Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MAKNA KATA

DOSEN : MEKSI RAHMANESTI. M.HUM

MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA

FAKULTAS / JURUSAN : PETERNAKAN

ADISA WAHYUNI (1910611107)

MIGUEL KAKA FERAIRA (1910612107)

KURNIA CAHAYA HATI (1910611077)

NUR CAHAYA (1910611144)

PUTRI NAHDA NATASYA ACHMAD (1910611027)

RAKA PERMANA (1910612007)

YELLY FITRI (1910611120)

UNIVERSITAS ANDALAS
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dikuasai dalam seluruh tingkat


pendidikan termasuk diperguruan tinggi tujuan dari adanya pelajaran ini adalah
agar para rakyat khususnya para pelajar dapat terampil berbahasa Indonesia yang
meliputi terampil menyimak, berbahasa, membaca dan menulis. Agar dapat
mencapai tujuan itu, kosa kata yang cukup sangatlah dibutuhkan. Selain
mempunyai kosa kata, makna kata-kata tersebut juga harus dikuasai untuk lebih
memperkaya kosa kata yang dimiliki.
Makna kata adalah maksud yang disimpan dari suatu kata. Seorang guru harus
mampu menggunakan kata yang tepat untuk mennyampaikan suatu materi, agar
peserta didik dapat memahami maksud dari suatu kata. Kegiatan berbahasa juga
kegiatan yang mengekspresikan bentuk-bentuk bahasa untuk menyampaikan
makna yang ada pada bentuk bahasa pada lawan bicara (dalam komunikasi lisan)
atau pembacanya (dalam komunikasi tulis). Satu kata bisa mewakili berbagai
macam makna, sebaliknya satu makna juga bisa diwakilkan oleh berbagai macam
kata. Satu kata juga bisa menyampaikan ekspresi serta perasaan bathin
penuturnya. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai makna kata.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian makna kata?


2. Apa saja relasi makna kata?
3. Apa saja perubahan makna kata?
4. Apa saja jenis makna kata?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Makna Kata

Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung


dua aspek, yaitu aspek ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan panca indra,
yaitu dengan mendengar atau melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah
segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena
rangsangan aspek bentuk tadi. Pada waktu orang berteriak “maling!” timbul
reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang telah berusaha untuk mencuri
barang atau milik orang lain”. Jadi bentuk atau ekspresi adalah kata maling
yang diucapkan orang tadi, sedangkan makna atau isi adalah “reaksi yang
timbul pada orang yang mendengar”.
Reaksi yang timbul itu dapat berwujud “pengertian” atau “tindakan” atau
kedua-duanya. Karena dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan
dengan “kata”, tetapi dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu
amanat, maka ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu :
pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Pengertian merupakan landasan
dasar untuk menyampaikan hal-hal tentu kepada pendengar atau pembaca
dengan mengharapkan reaksi tertentu. Perasaan lebih mengarah kepada sikap
pembicara terhadap apa yang dikatakannya, bertalian dengan nilai rasa
terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis. Nada mencakup sikap
pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya. Pembaca atau
pendengar yang berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara
menyampaikan amanat itu. Relasi antara pembicara atau penulis kepada
pendengar kepada pembaca akan melahirkan nada suatu ujaran. Sedangkan
tujuan yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis. Memahami
semua hal itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari seluruh usaha untuk
memahami makna dalam komunikasi.
2. Relasi Makna Kata

Relasi makna adalah hubungan semantik antara satuan bahasa yang satu
dengan satuan bahasa lainnya. Relasi makna meliputi sinonim, antonim,
polisemi, homonimi, hoponimi, ambiguiti, dan redundasi.

 Sinonim
Sinonim adalah hubungan semantik yang menunjuk pada kesamaan makna
antara satuan ujaran dengan ujaran lainnya. Sinonim disebut juga
persamaan kata pada nan kata. Misalnya: betul dan benar, baik dan bagus,
binatang dan fauna.

 Antonim
Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
yang maknanya menyatakan kebalikan atau prtentangan. Antonim
biasanya dibedakan menjadi beberapa jenis:

a. Antonim yang bersifat mutlak


Contohnya: hidup dan mati

b. Antonim yang bersifat relatif


Contohnya: besar dan kecil

c. Antonim yang bersifat relasional


Contohnya: suami dan istri

d. Antonim yang bersifat hirarkial


Contohnya: tamtama dan bintara

 Polisemi
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki arti lebih dari satu. Kata kepala
biasanya banyak memiliki arti meskipun arti utama kepala adalah bagian
tubuh manusia yang ada diatas leher.
Contoh:
1. Pak Jaya diangkat menjadi kepala sekolah SD Negeri 1 Tegal Sari
(kepala berarti pemimpin).
2. Tiap kepala harus membaya pajak kepada penguasa (kepala berarti
individu).

 Homonim
Homonim adalah dua buah kata yang memiliki bentuk sama tapi maknanya
berbeda. Misalnya: antara kata bisa yang berarti racun ular dan kata bisa yang
berarti sanggum. Homonim biasanya meliputi dua bentuk yaitu:
a. Homofon
adalah kesamaan bunyi antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan
ejaannya. Contoh: bank “lembaga keuangan” dan bank kakak laki-laki.
b. Homografi
adalah bentuk ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan maknanya tidak
sama. Contoh: memerah yang berarti melakukan perah dan memerah yang
artinya menjadi merah.

 Hipernim dan Hiponim


Hipernim adalah kata yang mewakili kata lain. Hipernim dapat menjadi kata
umum dari kata-kata lainnya. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya
oleh hipernim.
Contoh:
- Hipernim: hantu
- Hiponim: kuntilanak, sundelbolong,pocong,tuyul.

 Ambiguiti atau Petaksaan


Ambiguiti adalah gejala kegandaan makna akibat tafsiran dramatikal yang
berbeda. Contoh: buku biografi baru. Kalimat tersebut dapat ditafsirkan
menjadi buku biografi itu baru terbit atau buku itu memuan tokoh-tokoh baru.

 Redungasi
Redungasi adalah penggunaan unsur sekmental dalam suatu bentuk ujaran
secara berlebihan. Contoh: bola itu ditendang oleh Dika. Kalimat tersebut
tidak akan berbeda maknanya dengan kalimat bola itu ditendang Dika.
3. Perubahan Makna Kata

Perubahan makna kata yang disebut juga pergeseran makna yaitu makna
dari kata-kata tertentu yang mengalami pergeseran akibat beberapa faktor.

a) Faktor Kebetulan
Makna suatu kata dapat berubah karena kata tersebut memiliki
makna yang samar-samar atau ambigu sehingga makna kata bisa
berubah jika dipasangkan dengan katalain. Contoh : kata “rawan” pada
tulang rawan berarti lunak atau lembut, kini maknanya bergeser menjadi
rentan atau sering terjadi pada rawan perampokan atau rawan.
kecelakaan.
b) Faktor Perkembangan Zaman
Akibat dari berkembangnya zaman, kata-kata juga turut mengalami
perkembangan. Contoh : kata “jawara” pada zaman dahulu digunakan
sebagai panggilan orang kuat dan hebat, kini kata “jawara” berubah
maknanya menjadi orang yang menang dalam lomba apapun.
c) Faktor Tabu
Karena suatu kata memiliki makna yang tabu bagi sebagian adat atau
orang, makna kata tersebut berubah menyesuaikan adat dimana kata
tersebut dipakai. Contoh : kata “kencing” tidak sopan untuk diucapkan
maka kata tersebut mengalami pergeseran makna menjadi “buang
air kecil”.
d) Faktor Polysemy
Faktor ini akibat dari kata itu sendiri. Kata-kata yangmemiliki makna
ganda sering mengalami perubahan makna. Contoh : kata”lempung”
yang berarti liat, mudah dibentuk, rapuh dan lemah bergeser menjadi
mudah patah atau tidak berguna.

Jenis-jenis pergeseran makna

1. Generalisasi (perluasan)

Generalisasi adalah kata-kata yang maknanya mengalami pergeseran


menjadi lebih luas dibanding dengan makna sebelumnya,
Seperti :
Berlayar
makna kata berlayar yang dahulu adalah melaut dengan perahu yang memilki
layar saat ini meluas menjadi semua kegiatan melaut meskipun tidak
menggunakan perahu layar. Contoh : kapal titanic yang tenggelam dilautan
yang berlayar dari italia menuju inggris.
Papan
makna kata papan yang dahulu hanyalah sebagai potongan kayu yang pipih, ini
maknanya meluas menjadi barang-barang mewah. Contoh : di zaman yang
modern ini kita harus bekerja dengan giat untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, maupun papan.

1. Spesialisasi (menyempit)
Berbeda dengan generalisasi, kata-kata yang mengalami spesialisasi
maknanya menjadi sempit daripada makna sebelumnya. Seperti :
Pembantu
Makna kata yang dahulu merupakan setiap orang yang meringankan urusan
orang kini hanya menjadi orang yang membantu urusan rumah tangga.
Contoh : karena pekerjaan rumah yang sangat banyak kakakku mengangkat
seorang pembantu di rumah.
Guru
Makna kata guru dahulu adalah setiap orang yang membimbing atau
mengajarkan sesuatu, kini makna guru hanya sebatas pengajar di sekolah.
Contoh : selain menjadi pengajar di sanggar seni, Aisyah adalah seorang
guru di SDN 2 Kali Akar.

2.Ameliorasi (membaik)
Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya berubah menjadi
lebih baik atau menkadi sopan dari kata sebelumnya. Kata-kata yang
mengalami ameliorasi maknanya menjadi lebih tinggi dan halus. Seperti:
Buta
Kata buta setelah mengalami ameliorasi menjadi tunanetra,yaitu orang
yang tidak bisa melihat sama sekali. Contoh: para penyandang tunanetra
membaca dengan huruf braile.
Bui
Kata bui setelah mengalami ameliorasi menjadi lembaga permasyarakatan
yaitu tempat penahan orang-orang yang bermasalah hukum. Contoh:
pejahat kelas kakap itu ditahan dilembaga permasyarakatan Cipinang.

3. Peyorasi (memburuk)
Adalah pergeseran makna pada satu kata yang menyebabkan kata
tersebut menjadi kurang baik dari kata sebelumnya. Seperti:
Istri
Kata istri peyorasi menjadi bini yaitu pasangan suami atau ibu dari anak-
anak. Contoh: dia terus merenung memikirkan anak bininya dirumah.
Menurunkan
Kata menurunkan mengalami peyorasi menjadi melengserkan yang
berarti mengganti posisi orang dengan orang baru. Contoh: Presiden
Soeharto dilengserkan oleh ribuan mahasiswa pada waktu itu.

4. Sinestesia (pertukaran makna)kata-kata yang mengalami sinetesia


Mengalami pertukaran makna dalam hal tanggapan indera akan
makna tersebut, seperti kata yang biasa diterima oleh telinga bisa
diterima oleh mata dan seterusnya. Seperti:
Indah
Kata indah yang sejatinya hanya bisa dirasakan oleh penglihatan
yang berarti bagus kini bisa juga diterima oleh indera
pendengaran yang berarti merdu. Contoh: penyanyi itu memiliki
suara yang sangat indah.
Manis
Kata manis yang lazimnya bisa diterima oleh indera perasa
mengalami sinestesia sehingga bisa dirasakan oleh mata yang berarti
cantik atau menawan. Contoh: gadis yang memakai baju biru itu
manis sekali.
5. Asosiasi (persamaan makna)
Adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Asosiasi disebabkan oleh adanya perbedaan penggunaan kata pada suatu
masyarakat. Seperti:

Kursi
Makna kursi yang artinya tempat duduk mengalami asosiasi yang berarti
kedudukan jabatan atau pangkat. Contoh: para calon anggota dewan
memperebutkan ribuan kursi disenanyan dalam pemilu kali ini.
Parasit
Kata parasit yang berarti makhluk hidup kecil mengalami asosiasi menjadi
merugikan orang lain. Contoh: aku baru sadar bahwa selama ini dia adalah
parasit yang mengganggu kehidupanku dan keluargaku.

Jenis-jenis makna kata

Secara umum terdapat 4 jenis makna dalam bahasa indonesia, yaitu:

1) Makna Leksikal
Makna kata berdasarkan kamus atau leksikon yang sesuai dengan
referensinya. Makna kata leksikal disebut juga makna kata berdefinisi,
yaitu kata yang memiliki definisi tertentu yang diketahui secara umum.
Menurut Chaer 1994 makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan
referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau
makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contoh:
-petani didesa itu gagal panen karena serangan hama tikus. kata tikus
dalam kalimat diatas mengandung makna leksikal yaitu sejenisbinatang
pengerat yang dapat menyebabkan penyakit tifus dan merusak
tanaman.
- Anak itu selalu minum susu sebelum tidur. Kata minum pada kalimat
diatas mengandung makna leksikal yaitu kegiatan memasukkan zat cair
kedalam mulut dan menelannya.
2) Makna Gramatikal
Makna kata yang terjadi karena proses ketatabahasaan seperti
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Contoh:
- Batu seberat itu terangkat juga oleh adik. Penambhan awalan ter-
pada kata angkat memberikan makna dapat dalam kalimat tersebut.
Sehingga maksud dari kalimat tersebut adalah adik dapat mengangkat
batu seberat itu.
- Ketika bermain ditaman, Dina terdorong ke parit. Penambahan
kalimat ter- pada kata dorong memberikan makna tidak sengaja
sehingga maksud dari kalimat tersebut adalah ada seseorang atau
sesuatu yang tanpa sengaja mengakibatkan Dina jatuh keparit.
3) Makna Denotasi
Makna denotasi disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti
denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional,
makna referensial, atau makna proposisional. Disebut makna
denotasional, referensial, konseptual atau ideasional karena makna itu
menunjukkepada suatu referen, konsep, atau idetertentu dari suatu
referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan
kesadaran atau pengetahuan ; stimulus(dari pihak pembicara) dan
respons (dari pihak pendengar) menyangkup hal-hal yang dapat diserap
pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia . Contoh:
- Rani sedang makan pisang goreng. Kalimat diatas mengandung
makna sebenarnya yaitu Rani sedang memakan pisang yang digoreng
menggunakan minya goreng.
- Kaki ayah terjepit pintu. Kalimat diatas mengandung makna lugas
atau makna sebenarnya yaitu kaki (anggota tubuh bagian bawah yang
digunakan untuk berjalan) Ayah terjepit pintu.
4) Makna Konotasi
Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional ,
makna emotif, atau makna evaluative. Makna konotatif adalah suatu
jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nila-nilai
emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin
menimbulkan perasaan setuju- tidak setuju, senang-tidak senang dan
sebagainya. Pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan
kata yang bersifat konotatif. Konotasi timbul karena masalah hubungan
social atau hubungan interpersonal , yang mempertalikan kita dengan
orang lain. Sebab itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah
makna denotatif atau ideasional dan sebagainya.
Contoh:
- Rani makan hati karena tinglah laku suaminya. Kata makan hati pada
kalimat diatas memiliki makna kiasan yaitu tersiksahati dapikiran karena
perlakuan suaminya yang kurang baik.
- Kimi terkenal sebagai kutu buku disekolahnya. Kata kutu buku pada
kalimat tersebut bukan berarti sejenis hewan yang menyerang kertas atau
buku melainkan orang yang sangat rajin membaca dan sering terlihat
sedang membaca.

Makna Konotasi terdiri dari dua jenis yaitu konotasi positif yaitu
makna kata yang memiliki nilai rasa positif dan sebaliknya konotasi negatif
yaitu makna kata yang memiliki nilai rasa negatif. Jika dilihat dari ada
tidaknya referen dari kata tersebut, makna kata terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Makna Referensial
Makna kata yang memilih referen yaitu sesuatu yang luar bahasa diacu
oleh kata bermakna. Seperti: kata “kursi” termasuk kata bermakna
referensial karna mempunyai referenyaitu salah satu jenis perabotan
rumah tangga yang digunakan untuk duduk.
b.Makna Nonreferensial
Makna kata yang tidak memiliki referen yang diacu oleh kata tersebut.
Seperti: kata “sehingga” termasuk kata yang bermakna nonreferensial
karena kata tersebut tidak memiliki referen.
BAB III
PENUTUP

Di dalam Bahasa Indonesia, makna kata sangat penting dipelajari.


Pengetahuan tentang makna kata mempengaruhi pemahaman terhadap
suatu kalimat. Dalam makna kata, dipelajari pengertian makna kata, relasi makna
kata, jenis makna kata dan perubahan makna kata. Ada beberapa kata yang
memiliki makna yang berhubungan atau memiliki relasi, seperti sinonim, antonim,
dan lain sebagainya. Ada pula satu kata yang makna dulunya berbeda dari makna
sekarang, seperti spesialisasi, ameliorasi dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Keraf Goris “ Diksi dan Gaya Bahasa”, Jakarta , Gramedia


2. Edutafsi.com
2. Ilmubindo.com
3. Kelasindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai