Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah K3 dalam
keperawatan ini tepat pada waktunya yang berjudul “Maanajemen Risiko K3 dalam
Keselamatan Pasien dan Perawat”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita. Aamiin.

Padang, 19 Agustus 2019

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang
salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan material,tahap persiapan, tahap
pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan tahap pekerjaan plumbing, mekanikal dan
elektrikal. Setiap risiko pada tahapan pekerjaan tersebut harus dinilai untuk mendapatkan
penanganan/pengendalian risiko secara proposional dengan mempertimbangkan faktor biaya
dan efektifitas. Untuk itu diperlukan manajemen risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya.
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil
dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen
risiko yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa peran Manajemen Resiko dirumah sakit?
1.2.2 Bagaimana pentinngnya manajemen resiko dalam k3?
1.2.3 Apa manfaat manajemen resiko?
1.2.4 Bagaimana proses manajemen resiko?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui peran manajemen resiko dirumah sakit
1.3.2 Untuk mengetahui pentingnyaa manajemen resiko dalam k3
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat manajemen resiko
1.3.4 Untuk mengetahui proses manajemen resiko
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran manajemen risiko untuk rumah sakit

Adapun peran manajemen risiko dirumah sakit, yaitu:

a. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap
pasien dapatdinilai dengan tepat.
b. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.
c. Untuk menetapkan konteks manajemen risiko pada area keperawatan kristis.
d. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua
risiko, yaitu menggunakan RCA.
e. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical
governance.
f. Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari
kejadianyang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.

Peran manajemen risiko dalam keselamatan pasien :


a. Meminimalkan risiko gangguan kesehatan dan keselamatan pasien dari aktifitas
perkerjaan perawat.
b. Mencegah terjadinya kerugian dan kecelakaan pada pasien.
c. Dapat mengidentifikasi bahaya yang akan terjadi pada pasien.
d. Dapat mengendalikan risiko yang terjadi pada pasien.
e. Dapat menilai tingkat risiko pada pasien.
f. Dapat merencanakan tindak lanjut dari risiko keselmatan pasien.
g. Dapat mengefektifkan jalannya perawatan yang sedang diberikan ke pasien tanpa
adanya gangguan keselamatan pasien.
2.2 Pentingnya Manajemen Resiko Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang Kesehatan


dan Keselamatan Kerja (K3) pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident
model (investigasi kecelakaan) Internaltional Loss Control Institute (ILCI). Manajemen
Risiko K3 merupakan suatu usaha atau proses untuk mengelola risiko agar tidak terjadi hal
yang tidak diinginan atau kecelakaan secara komprehensif (logis), terencana dan terstruktur.
Hal ini memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi
dan menganalisis risiko yang ada dalam suatu proyek. Pendekatan manajemen risiko ini dapat
meningkatkan perbaikan berkelanjutan dalam suatu proyek kedepannya.

Penerapan Manajemen Risiko K3 menjadi suatu keuntuhan dari sistem manajemen


suatu perusahaan/organisasi. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan,
proyek, produk ataupun asset. Manajemen Risiko akan memberikan dampak yang optimal
jika diterapkan sejak awal kegiatan. Meskipun demikian, Manajemen Risiko sering dilakukan
pada tahap pelaksanaan kegiatan. Manfaat penerapan Manajemen Risiko K3 ini selain
mengurangi peluang kecelakaan juga bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada
semua pihak mengenai potensi bahaya yang ada pada setiap kegiatan/aktifitas di suatu proyek
perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta kewaspadaan dan kesadaran
akan keselamatan kerja.

Dalam Manajemen Risiko K3 dilakukan identifikasi risiko, segala aspek yang dapat
menimbulkan kecelakaan saat bekerja dipertimbangkan, sehingga nantinya akan didapatkan
daftar risiko dari kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan.
Analisis Risiko dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan serta kerugian apa saja
yang diterima pada saat terjadinya kecelakaan serta dampak dan kemungkinan kedepannya.
Evaluasi Risiko perlu dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko hasil analisis dengan
kriteria standar yang digunakan perusahaan/organisasi. Setelah didapatkan semua gambaran
risiko maka dilakukan Pengendalian Risiko untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang


ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian
risiko dilakukan dengan menghilangkan sumber bahaya (hazard), mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
Selain itu mengurangi risiko dari bahaya dapat dilakukan dengan metode rekayasa
teknik pada alat kerja, melakukan pembuatan prosedur serta aturan, dan menggunakan alat
perlindungan diri sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan


kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model
dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut,
sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat
pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun „accident’.

1. Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko adalah “the
culture, process, and structures that are directed towards the effective management of
potential opportunities and adserve effects”. Menurut standar AS/NZS 4360 tentang standar
manajemen risiko ( Ramli, 2010).
2. Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko didefinisikan
sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang
mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
3. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian
yang menimbulkan kerugian.
4. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
5. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai
suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan


sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu
langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.
2.3 Manfaat manajemen resiko

a. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang
mengandung bahaya.
b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan c.
Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan
keamanan investasinya.
c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap unsur
dalam organisasi/ perusahaan.
d. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman, 2010).

C. Proses Manajemen Risko


Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta
membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Manajemen
risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat memperoleh hasil yang
optimal. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini :
1. Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam manajemen risiko.
Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin
terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko
antara lain:
a) Brainstorming
b) Survei
c) Wawancara
d) Informasi historis
e) Kelompok kerja, dll.
Berbagai tipe risiko utama diantaranya yaitu:
a. Risiko Pasar
a) Interest Rate Risk: Risiko dimana pergerakan tingkat bunga berpengaruh negatif
terhadap pendapatan bersih bunga.
b) Foreign Exchange Risk: Risiko kerugian yang disebabkan oleh pergerakan negatif
tingkat pertukaran mata uang.
c) Commodity/ Equity Price Risk: Risiko kerugian yang disebabkan oleh pergerakan
negatif harga komoditi.
b. Risiko Likuiditas:
Risiko dimana perusahaan tidak dapat memenuhi obligasi cash flow dikarenakan
ketidakmampuan perusahaan untuk melikuidasi aset, atau memperoleh pendapatan yang
cukup.
c. Risiko Mitra Kerja
Risiko kegagalan yang diakibatkan gagalnya mitra kerja untuk memenuhi obligasi financial
dan/ atau kontraktual dalam hal jangka waktu dan kondisi yang telah disepakati.
d. Risiko Operasional
Risiko kegagalan yang disebabkan oleh gagalnya kebijakan, proses, sistem, orang dan faktor
eksternal lainnya.
e. Risiko Stratejik
Risiko yang berhubungan dengan rencana dan strategi bisnis perusahaan di masa datang,
meliputi risiko masuknya bisnis baru, perluasan proses produksi yang ada, merger dan
akuisisi, pemakaian metodologi dan cara baru untuk produksi, ketidakmampuan untuk
mengantisipasi/ bertindak terhadap pesaing, atau meningkatkan infrastruktur (misalnya: plant
feronikel, alumina, hydro power plant, IT dan networking).
f. Risiko Hukum
Risiko kegagalan yang diakibatkan oleh lawsuit, tidak adanya aturan/ hukum penunjang dan
kontrak yang tidak dapat dipaksakan.
g. Risiko Kepatuhan
Risiko kegagalan yang diakibatkan adanya penundaan, pelanggaran atau non-conformity
dengan aturan dan hukum eksternal/internal.
h. Risiko Reputasi
Risiko kerugian yang disebabkan oleh publikasi negatif berkaitan dengan kegiatan bisnis
perusahaan atau adanya persepsi negatif mengenai perusahaan.
i. Risiko Lingkungan
Risiko yang berhubungan dengan kegagalan dalam mengelola standar minimum lingkungan,
nilai masyarakat, kesehatan dan keselamatan manusia.
2. Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran
risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan
probabilitas terjadinya risiko tersebut.
Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun
sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya
nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan
terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk
asset immateriil.

Menurut J. W. Meritt, terdapat beberapa hal atau langkah yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan metode analisis resiko secara umum, yaitu sebagai berikut:

a. Pertama, menentukan ruang lingkup (scope statement). Hal ini harus dipercayai oleh
semua kalangan pihak yang menaruh perhatian pada masalah. Dalam menentukan
ruang lingkup ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu menentukan secara tepat
apa yang harus dievaluasi, mengemukakan apa jenis analisis resiko yang akan
digunakan, dan mengajukan hasil yang diharapkan.
b. Menetapkan aset (asset pricing). Pada langkah kedua ini, semua sistem informasi
ditentukan secara spesifik ke dalam ruang lingkup yang telah dirancang, kemudian
ditaksir ‘harga’ (price)-nya.
c. Risks and Threats. Resiko (risk) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan kerugian
atau mengurangi nilai kegunaan operasional sistem. Sedangkan ancaman (threats)
adalah segala sesuatu yang harus dipertimbangkan karena kemungkinannya yang
dapat terjadi secara bebas di luar sistem sehingga memunculkan satu resiko.
d. Menentukan koefisien dampak. Semua aset memiliki kerentanan yang tidak sama
terhadap suatu resiko. Oleh sebab itu perlu dicermati dan diteliti sejauh mana sebuah
aset dikenali sebagai hal yang rentan terhadap sesuatu, serta perbandingannya dengan
aset yang justru kebal sama sekali.
e. Single loss expectancy atau ekspetasi kerugian tunggal. Pada poin ini, Meritt
menjelaskan bahwa aset-aset yang berbeda akan menanggapi secara berbedap pula
ancaman-ancaman yang diketahui.
f. Group evaluation atau evaluasi kelompok, yaitu langkah lanjutan yang melibatkan
sebuah kelompok pertemuan yang terdiri dari para pemangku kepentingan terhadap
sistem yang dianalisis (diteliti). Pertemuan ini harus terdiri dari individu yang
memiliki pengetahuan tentang komponen-komponen yang beragam tersebut, tentang
ancaman dan kerentanan dari sistem serta pengelolaan dan tanggung jawab operasi
untuk memberikan bantuan dalam penentuan secara keseluruhan. Pada langkah ini lah
biasanya metode hibrida dalam analisis resiko dilakukan.
g. Melakukan kalkulasi (penghitungan) dan analisis. Terdapat dua macam analisis.
Pertama, across asset, yaitu analisis yang bertujuan untuk menunjukkan aset-aset
tertentu yang perlu mendapat perlindungan paling utama. Kedua, across risk, yaitu
analisis yang bertujuan untuk menunjukkan ancaman apa dan bagaimana yang paling
harus dijaga.
h. Controls atau pengendalian, yaitu segala hal yang kemudian diterapkan untuk
mencegah, mendeteksi, dan meredakan ancaman serta memperbaiki sistem.
i. Melakukan analisis terhadai control atau pengendalian. Ada dua metode yang dapat
dilakukan dalam menganalisis aksi kontrol ini, yaitu cost and benefit ratio dan risk or
control.
3. Evaluasi Risiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan membandingkan
tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat risiko dan kriteria lainnya.
Tujuan Evaluasi :
a) Mengetahui yang memiliki tingkat prioritas tertinggi hingga terendah
b) Menentukan risiko mana yang ditindaklanjuti dengan Penanganan & risiko mana saja
yang hanya perlu dipantau
Konsep Evaluasi Risiko :
a) Konsisten dengan konteks yang telah ditetapkan
b) Perlu tidaknya dilakukan analisis risiko lanjutan
c) Risiko-risiko yang perlu mendapatkan penanganan
d) Prioritas dapat didasarkan pada level risiko atau hal lain seperti :
e) Kemungkinan suatu peristiwa tertentu.
f) Besarnya dampak penanganan tersebut terhadap konteks yang lebih luas.
4. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
a) Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali.
Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan
dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b) Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan
oleh suatu risiko.
c) Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi)
maupun hedging.
d) Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek
hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
e) Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya,
namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

5. Implementasi Manajemen Risiko


Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk
mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut.
6. Monitoring Risiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting
dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disana
saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan
dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk
selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk
mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko
yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih
akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan material,tahap persiapan, tahap
pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan tahap pekerjaan plumbing, mekanikal dan
elektrikal. Setiap risiko pada tahapan pekerjaan tersebut harus dinilai untuk mendapatkan
penanganan/pengendalian risiko secara proposional dengan mempertimbangkan faktor biaya
dan efektifitas. Untuk itu diperlukan manajemen risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya.
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil
dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen
risiko yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/9860893/PROSES_MANAJEMEN_RISIKO
2. https://kupdf.net/download/makalah-manajemen-
resiko_5b195697e2b6f5eb7aa4e6d0_pdf
3. https://www.academia.edu/37714096/TUGAS_PATIENT_SAFETY_MANAJEM
EN_RESIKO_KESELAMATAN_PASIEN_RUMAH_SAKIT

Anda mungkin juga menyukai