Anda di halaman 1dari 6

Pendekar Cisadane

Oleh : Taufik Samantamuh

Hari itu, ketika zaman sedang dilikupi rasa ketakutan. Tangerang adalah kota yang
dialiri sungai yang membentang dan melingkari kota tersebut. Aliran sungai itu berasal dari
pegunungan di daerah Bogor yang jernih. Sungai yang perkasa dan tidak ada yang berani
melewati dan beraktivitas di sana. Hal itu disebabkan karena sungai tersebut terdapat banyak
sekali buaya, diantara buaya-buaya tersebut salah satunya merupakan Ratu Siluman Buaya.

Ratu siluman buaya adalah jin yang menyerupai seekor buaya. Siluman ini sering
mengganggu warga sekitar, bahkan warga yang baru tinggal di daerah bantaran sungai pun
tak lepas dari gangguannya. Apalagi terhadap warga yang bersikap tidak sopan dan tidak
baik. Bukan hanya itu, perbuatan menyimpang yang dilakukan manusia terhadap kelestarian
sungai Cisadane membuat penghuni sungai itu yakni Ratu siluman buaya merasa terganggu
dan jengah atas tindakan dan perilaku tersebut. Setiap warga yang melewati sungai itu harus
selalu berhati-hati. Begitupula penduduk yang sering mandi, mencuci, dan memancing di tepi
sungai itu.

Pada suatu hari, kejadian yang mengerikan itu terjadi. Seorang lelaki tampan yang
bernama Sarif tiba-tiba hilang saat memancing di tepi sungai itu. Sarif adalah anak dari Pak
Sanusi yang merupakan seorang Kepala Dusun. Anehnya, walaupun warga sudah berhari-hari
mencarinya dengan menyusuri tepi sungai, tapi tidak juga menemukannya. Lelaki itu hilang
tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Dia sirna bagaikan ditelan bumi. Warga pun berhenti
melakukan pencarian, karena menganggap bahwa Sarif telah mati dimakan Ratu siluman
buaya.

Setelah kejadian itu, warga pun terus diteror dan dibayangi rasa ketakutan yang terus
berkelanjutan. Warga menjadi resah dan tertekan.

“Apa yang telah kami lakukan, sehingga musibah ini harus menimpa dan menghantui kami.
Gerak kami seolah-olah selalu terseret rasa takut untuk menjadi korban selanjutnya, kami
sangat takut.” kecemasan warga yang takut akan teror Ratu siluman buaya.

Begitulah selama lima tahun, desa sekeliling bantaran sungai itu selalu dibayangi
ketakutan dan kegelisahan akan Ratu siluman buaya. Selama itu pula kabar burung tersebut
sampai kepada seorang pemuda yang baik dan mempunyai kekuatan yang luar biasa. Pemuda
itu datang dengan karisma seorang ksatria. Ia memakai kain yang diikat di kepala dengan
warna ungu. Pemuda itu bernama Aby.

“Permisi Pak, benarkah di sungai ini terdapat banyak buaya?” tanya Aby kepada salah
seorang warga.
“Benar, di sungai Cisadane ini banyak sekali buaya, diantara buaya tersebut ada Ratu siluman
buaya. Ia selalu meneror warga dengan berbagai cara, memang Kisanat ada perlu apa?” tegur
warga kepada Aby.

“Oh, saya hanya ingin memastikan kabar yang saya dengar dari orang-orang tentang kejadian
yang sering meresahkan warga disini.” jawab Aby dengan sangat bijak.

“Sebenarnya Kisanat siapa dan dari mana, perkenalkan saya adalah kepala Dusun disini,
nama saya Sanusi.” ucap Kepala Dusun yang bingung dengan pemuda misterius itu.

“Saya dari Desa seberang yang berjarak sekitar lima Desa dari sini, nama saya Aby.” jawab
Aby dengan menorehkan senyuman.

“Lalu Kisanat akan berbuat apa? Apakah Kisanat bisa membantu? Kami semua berharap agar
Kisanat atau siapapun bisa membantu menyelesaikan masalah yang ada di Desa ini. Sudah
bertahun-tahun desa kami dilanda masalah yang tak kunjung henti. Banyak pula warga yang
hilang dan keberadaannya tidak diketahui, termasuk anak saya yang bernama Sarif hilang
ketika memancing disungai itu, tetapi sebelum Sarif menghilang ada salah seorang warga
yang melihat Sarif sedang bersama perempuan nan ayu dengan pakaian yang lusuh.” ujar Pak
Sanusi menceritakan kejadian yang menimpa desa tersebut dengan kesedihan yang
mendalam.

“Insya Allah Pak. Kita sama-sama berusaha dan berdoa kepada Tuhan YME agar apa yang
terjadi di Desa ini cepat terselesaikan dan warga di Desa ini bisa hidup dengan tenang,
tentram, dan damai kembali.” jawab Aby dengan kerendahan hati yang sangat percaya diri.

Dengan semangat dan tekad yang kuat, setelah mendengar cerita Pak Sanusi tadi, Aby
langsung menuju ke tepian sungai, kemudian tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang
perempuan yang cantik nan ayu. Perempuan itu sedang duduk di pinggiran sungai dengan
perasaan sedih yang terlihat dari raut wajahnya. Bahkan pakaian yang digunakan oleh
perempuan itu sangat lusuh hingga membuat Aby merasa iba kepadanya, padahal perempuan
itu adalah jelemaan Ratu siluman buaya yang mengubah dirinya menjadi seorang perempuan
karena telah mengetahui keberadaan Aby yang akan membantu warga. Aby pun menghampiri
perempuan itu dengan rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi mengenai siapa
perempuan itu. Aby merasakan aura yang sangat berbeda dari perempuan itu. Aura yang
terpancar dari perempuan itu membuat Aby berpikir bahwa perempuan itu bukan manusia
biasa melainkan jelmaan Ratu siluman buaya. Kemudian Aby berpura-pura tidak mengetahui
bahwa peremuan itu adalah Ratu siluman buaya dan ia mengikuti permainan yang dilakukan
siluman itu, karena Aby telah mengetahui tentang keberadaan seorang perempuan lusuh itu
dari Pak Sanusi.

”Maaf, dari kejauhan saya melihat kau sedang duduk sendiri dan termangu. Kalau saya boleh
tahu apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Aby kepada perempuan itu.

“Saya baru saja kehilangan orang yang sangat saya cintai yaitu anak saya.” jawab perempuan
itu.
“Memangnya apa yang terjadi dengan anakmu?” tanya Aby

“Anakku tenggelam ketika sedang bermain di tepian sungai ini.” jawab perempuan itu.

“Apa jasad anakmu sudah ditemukan?” tanya Aby

“Belum, apakah Anda mau menolongku untuk menemukan jasad anakku yang tenggelam di
dasar sungai ini?” ujar perempuan itu sambil mengeluarkan air mata.

Aby pun berhati-hati dalam menghadapi siluman itu, ia terus berpikir dan mencari
cara agar dapat mengetahui tempat persembunyiaannya. Sedangkan perempuan itu terus
membujuk rayu Aby agar dapat menyelam ke dasar sungai. Dengan rasa percaya akan
sesuatu yang melindunginya, Aby menyelam dan tiba-tiba ia tak sadarkan diri.

Di sebuah tempat di dasar sungai tampak seorang lelaki tergolek lemas. Ia adalah Aby. Ia
baru saja tersadar dari pingsannya.

“Aku ada di mana?” gumam Aby setengah sadar.

Dengan sekuat tenaga, Aby bangkit dari tidurnya kemudian betapa terkejutnya ia ketika
menyadari bahwa dirinya berada dalam sebuah penjara. Penjara itu berada pada sebuah gua.
Yang lebih mengejutkannya lagi, ketika ia melihat sekelilingnya, dinding-dinding gua itu
dipenuhi oleh harta benda yang tak ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun
pakaian indah yang memancarkan sinar berkilauan karena terkena cahaya obor yang
menempel di dinding-dinding gua tersebut. Dalam penjara, Aby tidak sendiri. Di penjara itu
ada Sarif dan orang-orang yang menjadi korban siluman buaya itu.

“Kalian siapa?” tanya Aby.

“Maaf, seharusnya kami yang bertanya seperti itu. Kau siapa?” tegas para tawanan.

“Ya, nama saya Aby. Saya sengaja datang kesini untuk menolong warga desa ini yang sedang
dilanda masalah. Pasti kalian adalah korban dari siluman buaya yang hilang di tepian sungai.”
ujar Aby.

“Ya, benar. Kami adalah korban yang dijadikan tawanan Ratu siluman buaya yang kemudian
akan dijadikan tumbal olehnya. Pada malam Jum’at keliwon, satu per satu dari kami
dijadikan tumbal olehnya untuk menjadikan siluman itu tetap hidup abadi. Kami sangat ingin
bebas dari tempat ini. Bagaimanakah kami bisa keluar dari tempat ini? Apakah kau bisa
menolong kami?” ujar tawanan.

“Justru itu, saya kesini untuk menolong kalian, saya sengaja masuk dalam perangkap siluman
itu agar saya bisa mengetahui tempat persembunyiannya. Ini semua saya lakukan karena
mendengar hal ini dari warga dan salah satunya yaitu Pak Sanusi Kepala Dusun.” ujar Aby
dengan ketenangannya.

“Haa..Itu adalah ayahku! Bagaimana kabarnya?” tanya Sarif.


“Dia sehat dan baik-baik saja. Kalau tidak salah apakah kau yang bernama Sarif? Putra dari
Bapak Sanusi yang tak ditemukan selama beberapa tahun itu?” ujar Aby yang begitu serius
menatap paras Sarif.

“Bagaimana kau bisa sampai di sini? Apakah Anda ke sini karena sebelumnya ingin
menolong seorang perempuan dan akhirnya tidak sadar hingga sampai disini?”

“Ya, begitu sama seperti yang lainya.” ujar Aby. “Namun saya sengaja untuk datang.”

Suara hentakan langkah kaki terdengar dari jauh secara samar-samar ditelinga, begitu terus
hingga lambat laun suara itu semakin mendekat dan terlihat perempuan anggun yang
menggunakan kebaya indah. Ia tersenyum seketika Aby menatap wajahnya. Dengan tersendu
dan menahan malu perempuan itu berujar kepada Aby.

“Akang maukah engkau menemaniku berkeliling?”

Dengan lesung pipit dan raut wajah kemerah-merahan perempuan itu mengulurkan
tangannya, sebelum Aby sempat menjawab, Ratu Siluman Buaya langsung menarik tangan
Aby, akhirnya Aby ikut serta dengan Ratu Siluman Buaya.

Sambil berjalan mengelilingi gua, Aby berpikir bahwa kesempatan ini bisa dimanfaatkannya
untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai kerajaan yang ada di gua itu. Karena
Ratu buaya memiliki ketertarikan terhadap sosok Aby , maka ia dengan senang hati
menjawab seluruh pertanyaan darinya. Dimulai dari menanyakan identitas Ratu buaya,
sampai kepada sejarah keberadaan gua itu.

“Begini Aby, sebenarnya ini bukan gua biasa, ini adalah kerajaan saya. Saya adalah ratu di
kerajaan ini, kerajaan ini merupakan sebuah alam ghaib, yang berhubungan langsung dengan
alam nyata. Tapi, hanya sayalah yang berkuasa untuk mengajak orang yang saya kehendaki
untuk masuk.” ujar Ratu buaya.

Sedikit demi sedikit Aby mendapatkan informasi yang ia butuhkan. Sambil sibuk
mendengarkan jawaban dari Ratu buaya, Aby pun membayangkan rencananya untuk
membebaskan tawanan. Lalu, sontak Aby bertanya.

“ Kalau bisa masuk, lalu bagaimana caranya untuk keluar dari Singgasanamu yang Maha
Indah ini? Jujur, aku sangat kagum meihatnya.” ujar Aby.

Dengan wajah tersipu-sipu dan senyum manis yang merekah, Ratu buaya pun menjawab
pertanyaan Aby, yang sebenarnya itu hanyalah taktik Aby untuk menjalankan misi utamanya,
yaitu mebebaskan tawanan Ratu buaya di guanya.

“Sebenarnya mudah untuk keluar dari gua ini, yaitu hanya dengan menyusuri jalan sampai ke
ujung istanaku ini, dengan jalan sedikit menunduk, karena disana terdapat banyak Jin yang
sangat berkuasa dan sedikit jahil. Jika kau menghormatinya, maka jalanmu akan mudah untuk
keluar dari sini. Mudah bukan?” ujar Ratu buaya.
Alhasil ia menjadi tahu seluk-beluk tentang situasi gua Ratu buaya ini. Aby mulai
merencanakan dan mengatur waktu yang tepat untuk membebaskan semua tawanan yang
selama ini ditahan oleh Ratu siluman buaya.

Aby terus mengamati apa yang dilakukan Ratu buaya. Akhirnya ia menemukan waktu yang
tepat. Ia merencanakan untuk membebaskan para tawanan saat bulan purnama
datang. Waktu itu adalah saat siluman buaya melakukan ritualnya. Aby mengetahui itu
karena selama berada di gua ini, sosok perempuan itu selalu berada di sampingnya, ia selalu
menceritakan apa yang akan ia lakukan. Aby pun telah mengetahui bahwa Ratu Siluman
Buaya memiliki sebuah mustika sebagai kekuatan lain yang dapat membuatnya hidup kekal
abadi selain dengan tumbal-tumbal dari tawanannya itu, dan Aby pun berencana untuk
mengambilnya pula agar Ratu Siluman Buaya dan kerajaannya itu musnah.

Waktu itu pun tiba, Ratu Siluman Buaya kembali melakukan ritualnya di bulan purnama.
Dengan hati-hati Aby mengambil mustika milik Ratu Siluman Buaya tersebut dan bersama
para tawanan lain menyusuri jalan hingga ke ujung gua sambil menundukkan kepala sebagai
tanda hormat kepada Jin penghuni gua tersebut seperti yang dikatakan Ratu Buaya.

Aby dan para tawanan lain pun berhasil keluar dari gua Siluman itu. Masyarakat desa di
tepian sungai Cisadane pun menyambut gembira karena Aby dapat membebaskan para warga
yang menghilang di sungai itu. Setelah berhasil menyelelamatkan para warga, Aby
menitipkan pesan kepada warga yang tinggal di sekitar sungai Cisadane.

“Kalian jagalah selalu kelestarian sungai ini, karena sungai ini adalah sumber kehidupan bagi
semua makhluk !”

Setelah peristiwa itu keresahan warga dengan adanya Ratu Siluman Buaya pun sirna, karena
Aby telah berhasil mengambil sebuah mustika sakti yang selama ini membuat Ratu Siluman
Buaya beserta kerajaannya itu kekal. Tetapi saat ini, semua itu telah lenyap. Ratu Siluman
Buaya beserta kerajaannya telah mati, dan warga pun dapat hidup tenang tanpa dibayang-
bayangi oleh Siluman tersebut. Setelah itu, sebagai tanda terimakasih dari para warga, Aby
pun diberi julukan Pendekar Cisadane, karena ia adalah lelaki pemberani yang mampu
menghadapi dan mengalahkan Ratu Siluman Buaya. Suasana desa pun kembali tentram sedia
kala tak ada lagi teror yang menghantui warga yang tinggal di pesisir sungai Cisadane.

Seiring berlalunya waktu, Pendekar Cisadane hingga saat ini masih dikenang oleh
masyarakat. Julukan Pendekar Cisadane saat ini diberikan kepada Tim sepak bola Kabupaten
Tangerang yaitu Persita. Julukan itu diberikan karena masyarakat melihat kehebatan para
pemain andalan Tim Persita yaitu Ilham Jaya Kusuma yang dahulu membela tim ini. Ia
begitu perkasa ketika berada dilapangan, ia seperti menumpas dan melewati musuh-
musuhnya dengan kehebatannya dan mengeluarkan kekuatannya untuk menjebol gawang
lawan sama dengan Pendekar Cisadane yang begitu perkasa melawan Ratu Siluman Buaya
ketika itu. Sepeninggal Ilham Jaya Kusuma julukan itu tetap tersemat pada tim ini hingga
sekarang. Menurut cerita pula sisa-sisa dari benteng Ratu Siluman Buaya masih terlihat,
ketika sungai surut pada musim kemarau ada yang mengatakan bahwa terdapat bentuk batu di
tengah sepanjang sungai yang menyerupai benteng.
“Selesai”

Anda mungkin juga menyukai