Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah K3 dalam
keperawatan ini tepat pada waktunya yang berjudul “Maanajemen Risiko K3 dalam
Keselamatan Pasien dan Perawat”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita. Aamiin.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang
salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan material,tahap persiapan, tahap
pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan tahap pekerjaan plumbing, mekanikal dan
elektrikal. Setiap risiko pada tahapan pekerjaan tersebut harus dinilai untuk mendapatkan
penanganan/pengendalian risiko secara proposional dengan mempertimbangkan faktor biaya
dan efektifitas. Untuk itu diperlukan manajemen risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya.
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil
dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen
risiko yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.
PEMBAHASAN
a. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap
pasien dapatdinilai dengan tepat.
b. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.
c. Untuk menetapkan konteks manajemen risiko pada area keperawatan kristis.
d. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua
risiko, yaitu menggunakan RCA.
e. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical
governance.
f. Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari
kejadianyang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.
Dalam Manajemen Risiko K3 dilakukan identifikasi risiko, segala aspek yang dapat
menimbulkan kecelakaan saat bekerja dipertimbangkan, sehingga nantinya akan didapatkan
daftar risiko dari kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan.
Analisis Risiko dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan serta kerugian apa saja
yang diterima pada saat terjadinya kecelakaan serta dampak dan kemungkinan kedepannya.
Evaluasi Risiko perlu dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko hasil analisis dengan
kriteria standar yang digunakan perusahaan/organisasi. Setelah didapatkan semua gambaran
risiko maka dilakukan Pengendalian Risiko untuk mengatasi permasalahan tersebut.
1. Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko adalah “the
culture, process, and structures that are directed towards the effective management of
potential opportunities and adserve effects”. Menurut standar AS/NZS 4360 tentang standar
manajemen risiko ( Ramli, 2010).
2. Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko didefinisikan
sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
3. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian
yang menimbulkan kerugian.
4. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
5. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai
suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
a. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang
mengandung bahaya.
b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan c.
Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan
keamanan investasinya.
c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap unsur
dalam organisasi/ perusahaan.
d. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman, 2010).
Menurut J. W. Meritt, terdapat beberapa hal atau langkah yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan metode analisis resiko secara umum, yaitu sebagai berikut:
a. Pertama, menentukan ruang lingkup (scope statement). Hal ini harus dipercayai oleh
semua kalangan pihak yang menaruh perhatian pada masalah. Dalam menentukan
ruang lingkup ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu menentukan secara tepat
apa yang harus dievaluasi, mengemukakan apa jenis analisis resiko yang akan
digunakan, dan mengajukan hasil yang diharapkan.
b. Menetapkan aset (asset pricing). Pada langkah kedua ini, semua sistem informasi
ditentukan secara spesifik ke dalam ruang lingkup yang telah dirancang, kemudian
ditaksir ‘harga’ (price)-nya.
c. Risks and Threats. Resiko (risk) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan kerugian
atau mengurangi nilai kegunaan operasional sistem. Sedangkan ancaman (threats)
adalah segala sesuatu yang harus dipertimbangkan karena kemungkinannya yang
dapat terjadi secara bebas di luar sistem sehingga memunculkan satu resiko.
d. Menentukan koefisien dampak. Semua aset memiliki kerentanan yang tidak sama
terhadap suatu resiko. Oleh sebab itu perlu dicermati dan diteliti sejauh mana sebuah
aset dikenali sebagai hal yang rentan terhadap sesuatu, serta perbandingannya dengan
aset yang justru kebal sama sekali.
e. Single loss expectancy atau ekspetasi kerugian tunggal. Pada poin ini, Meritt
menjelaskan bahwa aset-aset yang berbeda akan menanggapi secara berbedap pula
ancaman-ancaman yang diketahui.
f. Group evaluation atau evaluasi kelompok, yaitu langkah lanjutan yang melibatkan
sebuah kelompok pertemuan yang terdiri dari para pemangku kepentingan terhadap
sistem yang dianalisis (diteliti). Pertemuan ini harus terdiri dari individu yang
memiliki pengetahuan tentang komponen-komponen yang beragam tersebut, tentang
ancaman dan kerentanan dari sistem serta pengelolaan dan tanggung jawab operasi
untuk memberikan bantuan dalam penentuan secara keseluruhan. Pada langkah ini lah
biasanya metode hibrida dalam analisis resiko dilakukan.
g. Melakukan kalkulasi (penghitungan) dan analisis. Terdapat dua macam analisis.
Pertama, across asset, yaitu analisis yang bertujuan untuk menunjukkan aset-aset
tertentu yang perlu mendapat perlindungan paling utama. Kedua, across risk, yaitu
analisis yang bertujuan untuk menunjukkan ancaman apa dan bagaimana yang paling
harus dijaga.
h. Controls atau pengendalian, yaitu segala hal yang kemudian diterapkan untuk
mencegah, mendeteksi, dan meredakan ancaman serta memperbaiki sistem.
i. Melakukan analisis terhadai control atau pengendalian. Ada dua metode yang dapat
dilakukan dalam menganalisis aksi kontrol ini, yaitu cost and benefit ratio dan risk or
control.
3. Evaluasi Risiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan membandingkan
tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat risiko dan kriteria lainnya.
Tujuan Evaluasi :
a) Mengetahui yang memiliki tingkat prioritas tertinggi hingga terendah
b) Menentukan risiko mana yang ditindaklanjuti dengan Penanganan & risiko mana saja
yang hanya perlu dipantau
Konsep Evaluasi Risiko :
a) Konsisten dengan konteks yang telah ditetapkan
b) Perlu tidaknya dilakukan analisis risiko lanjutan
c) Risiko-risiko yang perlu mendapatkan penanganan
d) Prioritas dapat didasarkan pada level risiko atau hal lain seperti :
e) Kemungkinan suatu peristiwa tertentu.
f) Besarnya dampak penanganan tersebut terhadap konteks yang lebih luas.
4. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
a) Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali.
Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan
dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b) Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan
oleh suatu risiko.
c) Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi)
maupun hedging.
d) Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek
hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
e) Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya,
namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan material,tahap persiapan, tahap
pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan tahap pekerjaan plumbing, mekanikal dan
elektrikal. Setiap risiko pada tahapan pekerjaan tersebut harus dinilai untuk mendapatkan
penanganan/pengendalian risiko secara proposional dengan mempertimbangkan faktor biaya
dan efektifitas. Untuk itu diperlukan manajemen risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya.
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil
dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen
risiko yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/9860893/PROSES_MANAJEMEN_RISIKO
2. https://kupdf.net/download/makalah-manajemen-
resiko_5b195697e2b6f5eb7aa4e6d0_pdf
3. https://www.academia.edu/37714096/TUGAS_PATIENT_SAFETY_MANAJEM
EN_RESIKO_KESELAMATAN_PASIEN_RUMAH_SAKIT