Anda di halaman 1dari 36

Laporan Pendahuluan

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN TUBERKULOSIS PARU

Oleh :

Pangertian

Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada


paru. Yang biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999)

Tuberkolosis yang terjadi pada paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat
penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.

Faktor Resiko

 Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia
Tenggara.

 Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan
status kesehatan.

 Bayi dan anak di bawah 5 tahun.

 Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker

PATOGENESIS

Inhalasi Droplet Nuclei


Berisi M. Tuberculosis

Droplet Nuclei > 10 Mukosa Droplet Nuclei 5


Tidak Ada Infeksi
Intak Saluran Nafas Atas Menembus Lapisan
Mukosa Silier Atas
Reaksi Inflamasi Non
Spesifik Alveolus

Basil TB Dalam Makrofag


Alveolus

Penyebaran Limfogen Lokal


Penyebaran Hematogen

Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe

Fibrosis Timbul jar. Ikat


sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn.
Baik.

Sesak

3-10 Minggu

95% 5%
Respon Imun Selular
Sel T Spesifik
Gagal & Inadekuat

Makrofag Aktif
Membunuh/Menghambat
Basil TB
TB Aktif/Penyakit
(Limfadenitis TB)

Reaktifitas

TB In Aktif Mungkin Imunitas Menurun


5%
Masih Ada Basil TB Atau Gagal

Kuman

Infeksi primer

Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi


ghon - Menyebar ke seluruh
tubuh scr.
Bronkhogen,
limphogen,
hematogen

Infeksi post primer Kuman dormant


Muncul bertahun kemudian

Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jar. keju Sarang meluas


Jika dibatukkan sembuh dgn.
membentuk kavitas. Jar. Fibrotik

Kavitas meluas Memadat & membungkus diri Bersih &


menyembuh
Membentuk sarang tuberkuloma
Patofisiological pathway

TBC

Virus/Bakteri masuk Jaringan Otak

Peradangan Di Otak

Edema Pembentukan
Transudat & Eksudat

Gangguan Perfusi Reaksi Kuman Iritasi Korteks Kerusakan


Kerusakan
Jaringan Cerebral Patogen Cerebral Area Saraf IV Saraf IX
Fokal Seizure

Suhu Tubuh Resiko Trauma Sulit Sulit


Nyeri Mengunyah
Makan

Deficit Cairan Gangguan


Pemenuhan
Nutrisi

Kesadaran Hipovolemik

Stasis Cairan Tubuh Gangguan Mobilitas Fisik


Gangguan Persepsi Sensori
Penumpukan Sekret

Gangguan Bersihan Jalan Nafas


Lesi Pada Tbc Paru
o Kelenjar limfe : hilus, parantrakeal, mediatinum
o Parenkhim : fokos primer, pnemonia, atelaktis, terkuloma, kavitas
o Saluran pernafasan : air traping” penyakit endobronkhial , trakeobronkhial,
stenosis, bronkhus, fistula bronkhopleura, bronkhopl, bronkhoektasis, fistula
bronkhoesofagus.
o Pleura : efusi, emfisema, pneumothorak, hemothorak, fistula bronkhop;eura
o Pembuluh darah : milier, perdarahan paru.

Bentuk klinis TBC Pada Anak


Penyakit TB paru :
o TBC paru primer (pembesaran kelenjar hilus dengan atau tanpa kelainan
parenkhim)
o TC paru progresif (pneumonia, TBC endobronkhial)
o TBC milier
o Efusi pleura
o TBC kronik : fibrosis, tuberkuloma, kavitas

Diluar paru :
o Kelenjar limfe
o Otak dan selaput otak
o Tulang dan sendi
o Saluran cerna termasuk usus, perineum, hepar, kandung empedu, pankreas
o Saluran kemih termasuk ginjal
o Kulit
o Mata
o Telinga dan mastoid
o Jantung
o Membram serous perineum perikardium)
o Kelenjar endokrin (adrenal)
o Saluran nafas (tonsil, laring)

Tanda Dan Gejala


untuk itu penting memikirkan adanya TBC pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-
tanda yang mencurigakan :
1. pada anak harus dicurigai adanya TBC kalau :
a. kontak erat(serumah dengan penderita TBC dengan sputum BTA (+)
b. terdpat reaksi kemerahan setelah penyuntikan BCG selama 3-7 hari.
c. Terdapat gejala umum
2 Gejala-gejala yg harus dicurigai TBC
a. Gejala umu /tidak spesifik
(1) Berat badan turun atau malnutrisis tanpa sebab yg jelas atau tidak naik
dalam bulan dengan penangan gizi.
(2) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh danberat badan
tidak naik (failure to thirive) dengan adekuat
(3) Demam lama /berulang tanpa sebab yg jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam
(4) Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yg tidak sakit, biasanya multipel,
paling sering didaerah leher, axilla dan inguinal.
(5) Gejala-gejala respiratorik :
o Batuk lama lebih dari 3 minggu
o Tanda adanya cairan didada, nyeri dada.
(6) Gejala gastrointestinal
o Diare peristen yg tidak sembuh dengan pengobatan diar e
o Benjolan /massa diabdomen
o Tanda-tanda cairan dalam abdomen
b. Gejala spesifik
(1) TBC kulit/skrofuloderma.
(2) TBC tulang dan sendi
o Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
o Tulang panggul (koksitis) : pincang
o Tulang lutut : pincang dan/atau bengkak
o Tulang kaki dan tangan
o Dengagn gejala bengkakan sendi.gibbus, pincang, sulit
membungkuk
(3) TBC otak dan saraf
o Menigitis
Dengan gejala iritabel kaku kuduk, muntah-muntah dan kesaran menurun
(4) Gejala mata
o Conjungtivitis phlyctenularis
o Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskofi)
(5) Lain-lain

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:

Diagnosis
Diagnosis kerja TBC biasanya dibuat berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin
dan gambaran radiologis paru, diagnosis pasti dapat fditemukan basil TBC pada
pemeriksaan yang pd anak karena gambaran klinik dan radiologiktidak selalu spesifik,
sedangkan uji tuberkulin tidak dapat menentukan adanya TBC yang aktif berbagai usaha
untuk menegakkan diagnosis papsti pada TBC belum ada yang memuaskan , pmeriksaan
laboratorium yg saat ini dilakukan dengan biakan cepat memakai sisitem BACTEC dengan
tehnik kultur biasa tetapi dengan medium cair yang mengandung asam lemak (palmitat)
yang dilanel dengan zat radioaktif carbo n 14, kalau M .TBC mencerna asam lemak zat
radioktif 14 CO2 dilepaskakn dan berkumpul diatas tabung dan ini diukur pada istrumen
BACTEC dan dinyatakan sebagai masker dari pertumbuhan bakteri (growth indeks)

Kelebihan sisitem BACTEC ini hasil ya dapat dibaca lebih cepat (7- 10 hari) dibanding
dengan lowenstein yensen (4-6 minggu), harga yg m asih mahal merupakan kendala dari
pemeriksaan ini

Uji serologis fegan cara ELIZA, uji aglutinasi kaolin, uji pperoksidase anti peroksidase
(PAP) pada umumnya masih kontroversial dan mahal sehingga belum dapat dianjurkan
secara luas. Harapan baru dengan ditemukan PCR (polymerase chaim reaction) merupakan
pemeriksaan yg sensitif dengan menggunakan DNA spesifik yg dapat mendeteksi
meskipun hanya ada 1 M.TBC dalam spesimen seperti sputum, bilasan lambung cairan
serebrospinal harapan meskipun perannanny a dalam klinik pada TBC anak belum cukup
diteliti.
Mengingat gambaran klinis danradiologis pada TBC tidak selalu dan juga
pemeriksaanlaboratorium lain selain mahal juga hasilnya memerlukan evaluasi lebih lanjut
maka ada brbagai usaha untuk membuat pendekatan diagnosis TBC anak
Stegen dkk(1969) membuat sisitem nilai atau angka diagnosis TBC.
Penemuan Nilai
BTA positif /Biakan M.TB +3
Granuloma TBC (PA) +3
Ujin tuberkulin 10 mm atu lebih +3
Gambaran rontgen sugesif TBC +2
Uji tuberkulin 5 -9 mm +2
Konversi uji tuberkulin dari negatif menjadi +2
positif +2
Gambaran rontgen tidak spesifik +1
Pemeriksaan fisis sesuai TBC +1
Riwayat kontak dengan TBC +1
Granuloma non spesifik +1
Umur kurang dari 2 tahun +1
BCG dalam 2 tahun terakhir

Jumlah nilai : 1 -2 sangat tidak mungkin TBC


3 – 4 mungkin TBC, pmeriksaan lebih lanjut
5 – 6 sangat mungkin TBC
7 praktis TBC
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar
seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar
yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
 Pernah berobat tapi tidak sembuh?
 Pernah berobat tapi tidak teratur?
 Riwayat kontak dengan penderita TBC.
 Daya tahan yang menurun.
 Riwayat imunisasi/vaksinasi.
 Riwayat pengobatan.
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
 Riwayat keluarga.
 Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
 Aspek psikososial.
 Merasa dikucilkan.
 Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
 Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
 Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak.
 Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
 Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi
rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif – perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah
finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7) Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8) Pola peran – hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9) Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10) Pola koping – toleransi stres
Menarik diri, pasif.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
 Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen
(menghasilkan sputum).
 Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
 Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura.
 Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
 Pada tahap dini sulit diketahui.
 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara limforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
 Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2. Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub
mandibula.
4. Kadang terjadi abses.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN


1. Uji tuberkulin
Infeksi TB imunitas seluler hipersensitifitas tipe lambat uji tuberkulin +.
Uji tuberkulin dengan cara mantaoux (penyuntikan intrakutan) dgn semprit tuberkulin
1 cc jarum 26.
Tuberkulin dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau PPD-S kekuatan
5 TU.
Pembacaan dilakukan 48 – 72 jam setelah penyuntikan, diukur diameter tranversal dari
indurasi yg terjadi ukuran yg dinyatakan dalam milimeter
Uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada aktif
pada anak.
Dapat mendeteksi TBC secara dini
Uji tuberkulin dapat negatif pd TBC berat dan anergi (malnutrisi,penyakit berat,
imunosupresif,dll).
Postif bila indurasu : ≥ 10 mm (bila BCG scar -), bila BCG scar + ≥ 15 mm,reaksi
cepat BCG : tampak kemerahan dan indurasi ≥5 mm (dalam 3 – 7 hari) maka dicurigai
telah terinfeksi mycobacterium tuberkolosis.

2. Foto rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilu s atau
kelenjar paratrakeal
Pada foto rotgen bila ada disongkruensi antara gambaran klinis dan gambaran
radiologis, harus dicurigai TBC

3. Gambaran klinis:
 Tanpa gejala.
 Gejala umum/tidak spesifik.
- Demam lama.
- BB turun/tidak naik.
- Malnutrisi.
- Malaise.
- Batuk lama.
- Diare berlanjut/berulang.
 Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.

4. Pemeriksaan mikrobiologis dan serologis


Pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dari sputum (pada anak bilasan lambung
karena sputum sulit didapat pada anak).
Biakam basil TBC memakan waktu lama
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 – 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
Serologis (elisa, PAPA, mycodot, dll)
5. Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6. Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.

7. Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.

8. Lain-lain
- Uji faal paru.
- Bronkoskopi.
- Bronkografi.
- Serologi.
- dll.

Petunjuk WHO untuk diagnosa Tuberkolosis Anak

a. Dicurigai tuberkolosis
1) Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkolosis pasti
2) Anak dengan :
o Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak
atau batuk rejan
o Berat nadan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik
dengan pengobatan antibiotika dan penyakit pernafasan.
o Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit.
b. Mungkin tuberkolosis
Anak dapat dicurigai tuberkolosis ditambah :
o Uji tuberkulin positif (10 mm atau lebih)
o Foto rotgen paru sugesif tuberkolosis
o Respon histologis biopsi sugetif tuberkolosis
o Respon yg baik pad apengobatan dengan OAT
c Pasti tuberkolosis (confirme TBC)
Ditemukan basil tuberkolosis pad apemeiksaan langsung at au biakan
Ientifikasi mycobakterium tuberkolosis pada karakteristik biakan.
PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
 Penyuluhan
 Pencegahan
 Pemberian obat-obatan
1. OAT ( oabat anti tuberkulosa )
2. Bronchodilator
3. Expectoran
4. OBH
5. Vitamin
6. Antibiotik
 Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.

TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Tahap perkembangan psikososial (sigmund freud)


Suatu proses pertambahan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yg menimbulkan dorongan
untuk mencari stimulasi dan kejiwaan yg menimbulkan dorongan untuk mencarai stimulus
dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadai dewasa.

Usia sekolah : fase laten (5 – 12 tahun)


Anak masuk kepermulaan fase pubertas
Periode integrasi ,dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial
Contoh : hubungan kelompok, pelajaran sekolah konsep moral dan etik, hubungan dengan
dunia dewasa.
Fase tenanga
Dorongan libido mereda sementara
Erotik zona berkurang
Anak tertaraik dengan fafse group (kelompok sebaya)

Tahap pertumbuhan cepat:


Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang
sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta panjang
badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas
bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara
bergantian.
Tahap pertumbuhan otak
 Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang
menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum
termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.
 Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
- Mulai melakukan rangsangan autoerotik.
- Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
- Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.
Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik.
Elektra komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.
 Fase laten (5 – 12 tahun)
- Masuk ke permulaan fase pubertas.
- Periode terintegrasi.
- Fase tenang.
- Dorong libido mereda sementara.
- Erotik zona berkurang.
- Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
- Erikson percaya bahwa perkembangan adalah sebuah proses continu yang
merupakan karakteristik dari tahap yg berbeda dari prestasinya tujuan perkembangan
yg mempengarauhi lingkungan sosialnya dan lainnya yg berarti bagi individu
- Usia sekolah : fase industri vs interiority (rajin vs rendah diri)
- Usia sekolah /school age : 6 – 12 tahun
- Berfokos pd hasil akhir suatu pencapaian (prestasi = achievemant)
- Anak memperoleh kesenangan dari penyelesaian tuganya /pekerjaannya dan
menerima penghargaan untuk usaha kepandaiannya
Jika anak tidak mendapat penerimaan dari teman sebayanya atau tidak dapat memeuhi
harapan orangtuannya ia m erasa rendah diri kurang menghargai dirinya untuk dapat
berkembang
Jadi fokos pada anak sekolah adalah pada hsil prestasinya, pengakuannya dan pujian dari
keluarganya, guru atau teman sebaya, perkembangan adalah pengertian daripersaingan
.kompetensi dan kerajinananya
Pertumbuhan
BB ; 6 -12 umur (th) x 7 -5
2
TB : 6 tahun 1,5 x TB setahun
13 tahun 3 x TB lahir (2 x TB 2th)

gigi
molar pertama 6 -7 th
insisor : 7 – 9 th
premolar 9 – 11 th
kaninus 10 – 12 th
molar kedua 12 – 16 th
molar ketiga 12 – 25 th

jaringan lemak
pertumbuhan jaringan lemak menghambat sampai anak berumur 6 tahaun jaringa lemak
akan betambah lagi pd anak perempuan umur 8 tahun dan pada anak laki-laki umur 10 th

perkembangan anak secara intelektual (jean piaget)


kongkrit operasional ( 7 -11 th)
mengerti hukum konservasi
(menjumlah dan mengukur)
mulai berpikir logis dan terarah dan dapat menulis dan mengelengkan

DIAGNOSA PERAWATAN TB PARU


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
 Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
 Kerusakan membran alveolar kapiler
 Sekret yang kental
 Edema bronchial.

2. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :


 Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
 Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
 Malnutrisi
 Terkontaminasi oleh lingkungan
 Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
3. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,
berhubungan dengan :
 Tidak ada yang menerangkan
 Interpretasi yang salah, tidak akurat
 Informasi yang didapat tidak lengkap
 Terbatasnya pengetahuan / kognitif.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :


 Kelelahan
 Batuk yang sering, adanya produksi sputum
 Dyspnoe
 Anoreksia
 Penurunan kemampuan finansial (keluarga).

INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Dx. I.
Independen
1. Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal
dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion
dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan
kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
3. Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan,
terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan
mengurangi residu dari paru-paru
4. Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi

Kolaborasi
5. Monitor BGA
Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan
perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
6. Memberikan oksigen tambahan
Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan
menurunnya tegangan paru.

Dx. II.
Independen
1. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui
bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan
potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang
diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan
terapi pencegahan.
3. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4. Gunakan masker setap melakukan tindakan
Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
5. Monitor temperatur
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
6. Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi
tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai
tiga bulan.

Kolaborasi
7. Pemberian terapi untuk anak
a. INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-
obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan
etambutol untuk 2 bulan pertama.
b. Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine,
Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
c. Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas
waktu yang ditentukan.

Dx. III.
Independen
1 Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,
tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa
banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik.
Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
2 Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya :
hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang
membutuhkan evaluasi secepatnya.
3 Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang
memadai membantu mengencerkan dahak.
4 Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga
misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah
diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
5 Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi
dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara
obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan
mencegah terjadinya putus obat.
6 Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya :
mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan
darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan
klien untuk menjalani terapi.
7 Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan ketajaman penglihatan dan
juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.
8 Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya.
Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan
meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan
memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
9 Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara
yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya
mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali.
Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi
: formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema,
bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan
penularan kuman.

Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1. Catat turgor kulit
2. Timbang berat badan
3. Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
4 Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
5 Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
6 Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.
7 Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
8 Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan
untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.
DIAGNOSA KEPERAWATAN MENINGOENCEPALITIS TB

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :


Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan :
 Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
 Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Rasa sakit kepala berkurang
 Kesadaran meningkat
 Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.

Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Pasien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat
tidur terlentang tanpa bantal meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
neurologis dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan
TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati- keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
hati pada hipertensi sistolik fluktuatif. Kegagalan autoregulasi akan
menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang
dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik
dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik.
Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan
perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL
dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada
pasien yang tidak sadar serta nausea yang
menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas muntah atau batuk dapat meningkatkan
muntah, batuk. Anjurkan pasien tekanan intrakranial dan intraabdomen.
untuk mengeluarkan napas apabila Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah
bergerak atau berbalik di tempat posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
tidur.
Kolaborasi : Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan
Berikan cairan perinfus dengan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat
perhatian ketat. menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan
pemberian oksigen pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter Terapi yang diberikan dapat menurunkan
seperti: Steroid, Aminofel, permeabilitas kapiler.
Antibiotika. Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.

Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak


Tujuan :
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria evaluasi :
 Pasien dapat tidur dengan tenang
 Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Independent
Usahakan membuat lingkungan Menurunkan reaksi terhadap rangsangan ekternal
yang aman dan tenang atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan
pasien untuk beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
dan kain dingin pada mata otak
Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan
pasif sesuai kondisi dengan lembut dapat menurunkan rasa sakit / disconfort
dan hati-hati
Kolaborasi : Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit.
Berikan obat analgesik Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi
karena berdampak pada status neurologis sehingga
sukar untuk dikaji.
Resiko injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
Independent :
Monitor kejang pada tangan, kaki, Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan
mulut dan otot-otot muka lainnya evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman Melindungi pasien bila kejang terjadi
seperti batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat suction selalu
berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo,
fae akut sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi :
Berikan terapi sesuai advis dokter Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
seperti; diazepam, phenobarbital, Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
dll. respiratorius depresi dan sedasi.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan


kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
Tujuan :
Tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan bladder
optimal serta peningkatan kemampuan fisik

Tindakan :
Intervensi Rasional
Independen : Mengidentifikasi kersakan fungsi dan
Review kemampuan fisik dan menentukan pilihan intervensi
kerusakan yang terjadi
Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala Kemungkinan tingkat ketergantungan (0) hanya
ketergantungan dari 0 - 4 memerlukan bantuan minimal (1)Memerlukan
bantuan moderate (3) Memerlukan bantuan
komplit dari perawat (4)Klien yang memerlukan
pengawasan khusus karena resiko injury yang
tinggi
Berikan perubahan posisi yang teratur Perubahan posisi teratur dapat mendistribusikan
pada klien berat badan secara meneyluruh dan memfasilitasi
peredaran darah serta mencegah dekubitus
Pertahankan body aligment adekuat, Mencegah terjadinya kontraktur atau foot drop
berikan latihan ROM pasif jika klien serta dapat mempercepat pengembalian fungsi
sudah bebas panas dan kejang tubuh nantinya
Berikan perawatan kulit secara Memfasilitasi sirkulais dan mencegah gangguan
adekuat, lakukan masasse, ganti integritas kulit
pakaian klien dengan bahan linen dan
pertahankan tempat tidur dalam
keadaan kering
Berikan perawatan mata, bersihkan Melindungi mata dari kerusakan akibat
mata dan tutup dengan kapas yang terbukanya mata terus menerus
basah sesekali
Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak Indikasi adanya kerusakan kulit
pada area kulit

Kerusakan sensori persepsi berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensori,


transmisi sensori dan integrasi sensori
Tujuan :
Kesadaran klien dan persepsi sensori membaik

Tindakan :
Intervensi Rasional
Evaluasi secara teratur perubahan Kerusakan area otak akan menyebabkan klien
orientasi klien, kemampuan bicara, mengalami gangguan persepsi sensori. Sejalan
keadaan emosi serta proses berpikir dengan proses peneymbuhan, lesi area otak akan
klien. mulai membaik sehingga perlu dievaluasi
kemajuan klien
Kaji kemampuan menterjemahkan Informasi tersebut penting untuk menentukan
rangsang sensori misalnya : respon tindak lanjut bagi klien
terhadap sentuhan, panas atau dingin,
serta kesadaran terhadap pergerakan
tubuh.
Batasi suara-suara bising serta Menurunkan kecemasan, dan mencegah
pertahankan lingkungan yang tenang kebingungan pada klien akibat rangsang sensori
berlebihan
Tetap bicara dengan klien dengan suara Rangsang sensori tetap diberikan pada klien
yang tenang, gunakan kata-kata yang walaupun dalam keadaan tidak sadar untuk
sederhana dan singkat serta memacu kemampuan sensori persepsi klien
pertahankan kontak mata
Kolaborasi : Untuk dapat memberikan penanganan
Rujuk ke ahli fisioterapi atau okupasi menyeluruh pada klien
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
Tujuan :
Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria tidak adanya tanda malnutrisi dengan nilai
laboratorium dalam batas normal

Tindakan :
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien dalam menelan, Faktor-faktor tersebut menentukan kemampuan
batuk dan adanya sekret menelan klien dan klien harus dilindungi dari
resiko aspirasi
Auskultasi bowel sounds, amati Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada
penurunan atau hiperaktivitas suara kerusakan otak, bowelll sounds menentukan
bpowell respon feeding atau terjadinya komplikasi
misalnya illeus
Timbang berat badan sesuai indikasi Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan
makanan
Berikan makanan dengan cara Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi
meninggikan kepala
Pertahankan lingkungan yang tenang Membuat klien merasa aman sehingga asupan
dan anjurkan keluarga atau orang dapat dipertahankan
terdekat untuk memberikan makanan
pada klien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner / Suddarth, Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia, 1984

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta.

Doengoes, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

Donna, Medical Surgical Nursing, WB Saunders, 1991

IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir Penyakit


Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak. Jakarta.

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
FKUI. Jakarta.

…….. 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah PSIK FK Unair Surabaya.


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Ilmu Keperawatan Anak


Topik : Pengobatan TB pada anak
Sub Topik : Anjuran pemberian pengobatan secara intensif & tuntas serta benar
Sasaran : Keluarga (ibu & ayah), klien
Tempat : Ruang Anak (B 3), RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari/Tanggal : Rabu, 20 NOP 2002
Waktu : 1 x 20 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui pengobatan TB yang
harus diberikan kepada anaknya selama sakit.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat:
1. Menyebutkan tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Menyebutkan prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Menyebutkan alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Menyebutkan obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Menyebutkan lama pemberian obat TB pada anak.
6. Menyebutkan efek samping obat TB pada anak.

III. SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. N.H yang dirawat di Ruang anak (B 3) di RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.

IV. MATERI
1. Tujuan pengobatan TB secara umum.
2. Prinsip pengobatan TB pada anak.
3. Alternatif pengobatan TB pada anak.
4. Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5. Lama pemberian obat TB pada anak.
6. Efek samping obat TB pada anak.
V. METODE
- Ceramah
- Tanya jawab

VI. MEDIA:
- Leaflet/brosur.

VII. KRITERIA EVALUASI


Kriteria proses:
1. Ibu dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2. Ibu dan keluarga konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3. Ibu dan keluarga mengaju kan pertanyaan & menjawab pertanyaan secara
benar.
Kriteria hasil:
1. Ibu mengetahui tentang tujuan pengobatan TB pada anak.
2. Ibu mengetahui tentang:
1) Tujuan pengobatan TB secara umum.
2) Prinsip pengobatan TB pada anak.
3) Alternatif pengobatan TB pada anak.
4) Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5) Lama pemberian obat TB pada anak.
6) Efek samping obat TB pada anak.

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 3 menit 1. Memperkenalkan diri & - Mendengarkan.
pembimbing
2. Menjelaskan tujuan dari - Mendengarkan.
penyuluhan
3. Melakukan kontrak wak-tu - Memperhatikan.
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan - Memperhatikan.
2. 15 menit Pelaksanaan: - Mendengarkan &
- Menjelaskan tentang memperhatikan.
tujuan pengobatan TB
secara umum.
- Menjelaskan tentang
prinsip pengobatan TB
pada anak.
- Menjelaskan tentang
alternatif pengobatan TB
pada anak. - Bertanya & menjawab
- Menjelaskan tentang pertanyaan yang diajukan.
obat anti tuberkulosis
(OAT) .
- Menjelaskan tentang
lama pemberian obat TB
pada anak.
- Menjelaskan tentang
efek samping obat TB
pada anak.

3. 5 menit Evaluasi: - Menjawab pertanyaan


- Menanyakan kepada ibu/
keluarga tentang materi
yang telah diberikan &
reinforcement kepada ibu/
keluarga bila dapat
menjawab/menjelaskan
kembali.
4. 2 menit Terminasi: - Mendengarkan & bersalaman
- Mengucapkan
terima ka-sih kepada ibu &
keluarga.
- Bersalaman dengan
ibu & keluarga.

IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Subhan
Pembimbing : - Ibu Sri Wahyuningsih
- Ririn Probowati, Skp,MKes
Materi Penyuluhan:

PENGOBATAN TB PADA ANAK

A. Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.

B. Prinsip Pengobatan TB
1. Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu cepat
mengobati daripada terlambat mengobati. Setelah diperiksa dengan teliti dan
selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka langsung diobati.
Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB lebih pasti pengobatan di
teruskan. Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada perbaikan nyata, mungkin bukan TB
atau ada resistensi terhadap obat. Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.

2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.


Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1) Isoniazid (INH)
2) Rifampisin
3) Pirazinamid
4) Streptomisin
5) Etambutol
6) Lain-lain: Ethionamid, Kanamycin, Cycloserine, Ciplofloxacin.
 Obat-obat paling efektif:
- Kavitas, extra sel: INH, Rifampicin, Streptomycin.
- Massa keju: Rifampicin, INH.
- Dalam makrofag (intra sel): PZA, Rifampicin, INH.
 Diberikan: 1 bulan; 2 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun.

3. Teratur dan lama.


Diberikan dalam waktu yang lama dan harus diminum secara teratur, jangan sampai
putus ( patuh minum obat). Perlu diawasi oleh petugas kesehatan, orang yang
disegani atau guru sekolah.

4. Pemberian gizi yang baik.


Umumnya klien dengna TB berat badannya turun atau malnutrisi tanpa sebab yang
jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi, nafsu makan tidak ada
(anoreksia) dengan gagal tumbuh, jadi klien perlu penanganan gizi secara baik dan
benar untuk menunjang program pengobatan.

5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lain.


Selain pengobatan TB, pada paru juga diperlukan pengobatan dan pencegahan
terhadap komplikasi TB diluar paru, sesuai gejala yang muncul seperti:
- TB pada kulit/skrofuloderm.
- TB tulang dan sendi.
- TB otak dan saraf.
- TB pada mata.
- TB pada organ-organ lain

C. Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak


1. Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah,
memakan waktu 18 – 24 bulan.
1. Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal,
waktu 6 – 9 bulan.

D. Obat Anti Tuberculosis Pada Anak


1. Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
2. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum
makan. Maksimal 600 mg/hari.
3. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
4. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
5. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat
perut kosong/sebelum makan.
6. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu
daya kerja/khasiat Rifampisin.
E. Lama Pemberian Obat Pada Anak

Macam Obat Frekuensi Pemberian Lama


INH Dosis tunggal setiap hari 6 bulan
INH 6 bulan
Rmp Dosis tunggal setiap hari Strep 2 bulan
Strep
INH
Rmp Dosis tunggal setiap hari 9 bulan (Strep & PZA
Strep 2 bulan)
PZA
INH
Rmp TB tulang Dosis tunggal setiap hari 6-9 bulan (Strep 2
Strep belakang bulan)

INH
Rmp Meningitis TB Dosis tunggal setiap hari 12 bulan (Strep &
Strep dosis berbeda PZA 2 bulan)
PZA

F. Efek Samping Obat Pada Anak


INH :
Radang syaraf tepi
 Racun Pada hati
 Hepatitis
Rmp :
Hepatitis
 Mual
 Muntah
 Nafsu makan menurun
 Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
 Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
 Keseimbangan
 Gangguan pendengaran
Etambutol:
 Radang pada syaraf mata
 Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
 Mual
 Muntah
 Racun di hati
PAS (P):
 ÿÿ88ÿÿÿÿGastriÿÿs (maag)ÿÿ Racun di hati.
I. Tujuan Pengobatan TB:
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau
resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.

II. Prinsip Pengobatan TB Pada Anak


1. Permulaan intensif
2. Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.
3. Teratur dan lama.
4. Pemberian gizi yang baik.
5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lama.

III. Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak:


2. Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah,
memakan waktu 18 – 24 bulan.
3. Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal,
waktu 6 – 9 bulan.

IV. Obat Anti Tuberculosis (OAT):


Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
1. Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum
makan. Maksimal 600 mg/hari.
2. Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
3. Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
4. Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari. Maksimal 2,5 gram/hari saat
perut kosong/sebelum makan.
5. Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan: INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu
daya kerja/khasiat Rifampisin.

V. Lama Pemberian Obat TB Pada Anak:

Macam Obat Frekuensi Pemberian Lama


INH Dosis tunggal setiap hari 6 bulan
INH 6 bulan
Rmp Dosis tunggal setiap hari Strep 2 bulan
Strep
INH
Rmp Dosis tunggal setiap hari 9 bulan (Strep &
Strep PZA 2 bulan)
PZA
INH
Rmp TB tulang Dosis tunggal setiap hari 6-9 bulan (Strep 2
Strep belakang bulan)
INH Meningitis 12 bulan (Strep &
Rmp TB dosis Dosis tunggal setiap hari PZA 2 bulan)
Strep berbeda
PZA

VI. Efek Samping Pengobatan TB Paru Pada Anak:


INH :
Radang syaraf tepi
 Racun Pada hati
 Hepatitis

Rmp :
Hepatitis
 Mual
 Muntah
 Nafsu makan menurun
 Kencing berwana merah/orange
PZA :
Racun pada hati
 Nyeri pada persendian
Strep :
Racun pada syaraf
 Keseimbangan
 Gangguan pendengaran
Etambutol:
 Radang pada syaraf mata
 Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
 Mual
 Muntah
 Racun di hati
PAS (P):
 Gastritis (maag)
 Racun di hati.

Catatan:
Pengobatan TBC tidak boleh terputus-putus karena akan menyebabkan kuman TBC
menjadi resisten/kuman tahan terhadap obat yang diberikan dan resiko kambuh
kembali.

Anda mungkin juga menyukai