Anda di halaman 1dari 14

PENYAKIT TRAVEL DISEASES

(RUBELLA)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kesehatan Pariwisata

OLEH :

KELOMPOK 5

1. Inry Ruben Nathaniel (17C10003)


2. Putu Sri Prisilia Wikrama Wardani (17C10011)
3. Yoning Ayu Brahtyaswari (17C10013)
4. Kadek Vira Praftini (17C10019)
5. Ni Ketut Ita Kastriasih (17C10023)
6. AA. Putri Kusuma Dewi (17C10032)
7. Ni Kadek Diah Ayu Malinda (17C10033)
8. Ni Putu Mas Pratiwi Andayani (17C10037)
9. Ni Putu Asri Ernadi (17C10042)
10. Ni Wayan Sariningsih (17C10053)

KELAS A TINGKAT 2
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat rahmatnya makalah dengan judul “PENYAKIT TRAVEL DISEASE
(RUBELLA)” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti perkuliahan mata ajar
Kesehatan Pariwisata Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
Penulis mejadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah dengan judul “PENYAKIT TRAVEL DISEASE (RUBELLA)”
dapat bermanfaat bagi penulis maupun kepada pihak lainnya.

Denpasar, 20 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................2

BAB II METODE

2.1 Metode Penelitian ..................................................................................................................3

2.1.1 Jurnal Analisis Penyebaran dan Genotipe Rubella ......................................................3

2.1.2 Jurnal Rubella dan Kongenital Sindrome Rubella di Filipina .....................................3

2.1.3 Jurnal Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Rubella di Singapura ..................4

2.1.4 Jurnal Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin Mr dan Pendidikan Ibu Terhadap
Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr di Puskesmas Kartasura ..............................................4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan............................................................................................................................5

3.1.1 Jurnal Analisis Penyebaran dan Genotipe Rubella .................................................5

3.1.2 Jurnal Rubella dan Kongenital Sindrome Rubella di Filipina ................................ 5

3.1.3 Jurnal Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Rubella di Singapura ..............6

3.1.4 Jurnal Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin Mr dan Pendidikan Ibu Terhadap
Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr di Puskesmas Kartasura ...............................7

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................9

4.2 Saran ....................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Travel dieases merupakan penyakit yang dapat ditularkan atau menular saat melakukan
perjalanan waktu yang lama maupun sebentar. Salah satu contoh penyakit travel dieases
adalah Rubella. Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3
hari adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan
campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan.
Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil
kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak –
anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang
dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut.

Virus variola dan campak adalah salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia.
Setelah berevolusi dari virus yang menginfeksi hewan lain mereka pertama kali menyebar di
antara masyarakat Eropa dan Afrika Utara ribuan tahun yang lalu. Penyebaran pertama kali
dibawa oleh wisatawan asing yang sudah terinfeksi lalu berinteraksi dengan orang-orang di
Indonesia misalnya dengan mengkonsumsi makanan atau minuman bersama atau dengan
penularan dari cairan pada hidung dan tenggorokan, cairan. Virus itu kemudian dibawa ke
Dunia Baru oleh orang Eropa pada masa penaklukan Spanyol, tetapi penduduk asli
Amerika tidak memiliki kekebalan alami terhadap virus dan jutaan dari mereka meninggal
selama epidemi. Pandemi influenza telah tercatat sejak tahun 1580, frekuensinya terus
meningkat beberapa abad kemudian. Pandemi pada tahun 1918-1919, yang menewaskan 40-
50 juta orang dalam waktu kurang dari satu tahun, merupakan salah satu yang paling
mematikan dalam sejarah.

Sebelum vaksin melawan rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi, 6 – 9 tahun.
Anak- anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul banayak kasus rubella bawaan.
Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak - anak dan remaja usia dini, hanya muncul
sedikit kasus rubella bawaan. Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena
dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka
risiko terjadinya kelainan adalah 50% sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka
resikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologist, 1981).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pencegahan penyakit rubella di Indonesia dan dibeberapa Negara lainnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit rubelladi Indonesia dan dibeberapa Negara
lainnya.
BAB II

METODE

2.1 Metode Penelitian

2.1.1 Jurnal tentang Analisis Penyebaran dan Genotipe Rubella di Jawa Barat Tahun 2011
– 2013.

Sampel urin diambil dari suspect penderita campak atau rubela dalam waktu <5
hari sejak muncul ruam di tubuh penderita oleh petugas Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat lalu dikirim ke laboratorium Surveilans dan
Epidemiologi PT. Bio Farma. Informasi kasus diperoleh secara berjenjang dari
puskesmas hingga ke dinas kesehatan provinsi. Jumlah sampel yang dikirim ke
laboratorium dibatasi hanya tiga kasus untuk setiap kejadian luar biasa
(KLB).Pengolahan urin dilakukan dengan cara sentrifugasi selama 15 menit dalam
kecepatan 3000 rpm pada suhu 2–8 0C. Pelet dipisahkan dan dilarutkan pada 2 mL
minimum essential medium (MEM) Sigma seri M3024 yang mengandung penicilline-
streptomycine, lalu disimpan ke dalam tabung steril pada suhu -20 0C sebelum
digunakan.

2.1.2 Jurnal tentang Rubella dan Kongenital Sindrome Rubella di Filipina

1. Ulasan Sistematis
Untuk ulasan sistematis ini, penelitian yang dilakukan dan diterbitkan tetapi tidak
di publikasikan tentang rubella yang dicari. Refrensi yang dipublikasi tersebut kemudian
di tinjau. Dengan menggunakan literature di database Filipina, yaitu HERDIN (Informasi
Riset Kesehatan dan Pengembangan Jaringan) dan PIMEDICUS (Filipina Index
Medicus), dilakukan dengan menggunakan istilah pencarian “Rubella”, “CRS”atau
“Infeksi Kongenital”.
2. Surevei Prevelensi
Untuk menentukan proporsi wanita yang rentan, terhadap seronegatif untuk
rubella, sebuah studi cross-sectional pada wanita hamil yang berkonsultasi di klinik rawat
jalan kebidanan dari Rumah Sakit Umum Filipina (PGH) dikota Manila untuk perawatan
antenatal yang dilakukan pada tahun 2001-2002. Setelah memperoleh informed consent,
bentuk pengumpulan data diselesaikan secara khusus mencatat berikut: usia, tion occupa-
, pencapaian pendidikan, usia kehamilan, jumlah kehamilan sebelumnya, dan sejarah
imunisasi rubella
2.1.3 Jurnal tentang Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Rubella di Singapura,
1991-2007
1. Surveillance kasus
Data epidemiologi dari semua kasus rubella notifikasi ke Departemen Kesehatan
(Depkes) di bawah Undang-Undang Penyakit Infeksi 1991-2007 yang dikumpulkan dan
dianalisis. Kriteria klinis untuk diagnosis rubella disediakan dalam sebuah buku
panduan yang dibuat.
2. Cakupan imunisasi
Cakupan imunisasi MMR tahunan setiap kelompok warga Singapura dan
penduduk tetap berusia 2 tahun 1995-2007 diperoleh dari Registry Imunisasi Nasional
(NIR).
3. Survei serologis
Untuk menilai kekebalan kawanan penduduk terhadap rubella, 4 survei
seroepidemiological dilakukan; yang pertama 1989-1990 sesaat sebelum pengenalan
vaksin trivalen MMR ke dalam program imunisasi nasional, yang kedua pada tahun
1993, ketiga pada tahun 1998 dan nasional, dan yang terakhir pada tahun 2004. Dalam
pertama 3 survei, sampel darah yang terakhir pada tahun 2004. dikumpulkan dari anak-
anak yang sehat dan orang dewasa berusia antara 6 bulan dan lebih tua di poliklinik
pemerintah yang ditunjuk setelah persetujuan telah diperoleh 45 tahun.
4. Analisis statistic
Tingkat kejadian tahunan bayi dengan CRS dihitung berdasarkan jumlah live-
kelahiran dari tahun sesuai diperoleh dari Registry Kelahiran dan Kematian.
2.1.4 Jurnal tentang Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin Mr dan Pendidikan Ibu
Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr di Puskesmas Kartasura
Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja
Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo dan akan dilaksanakan pada Bulan
Desember 2017. Teknik sampling yang digunakan adalah jenis Cluster sampling.
Sampel pada penelitian ini adalah ibu dari anak usia ≤ 5 tahun yang datang bersama
ibunya di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
BAB III

PEMBAHASAN

2.2 Pembahasan

2.2.1 Jurnal tentang Analisis Penyebaran dan Genotipe Rubella di Jawa Barat Tahun
2011 – 2013.

Dalam upaya eliminasi gobal rubela tahun 2020 diperlukan surveilans penyakit
maupun genotipe dari virus rubela untuk memantau penyebarannya dan memastikan tidak
ada lagi virus rubela endemis di setiap negara. Program eradikasi rubela juga dapat
tercapai jika cakupan vaksinasi dipertahankan lebih dari 95%, tetapi vaksinasi rubela di
Indonesia belum menjadi program nasional.

Penyebaran rubela di daerah tertentu seperti ini perlu pencegahan melalui


tindakan vaksinasi sebagai prioritas. Pemeriksaan dilakukan melalui tahap pengolahan
urin, isolasi pada sel Vero, PCR, sekuensing, dan analisis hasil sekuensing dengan
perangkat lunak sequencing analysis, MEGA6, dan Health Mapper.Virus rubela
menyebar di 50% kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat selama tahun 2011– 2013.
Penyebaran terutama di Jawa Barat bagian tengah dan timur. Genotipe virus rubela yang
ditemukan di Jawa Barat adalah 1E dan 2B. Genotipe 2B merupakan genotipe baru yang
ditemukan tahun 2012 dan menyebar di Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon.

Penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko, luas penyebaran virus rubela, dan
surveilans CRS di wilayah endemis diperlukan untuk melakukan tindakan pencegahan
yang efektif.

2.2.2 Jurnal tentang Rubella dan Kongenital Sindrome Rubella di Filipina

Infeksi rubella memiliki efek teratogenik pada embrio berkembang, yang dapat
menyebabkan aborsi jika seorang wanita terinfeksi di awal periode kehamilan atau jika
kehamilan berlanjut, dapat mengakibatkan anomali utama jantung, gangguan
pendengaran sensorineural, katarak, atau kematian.

Dengan penggunaan vaksin rubella efektif, rubella ditargetkan untuk eliminasi di


dua daerah dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2015. Namun pada akhir
2015, hanya Wilayah Amerika dinyatakan bebas dari transmisi rubella endemik. Di
seluruh dunia, penggunaan rubella- mengandung vaksin (RCV) meningkat tetapi
meskipun pengenalan RCV di 74% dari 194 negara anggota WHO, pada tahun 2014,
cakupan imunisasi bayi global tetap rendah pada 46%.

Surveilans untuk rubella dan CRS sangat penting dalam memantau dampak
program imunisasi untuk menilai beban penyakit sebelum dan setelah pengenalan RCV.
Meskipun pengawasan rubella sedang dilakukan negara terdalam dalam pengawasan
tionwithmeasles conjunc-, kegiatan surveilans untuk CRS, terutama di negara-negara
berkembang, telah terbukti lebih menantang. Dari 194 negara anggota, hanya 75 negara
mulai melaporkan pada tahun 2000, yang meningkat menjadi 114 pada tahun 2014 tetapi
hanya 14 negara melaporkan kasus positif identifikasi. Dengan demikian, beban
sebenarnya dari CRS tetap diremehkan.

2.2.3 Jurnal tentang Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Rubella di Singapura,


1991-2007

Insiden rubella telah menurun dari 13,3 per 100.000 pada tahun 1996 menjadi 1.8
per 100.000 pada tahun 2007. Tren penurunan ini dapat dikaitkan dengan cakupan yang
luas dari program imunisasi rubella anak-anak di mana lebih dari 93% dari anak-anak
berusia 1 sampai 2 tahun yang setiap tahunnya divaksinasi.Dampak dari program
imunisasi nasional terhadap rubella juga kembali tercermin dalam temuan dari survei
serologis periodik yang dilakukan pada periode tahun 1989 sampai 1990, 1993 dan 1998
yang menunjukkan peningkatan prevalensi antibodi rubella antara TK dan SD lulusan
divaksinasi.
Di Singapura, kejadian rubella bawaan menurun tajam dari 16 kasus pada 1976
menjadi 10 kasus di 1983, 2 kasus pada tahun 1987 dan telah hampir menghilang dalam
beberapa tahun terakhir. Jumlah tahunan aborsi terapeutik yang dilakukan pada akun
infeksi rubella juga telah menurun dari antara 45 dan 77 kasus pada 1970-an dan 1980-an
untuk hampir tidak ada dalam beberapa tahun terakhir. Sedangkan Singapura berada di
trek untuk mencapai target WHO untuk Wilayah Eropa, tidak ada ruang untuk berpuas
diri.

Tujuan utama dari program imunisasi rubella adalah untuk mencegah CRS. Satu
penjelasan yang mungkin untuk pengamatan ini adalah kenaikan imigran dan non-
penduduk dari rubella negara endemik di Singapura. Seperti yang kita ketahui tidak
memiliki rincian dari warga dalam hal warga Singapura yang lahir di Singapura,
penduduk tetap yang berasal dari negara-negara lain di mana program imunisasi rubella
mungkin tidak sebagai komprehensif di Singapura, kami tidak dapat sepenuhnya
memeriksa dampak tingkat tinggi imigrasi pada keseluruhan tingkat kekebalan kawanan
di Singapura.

2.2.4 Jurnal tentang Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin Mr dan Pendidikan Ibu
Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr di Puskesmas Kartasura

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang vaksin


MR (Measles Rubella) dan pendidikan ibu terhadap minat keikutsertaan vaksinasi MR
dengan menggunakan instrument berupa kuesioner sebagai alat ukur, dan dilakukan uji
Fisher. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura yaitu di desa Gumpang
yang diikuti 60 responden di Posyandu Pancamarga 6 dan Pancamarga 8.

 Hubungan pengetahuan tentang vaksin MR dengan minat keikutsertaan vaksinasi


MR
Hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher diketahui bahwa nilai p sebesar
0,016 (p<0,05), nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan tentang vaksin MR dengan minat keikutsertaan Vaksinasi MR di
Puskesmas Kartasura, artinya semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin minat
keikutsertaan vaksinasi MR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kusumoningtyas (2016) yang meneliti hubungan pengetahuan ibu tentang
imunisasi anjuran dengan minat melakukan imunisasi anjuran pada balita dengan nilai p
0,000 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi
anjuran dengan minat melakukan imunisasi anjuran.

 Hubungan pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR


Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher didapatkan nilai p sebesar 0,262
(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR. Terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh terhadap minat
diantaranya seperti informasi yang mudah didapat baik dari media massa maupun
kampanye, dan pengetahuan ibu tidak hanya berasal dari pendidikan formal saja. Sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Senewe, et al (2017) bahwa tidak terdapat
hubungan pendidikan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisais dasar dengan p
0,451 (p<0,05%) hal ini karena pendidikan yang tinggi tidak menjamin pengetahuan
yang didapat banyak.
Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian yang sejenis dapat memberikan
gambaran informasi pentingnya pengetahuan ibu tentang vaksinasi. Faktor-faktor
pembentukan minat diantaranya pengalaman pribadi, media massa, orang yang dianggap
penting misalnya teman. Merujuk pada faktor-faktor minat tersebut maka tidak mungkin
seseorang dengan pengetahuan baik tidak ikutserta vaksinasi demikian dengan orang
yang memiliki pengetahuan rendah kemungkinan lebih minat untuk ikutserta vaksinasi
(Kusumoningtyas, et al., 2016).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Pencegahan Penyakit Rubella
Penyakit Rubella (campak jerman) adalah sebuah infeksi yang menyerang
terutama kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella
(virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan
melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan.
Dari ke-empat jurnal yang digunakan pencegahan penyakit rubella di Indonesia
dan dibeberapa negara lainnya ialah dengan cara pemberian vaksin dan imunisasi
pencegahan rubella serta tingkat pengetahuan Ibu dalam keikutsertaan penggunaan
vaksin MR.

4.1.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami penyakit travel disease khususnya
penyakit Rubella di masyarakat saat ini, serta mampu melakukan pencegahan atau
penanganan yang tepat bagi masyarakat yang mengalami penyakit trevel disease
khususnya Rubella yang terjadi di daerah pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA

- Acep T. Hardiana, Ardini S. Raksanagara, dkk. 2015. Analisis Penyebaran dan Genotipe
Rubella di Jawa Barat Tahun 2011-2013. e-journal.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=2ahUKEwinlsjt0
ZfiAhXP8HMBHQrlBlQQFjAJegQIAhAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fijcp%2Farticle
%2Fdownload%2F12846%2Fpdf&usg=AOvVaw2-51ibRLfeleYyfEoqTasC Diakses pada tanggal
18 Maret 2019.
- Anna Lena Lopez, Peter Francis N. Raguindin, dkk. 2016. Rubella and Congenital
Rubella Syndrome in the Philippines : A Systematic Review. e-journal.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2ahUKEwjeoob
m0pfiAhVh73MBHZbGCC0QFjAAegQIAxAC&url=http%3A%2F%2Fdownloads.hindawi.com%2Fjo
urnals%2Fijpedi%2F2016%2F8158712.pdf&usg=AOvVaw34WHfYjXSAV9qa7M77iuHR Diakses
pada tanggal 21 Maret 2019
- Li Wei Ang, Lian Tee Chua, dkk. 2010. Epidemiological Surveillance and Control of
Rubella in Singapore, 1991-2007. e-journal.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/20237729/ Diakses pada tanggal 29 Maret 2019
- Merlinta. 2018. Hubungan Pengetahuan Tentang Vaksin Mr dan Pendidikan Ibu
Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr di Puskesmas Kartasura. e-journal.
http://eprints.ums.ac.id/58354/ Diakses pada tanggal 4 April 2019

Anda mungkin juga menyukai