar atau setting


1. Latar tempat
 Di sekolah
Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku
panjang di depan sebuah kelas. Hari itu adalah hari yang agak
penting: hari pertama masuk SD.(halaman 1)
 Di laut
“Cuaca cenderung memburuk, akhir-akhir ini maka
hasil melaut tak pernah memadai. Apalagi ia hanya semacam
petani penggarap, bukan karena ia tak punya laut, tapi karena ia
tak punya perahu” (halaman 11)
 Tanjong Kelumpang
“keluarga Lintang berasal dari Tanjong kelumpang, desa
nun jauh dipinggir laut” (halaman 11)
 Pulau Belitong
“ adapun gubuk ini merupakan bagian dari pemukiman
komunitas orang Melayu Belitong yang hidup disepanjang
pesisir, mengikuti kebiasaan leluhur mereka para penggawa dan
kerabat kerajaan” (halaman 98)
 Di sungai
“ berarti lebar sungai ini paling tidak 30 meter dan
dalamnya hanya Tuhan yang tahu. Alirannya meluncur deras
tergesa-gesa, tipikal sungai Belitong yang berawal dan berakhir
di laut” (halaman 167)
 Pangkalan Punai
“Meskipun setiap tahun kami mengunjungi
pangkalan unai, aku tak pernah bosan degan tempat ini”.
(halaman 179)
“ pesona hakiki pangkalan punai membaangiku
menit demi menit sampai terbawa mimpi” (halaman 181)
 Di pasar
“ pasar ini sengaja ditempatkan di tepi sungai dengan
maksud seluruh limbahnya, termasuk limbah pasar ikan, dapat
dengan mudah dilungsurkan ke sungai” (halaman 199)
 Toko Sinar Harapan
“ tokonya lebih cocok disebut sebagai gudang rabat.
Ratusan jenis barang yang bertumpuk mencapai plafon dalam
ruangan kecil yang sesak”. Hal lain yang menyatakan tempat
ini adalah pada halaman 455, yaitu “ Toko sinar harapan tak
banyak berubah. masih amburadul seperti dulu” (halaman 201)
 Di masjid
“ Aku merangkak berlindung dibalik pilar takut
ketahuan Wak Haji yang sedang membuka jendela-jendela
masjid. Sempat kulihat Lintang, Mahat Syahdan, Trapani dan
Harun terbirit-birit menyerbu tempat wudhu” (halaman 284)

 Gunung Semelur
“ sebagaiman biasanya Mahar mulai berdongeng,
menurutnya gunung selumar adalah seekor ular naga yang
sedang menggulung diri dan telah tidur panjang selama
berabad-abad” (halaman 290)
 Hutan Genting Apit,
“ Suatu ketika mereka memasuki hutan gunung apit,
suatu tempat yang paling angker di Belitong”( halaman 389)
 Pulau Lanun,
“ Pulau Lanun!. Kami serentak berdiri terperangah dan
tepat ketika beliau selesai menyebutkan nama pulau itu
terdengarlah suara lolongan segerombolan anjing melengking-
lengking mendirikan bulu kuduk, seperti menyambut tamu tak
diundang” (halaman 413)

2. Latar waktu
 Pagi
“ kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD
muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah”
(halaman 17).
“ pada sebuah pagi yang lain, pukul 10, seharusnya
burung kut-kut sudah datang”.(halaman 83)
“ pagi ini Lintang terlambat masuk kelas. Kami
tercengang mendengar ceritanya”.(halaman 87)
“ senin pagi yang cerah. Sepucuk puisi yang dibungkus
kertas putih bermotif kembang api” (halaman 293)
 Sore
“ sekitar pukul empat sore, sinar matahari akan
mengguyur barisan pohon cemara angin yang tumbuh lebat
diundakan bukit yang lebih tingggi disisi timur laut”.(halaman
181)
“ inilah sore terindah dalam hidupku”( halaman 272)

 Siang hari
“ sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin
panas” (halaman 217)
“ pukul 11 siang sudah, kami tiba disebuah batu cadas
besar yang menjorok” (halaman 322)
 Malam
“ Malam minggu ini kami menginap di masjid Al-
Hikmah karena setelah solat subuh nanti kami punya acara
seru, yaitu naik gunung”( halaman 285)

3. Latar Suasana
 Cemas
“sembilan orang... baru sembilan orang Pamanda guru,
masih kurang satu..., katanya gusar pada bapak kepala sekolah.
Pak Harfan menatapnya kosong, aku juga merasa cemas. Aku
cemas karena melihat Bu Mus yang resah dan karena beban
perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuhku” (halaman 2.)
“Bu Mus yang semakin khawatir memancang
pandangannya ke jalan raya diseberang lapangan sekolah
berharap kalau-kalau masih ada pendaftaran baru” (halaman 4)
“kita tunggu sampai pukul 11, “kata pak Harfan pada
Bu Mus” dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana
hening” (halaman 5)
“ kami menghambur kearah Syahdan. Aduh, gawat,
apakah ia pingsan? Atau gegar otak? Atau mlah mati? Karena ia
tak bernafas sama sekali dan ia tadi terpelanting seperti tong
jatuh ke dalam truk” (halaman 173)
“ Hari beranjak gelap dan keadaan semakin
mengkhawatirkan. Kabut tebal yang menyelimuti gunung
sangat menyulitkan usaha pencarian. Wajah setiap orang mulai
kelihatan cemas dan putus asa" (halaman 309)

 Panik
“ kami semakin panik, tak tahu harus berbuat apa. Aku
terus menerus memanggil-manggil nama Syahdan, tapi ia
diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati”.
halaman 174
“ kembali kami berada dalam situasi yang
mempertaruhkan reputasi. Lomba kecerdasan. Kami
berkecil hati melihat murid-murid SD sekolah PN
membawa buku-buku teks yang belum pernah kami lihat”
(halaman 363)
 Bahagia
“ Mahar diarak keliling kampung oleh warga
Muhammadiyah setelah sekolah menerima trofi bergengsi
penampilan seni tebaik tahun ini. Trofi yang telah dua puluh
tahun kami idamkan dan selama itu pula bercokol di
sekolah PN. Baru pertama kali ini trofi itu dibawa pulang
oleh sekolah kampung. Trofi yang tak kan membuat
sekolah kami dihina lagi”.( halaman 247)
“ seeeerrraaaattuuussss, ! lengking Benyamin S.
Mendengar lengkingan benyamin pendukung kami
melonjak-lonjak kegirangan seperti orang kesurupan”.
(Halaman 370)
“ Ratusan penonton terkagum-kagum. Warga
Muhammadiyah berjingkrak-jingkrak sambil memeluk
pundak. Yang paling bahagia adalah Harun. Dia memang
suka dengan keramaian” (halaman 372)
 Kacau
“ angin lembut ini tiba-tiba mengamuk menjadi
monster puting beliung dengan kecepatan 1000 kali lipat,
10.000 mph” (halaman 301)
 Tegang
“ Suasana semakin tegang ketika ketua dewan juri
bangkit dari tempat duduknya memperkenalkan diri dan
menyatakan bahw alomba akan segera dimulai” (halaman
369)
 Haru
“ Kami adalah sekolah kampung pertama yang
memperoleh kemenangan. Air yang menggenang seperti
kaca di mata Bu Mus dan laki –laki cemara angin itu kini
telah menjadi butir-butir yang berlinang, air mata
kemenangan yang mengobati harapan, pengorbanan dan jeri
payah”( halaman 383)
 Sedih
“ Ibunda guru, ayahku telah meninggal, besok aku akan
ke sekolah. Slamku, Lintang. Dibawah pohon filicium kami
akan mengucapakan perpisahan. Aku hanya diam. Hatiku
kosong. Perpisahan belum dimulai tapi Trapani sudah
menangis terisak-isak. Sahara dan Harun bergandengan
tangan sambil tersedu, sedu. Samson, Mahar, Kucai, dan
Syahdan berulang kali mengambil wudhu dengan tujuan
menghapus air matanya. A Kiong melamun sendirian tak
mau diganggu. Flo yang baru saja mengenal Lintang dan
tak mudah terharu nampak muram, matanya berkaca-kaca.
Baru kali ini aku melihatnya menangis” (halaman 430)
 Lucu
“ Demi mendengar kata-kata itu Kucai yang tengah
memamah biak sagon tak bisa menguasai diri. Dia berusaha
keras menahan tawa tapi tak berhasil sehingga serbuk
kelapa sagon terhambur kewajah Mahar, membuat jambul
pengarang berbakat itu kacau balau. Kucai berulang kali
meminta maaf pada ibu Ikal, bukan pada Mahar, tapi
wajahnya mengangguk-angguk takzim menghadap ke Nur
Zaman”. (halaman 494)
C. Sudut Pandang
Dalam novel Laskar Pelangi ini, kedudukan pengarang atau sudut
pandang pengarang ialah sebagai orang pertama, hal ini ditandai dalam novel
tersebut menggunakan kata ganti; aku, jadi gaya “aku” adalah seorang yang
ikut terlibat di dalam cerita. Hal ini bisa kita temukan salah satunya pada “
badanku gemetar ketika aku melintas menuju pohon karet dengan cara
menggeser-geserkan pengaman tanganku yang mencekik tambang erat-erat.
Aku bergelantungan seperti tentara latihan perang” (halaman 168)
D. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, 1968: 33 dalam Nurgiyantoro,
1995:165).
4.1.Bapak Harfan Efendy Noor
4.1.1. Rela berkorban, pada halaman 20 “ lebih menarik tentang pembicaraan orang-orang
seperti apa yang rela menghabiskan hidupnya bertahan di sekolah semacam ini.
Orang-orang itu tentu saja kepala sekolah kami, pak Harfan”. Selain itu sifat pak
Harfan yang rela berkorban bisa kita lihat pada halaman 21 yaitu “ pak Harfan telah
puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah tanpa imbalan apapun demi
motif syiar Islam”
4.1.2. Pandai bercerita “lalu pak Harfan mendinginkan suasana dengan berkisah tentang
penderitaan tekanan yang dialami seorang pria bernama Zubair bin Awam. Pak Harfan
menceritakan semua itu dengan semangat perang Badar sekaligus setenang embusan
angin pagi. Kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang
memikat” sifat ini bisa kita lihat pada halaman 23.

4.2.Bu Muslimah Hafsari


4.2.1. mengabdi tanpa pamrih, bisa kita lihat pada novel halaman 5, yaitu “ Bu Mus
semakin gundah, pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan 32 tahun
pengabdiannya tanpa pamrih, pada pak harfan, pamannya akan berakhir di pagi yang
sendu ini”.
4.2.2. Ramah, bisa kita lihat pada novel halaman 9, yaitu “Bu Mus mendekati setiap orang
tua murid di bangku panjang tadi, berdialog sebentar dengan ramah dan mengabsen
kami”
4.2.3. Lembut dan sabar, ditemukan pada halaman 26 yaitu “ silahkan ananda perkenalkan
nama dan alamat rumah, pinta bu Mus lembut pada anak hokian itu. Silahkan
ananda..., bu Mus meminta sekali lagi dengan sabar”
4.2.4. Pandai, “ bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik dan memiliki
pandangan jauh ke depan” bisa dilihat pada halaman 30.
4.2.5. Rajin beribadah dan suka menasehati, “ solatlah, tepat waktu biar dapat pahala lebih
banyak, demikian kata bu Mus menasehati” bisa dilihat pada halaman 31.
4.2.6. Tidak pilih kasih, terlihat pada halaman 402, yaitu “ Meskipun ayah Flo telah
menyumbangkan papan tulis baru, lonceng, jam dinding dan pompa air, namun beliau
tak segan-segan memberikan nilai bebek berenag kepada anak gedong itu”
4.3.Trapani
4.3.1. Pendiam, santun dan berhati mulia, berbakti pada orang tua, “ ia tak bicara jiak tak
perlu dan jika angkat bicara ia akan menggunakan kata – kata yang dipilih degan baik,
ia seorang pemuda santun harapan bangsa yang memenuhi syarat dasa dharma
pramuka, cita-citanya menjadi guru yang mengajar di daerah terpencil untuk
memajuka pendidikan orang Melayu pedalaman, sungguh mulia. Ia sangat berbakti
pada orang tua dan otaknya lumayan. Terdapat pada halaman 74.
4.3.2. Tampan dan berjiwa besar, bisa kita temukan pada halaman 367, yaitu “ Trapani
adalah pria muda yang amat tampan dan berjiwa besar”
4.4.Kucai
4.4.1. Susah diatur “ mereka didudukkan berdua bukan karena mirip, tapi karena sama-sama
susah diatur. Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan
penghapus papan tulis” yang bisa kita temukan pada halaman 14.
4.4.2. Gengsi, “jangan kau bikin malu aku, Dan, apa kata anak-anak SD PN nanti? Jawab
Kucai sok gengsi, padahal satu pun ia tak kenal anak-anak kaya itu”
4.4.3. Optimis tapi sok tahu, pada halaman 69 “ kucai adalah orang paling optimis yang
pernah aku jumpai. Kekurangannya secara fisik tak sedikitpun membuatnya minder.
Sebaliknya, ia memiliki kepribadian populis, oportunis, bermulut besar, banyak teori
dan sok tahu”
4.5.Syahdan
4.5.1. Pekerja keras, yaitu pada halaman 67 “ penghasilan ayahku lebih rendah daripada
ayah syahdan yang bekerja dibagian gudang kopra. Syahdan sendiri sebagai tukang
dempul perahu”
4.6.Lintang
4.6.1. Lucu, bisa kita temukan pada halaman 12 yaitu “ ia berbicara tak henti-henti penuh
minat dengan dialek Belitong yang lucu, tipikal orang Belitong pelosok”.
4.6.2. Pantang menyerah dan tak pernah mengeluh, yaitu pada halaman 93 dan 97 yaitu “
demikian perjuangan Lintang mengayuh sepeda pulang dan pergi sekolah, 80
kilometer setiap hari”
4.6.3. Pintar, pada halaman 105 yaitu “ sejak hari perkenalan dulu aku sudah terkagum-
kagum pada Lintang. Anak pengumpul kerang ini pintar sekali. Matanya menyala-
nyala memancarkan inteligensi, keingintahuan menguasai dirinya seperti orang
kesurupan”. Kemudian pada halaman 115 yaitu “ kecerdasannya yang lain adalah
kecerdasan Linguistik. Ia mudah memahami bahasa, efektif dalam berkomunikasi,
memliki nalar verbal dan logika kualitatif”
4.6.4. Tidak sombong, pada halaman 108 yaitu “ tapi Lintang sebaliknya, ia tidak pernah
tinggi hati, karena ia merasa ilmu demikian luas untuk disombongkan dan menggali
ilmu tak akan ada habis-habisnya”
4.7. Mahar
4.7.1. Pandai bernyanyi dan memiliki jiwa seni yang tinggi, yaitu pada halaman 138 “
ketika Mahar bernyanyi selurh alam diam menyimak. Mahar bernyanyi dengan tempo
yang tepat, teknik vokal yang baik, nada yang pas, interpretasi yang benar”
4.7.2. Pandai melukis, tergambar pada halaman 188 dan 189 yaitu “ besoknya Mahar
membuat lukisan yang berjudul kawanan burung pelintang pulau” dan juga “ likisan
Mahar sesungguhnya merupakan karya hebat yang memiliki nyawa mengandung
ribuan kisah”
4.7.3. Tidak disiplin, watak ini tergambar pada halaman 190 yaitu “ Bukan karena karyamu
tidak bermutu, tapi dalam bekerja apapun kita harus memiliki disiplin”
4.7.4. Memilki ide yang cerdas, hal ini tergambar pada halaman 226 yaitu “ para guru
mnengguk-angguk salut dengan ide Mahar. Mereka salut karena selain akan
menampilkan sesuatuyang bebeda, menampilkan suku terasing di Afrika adalah ide
yang cerdas”
4.8.Borek (Samson)
4.8.1. Susah diatur mereka didudukkan berdua bukan karena mirip, tapi karena sama-sama
susah diatur. Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan
penghapus papan tulis” yang bisa kita temukan pada halaman 14. Selanjutnya bisa
kita temukan pada halaman 71 yaitu “ ibunda guru, ibunda mesti tahu bahwa anak-
anak kuli ini kelakuannya seperti setan. Sama sekali tak bisa disuruh diam”
4.8.2.
4.9. Sahara
4.9.1. Keras kepala “ gadis kecil berkerudung itu, memang keras kepala luar bisa” bisa kita
temukan pada halaman 14.
4.9.2. Perhatian, pada halaman 75, yaitu “ sifatnya yang utama penuh perhatian dan kepala
batu”
4.9.3. Jujur pada halaman 75 yaitu “ sifat lain sahara yang amat menonjol adalah
kejujurannya yang luar biasa dan benar-benar menghargai kebenaran”
4.10.Ikal (tokoh aku)
4.10.1. Tidak suka mencela, pada halaman 67 yaitu “ tapi bukan maksudku mencela dia,
karena kenyataannya secara ekonomi kami sepuluh kawan sekelas ini, memang
semuanya orang susah”
4.10.2. Jujur, pada halaman 82 yaitu “ketika ibuku bertanya tentang tanda itu aku tak
berkutik, karena pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan setiap jumat pagi tak
membolehkan aku membohongi orang tua, apalagi ibu” kejujuran ikal juga tergambar
pada halaman 214 yaitu “ aku diam mematung, tak mau berdusta, tak mau menjawab
apapun yang ditanyakan, dan tak mau membantah apapun yang dituduhkan”
4.11. A Kiong
4.11.1. Penolong dan ramah, “namun, meskipun wajahnya horor, hatinya baik luar biasa. Ia
penolong dan ramah kecuali pada Sahara” bisa kita lihat pada halaman 69.
4.11.2. Pantang menyerah, terlihat pada halaman 254 yaitu “ aku segera teringat pada A
Kiong. Beberapa hari ini dia belajarberdiri karena lima biji bisul bermunculan
dipantatnya sehingga ia tidak bisa duduk”
4.12. Harun
4.12.1. Santun, pendiam, murah senyum dan menyenangkan, pada halaman 76 yaitu “harun
adalahpada halaman 76 yaitu “harun adalah pria santun, pendiam dan murah senyum.
Ia juga teman yang amat menyenagkan.
4.12.2. Terbelakang mental, pada halaman 76 yaitu “ sahara selalu mendengarkan cerita itu
walaupun harun menceritakannya setiap hari, berulang-ulang, puluhankali, sepanjang
tahun, dari kelas satu SD sampai kelas tiga SMP sahara selalu setia mendengarkan”
harun adalah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh ornag dewasa.
4.13.Flo
Flo adalah tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang tomboi. Dia adalah anak
sekolah PN yang kemudian pindah ke sekolah Muhammadiyah. Sifatnya antara lain:
4.13.1. Tidak mau dinasehati, tergambar pada novel halaman 218 yaitu “ dialah Flo, dia
melangkah ke sana kemari tanpa aturan. Penata rombongan ini menertibkannya tapi
dia tidak perduli. Ayah dan ibunya berteriak-teriak agar dia berhati-hati, tapi dia tidak
memperdulikannya”
4.13.2. Tegas, bisa dilihat pada halaman 353 yaitu “ Anak cantik ini berkarakter tegas pasti
tahu persis apa yang diinginkan, dan tidak pernah ragu. Sebuah sikap yang sangat
mengesankan”

4.14.A Ling
A ling adalah orang atau gadis yang dicintai oleh tokoh aku (Ikal). Sifatnya antara
lain:
4.14.1. Percaya diri dan tanggung jawab, ini terlihat pada halaman 338, yaitu “ wanita seperti
apakah A Ling? Dia memiliki pendirian yang kuat dan amat percaya diri. Ia model
wanita yang memegang teguh pertanggungjawaban pada setiap gabungan huruf-huruf
yang meluncur dari mulutnya”

5. Gaya Bahasa atau Majas.


Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan atau menampilkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperihatkan jiwa dan kepribadian menulis.
5.1.Majas Pleonasme
Majas Pleonasme adalah majas yang mengungkapkan kata-kata atau keterangan
penjelas yang sesungguhnya sudah ada di depannya. Majas ini terdapat pada halaman
10 yaitu:
“melepaskan belut yang licin, meloncati nasib, merebut pendidikan”

5.2.Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa
seoalah-olah memiliki sifat seperti manusia. Majas ini terdapat pada halaman 24.
“Membelai hati kami dengan wawasan ilmu”
Kemudian majas ini ada pada halaman 36
“tembok yang angkuh dan berkelok-kelok”
5.3.Majas Asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap sama. Majs ini
ada pada halaman 37
“tak putus-putus seperti jalinan urat di punggung tangan”
Majas ini juga ada pada halaman 89
“ laksana seekor anjing yang ingin mengambil hati tuannya”

5.4.Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan.
Majas ini ada pada halaman 304

“ aku mengharu biru tatkala kesepian melayap mencekam dermaga jiwa”


Majas ini juga ada pada halaman 305
“batinku nelangsa berdarah-darah tiada daya mana kala ia sirna terbang mencampak
asmara”

6. Alur atau Plot


Alur atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangkacerita di mana bagian
bagian lain crita itu disangkutkan, sehingga cerita itu menjadi suatu bangunan yang
utuh ( Hamidy, 2001:26). Jadi alur atau plot dapat dikatakan sebagai rangkaian
peristiwa yang menjelaskan jalannya suatu cerita.
Alur dalam novel Laskar Pelangi ini adalah alur maju. Dimana seperti yang sudah
dikisahkan dalam sinopsis di atas, bermula dari mereka masih menginjakkan kaki hari
pertama sekolah SD, berjuang bersama, tertawa, menangis dan bahagia bersama
sampai mereka lulus SMP, memilki pekerjaan dan kehidupan masing-masing setelah
mereka dewasa.
7. Amanat
Amanat menurut KBBI adalah pesan atau perintah (Depdiknas, 2008:47). Jadi,
amanat adalah suatu pesan atau perintah yang terkandung di dalam cerita dari seorang
pengarang dan ditujukan kepada pembaca cerita.
Amanat yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi sebenarnya sangat banyak.
Namun yang sangan berkesan dan dijadikan panutan bagi pembaca khususnya adalah
yang penulis temukan pada halaman 487-488 tentang pesan Pak Harfan dalam
menjalani hidup, yaitu “ Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya, bukan
menerima sebanyak-banyaknya” yang kemudian terrefleksi pada kehidupan puluhan
mantan siswa Muhammadiyah yang ku kenal dekat secara pribadi. Mereka adalah
tipikal orang yang sederhana namun bahagia dalam kesederhanaan itu. Jadi, hiduplah
Anda dalam kesederhanaan karena Islam melarang kita untuk hidup bermewah-
mewahan. Juga dalam menjalani hidup ini, usahakan kita untuk selalu memberi
kepada yang membutuhkan, jangan malah sebaliknya, kita menghaparkan sesuatu
yang tidak mungkin kita dapatkan.

Anda mungkin juga menyukai