Askep Anak Meningoencephalitis TBC
Askep Anak Meningoencephalitis TBC
Oleh :
Pangertian
Tuberkolosis yang terjadi pada paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat
penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.
Faktor Resiko
Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia
Tenggara.
Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan
status kesehatan.
Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker
PATOGENESIS
Sesak
3-10 Minggu
95% 5%
Respon Imun Selular
Sel T Spesifik
Gagal & Inadekuat
Makrofag Aktif
Membunuh/Menghambat
Basil TB
TB Aktif/Penyakit
(Limfadenitis TB)
Reaktifitas
Kuman
Infeksi primer
TBC
Peradangan Di Otak
Edema Pembentukan
Transudat & Eksudat
Kesadaran Hipovolemik
Diluar paru :
o Kelenjar limfe
o Otak dan selaput otak
o Tulang dan sendi
o Saluran cerna termasuk usus, perineum, hepar, kandung empedu, pankreas
o Saluran kemih termasuk ginjal
o Kulit
o Mata
o Telinga dan mastoid
o Jantung
o Membram serous perineum perikardium)
o Kelenjar endokrin (adrenal)
o Saluran nafas (tonsil, laring)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Diagnosis
Diagnosis kerja TBC biasanya dibuat berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin
dan gambaran radiologis paru, diagnosis pasti dapat fditemukan basil TBC pada
pemeriksaan yang pd anak karena gambaran klinik dan radiologiktidak selalu spesifik,
sedangkan uji tuberkulin tidak dapat menentukan adanya TBC yang aktif berbagai usaha
untuk menegakkan diagnosis papsti pada TBC belum ada yang memuaskan , pmeriksaan
laboratorium yg saat ini dilakukan dengan biakan cepat memakai sisitem BACTEC dengan
tehnik kultur biasa tetapi dengan medium cair yang mengandung asam lemak (palmitat)
yang dilanel dengan zat radioaktif carbo n 14, kalau M .TBC mencerna asam lemak zat
radioktif 14 CO2 dilepaskakn dan berkumpul diatas tabung dan ini diukur pada istrumen
BACTEC dan dinyatakan sebagai masker dari pertumbuhan bakteri (growth indeks)
Kelebihan sisitem BACTEC ini hasil ya dapat dibaca lebih cepat (7- 10 hari) dibanding
dengan lowenstein yensen (4-6 minggu), harga yg m asih mahal merupakan kendala dari
pemeriksaan ini
Uji serologis fegan cara ELIZA, uji aglutinasi kaolin, uji pperoksidase anti peroksidase
(PAP) pada umumnya masih kontroversial dan mahal sehingga belum dapat dianjurkan
secara luas. Harapan baru dengan ditemukan PCR (polymerase chaim reaction) merupakan
pemeriksaan yg sensitif dengan menggunakan DNA spesifik yg dapat mendeteksi
meskipun hanya ada 1 M.TBC dalam spesimen seperti sputum, bilasan lambung cairan
serebrospinal harapan meskipun perannanny a dalam klinik pada TBC anak belum cukup
diteliti.
Mengingat gambaran klinis danradiologis pada TBC tidak selalu dan juga
pemeriksaanlaboratorium lain selain mahal juga hasilnya memerlukan evaluasi lebih lanjut
maka ada brbagai usaha untuk membuat pendekatan diagnosis TBC anak
Stegen dkk(1969) membuat sisitem nilai atau angka diagnosis TBC.
Penemuan Nilai
BTA positif /Biakan M.TB +3
Granuloma TBC (PA) +3
Ujin tuberkulin 10 mm atu lebih +3
Gambaran rontgen sugesif TBC +2
Uji tuberkulin 5 -9 mm +2
Konversi uji tuberkulin dari negatif menjadi +2
positif +2
Gambaran rontgen tidak spesifik +1
Pemeriksaan fisis sesuai TBC +1
Riwayat kontak dengan TBC +1
Granuloma non spesifik +1
Umur kurang dari 2 tahun +1
BCG dalam 2 tahun terakhir
PEMERIKSAAN FISIK
1. Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen
(menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura.
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2. Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub
mandibula.
4. Kadang terjadi abses.
2. Foto rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilu s atau
kelenjar paratrakeal
Pada foto rotgen bila ada disongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran
radiologis, harus dicurigai TBC
3. Gambaran klinis:
Tanpa gejala.
Gejala umum/tidak spesifik.
- Demam lama.
- BB turun/tidak naik.
- Malnutrisi.
- Malaise.
- Batuk lama.
- Diare berlanjut/berulang.
Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
7. Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8. Lain-lain
- Uji faal paru.
- Bronkoskopi.
- Bronkografi.
- Serologi.
- dll.
a. Dicurigai tuberkolosis
1) Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkolosis pasti
2) Anak dengan :
o Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak
atau batuk rejan
o Berat nadan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik
dengan pengobatan antibiotika dan penyakit pernafasan.
o Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit.
b. Mungkin tuberkolosis
Anak dapat dicurigai tuberkolosis ditambah :
o Uji tuberkulin positif (10 mm atau lebih)
o Foto rotgen paru sugesif tuberkolosis
o Respon histologis biopsi sugetif tuberkolosis
o Respon yg baik pad apengobatan dengan OAT
c Pasti tuberkolosis (confirme TBC)
Ditemukan basil tuberkolosis pad apemeiksaan langsung at au biakan
Ientifikasi mycobakterium tuberkolosis pada karakteristik biakan.
PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan
1. OAT ( oabat anti tuberkulosa )
2. Bronchodilator
3. Expectoran
4. OBH
5. Vitamin
6. Antibiotik
Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.
Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
- Erikson percaya bahwa perkembangan adalah sebuah proses continu yang
merupakan karakteristik dari tahap yg berbeda dari prestasinya tujuan perkembangan
yg mempengarauhi lingkungan sosialnya dan lainnya yg berarti bagi individu
- Usia sekolah : fase industri vs interiority (rajin vs rendah diri)
- Usia sekolah /school age : 6 – 12 tahun
- Berfokos pd hasil akhir suatu pencapaian (prestasi = achievemant)
- Anak memperoleh kesenangan dari penyelesaian tuganya /pekerjaannya dan
menerima penghargaan untuk usaha kepandaiannya
Jika anak tidak mendapat penerimaan dari teman sebayanya atau tidak dapat memeuhi
harapan orangtuannya ia m erasa rendah diri kurang menghargai dirinya untuk dapat
berkembang
Jadi fokos pada anak sekolah adalah pada hsil prestasinya, pengakuannya dan pujian dari
keluarganya, guru atau teman sebaya, perkembangan adalah pengertian daripersaingan
.kompetensi dan kerajinananya
Pertumbuhan
BB ; 6 -12 umur (th) x 7 -5
2
TB : 6 tahun 1,5 x TB setahun
13 tahun 3 x TB lahir (2 x TB 2th)
gigi
molar pertama 6 -7 th
insisor : 7 – 9 th
premolar 9 – 11 th
kaninus 10 – 12 th
molar kedua 12 – 16 th
molar ketiga 12 – 25 th
jaringan lemak
pertumbuhan jaringan lemak menghambat sampai anak berumur 6 tahaun jaringa lemak
akan betambah lagi pd anak perempuan umur 8 tahun dan pada anak laki-laki umur 10 th
Dx. I.
Independen
1. Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal
dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion
dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan
kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
3. Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan,
terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan
mengurangi residu dari paru-paru
4. Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi
Kolaborasi
5. Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan
perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
6. Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan
menurunnya tegangan paru.
Dx. II.
Independen
1. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui
bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang
diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan
terapi pencegahan.
3. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4. Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
5. Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
6. Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi
tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai
tiga bulan.
Kolaborasi
7. Pemberian terapi untuk anak
a. INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-
obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan
etambutol untuk 2 bulan pertama.
b. Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine,
Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
c. Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas
waktu yang ditentukan.
Dx. III.
Independen
1 Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,
tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa
banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik.
Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
2 Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya :
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang
membutuhkan evaluasi secepatnya.
3 Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang
memadai membantu mengencerkan dahak.
4 Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga
misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah
diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
5 Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi
dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara
obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan
mencegah terjadinya putus obat.
6 Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya :
mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan
darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan
klien untuk menjalani terapi.
7 Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan ketajaman penglihatan dan
juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.
8 Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya.
Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan
meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan
memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
9 Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara
yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali.
Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi
: formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema,
bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan
penularan kuman.
Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor kulit
2. Timbang berat badan
3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
4 Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
5 Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
6 Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.
7 Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
8 Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan
untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.
DIAGNOSA KEPERAWATAN MENINGOENCEPALITIS TB
Tujuan :
Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasa sakit kepala berkurang
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Pasien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat
tidur terlentang tanpa bantal meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
neurologis dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan
TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati- keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
hati pada hipertensi sistolik fluktuatif. Kegagalan autoregulasi akan
menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang
dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik
dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan
perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL
dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada
pasien yang tidak sadar serta nausea yang
menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas muntah atau batuk dapat meningkatkan
muntah, batuk. Anjurkan pasien tekanan intrakranial dan intraabdomen.
untuk mengeluarkan napas apabila Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah
bergerak atau berbalik di tempat posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
tidur.
Kolaborasi : Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan
Berikan cairan perinfus dengan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat
perhatian ketat. menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan
pemberian oksigen pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter Terapi yang diberikan dapat menurunkan
seperti: Steroid, Aminofel, permeabilitas kapiler.
Antibiotika. Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Independent
Usahakan membuat lingkungan Menurunkan reaksi terhadap rangsangan ekternal
yang aman dan tenang atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan
pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
dan kain dingin pada mata otak
Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan
pasif sesuai kondisi dengan lembut dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
dan hati-hati
Kolaborasi : Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit.
Berikan obat analgesik Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi
karena berdampak pada status neurologis sehingga
sukar untuk dikaji.
Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Independent :
Monitor kejang pada tangan, kaki, Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan
mulut dan otot-otot muka lainnya evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang terjadi
seperti batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat suction selalu
berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo,
fae akut sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi :
Berikan terapi sesuai advis dokter Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
seperti; diazepam, phenobarbital, Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
dll. respiratorius depresi dan sedasi.
Tindakan :
Intervensi Rasional
Independen : Mengidentifikasi kersakan fungsi dan
Review kemampuan fisik dan menentukan pilihan intervensi
kerusakan yang terjadi
Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala Kemungkinan tingkat ketergantungan (0) hanya
ketergantungan dari 0 - 4 memerlukan bantuan minimal (1)Memerlukan
bantuan moderate (3) Memerlukan bantuan
komplit dari perawat (4)Klien yang memerlukan
pengawasan khusus karena resiko injury yang
tinggi
Berikan perubahan posisi yang teratur Perubahan posisi teratur dapat mendistribusikan
pada klien berat badan secara meneyluruh dan memfasilitasi
peredaran darah serta mencegah dekubitus
Pertahankan body aligment adekuat, Mencegah terjadinya kontraktur atau foot drop
berikan latihan ROM pasif jika klien serta dapat mempercepat pengembalian fungsi
sudah bebas panas dan kejang tubuh nantinya
Berikan perawatan kulit secara Memfasilitasi sirkulais dan mencegah gangguan
adekuat, lakukan masasse, ganti integritas kulit
pakaian klien dengan bahan linen dan
pertahankan tempat tidur dalam
keadaan kering
Berikan perawatan mata, bersihkan Melindungi mata dari kerusakan akibat
mata dan tutup dengan kapas yang terbukanya mata terus menerus
basah sesekali
Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak Indikasi adanya kerusakan kulit
pada area kulit
Tindakan :
Intervensi Rasional
Evaluasi secara teratur perubahan Kerusakan area otak akan menyebabkan klien
orientasi klien, kemampuan bicara, mengalami gangguan persepsi sensori. Sejalan
keadaan emosi serta proses berpikir dengan proses peneymbuhan, lesi area otak akan
klien. mulai membaik sehingga perlu dievaluasi
kemajuan klien
Kaji kemampuan menterjemahkan Informasi tersebut penting untuk menentukan
rangsang sensori misalnya : respon tindak lanjut bagi klien
terhadap sentuhan, panas atau dingin,
serta kesadaran terhadap pergerakan
tubuh.
Batasi suara-suara bising serta Menurunkan kecemasan, dan mencegah
pertahankan lingkungan yang tenang kebingungan pada klien akibat rangsang sensori
berlebihan
Tetap bicara dengan klien dengan suara Rangsang sensori tetap diberikan pada klien
yang tenang, gunakan kata-kata yang walaupun dalam keadaan tidak sadar untuk
sederhana dan singkat serta memacu kemampuan sensori persepsi klien
pertahankan kontak mata
Kolaborasi : Untuk dapat memberikan penanganan
Rujuk ke ahli fisioterapi atau okupasi menyeluruh pada klien
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
Tujuan :
Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria tidak adanya tanda malnutrisi dengan nilai
laboratorium dalam batas normal
Tindakan :
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien dalam menelan, Faktor-faktor tersebut menentukan kemampuan
batuk dan adanya sekret menelan klien dan klien harus dilindungi dari
resiko aspirasi
Auskultasi bowel sounds, amati Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada
penurunan atau hiperaktivitas suara kerusakan otak, bowelll sounds menentukan
bpowell respon feeding atau terjadinya komplikasi
misalnya illeus
Timbang berat badan sesuai indikasi Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan
makanan
Berikan makanan dengan cara Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi
meninggikan kepala
Pertahankan lingkungan yang tenang Membuat klien merasa aman sehingga asupan
dan anjurkan keluarga atau orang dapat dipertahankan
terdekat untuk memberikan makanan
pada klien
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
FKUI. Jakarta.
III. SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. N.H yang dirawat di Ruang anak (B 3) di RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
IV. MATERI
1. Tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Lama pemberian obat TB pada anak.
6. Efek samping obat TB pada anak.
V. METODE
- Ceramah
- Tanya jawab
VI. MEDIA:
- Leaflet/brosur.
IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Subhan
Pembimbing : - Ibu Sri Wahyuningsih
- Ririn Probowati, Skp,MKes
Materi Penyuluhan:
A. Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.
B. Prinsip Pengobatan TB
1. Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu cepat
mengobati daripada terlambat mengobati. Setelah diperiksa dengan teliti dan
selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka langsung diobati.
Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB lebih pasti pengobatan di
teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada perbaikan nyata, mungkin bukan TB
atau ada resistensi terhadap obat. Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.
INH
Rmp Meningitis TB Dosis tunggal setiap hari 12 bulan (Strep &
Strep dosis berbeda PZA 2 bulan)
PZA
Rmp :
Hepatitis
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
Keseimbangan
Gangguan pendengaran
Etambutol:
Radang pada syaraf mata
Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
Mual
Muntah
Racun di hati
PAS (P):
Gastritis (maag)
Racun di hati.
Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC
menjadi resisten/kuman tahan terhadap obat yang diberikan dan resiko kambuh
kembali.