Beras
2.1. Beras
Padi (Oryza sativa L.) merupakan famili graminae dan genus Oryza. Padi ditanam lebih
dari 100 negara dari semua benua kecuali antartika. Padi ditanam pada daerah 53 oLU-40 oLS
sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut. Padi (Oryza sativa, L.) memiliki bentuk dan
warna yang beragam, baik tanman maupun berasnya. Beras merupakan makanan sumber
energi yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi namun proteinnya rendah.
Kandungan gizi beras per 100 gr bahan adalah 360 kkal energy, 6,6 gr protein, 0,58 gr
lemak, dan 79,34 gr karbohidrat (Suliartini et al., 2011). Beras putih (Oryza sativa L.)
merupakan bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi beras putih berkaitan dengan
peningkatan resiko diabetes tipe 2 (13,14). Beras putih memiliki sedikit aleuron, dan
kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras putih umumnya dimanfaatkan terutama
untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga dijadikan
sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten terutama untuk kepentingan diet.
Beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi sebagai sumber kalori oleh
masyarakat Indonesia (BPS, 2014). Beras merupakan makanan pokok di tidak kurang 26
negara padat penduduk (China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailand,
Vietnam), atau lebih separuh penduduk dunia. Di Indonesia, masalah beras erat kaitannya
dengan masalah budaya, social dan ekonomi bangsa. Keeratan hubungan antara padi (beras)
dengan manusia tercermin dari berbagai kepercayaan penduduk, antara lain melalui hikayat
Dewi Sri. Dalam bidang ekonomi, beras sering digunakan sebagai indeks kestabilan ekonomi
nasional.
Produksi Beras¹ 60.3 64.4 66.4 65.4 69.1 71.3 70.9 75.4 79.2
Kandungan amilosa mempengaruhi sifat pemekaran volume nasi dan keempukan serta
kepulenan nasi. Semakin tinggi kandungan amilosanya, semakin mekar nasinya. Sebaliknya,
semakin rendah amilosa, semakin pulen nasi tersebut. Beras dengan amilosa rendah biasanya
menghasilkan nasi dengan sifat tidak kering dan teksturnya pulen, tidak menjadi keras setelah
dingin, dan rasanya enak dan nasinya mengkilat. Semakin mengkilat nasi, semakin enak rasa
nasi tersebut. Jadi enaknya nasi dapat diukur dengan derajat mengkilatnya nasi.
Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari
7 mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Sedangkan
berdasarkan bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat dibagi menjadi
empat tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat
(kurang dari 2).
Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa faktor, yaitu spesies dan
varietas, kondisi lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan cara pemanenan, metode
pengeringan, dan cara penyimpanan. Persyaratan mutu beras yang ditetapkan oleh Bulog
(1983) dapat dilihat pada Tabel.
Komponen Ketentuan
KETERANGAN NILAI
ENERGI KARBOHIDRAT 79 G 1,527 kJ (365 kkal)
GULA 79 g
SERAT PANGAN 0,12 g
LEMAK 0,66 g
PROTEIN 7,13 g
AIR 11,62 g
THIAMIN (VIT. B1) 0,070 mg (5%)
RIBOFLAVIN (VIT. B2) 0,049 mg (3%)
NIASIN (VIT. B3) 1,6 mg (11%)
ASAM PANTOTHENAT (B5) 1,014 mg (20%)
VITAMIN B6 0,164 mg (13%)
FOLAT (VIT. B9) 8 μg (2%)
KALSIUM 28 mg (3%)
BESI 0,80 mg (6%)
MAGNESIUM 25 mg (7%)
MANGAN 1,088 mg (54%)
FORFOR 115 mg (16%)
POTASSIUM 115 mg (2%)
SENG 1,09 mg (11%)
2.4.2. Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika dan Asia termasuk negara
Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya.
Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya.
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai
keriting, cabai rawit dan paprika. Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah
yang memiliki peluang bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar
negeri menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi
untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan potensi
untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas hortikultura
yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia. Harga cabai yang tinggi
memberikan keuntungan yang tinggi pula bagi petani. Keuntungan yang diperoleh dari
budidaya cabai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya sayuran lain. Cabai
pun kini menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Namun, banyak kendala yang
dihadapi petani dalam berbudidaya cabai. Salah satunya adalah hama dan penyakit
seperti kutu kebul, antraknosa, dan busuk buah yang menyebabkan gagal panen. Selain
itu, produktivitas buah yang rendah dan waktu panen yang lama tentunya akan
memperkecil rasio keuntungan petani cabai.
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan
untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri
diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau
jamu. Cabai termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan karena untuk peningkatan
produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi budidaya. Penanaman dan
pemeliharaan cabai yang intensif dan dilanjutkan dengan penggunaan teknologi pasca
panen akan membuka lapangan pekerjaan baru. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja
yang menguasai teknologi dalam usaha tani cabai yang berwawasan agribisnis dan
agroindustri. Menurut (Dermawan, 2010), salah satu sifat tanaman cabai yang disukai
oleh petani adalah tidak mengenal musim. Artinya, tanaman cabai dapat ditanam kapan
pun tanpa tergantung musim. Cabai juga mampu tumbuh di rendengan maupun labuhan,
itulah sebabnya cabai dapat ditemukan kapan pun di pasar atau di swalayan. Penanaman
cabai pada musim hujan mengandung resiko.
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna kekuningan dan tersusun dari
pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga
10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Tanaman
kunyit dapat dilihat pada Gambar 1.
Suji tumbuh tersebar dari India, Birma (Myanmar), Indo-Cina, Cina bagian selatan,
Thailand, Jawa, Filipina, Sulawesi, Maluku, New Guinea dan Australia bagian utara. Suji
tumbuh subur hingga ketinggian 1000 m dpl., dan menyukai daerah pegunungan atau dekat
aliran air (sumur, sungai kecil). Tanaman ini sudah banyak ditanam di pekarangan rumah
penduduk dengan potongan rimpangnya atau
ditanam sebagai pagar hidup, namun belum ditanam dalam skala besar
atau perkebunan.
Daun suji (Pleomale angustifolia) banyak digunakan sebagai bahan pewarna hijau pada makanan,
kue-kue tradisional dan minuman seperti untuk pewarna hijau pada es cendol. Selain memberikan
pewarna hijau, daun suji juga memberikan aroma harum yang khas.
Di Maluku, dekoksi dari akar tanaman suji digunakan untuk mengatasi gonorhoe, daunnya
digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi beri-beri dan getah daun digunakan untuk
menebalkan rambut. Daunnya juga digunakan untuk mewarnai minyak sayur dan menghijaukan
makanan serta getah daunnya digunakan sebagai zat warna untuk mengecat. pucuk yang direbus
dari tanaman Pleomele angustifolia dimakan sebagai sayuran. Tanaman ini terkenal sebagai
kencing nanah. Untuk obat beri-beri dipakai + 20 gram daun segar Pleomele angustifolia, dicuci,
direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum
4. 1. Pandan
Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan
tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas
dari pandan wangi diduga karena adanya senyawa turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-
acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014). Selain kegunaan tersebut, pandan wangi juga dilaporkan
memiliki aktivitas antidiabetik pada ekstrak air, antioksidan pada ekstrak air dan metanol,
antikanker pada ekstrak etanol dan metanol, dan antibakteri pada ekstrak etanol dan etil asetat
(Prameswari dan Widjanarko, 2014; Ghasemzadeh and Jaafar, 2013; Chong et al., 2012;
Muhardi dkk., 2007). Hasil-hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pemilihan pelarut
yang digunakan dalam ekstraksi senyawa bioaktif dari daun pandan merupakan faktor penting
yang berpengaruh pada potensi terapi.
Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya
merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain:
Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan
Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan, Ponda, Pondago (Sulawesi); Kelamoni, Haomoni,
Kekermoni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak
(Nusa Tenggara). Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7
meter, bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar tunjang sekitar pangkal batang.
Daun umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 8–12cm; ujung daun segitiga lancip-lancip; tepi
daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur daun berlilin, berwarna hijau muda–
hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral, soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar
(Rahayu SE dan S Handayani, 2008).
Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma dasar dari daun pandan
wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang terdapat juga pada
tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada pandan wangi lebih tinggi dibandingkan
dengan jasmin (Cheetangdee dan Sinee, 2006).
Pandan wangi memiliki senyawa metabolik sekunder yang merupakan suatu senyawa kimia
pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan di dalam jaringan tumbuhannya, senyawa tersebut
bersifat toksik dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari gangguan pesaingnya (hama)
(Mardalena, 2009).
5 . ubi ungu
Tanaman ubi jalar berasal dari Amerika bagian tengah dan pada tahun 1960-an ubi jalar
menyebar dan ditanam dihampir seluruh wilayah Indonesia. Ubi jalar ungu merupakan
salah satu jenis ubi jalar yang banyak ditemui di Indonesia selain yang berwarna putih,
kuning, dan merah. Ubi jalar ungu memiliki warna ungu yang cukup pekat dan menarik
perhatian. Warna ungu pada ubi jalar disebabkan oleh adanya pigmen ungu antosianin yang
menyebar dari bagian kulit sampai pada daging ubinya.
Kulit ubi jalar ungu memiliki komponen bioaktif yaitu zat warna antosianin, dimana
antosianin merupakan zat pewarna yang dapat dikategorikan sebagai antioksidan [2]. Hasil
penelitian [3] menunjukkan bahwa kandungan antosianin pada bagian kulit ubi jalar ungu
lebih besar dibandingkan pada bagian dagingnya.