Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN INTOKSIKASI

Dosen: Niken Setyaningrum S.Kep, Ns, M.Kep

Kelas: B/KP/VI

Disusun oleh :

1. Raiyan (04.16.4373)
2. Sofia (04.16.4383)
3. Syafitri (04.16.4384)
4. Wahida Nurkomalasari (04.16.4386)
5. Yanti Susilawati (04.16.4389)
6. Gerice Fatruan (04.11.2991)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ‘’Asuhan Keperawatan
dengan Pasien keracunan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai trauma abdomen. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, 2 Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah
dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan
justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui
bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan
penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi
peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga
mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan
atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang
dapat menyebabkan keracunan
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan
hewan.Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan
subtropis.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada
anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama
kematian anak-anak .Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan, kejadian
pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan
45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedangkan di RS dr.
Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan pengobatan
Karen setiap tahun yang sebagian besar karena kercunan hidrokarbon (45-60%),
keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga
yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit
dan mukosa atau parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%)
dan inhalasi (14%).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang
membutuhkan tindakan segera, keterlibatan dalam memberikan pertolongan dapat
membawa akibat yang fatal.
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda akibat dari tingkat
perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang sedang
berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian, jenis, motif dari
keracunan.Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian besar adalah
karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya
mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan keracunan pada anak.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan
kegawat daruratan keracunan
2. Tujuan Khusus :
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi keracunan
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi keracunan
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi keracunan
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi keracunan
e. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi keracunan
f. Agar mahasiswa mampu mengetahui pathways keracunan
g. Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi keracunan
h. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keracunan
i. Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan keracunan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil menyebabkan cedera tubuh
dengan adanyareaksi kimia (Smeltzer suzana dalam nurarif kusuma, 2015).
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan
sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi (2011)
menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang menyebabkan efek bahaya
bagi tubuh.
Keracuanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
( Brunner & Suddarth, 2013).

B. Klasifikasi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung
bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut
antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan
merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi
langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain
itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya
sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen
dan juga bahan kimia yang bersifat racun.Keracunan makanan adalah suatu
penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan yang mengandung racun,
berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan
bakteri (Arisman, 2009). Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering
mengakibatkan keracunan, antara lain:
a) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu
di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi
dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara
hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng
yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah
memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang
kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan
saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga
penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya
dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas
untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan
jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang
hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita
dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer
kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur
susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam
saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya
keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan
penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut,
nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih
nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi
minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat
diberikan untuk mengurangi sakitnya.Pada keracunan yang lebih berat,
penderita harus dirawat di rumah sakit.
d) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.Diduga racun
tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala
keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang
sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan
pernafasan buatan.Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu
tidak ada.
e) Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida).Singkong beracun
biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau
memakan daunnya.Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat.Dalam
beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai
timbul.Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
2. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak
tanah:
1) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara
berkembang.
2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan
3) Pria > wanita
4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan,
dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah,
meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas
badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian.
3. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada
dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur
lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin),
pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin,
miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang.Miosis, salvias, lakrimasi,
bronkospasme, kram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya
terlihat sejak awal.Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
4. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti
bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri.
5. Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas,
sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian.Umumnya waktu
yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat
merupakan prognosis yang paling buruk.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan
gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun
dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-
tanda atau gejalanya adalah:
1) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak
mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
2) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
3) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki,
dan selaput lendir (angioedema)
4) Pusing dan kacau
5) Mual, diare, dan nyeri pada perut
6) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak Gejala tersebut dapat
diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
1) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah
menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh,
mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan dan sering
menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak
2) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat
berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi
alergi
3) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya,
kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur
memutar dan berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
Digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga.Penyakitserum
menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkakserta diiringi
gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah penggunaananti serum.
a. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
b. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

C. Etiologi
Penyebab keracunan menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada beberapa macam
dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak
terjadi di sebabkan oleh:
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang

D. Manifestasi Klinis

Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya:

1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan visus

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

c. Gangguan saluran pencernaan

d. Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a. Anoreksia

b. Nyeri kepala

c. Rasa lemah
d. Rasa takut

e. Pupil miosis

f. Tremor pada lidah dan kelopak mata

3. Keracunan sedang

a. Nausea, muntah-muntah

b. Kejang, dan kram perut

c. Hipersalifa

d. Fasikulasi otot

e. Bradikardi

4. Keracunan berat

a. Diare

b. Reaksi cahaya negative

c. Sesak napas, sianosis, edema paru

d. Inkontinensia urin

e. Kovulasi

f. Koma, blockade jantung dan akhirnya meninggal

E. Patofisiologi

Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan
kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya
akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan
pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan
obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung
sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia
beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).
Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)
dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih
tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi
penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala
rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik,
dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).

F. Pathway
G. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas (Apneu)
e. Syok
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat dalam diagnosis Intoksikasi adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan
tes darah, tes urin, tes kondisi tinja, dan pemeriksaan parasit. Tes-tes ini bertujuan
untuk mengetahui jenis organisme penyebab terjadinya keracunan. Pemeriksaan
laboratorium sederhana dapat dilakukan di layanan kesehatan primer yang
memiliki fasilitas, misalnya: pemeriksaan mikroskopis feses untuk keberadaan
telur cacing dan parasit; pewarnaan Gram, KOH dan metilenblue Loeffler untuk
membantu membedakan antara penyakit invasif dan non-invasif (PMK No. 5
Tahun 2014).
2. Gas Darah Arteri: Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2
(hiperkapnia). PO2 dapat rendah dengan aspirasi pneumonia atau obat-obat yang
menginduksi edema paru. Oksigenisasi jaringan . yang kurang akibat hipoksia,
hipotensi. Atau keracunan sianida akan menghasilkan asidosis metabolik. PO2
hanya mengukur oksigen yang larut dalam plasma dan bukan merupakan total
oksigen dalam darah. karena itu pada keracunan karbon monoksida mungkin PO2
tampak normal meskipun ada defisiensi oksihemoelobin yang nyata dalam darah.
3. Uji Fungsi Ginjal: Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam kasus
lain, gagal ginjal merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular yang menyebar
(disseminated irrtravascular coagulation, DTC), atau mioglohinuria. Tingkat
kadar nitrogen urea darah dan kreatinin harus diukur dan dilakukan urinalisis.
4. Osmolalitas Serum: Perhitungan osmolalitas serum terutama bergantung pada
natrium serum, glukosa serum serta nitrogen urea darah.
5. Elektrokardiogram: Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar dari 0,1
detik adalah khas untuk takar lajak antidepresan trisiktik dan kuinidin.
6. CT-Scan: fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet,
khususnya besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks dapat
menunjukkan pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau edema paru. Bila
dicurigai adanya trauma kapitis, dianjurkan untuk pemeriksaan CT-scan.

I. Penatalaksanaan
1) Penanganan pertama pada keracunan makanan
a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan memberi
korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk
muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah dengan
kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban bila ia
dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidak tahu
racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan seperti anti
karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner, serta pembersih
toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan
atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan
perbaiki perfusi jaringan.
b) Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan
nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas buatan,oksigen,hisap lendir
dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,
Jikaperlurespirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari
mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut
penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag – valve – mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit
bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila
diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.Kumbah lambung atau gastric
lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang
tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir pada
tempat penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsampai timbulgejala-
gejala atropinisasi ( muka merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan
psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap
2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
5) Tata cara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau
norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi:
Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa
kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
b) Bilas lambung:
1. Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
2. Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat
5 %, atau asam asetat 5 %.
3. Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
4. Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1) Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir
(asam cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian
distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva
B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan
dalam
C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka
percernaan akan mengalami perdarahan dalam terutama
lambung.
D (Dissability) : Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran apabila
keracunan dalam dosis yang banyak.
E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan, pernafasan
cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva
F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan diri kateter
diperlukan untuk pengeluaran urin
b. Pengkajian Sekunder
a) Data Subjektif
- Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah, perdarahan
saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan
lambung.
- Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain
sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan
kapan terjadinya.
b) Data Objektif
- Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
- Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
- BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
- Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam
jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
- Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
- Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
2) Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat
membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di
bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat
plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan barbiturate.
3) Pemeriksaan toksikologi :
- Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et
repertum”
- Bahan diambil dari :
a. Muntuhan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100
ml)
b. Urine sebanyak 100 ml
c. darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersaliva
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distress pernafasan
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia
jaringan
e. Ketidakefaktifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoventilasi,
emboli paru
3. Intervensi Keperawatan
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI TTD

1. Ketidakefektifan bersihan jalan


1. Monitor vital sign
napas berhubungan dengan
2. Pelihara kepatenan jalan nafas
hipersaliva
3. Lakukan suction untuk menghilangkan hipersaliva
4. Berikan bronkodilator bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6. Monitor respirasi dan status O2
7. Berikan infus dextrose 5 %

2. Ketidakefektifan pola napas


1. Buka jalan napas menggunakan tekhnik jaw thrust
berhubungan dengan disstres
2. Berikan oksigen therapy 4-6 liter menggunakan
pernafasan
nasal kanul atau sesuai instruksi
3. Monitor aliran oksigen
4. Monitor vital sign
5. Auskultasi suara napas
2. Kekurangan volume cairan
1. Monitor TTV
berhubungan dengan mual, muntah
2. Lakukan kumbah lambung apabila keracunan
bukan disebabkan zat korosif
3. Berikan antidot untuk menghilangkan efek racun
4. Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Pukul 20.00 WIB, Seorang pemuda usia 17 tahun diantar oleh keluarga nya ke IGD
RS. Syuhada Haji. Keluarga pasien mengatakan menemukan pasien dalam keadaan lemas,
mulutnya berbusa dan mengalami mual muntah karena pemuda tersebut habis minum obat
serangga akibat diputusin kekasihnya. Keluarga mengatakan melihat ada obat serangga cair
disebelahnya. Hasil pengkajian pasien sesak nafas, mual muntah, diare, dan akral teraba
dingin. Hasil Tanda-Tanda Vital TD: 80/50 mmHg, N: 115 x/menit, RR: 28 x/menit dan
S=36 ◦C, CRT : >2 detik, Spo2 : 85 %, Bising usus : 35x/menit.

B. Pengkajian

Identitas No. Rekam Medis: 1234567xxx

Diagnosa Medis : Intoksikasi

Nama : Tn. J

Jenis Kelamin: Laki- laki

Tanggal Lahir: Blado, Potorono

Umur : 17 tahun

Agama : Islam

Status Pernikahan: -

Pendidikan: SMA

Pekerjaan: Pelajar

Status Informasi : Ayah

22
Alamat : Blado, Potorono

Tanggal Pengkajian: 17 April 2019

Jam : 20.00

A. Merah B. Kuning C. Hijau D.Hitam

GENERAL IMPRESSION

Keluhan Utama : Keluarga pasien


mengatakan pasien terlihat lemas dan mulut
berbusa

Mekanisme cedera:

Pasien meminum obat serangga karena


sedih diputusin pacarnya.

Primery AIRWAY Diagnosa keperawatan:


survey
Jalan nafas: terjadinya hambatan jalan Ketidak efektifan bersihan
nafas karena hipersaliva jalan nafas berhubungan
dengan benda asing dalam
Obstruksi : ada sumbatan berupa cairan
jalan nafas
Suara nafas: ronchi

Keluhan lain:

23
BREATHING Diagnosa keperawatan:-

Gerakan dada: cepat dan dangkal

Irama nafas : Ireguler

Pola nafas : takipneu

Retraksi otot dada : simetris

Sesak nafas : sesak nafas

RR: 28x /menit

Keluhan lain :-

CIRCULATION Diagnosa keperawatan

Nadi : 115x/menit Kekurangan volume cairan


berhubungan dengan
Sianosis : tidak ada kebiruan
kegagalan mekanisme regulasi
CRT : >2 detik

Perdarahan : tidak ada perdarahan

Akral : teraba dingin

Spo2 : 85 %

Keluhan lain:

DISABILITY Diagnosa keperawatan

Respon: lemas

GCS :E: 3 ,V:4 ,M:4

Tingkat kesadaran: Somnolen

Pupil : isokor

24
Reflek cahaya : positif

Keluhan lain:

EXPOSURE Diagnosa keperawatan

Deformitas : tidak ada perubahan postur


tubuh

Contusion : tidak ada cidera

Abrasi : tidak ada luka lecet

Penetrasi : tidak ada luka tembak

Laserasi : tidak ada luka sayatan

Edema : tidak ada pembengkakan

Keluhan lain :

ANAMNESA

Riwayat penyakit saat ini: Keluarga pasien


mengatakan saat ditemukan pasien dalam
keadaan lemas, mulutnya berbusa dan
mengalami mual, muntah.

Alergi : keluarga pasien mengatakan pasien


tidak memiliki alergi makanan maupun
obat-obatan.

Medikasi : tidak ada obat yang di konsumsi


pasien.

25
Makan dan minum terakhir : terakhir
makan nasi pecel minum tea juice

Even/peristiwa penyebab :

Tanda –tanda vital

TD : 80/50 Mmhg

N : 115/menit

RR : 28 /menit

Suhu : 36°c

Pemeriksaan fisik :

Secondary Kepala dan leher


survey
Inpeksi : simetris, mukosa bibir kering

Palpasi : tidak ada benolan dan nyeri tekan

Dada (paru-paru)

Inpeksi : simetris

Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan

Perkusi : sonor

Auskultasi : ronci

(Jantung)

Inpeksi : simetris

26
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan

Perkusi : redup

Auskultasi : S1/S2

Abdomen

Inspeksi : Simetris

Auskultasi : bising usus meningkat


35x/menit

Perkusi : hiper timpani

Palpasi :tidak ada nyeri tekan

Pelvis

Inspeksi : simetris

Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan

Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : simetris

Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri


tekan

Punggung

Inspeksi : simetris

Palpasi : tidak benjolan dan nyeri tekan

Neurologis: kepala pusing dan somnolen

27
Pemeriksaan diagnostic: Tanda tangan pengkaji

1. LAB, Nama terang:

Hasil :

-leukosit: 11.000 sel/mm. Perawat R

- kreatinin serum: 2.0 mg/dl

- kalsium:12 mg/dl

2. Foto thorax: -

3. EKG:-

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI SYMTOM
1. DS : keluarga pasien Benda asing dalam Ketidak efektifan
mengatakan saat ditemukan jalan nafas bersihan jalan nafas
pasien dalam keadaan lemas,
mulutnya berbusa
DO : Pasien sesak nafas, TD:
80/50 mmHg, N: 115
x/menit, RR: 28 x/menit dan
S=36 ◦C,
2. DS : . Keluarga pasien Kegagalan Kekurangan volume
mengatakan pasien mekanisme regulasi cairan
mengalami mual muntah dan
melihat adanya obat serangga
cair disebelah pasien.
DO : Mual muntah, diare,

28
dan akral teraba dingin. TD:
80/50 mmHg, N: 115
x/menit, RR: 28 x/menit dan
S=36 ◦C, CRT : >2 detik,
Spo2 : 85 %, Bising usus :
35x/menit.

C. Perencanaan Keperawatan
No Prioritas diagnosa NOC NIC Rasional
1. Ketidakefektifan Status pernapasan
Management
bersihan jalan nafas (0410)
jalan nafas (3140)
berhubungan dengan
Setelah dilakukan
benda asing dalam - Monitor - Agar status
tindakan keperawatan
jalan nafas status pernafasan
selama 1x3 jam
pernafasan pasien
diharapkan
dan terpantau
ketidakefektifan
oksigenasi
bersihan jalan nafas
- Pasang OPA - Agar lidah
dapat berkurang
pasien
dengan kriteria hasil:
tidak jatuh
- Frekuensi kebelakang
pernafasan 28 - Posisikan - Agar
x/menit menjadi pasien untuk pasien
24 x/menit memaksimalk dapat
- Suara auskultasi an ventilasi bernafas
nafas ronchi dengan
menjadi vesikuler spontan
- Kepatenan jalan dan lega
nafas dari tidak - Buang lendir - Agar
adekuat menjadi dengan cara pasien
adekuat bernafas

29
di suction. dengan
lega.

2. kekurangan volume Hidrasi (0602) Manajemen


cairan berhubungan cairan 4120
Setelah dilakukan
dengan kegagalan - Monitor -agar
tindakan keperawatan
mekanisme regulasi status tanda – mengetahui
selama 1x3 jam
tanda vital status
diharapkan
- Pemberian perkembangan
ketidakefektifan
terapi IV pasien
bersihan jalan nafas
- Dukung -untuk
dapat berkurang
pasien dan memenuhi
dengan kriteria hasil:
keluarga kebutuhan
1. turgor kulit untuk cairan tubuh
dari >2 detik membantu pasien
menjadi <2 dalam - agar
detik. pemberian kebutuhan
2. Penurunan makanan nutrisi pasien
tekanan darah dengan baik terpenuhi
80/50 menjadi - Monitor - Agar
120/80 reaksi pasien mengetahui
3. Nadi cepat terhadap perkembangan
dari terapi yang di pasien
115x/menit resepkan
menjadi
90x/menit
4. Diare dari
sedang
menjadi tidak
diare.

30
D. Implementasi

NO NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD


DX
TGL

1 1 Rabu, -Ds : keluarga pasien


- Memonitor status pernafasan
menyatakan setuju
17/4/2019 20:00 dan oksigenasi doksigen
dilakukannya tindakan.
dengan memberikan terapi
-Do : pasien terpasang
oksigen non rebreathing 10-
oksigen
12 Liter /menit
- Memasang OPA dengan -Do : pasien terpasnag
20 : 30
ukuran no 4 opa dan lidah pasien
tidak jatuh kebelakang
- Meposisikan pasien untuk
21.00 -Ds : pasien
memaksimalkan ventilasi
menyatakan setuju
dengan cara semipoler
dilakukannya tindakan -
Do : pasien tampak

- Membuang lendir dengan bernafas lebih baik


21: 25
cara di suction selama 5 -Ds : pasien
menit menyatakan setuju
dilakukannya tindakan.

-Do : secret di jalan


pernafasan pasien sudah
teratasi.

2 Rabu, 21:33 - Memonitori status tanda – -Do : TTV dan nadi


tanda vital ( Tekanan darah pasien normal.
17/4/2019
normal dan nadi).
-Ds : Pasien

31
21: 39 - Memberikan terapi IV mengatakan nyeri
dextrose 5 % kecepatan 15- ketika dipasang infus.
20 tts/menit.
-Do : pasien terpasang
infus.

- Mendukung pasien dan -Ds : keluaga pasien


21:46 keluarga untuk membantu mengatakan setuju
dalam pemberian makanan
-Do : pasien
dengan baik.
menghabiskan
makanan setengah
porsi

22:00 - Memonitori reaksi pasien -Do : pasien kooperatif


terhadap terapi yang saat dilakukan
diberikan terapi.

E. Evaluasi

NO NO HARI/TGL/JAM EVALUASI TTD


DX

1 1 Rabu, S : pasien mengatakan sesak nafasnya sedikit


berkurang
17/4/2019
O : terpasang non rebreating mask, pasien
22: 30
sedikit tampak rileks, tampak lendir 9 ml,

32
berwarna bening, agak kental,

TD : 100/70 Mmhg

N: 100x /menit

RR : 25 /menit

Suhu : 37 °c

A : masalah teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi

- Memonitor status pernafasan dan


oksigenasi doksigen dengan memberikan
terapi oksigen non rebreathing 10-12 Liter
/menit.
- Meposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi dengan cara semipoler.
- Membuang lendir dengan cara di suction
selama 5 menit.

2 2 Rabu, S : pasien mengatakan kebutuhan cairan


terpenuhi sebagian, diare berkurang, dan
17/4/2019
mual muntah berkurang.
22: 30
O : akral hangat, terpasang infus, pasien sedikit
tampak rileks,

TD : 100/70 Mmhg

N: 100x /menit

RR : 25 /menit

Suhu : 37 °c

33
A : masalah teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi

- Memonitori status tanda – tanda vital


(Tekanan darah normal dan nadi).
- Memberikan terapi IV dextrose 5 %
kecepatan 15- 20 tts/menit.
- Memonitori reaksi pasien terhadap terapi
yang diberikan

34
BAB IV
JURNAL

JURNAL DILAMPIRKAN

35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Racun adalah zat yang ketika ditelan, terhisap diabsorpsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan didalam tubuh dalam jumlah relaktif kecil menyebabkan cedera tubuh dengan
adanya reaksi kimia.
Keracuanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah
menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
B. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus memperhatikan
penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak dan diberi lebel sehingga anak
dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan racun
berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti jalan
nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan
risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.

36
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2.Jakarta : Salemba Medika,
2006.
Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC, 2004.
Arisman. 2009. Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.
Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3.Jakarta : EGC, 2002.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta:EGC
Junaidi, I. 2011. Pedoman Pertolongan pertama keracunan makanan yang harus dilakukan saat
gawat darurat.Yogyakarta : C.V AND OFFSET
Nurarif .A.H. dan Kusuma.H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan.Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III. Jakarta: Komisi
Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.

37

Anda mungkin juga menyukai