“Patogenesis”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar
kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun
juga terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka
dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena
banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal
yang diberikan ada gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita
masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-
gejala apa yang akan dberikannya.
Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal
terjangkitnya bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran
pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran
pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi banyak
masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang ditimbulkan. Misalnya saja penyakit
yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada diare, gejala awalnya ada kondisi perut yang
tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu didiamkan akan membuat
kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit
yang cukup banyak pada saat ini.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian
kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme
yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk
menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah
mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang
oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi
berbeda dengan penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme
adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang
memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada
di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan
karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam
tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal
sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi
tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Patogenesis
Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada
inang misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari
permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia.
Sedangkan Patogenesis sendiri adalah mekanisme infeksi dan mekanisme
perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan
penyakit.
Saluran pernapasan
Saluran pencernaan
Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang tidak mengalami
perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas mikroorganisme. Beberapa
mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit, folikel rambut,
maupun kantung kelenjar keringat. Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada
saat berada di jaringan bawah kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran
mukosa. Rute ini disebut rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau
pembedahan dapat membuka rute infeksi parenteral.
Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah satu
penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi mikroorganisme adalah
karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies
Streptococcus lainnya pada permukaan gigi. Hasil fermentasi metabolisme,
menghidrolisis sukrosa menjadi komponen monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim
glukosiltransferasi selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa
adalah gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan
dekstran menempel pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri
plak didominasi oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat
tidak permeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri tidak
dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan enamel gigi tepat
plak tersebut melekat.
b. Kolonisasi
Tahap pertama dari infeksi mikroba adalah kolonisasi: pembentukan patogen di portal
masuk yang tepat. Patogen biasanya menjajah jaringan inang yang berhubungan
dengan lingkungan eksternal.
1. Tissue tropisme: bakteri tertentu diketahui memiliki preferensi yang jelas untuk
jaringan tertentu atas orang lain.
2. Spesifisitas Spesies: bakteri patogen tertentu hanya menginfeksi spesies
tertentu.
3. Genetik kekhususan dalam suatu spesies: strain tertentu atau ras dalam suatu
spesies secara genetik kebal terhadap pathogen.
1) Interaksi hidrofobik
2) Atraksi elektrostatik
3) Atom dan molekul getaran yang dihasilkan dari dipol berfluktuasi frekuensi yang
sama
4) Brown
5. Kerentanan Inang
Resistensi inang dapat terkompromi oleh trauma dan penyakit lain yang diderita.
Individu menjadi rentan terhadap infeksi oleh berbagai bakteri jika kulit atau mukosa
melonggar atau rusak (terluka). Abnormalitas fungsi silia sel pernafasan mempermudah
infeksi Pseudomonas aeruginosa galur mukoid. Prosedur medis seperti kateterisasi dan
intubasi trakeal menyebabkan bakteri normal flora dapat masuk ke dalam tubuh melalui
plastik. Oleh karena itu, prosedur pengantian plastik kateter rutin dilakukan setiap
beberapa jam (72 jam untuk kateter intravena).
saluran pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi. Salah satu
penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat menjangkit saluran
pencernaan. Maka dari itu akan diperkenalkan bakteri-bakteri yang terdapat pada
saluran pencernaan.
1. Escherichia coli
a) Ciri-ciri:
Berbentuk batang
Bakteri gram negatif
Tidak memiliki spora
Memiliki pili
Anaerobik fakultatif
Suhu optimum 370C
Flagella peritrikus
Dapat memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas
Patogenik, menyebabkan infeksi saluran kemih
b) Habitat
Habitat utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan manusia tepatnya di
saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah hangat. Bakteri ini termasuk
umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada 37 derajat. Total bakteri
ini sekitar 0,1% dari total bakteri dalam saluran usus dewasa.
d) Patogenesis
Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E. coli
sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup klasifikasinya
memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda. Contohnya :
E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC melekatkan diri pada sel
mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh kromosom akan menimbulkan pelekatan
yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini akan membentuk koloni dan menyerang pili
sehingga penyerapannya terganggu. Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya
sembuh diri tetapi dapat juga menjadi kronik. EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin,
tetapi EPEC menggunakan adhesin yang dikenal sebagai intimin untuk mengikat inang
sel usus. Sel EPEC invasive (jika memasuki sel inang) dan menyebabkan radang.
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara berkembang. Bakeri ini
ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC menproduksi
hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.
e) penularan
Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
Tidak mencuci tangan dengna bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga kontaminasi perabotan dan alat-
alat yang dipegang.
2. Salmonella sp.
1) Ciri-ciri:
b) Habitat
Terdapat pada kolam renang yang belum diklorin, jika terkontaminasi melalui kulit,akan
tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan manusia.
c) Infeksi
Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat
yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya
dinding usus. Penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh
tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus.
Racun yang dihasilkan bakteri salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ
reproduksi wanita, bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa
yang bisa menularkan bakteri salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan
burung.
d) Patogenesis
e) Penularan
Melalui makanan yang erat kaitannya dengan perjamuan makanan. Terjadi sakit perut
yang mendadak. Jadi, melalui kontar makanan yang terjangkit atau terkontaminasi
bakteri.
3. Clostridium perfringens
a) Ciri-ciri:
Spesies bakteri ini dibagi menjadi enam tipe, A sampai F, berdasarkan pada toksin-
toksin yang secara antigenik berbeda, yang dihasilkan oleh setiap galur. Tipe A adalah
galur yang menyebabkan keracunan makanan oleh perfingens. Peracunan disebabkan
oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di rongga usus. Spora akan
menghasilkan eksotoksin yang enterostatik sehingga menyebabkan penyakit.
b) Habitat
Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan sering terdapat di dalam usus manusia,
hewan peliharaan dan hewan liar. Spora organisme ini dapat bertahan di tanah,
endapan, dan tempat-tempat yang tercemar kotoran manusia atau hewan.
Dalam sebagian besar kasus, penyebab sebenarnya dari keracunan oleh C. perfringens
adalah perlakuan temperatur yang salah pada makanan yang telah disiapkan. Sejumlah
kecil organisme ini seringkali muncul setelah makanan dimasak, dan berlipat ganda
hingga tingkat yang dapat menyebabkan keracunan selama proses pendinginan dan
penyimpanan makanan. Daging, produk daging, dan kaldu merupakan makanan-
makanan yang paling sering terkontaminasi.
Keracunan perfringens paling sering terjadi dalam kondisi pemberian makan bersama
(misalnya di sekolah, kantin, rumah sakit, rumah-rumah perawatan, penjara, dll.) di
mana sejumlah besar makanan disiapkan beberapa jam sebelum disajikan.
d) Patogenesis
Menghasilkan toksin LT
Toksin merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus yang
mengakibatkan bertambahnya konsentrasi cAMP sehingga hipersekresi air dan
klorida dalam usus.
Hal ini mengakibatkan reabsorpsi Na terhambat dan menyebabkan diare.
Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di rongga
usus. Pengobatannya hanya menghilangkan gejala karena tidak ada pengobatan lain
yang khusus.
e) Penularan
Menelan makanan yang terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana makanan
tersebut sebelumnya disimpan dengan cara yang memungkinkan kuman
berkembangbiak.
1. Treponema pallidum
a) Karakteristik
mikroorganisme ini halus, berpilin ketat dengan ujung meruncing dan terdiri dari 6
sampai 14 spiral; berukuran lebar 0,25 sampai 0,3 um dan panjang 6 sampat 15 um.
Organisme ini dapat dikenali paling jelas pada suatu spesimen klinis yang berasal dari
luka sifilitik stadium primer dan sekunder dibawah mikroskop medan gelap ; ini jelas
terlihat dari bentuk spiral dan pergerakannya yang seperti putaran pembuka sumbat.
Treponema pallidum mempunyai membran luar, atau selongsong yang disebut periplas
yang melingkungi komponen-komponen dalam sel (keseluruhannya disebut silinder
protoplasma). Suatu filamen aksial, yang terdiri dari tiga sampai enam fibril, terletak
diantara periplas dan silinder protoplasma.
Sifilis disebabkan oleh bakteri yang disebut spiroketa. Penyebarannya tidak seluas
gonorea, tetapi lebih menakutkan karena kerusakan yang mungkin ditimbulkannya lebih
besar. Seperti gonorea, penyakit ini disebarkan melalui kontak langsung dengan luka-
luka pada orang yang ada pada stadium menular. Spiroketa, seperti gonokokus, adalah
mikrobe yang tidak tahan berada di luar tubuh manusia, sehingga kemungkinan tertulari
dari benda mati sangat kecil.
Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh sewaktu terjadi hubungan kelamin melalui
luka-luka goresan yang amat kecil pada epitel, dengan cara menembus selaput lendir
yang utuh ataupun mungkin melalui kulit yang utuh lewat kantung rambut. Masa
inkubasi sifilis berkisar 10-90 hari (rata-rata 21 hari) setelah infeksi. Bila tidak diobati,
sifilis dapat timbul dalam beberapa stadium penyakit.
Sifilis berjangkit secara alamiah hanya pada manusia dan terutama ditularkan lewat
hubungan kelamin atau dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya (sifilis bawaan atau
sebelum lahir) lewat ari-ari. Pada kasus yang tidak diobati 25% di antara janin
meninggal meninggal sebelum lahir 25-30% meninggal segera setela dilahirkan yang
lain menunjukkan gejala komplikasi lanjut (misalnya menjadi tuli).Sejumlah besar
treponema dalarn darah dan jaringan musnah selama sifilis sekunder. Penisilin adalah
adalah antibiotik yang dipilih untuk pengobatan sifilis.
c) Diagnosa
Diagnosa sifilis biasanya dapat ditentukan dari gabungan informasi mengenai gejala,
sejarah eksposi, dan uji darah yang positif atau dengan pemeriksaan mikroskop medan
gelap.
Hasil positif pengamatan luka dengan mikroskop medan gelap (untuk sifat morfologis
dan pergerakan spiroketa) adalah cara satu-satunya untuk membuat diagnosis sifilis
primer yang pasti. Untuk sifilis sekunder juga, diagnosis yang pasti bergantung kepada
pemeriksaan dengan mikroskop medan gelap terhadap eksudat dari luka basah pada
kulit dan bukan pada mulut. (Rongga mulut mungkin banyak mengandung spiroketa
yang bukan penyebab sifilis). Uji-uji serologis sifilis reaktif atau dapat diandalkan pada
stadium kedua penyakit ini.
d) Epidimologi
Sejak 1962, kasus-kasus sifilis di Amerika Serikat yang dilaporkan bertambah setiap
tahunnya sekurang-kurangnya 4,7%. Seperti gonorae, jumlah sifilis dini (kasus primer,
sekunder dan laten dini) yang dilaporkan tidak merupakan indikasi insiden yang
sebenamya, karena kebanyakan kasus tidak dilaporkan.
e) Pencegahan
Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan kondom sangat
efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan sifilis ialah melalui pengendalian
yang meliputi pemeriksaan serologis dan pengobatan penderita. Sifilis bawaan dapat
dicegah dengan perawatan prenatal (sebelum kelahiran) yang semestinya.
1. 2. Leptospira interoogans
a) Klasifikasi
Kingdom : Monera
Phylum : Spirochaetes
Class : Spirochaetes
Order : Spirochaetales
Family : Leptospiraceae
Genus : Leptospira
b) Karakteristik
Ciri-ciri bakteri Leptospira antara lain berbentuk spiral, dapat hidup di air tawar selama
satu bulan, bersifat patogen dan saprofitik. Spesies Leptospira yang mampu
menyebabkan penyakit (patogen) bagi manusia adalah Leptospira interrogans.
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga,
burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan paling sering melalui
binatang tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput lender mata dan hidung. Bisa
juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urine tikus yang
terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia. Urine tikus yang
mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di kamar mandi atau
makanan yang tidak disimpan pada tempat yang aman.
penyebab leptospirosis. Beberapa jenis hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda,
babi, anjing dapat terserang leptospirosis, tetapi potensi hewan-hewan ini menularkan
leptospirosis ke manusia tidak sehebat tikus.
d) Gejala
Terdapat varian leptospirosis yang lebih berat, yang biasanya disebut Weil Syndrome.
Gejalanya adalah leptospirosis ditambah ikterus (mata kuning), perdarahan, gangguan
jantung, paru, dan neurologik, serta mempunyai angka mortalitas yang tinggi.
Penyebabnya adalah infeksi leptospira serovarian icterohemoragika / copenhagoni.
Pada permulaan, penyakit berjalan seperti biasa, namun setelah 4-9 hari timbul ikterus,
disfungsi hati dan ginjal, ikterus berwarna kemerahan (rubinic jaundice) dan memberi
warna oranye pada kulit, kencing warna gelap, hepatomegali (pembesaran hati),
peningkatan bilirubin dan alkali fosfatase, serta peningkatan ringan SGOT dan SGPT.
Gangguan fungsi ginjal biasanya berlangsung pada minggu kedua, yang timbul
sebagian akibat hipovolemia, dan penurunan perfusi ginjal yang kadang-kadang sampai
memerlukan dialisis (cuci darah). Namun bila penyebab sudah teratasi, fungsi ginjal
dapat pulih kembali.
e) Diagnosis
penderita adalah standar kriteria baku. Urin adalah cairan tubuh yang palih baik untuk
diperiksa karena kuman leptospira terdapat dalam urin sejak gejala awal penyakit dan
akan menetap hingga minggu ke-3. Cairan tubuh lainnya yang mengandung leptospira
adalah darah, cerebrospinal fluid (CSF) tetapi rentang peluang untuk ditemukan isolasi
kuman sangat pendek
2. Jaringan hati, otot, kulit dan mata adalah sumber identifikasi penemuan kuman
leptospira. Isolasi leptospira cenderung lebih sulit dan membutuhkan waktu diantaranya
dalam hal referensi laboratorium dan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk
melengkapi identifikasi tersebut.
3. Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat digunakan untuk konfirmasi
diagnosis. Tetapi, konfirmasi diagnosis ini lambat karena serum akut diambil saat 1-2
minggu setelah gejala awal timbul dan serum konvalesen diambil 2 minggu setelah itu.
Antibodi antileptospira diperiksa menggunakan microscopic agglutination test(MAT).
4. Metoda laboratorium cepat dapat merupakan diagnosis yang cukup baik. Titer MAT
tunggal sebesar 1:800 pada sera atau identifikasi spiroseta pada mikroskopi lapang
gelap bila dikaitkan dengan manifestasi klinis yang khas akan cukup bermakna.
f) Pengobatan
g) Pencegahan
Bila leptospirosis merupakan wabah maka pencegahan utama yang dilakukan adalah
pengendalian tikus dan pencemaran air. Leptospira dapat bertahan dalam air yang
bersifat basa selama beberapa hari, namun hanya dapat bertahan dalam sampah
selama 12 jam; mikroorganisme ini sangat peka terhadap kering dan panas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bakteri makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaanya. Maka jika terjangkit salah
satu penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan gejala awal yang dialami karena
umumnya gejala awalnya sangat biasa. Karena jika diremehkan bisa saja menjadi akut.
Harus mengikuti tahap-tahap pencegahan yaitu dengan menjaga kebersihan diri.