DOSEN PENGAMPU:
1. FAKHRI, MT
2. ISKANDAR ROMEY SITOMPUL, M.Sc
KONTRAK KULIAH:
Masuk paling lambat 30 menit.
Nilai:
o 20% (quiz + kerja kelompok)
o 30% UTS
o 20% (tugas-tugas)
o 30% UAS
POKOK BAHASAN:
Aspek Mekanika Rekayasa dan Hubungannya dengan Perancangan Elemen
Struktur; Karakteristik bahan beton dan baja tulangan; Beton bertulang sebagai bahan
komposit; Tegangan izin; Perancangan cara elastik; Konsep regangan batas;
Perancangan cara kekuatan batas; Faktor tahanan dan faktor beban (konsep LRFD);
Kriteria Perancangan dan analisis balok lentur; Perancangan tulangan geser balok;
Perancangan struktur kolom; Detail penulangan; Topik tambahan : (Struktur kayu).
Tipe-tipe struktur baja; Sifat-sifat mekanik bahan baja; Analisis bidang tarik; Batang
tekan dengan profil tunggal dan tersusun, pelat kopel, pelat simpul; Perencanaan akibat
pembebanan lentur; Sambungan las, baut, paku keling.
Pertemuan 4: Kriteria Perancangan dan analisis balok lentur tulangan tunggal (tugas)
1. Persyaratan teknis
a. Segi kekuatan (strength)
b. Segi kekakuan (stiffness)
c. Stabilitas (stability)
d. Ketahanan (durability)
2. Persyaratan ekonomis
4. Persyaratan estetika
KARAKTERISTIK BETON
Definisi umum:
Beton merupakan campuran agregat {(agregat halus (pasir) dan agregat
kasar(kerikil/batu pecah)} yang diikat dengan pasta (semen + air).
Untuk tujuan tertentu, ditambah bahan tambah (admixture), gunanya antara lain:
o memperlambat pengerasan; pengecoran yang jauh dari lokasi adukan, biasanya
diangkut dari lokasi pembuatan beton (ready mix) untuk proyek yang relatif jauh
tempatnya atau proyek dalam kota yang sering terjadi kemacetan yang lama sehingga
memerlukan waktu beberapa jam dalam perjalanan.
o mempercepat pengerasan; biasanya digunakan untuk pembuatan beton prategang.
o membuat adukan lebih encer untuk menabah kemudahan dalam pengerjaan atau
biasa disebut dengan workability.
Sifat-sifat beton:
a. Kebaikan beton:
o Harga relatif murah (bahan pasir, kerikil, air), kecuali harga semen.
o Kuat tekan tinggi, bila cara pengolahannya baik, dapat menyamai kekuatan
batuan alami.
o Mudah diangkut, dituang, dicetak, dibentuk sesuai keinginan.
o Dapat dikombinasikan dengan bahan baja untuk komponen struktur yang berat
karena angka muainya yang sama. Kerjasama beton (kuat tekan) dan baja (kuat
tekan dan tarik) dapat digunakan untuk struktur balok, kolom, dinding, plat lantai,
dan sebaginya.
o Beton segar dapat disemprotkan untuk menutup beton lama, atau dapat
dipompa dan dituang sehingga mudah dillakukan pada tempat-tempat yang
posisinya sulit.
o Beton lebih tahan aus dan kebakaran dibandingkan baja dan kayu.
b. Kejelekan beton:
o Kuat tariknya rendah sehingga mudah retak, perlu diberi baja atau tulangan
kasa.
o Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras akan mengembang
bila basah, sehingga perlu diadakan dilatasi (pemutusan) pada bentangan yang
panjang/lebar agar tidak terjadi retak akibat perubahan kembang-susut.
o Beton keras juga mengembang da menyusut bila terjadi peruahan suhu. Dilatasi
juga diperlukan untuk mencegah retakan beton akibat perubahan suhu.
o Beton keras bersfat getas, mudah retak, perlu diberi tulangan baja agar tidak
rusak/runtuh secara tiba-tiba.
Pasta
Semen Spesi -
portland Mortar
Spesi-Beton/
Pasir AdukanBeton
Segar
Kerikil/
batu pecah
Terjadi Proses
Hidrasi
Beton Keras
Kuat tekan beton normal : pada umumnya 17 – 30 MPa atau setara dengan mutu
beton K170 (kg/cm2) sampai K300 (kg/cm2).
Kuat tekan beton mutu tinggi : diatas 55 MPa
Kuat tekan beton prategang : pada umumnya 30 – 45 MPa
85% 100%
fc’
70%
Di negara-negara yang sudah maju seperti di Jepang dan Prancis, mereka dapat membuat
beton dengan kuat tekan mencapai 100 Mpa atau setara 1000 kg/cm2 dengan cara
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton.
Kekuatan beton dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa faktor yang sangat menentukan,
yakni :
1. Sifat bahan dasarnya,
2. Komposisi campuran,
3. Pelaksanaan
4. Perawatannya.
Uraian selanjutnya menerangkan keempat faktor tersebut. Beberapa uraian mungkin
terlalu teknis uji laboratorium, namun beberapa uraian menyangkut aspek di lapangannya.
Sifat bahan dasar beton mempengaruhi kekuatan beton, berikut dibahas tentang bahan-
bahan dasar pembentuk beton, yakni semen, agregat dan air.
a. Semen Portland
Sesuai tujuannya, semen portland di Indonesia dibagi menjadi 5 jenis:
Jenis I: Untuk penggunaan yang umum.
Jenis II: Untuk pemakaian yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang.
Jenis III: Untuk persyaratan kekuatan awal yang tinggi.
Jenis IV: Untuk pengunaan panas hidrasi yang rendah.
Jenis V: Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
Semen lainnya yang diproduksi yakni semen portland pozolan. Semen jenis ini
menghasilkan panas hidasi lebih sedikit, lebih tahan terhadap kotoran dalam air, cocok untuk
bangunan di laut, bangunan pengairan dan beton massa, namun kuat tekannya optimumnya
berjalan lebih lama, biasanya sampai tiga bulan, sedangkan beton biasa kuat tekan
optimumnya pada umur 28 hari (satu bulan).
Semen yang dijual di pasaran hanya dapat bertahan selama beberapa bulan saja.
Penyimpanan seman dalam waktu lama agar mutunya tetap terjaga dilakukan dengan cara
menghindari dari uap air, yakni pada ruangan yang kering, lantai yang tidak porous, jendela
tertutup serta bagian bawahnya diberi lembaran lapisan kedap air. Semen yang disimpan lebih
dari tiga bulan perlu dicek kekuatannya sebelum digunakan.
b. Agregat
Agregat merupakan bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Jumlah agregat
dalam beton mencapai 70 persen. Dalam praktek, agregat digolongkan menjadi 3 kelompok:
Batu, ukuran butirnya lebih besar dari 4 cm.
Kerikil, ukuran butirnya antara 0,5 cm sampai 4 cm.
Pasir, ukuran butirnya antara 0,015 cm sampai 0,5 cm.
Agregat yang diterangkan tadi adalah agregat alami. Ada lagi agregat buatan, antara lain:
Batu pecah.
Pecahan genteng.
Tanah liat bakar.
Kerak besi.
Shale atau lempung bakar.
Pasir dari batu yang dipecah, dan sebagainya.
Agregat yang baik sebenarnya adalah batu pecah, agregat batu bulat karena lekatannya
kurang baik, apalagi yang berbentuk pipih atau panjang, agregat pipih dalm adukan beton akan
mudah udara terperangkap di sisi bawahnya.
Syarat agregat:
Butirannya tajam, kuat dan bersudut.
Tidak mengandung kotoran atau tanah. Untuk beton mutu 10 Mpa, maksimal
kotoran hanya 5 persen. Untuk mutu beton yang lebih tinggi, kotoran tidak lebih dari
2, persen. Kotoran tersebut adalah apabila lebih kecil dari ukuran saringan dengan
ayakan 0,075 mm.
Tidak mengandung zat organis, biasanya diuji dengan larutan NaOH sebanyak 3%
pada larutan air.
Mempunyai variasi ukuran butir (gradasi) yang baik (bervariasi)
Untuk agregat kasar tidak boleh mengandung butiran pipih atau lonjong lebih dari
20 persen.
c. Air
Bila semen bersentuhan dengan air, maka semen bereaksi dan tejadi proses hidrasi
pada setiap butirannya. Reaksi tersebut berlangsung selama 2 sampai 5 jam, setelah itu semen
berubah dalam bentuk gel (butiran yang sangat halus) yang mengembang, pengembangan
tersebut menyebabkan pasta semen menjadi berpori atau terdapat celah-celah kecil dalam
pasta semen, hal inilah salah satunya yang menyebabkan beton sulit untuk dapat kedap air.
Jumlah air yang diperlukan untuk membuat gel yakni sebanyak 25 persen saja dari
berat semen, jadi faktor air semen (fas) sebanyak 25 persen sudah cukup untuk membuat
pasta semen bereaksi membentuk gel yang akan menghasilkan pasta semen yang
sangat kuat, namun apabila cuaca sangat panas, air dalam pasta semen akan menguap,
disamping itu jumlah air yang sedikit tersebut akan sulit untuk mengaduk dan menuangkan
beton atau sifat pengerjaannya (workability). Kebanyakan di lapangan, jumlah air ditambahkan
sebanyak 25 persen, jadi sekitar 40 persen air, penambahan air harus dikontrol supaya tidak
berlebihan, kelebihan air akan sangat merugikan dan sangat menurunkan kualitas betonnya,
agar supaya beton mudah dikerjakan (workability), maka faktor air semen yang umum
digunakan sebanyak 40 sampai 60 persen dari jumlah semennya.
Ketentuan kualitas air untuk beton:
Tidak boleh mengandung butiran melayang (lumpur) lebih dari 2 gram/liter, kalau
lebih maka kekuatan beton jadi rendah.
Tidk boleh mengandung garam-garaman lebih dari 15 gram/liter. Air laut
mengandung garam, akan merusak tulangan baja, sehingga tidak baik untuk
campuran beton.
Tidak mengandung clorida lebih dari 0,5 gram/liter.
Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Air yang layak diminum biasanya memenuhi syarat untuk campuran beton, tapi bukan
berarti syarat air untuk beton sama dengan syarat air minum. Air yang layak untuk campuran
beton apabila kekuatan beton mencapai 90 persen dari beton yang dibuat dengan air suling.
2. KOMPOSISI CAMPURAN:
Ukuran agregat kasar (kerikil/batu pecah) untuk tujuan tertentu haruslah dibatasi
ukurannya, hal tersebut berkaitan dengan jarak bersih antar tulangan bajanya, prinsipnya
adalah agar kerikil/batu pecah haruslah dapat mesuk ke seluruh volume beton dan tidak
terhalang oleh tulangan bajanya. Misalnya jarak besih antar tulangan pada kolom adalah 3 cm,
maka ukuran maksimum kerikil/batu pecah tidak boleh sampai 3 cm, tapi dibatasi maksimal 70
persen dari diameter maksimum ukuran agregat kasar, jadi 0,7 x 3 = 2,1 cm atau 2 cm.
Biasanya dalam bestek diuraikan ketentuan pemakaian ukuran maksimum kerikil atau batu
pecah yang boleh digunakan.
Komposisi campuran adukan beton disarankan menggunakan perbandingan
berat, namun di lapangan seringkali lebih disukai perbandingan volume (isi), kedua hal tersebut
menghasilkan komposisi perbandingan dan kualitas beton yang berbeda. Pencampuran adukan
beton dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil untuk beton biasa
serta perbandingan 1 : 1,5 : 2,5 untuk beton kedap air rupanya kurang memuaskan karena
menghasilkan kuat tekan beton yang beragam. Berdasarkan Pedoman Beton 1989,
perbandingan volume di atas hanya boleh dilakukan untuk beton mutu kurang dari 10 MPa atau
beton K100, dengan nilai slam (slump) tidak lebih dari 10 cm. Untuk mendapatkan mutu beton
yang baik perlu dilakukan pengujian beberapa contoh uji beton yang dilakukan dengan
perbandingan volume tersebut, hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah masalah
gradasi agregat, mutu agregat, tingkat kelecakan beton segar, kualitas air serta faktor air
semen.
Perbandingan volume menjadi tidak sesuai apabila kondisi bahan di lapangan selalu
berubah-ubah kualitas dan gradasinya, serta kadar air dalam agregat (basah atau kering).
Misalnya saja agregat halus (pasir), pada kondisi basah akan mengembang. Pasir dengan
kadar air 20 persen akan mengembang (dari volume pasir kering atau jenuh air) sebesar 20
persen, jadi volumenya bertambah karena adanya selaput permukaan (air) di sekitar butir-butir
pasir. Pengembangan volume pasir yan paling bsar terjadi pada saat kadar air dalam
pasir sebanyak 5 persen (pengembangan volumenya sampai 30 persen). Demikian juga
kerikil, akan mengembang pada kadar air tertentu. Hal tersebut yang menyebabkan
perbandingan volume tidak menjamin mutu beton dan antara satu adukan dengan adukan
lainnya akan selalu beragam kekuatannya.
3. PELAKSANAAN:
a. Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah pencampuran bahan-bahan beton yaitu semen, air, pasir
dan kerikil, dalam perbandingan tertentu. Pengadukan dilakukan sampai warna adukan
tampak rata, kelecakan yang cukup (tidak cair tidak padat), dan tampak campurannya juga
homogen. Pemisahan butir-butir seharusnya tidak boleh terjadi selama proses pengadukan ini.
Cara pengadukan dapat dilakukan dengan mesin atau tangan.
Tingkat kemudahan pengerjaan dapat diuj dengan uji slam (slump) untuk mengetahui
tingkat kelecakan beton. Pada umumnya nilai slam antara 5 cm sampai 12,5 cm.
Ukuran alat uji slump adalah kerucut baja yang berukuran tinggi 30 cm, lebar sisi bawah 20
cm dan sisi atas 10 cm, sisi atas dan bawahnya berlobang. Mula-mula spesi dimasukkan
sebanyak kira-kira 1/3 bagian ke dalam kerucut slump (lihat Gambar A), kemudian ditusuk-
tusuk dengan tongkat baja sebanyak 25 kali. Selanjutnya adukan ke dua dimasukkan kira-
kira sebanyak 1/3 bagian serta ditusuk-tusuk pula, terakhir adukan ke tiga juga demikian.
Setelah selesai, permukaan bagian atas diratakan, tunggu 1 menit, lalu tarik kerucut
keatas (Gambar B). Nilai slam seperti tergambar, yakni penurunan spesi dari sisi atas
kerucut. Slam yang baik seperti tergambar. Apabila betonnya lebih dari 12,5 cm, maka
beton tersebut terlalu encer, kurang baik. Sebaliknya, bila slam kecil dari 5 cm, sulit
dikerjakan (diaduk dan dituang serta dipadatkan).
Spesi
Nilai
Slump
(A) (B)
d. Penuangan
Pengisian acuan dengan beton sering pula disebut “penuangan atau pengecoran”.
Karena spesi beton harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, maka ini merupakan suatu
pekerjaan yang kritis. Beton mulai mengeras setelah satu jam, maka waktu dari
pengadukan beton sampai penuangannya tidak boleh lebih dari satu jam. Ketika
pengecoran, harus dilakukan penjagaan yang cukup. Apabila pada penuangan terjadi suatu
kesalahan; maka tindakan biaya perbaikannya tinggi dan besar. Pengecoran elemen-elemen:
dinding, kolom atau lantai struktural harus dijaga masalah-masalah yang spesifik. Untuk
dinding dan kolom jarak “tinggi-jatuh" dari spesi beton tidak boleh jauh, agar mencegah
segregasi (pemisahan) spesi beton. Percampuran spesi ini disebabkan karena bahan-bahan
yang terberat dan terbesar akan jatuh ke bawah lebih dahulu. Pencampuran beton yang
sebelumnya diaduk/dicampur dengan baik itu akan terpengaruh dan kualitas beton buruk
sekali akibat pelaksanaan penuangan yang jelek. Tinggi jatuh penuangan beton segar
maksimal dibatasi 1 meter. Untuk pengecoran yang lebih tinggi, gunakan talang-cor atau
klep-cor pada bekisting.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran:
Apakah tulangan telah terpasang sesuai gambar kerja.
Apakah bekisting/acuan telah dibasahi atau diminyaki.
Apakah perancah, tangga dan papan injak telah memadai.
Apakah tenaga yang terlibat telah cukup.
Lampu/listrik telah tersedia (pengecoran malam hari; pemakaian alat
penggetar/concrete-vibrator).
Apakah bahan-bahan cukup.
Apakah bahan tambahan tersedia.
Apakah tersedia alat pemadatan.
Bagaimana kondisi cuaca.
Bagaimana kondisi jalan masuk ke lokasi proyek/rute pengangkutan.
Apabila seluruh aspek tersebut telah beres, maka spesi beton sudah dapat dituang. Jika
beton berasal dari produk beton ready-mix dari produsen tertentu, maka perlu dibuat perjajian
yang meliputi aspek-aspek antara lain:
Banyaknya spesi beton yang disuplai.
Komposisi campuran beton, Kekuatan mutu beton;
Konsistensi (nilai slump);
Tanggal dan waktu disuplai;
Suplai spesi beton dalam m3 per jam;
Keinginan spesial yang berkaitan dengan bahan kimia tambahan (admixture).
e. Pemadatan
Apabila spesi beton dituangkan dalam bekisting, maka di antara dinding dan spesi
beton juga di dalam campuran spesi beton sendiri terdapat banyak udara. Jika selanjutnya
tidak dikerjakan apa-apa, maka udara itu akan membentuk banyak ruang-kosong dalam beton.
Ruang-kosong ini sangat merugikan bagi kualitas beton. Karenanya, spesi beton yang baru
dicor harus "dipadatkan". Pemadatan berarti ruang-kosong (biasanya berupa gelembung
udara terperangkap di sekitar tulangan dan di sudut-sudut bekisting) dalam spesi beton
akan ditiadakan, agar spesi beton akan menempati seluruh sudut-sudut bekisting dan
sekeliling tulangan secara optimal.
Metode pemadatan beton banyak cara dan berbeda-beda pula. Pemadatan dengan
tangan yaitu: dengan cara menusuk-nusuk dan menumbuk dengan sepotong kayu atau
batang lain misalnya diamter 16 mm yang dinamakan batang tusukan atau rojokan,
sedangkan menumbuk yakni dengan menggunakan palu mengetuk-ketuk bekisting. Cara
menusuk-nusuk ini didapat spesi-beton yang cukup padat dan kelecakan harus cukup pula
agar mendapat hasil yang baik. Karena tenaga tusukan yang digunakan kecil, maka
pemadatan spesi beton yang kurang lecak tidak begitu baik.
Metode menumbuk dapat digunakan bila spesi yang dipakai kental. misalkan pada
lantai yang tidak begitu tebal. Beton dapat dipadatkan dengan menumbuk untuk tebal lapisan
Setinggi-tingginya 100 mm atau 10 cm.
Disamping metode tangan ini untuk pekerjaan beton skala besar biasanya digunakan
pemadatan mekanis dan yang umum dipakai adalah jarum-penggetar (concrete vibrator).
Jarum penggetar terdiri dari mesin dan selang karet dengan baja lancip yang menggetar
antara 3000 dan 12000 getaran per menit.
Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam
menentukan kekuatan beton dan ketahanan beton. Banyak sekali kegagalan beton
diakibatkan kurangnya pemadatan, dan terjadinya keropos-keropos pada beton. Dalam
praktek, bahaya akibat kurang padat lebih banyak terjadi dibanding dengan kelebihan
pemadatannya.
Makin lecak betonnya semakin mudah pemadatannya. Sebaliknya, makin rendah
slumpnya makin sulit pemadatannya dan kalau pemadatannya kurang makin tajam penurunan
kekuatannya. Di negara seperti Indonesia hampir setiap tahun penuangan beton dilakukan
pada cuaca panas, penurunan kelecakan dapat terjadi dalam jangka waktu pendek, oleh
karena itu keadaan slump yang rendah seialu merupakan masalah utama.
Jika slumpnya rendah dan beton mulai mengikat, maka tahanan yang dilakukan
beton pada alat penggetar sangat besar sehingga pemadatan seialu kurang sempuma dan
sering terjadi kerusakan pada alat penggetamya. Alat penggetar cadangan harus selalu
tersedia pada setiap proyek. Bila tidak ada alat penggetar cadangan yang berjumlah minimal
satu sebaiknya pengecoran dibatalkan.
Agar diinginkan nilai slumpnya tetap tinggi dan kekuatan tekannya tidak menurun,
sebaiknya digunakan plasticizer atau super plasticizer untuk menunda pengikatannya. Cukup
tidaknya pemadatan yang dilakukan pada suatu proyek sangatlah penting untuk diperhatikan
karena dalam kenyataan di lapangan mengukur cukup atau tidaknya pemadatan
merupakan masalah yang utama. Para pekerja yang melakukan pekerjaan ini harus dibekali
cara-cara praktis untak mengetahui cukup tidaknya pemadatan. Dengan menggunakan panca-
indra yang ada diharapkan dapat dilakukan keputusan-keputusan apakah telah atau belum
cukup pemadatan yang dilakukan.
Dalam proses pemadatan dapat dilihat keluamya gelembung udara dari beton, dimulai
dengan gelembung-geiembung udara yang besar kemudian disertai gelembung-
gelembung udara yang kecil (Iihat Gambar). Juga dapat dilihat pada permukaan beton
akan mulai bersinar akibat air semen naik ke permukaan akibat pendarahan ('bleeding').
Banyak atau sedikit terjadinya pendarahan tergantung dan susunan butir, banyaknya air dan
kecepatan spesi mengeras. Akibat dari bleeding ini akan menghasilkan kualitas
permukaan beton sangat buruk.
Sangkar kerikil
Bila seluruh pekerjaan yang dibahas di atas diterapkan dengan benar, ini akan
merupakan dasar dari beton yang baik. Tetapi ketika mengeras perlu perawatan juga.
Tindakan-tindakan yang diambil setelah penuangan, agar mendapat situasi pengerasan yang
optimal akan dirangkum dalam paragraf "perawatan-kemudian".
Fungsi primer dari perawatan-kemudian adalah menghindarkan:
- kehilangan zat-cair yang banyak ketika pengerasan beton jam-jam awal;
- kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan beton hari pertama;
- perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan rengat-rengat atau retakan
pada beton.
Retakan umumnya tidak diinginkan (tampak yang jelek), tetapi yang lebih berbahaya
adalah akibat retakan ini kualitas permukaan beton sangat berkurang. Juga, karena retakan ini
bahan-bahan perusak dapat masuk mencapai tulangan dan hal ini tidak diingini. Penanggulan
kehilangan zat-cair (air) persis setelah penuangan, dapat dicapai sebagai berikut:
- dibiarkan dalam bekisting;
- menutupi dengan lembar plastik;
- menutupi dengan goni-basah;
- menggenangi dengan air (bagian struktur yang datar);
- menyemprot/memerciki dengan air terus-menerus pada permukaan beton;
- menyemprot permukaan beton dengan 'curing compound'
4. KARAKTERISTIK BAJA TULANGAN
Tahun 1960 sebagian besar bangunan di USA menggunakan baja konstruksi carbon steel
A7 (yield stress 33 ksi). Tahun 1971 telah digunakan baja dengan yield stress 24 ksi sampai
100 ksi.n
Carbon steel adalah baja dengan unsur carbon tinggi (1,70%), unsurnya:
1,70% carbon
1,65% manganese
0,60% silikon
0,60% copper
Carbon dan manganese, adalah bahan pokok untuk meninggikan tegangan dari baja murni.
Kelebihan baja sebagai bahan bangunan dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya:
1. Kuat tarik (juga kuat tekan) tinggi, memungkinkan membuat struktur yang
langsing dengan bentang yang panjang. Hal lain dapat mempertinggi ruang
efektif bangunan serta volume ruang.
2. Kemudahan pemasangan; dapat difabrikasi di bengkel, selanjutnya dipasang
di lapangan. Profil baja sudah standar serta mudah diperoleh
3. Homogen; Sifat baja lebih homogen karena proses produksinya dikendalikan
dengan baik. Faktor ketidakpastian mutu bahan lebih kecil.
4. Daktail; Dapat mengalami deformasi yang besar pada tegangan yang cukup
tinggi sehingga dapat mencegah robohnya bangunan secara tiba-tiba.
Keuntungan lainnya:
1. Proses perakitan di lapangan berlangsung cepat.
2. Dapat dilas.
3. Komponen-komponennya dapat dibogkar pasang.
4. Komponen yang sudah tak terpakai dapat dilebur lagi.
5. Struktur yang dihasilkan dapat bertahan lama dengan pemeliharaan yang
baik.
Sebagai tambahan, baja tulangan ulir yang akan digunakan dalam beton bertulang
harus memenuhi ketentuan dari ASTM:
Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM
A615M).
Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM
A617M).
Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM A706M)
batas ultimit, σu
Batas leleh; σl
fs
Es = Tan =
s
s
1. PBI 1955 – PBI 1971 yang lebih dikenal dengan perhitungan lentur cara – n.
Metode analisis yang dipakai adalah batas elastisitas bahan
2. SK SNI 1991 ( T-15-1991-03) tentang Standart Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Metode analisis yang dipakai adalah batas ultimit bahan
c. Pembebanan
c.1. Beban Mati
` Beban mati adalah beban sendiri dari bahan-bahan bangunan penting dan dari
beberapa komponen gedung yang harus ditinjau.
Tanpa lubang :
Tebal dinding 15 cm 300 kg/m2
200 kg/m2
Tebal dinding 10 cm
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya tanpa
penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :
Semen asbes (eternity dan bahan lain sejenisnya),
11 kg/m2
dengan tebal 4mm.
10 kg/m2
Kaca, degan tebal 3-4 cm.
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit
4 kg/m2
dengan bentang maksimum 5m dan untuk beban hidup
maksimum 200 kg/m2.
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang
7 kg/m2
maksimum 5m dan jarak s.k.s minimum 0,80 m.
Penutup atap genteng dengan reng dan usuk/kaso, per m2 50 kg/m2
bidang atap.
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang 40 kg/m2
atap
Tabel 2.2 Berat sendiri komponen gedung. Sumber PPI 1983
d. Kuat Rencana
Kuat rencana suatu komponen struktur ( Rn) didapat dengan mengalikan kuat
nominal Rn dengan faktor reduksi kekutan . Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.3 nilai
0,80 untuk nilai Pn yang berkurang dari 0,1 f’c A g atau Pb (ambil nilai yang
terkecil) ke nol.
3. Geser dan torsi 0,75
4. Tumpuan pada beton 0,65
Regangan maksimum
f’c
Secara mekanis, kombinasi beton dan baja tulangan saling melengkapi: Beton
mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, namun rendah terhadap kekuatan tarik,
sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban tarik,
tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang langsing (akan
mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan menempatkan
tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi
kekurangan dari beton terhadap beban tarik. Demikian juga bila baja tulangan ditaruh
dibagian beton yang mengalami tekan, beton disekeliling tulangan bersama-sama
tulangan sengkang akan mencegah tulangan mengalami tekuk.
Perhitungan tulangan memanjang, kemampuan gaya tarik beton diabaikan.
Namun dalam perencanaan tulangan geser dan puntir, kemampuan beton terhadap
tegangan tarik diperhitungkan.
Seperti tampak pada gambar 2.1, ND adalah resultante gaya tekan dalam merupakan
resultante seluruh gaya tekan pada daerah di atas garis netral. Sedangkan NT adalah
resultante gaya tarik dalam, merupakan jumlah seluruh gaya tarik yang diperhitungkan untuk
daerah di bawah garis netral. Kedua gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar, tetapi
berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk kopel momen tahanan
dalam dengan nilai maksimumnya disebut sebagai kuat lentur atau momen tahanan
penampang komponen struktur terlentur. ( Dipohusudo,1994 )
disepanjang zona tekan ekivalen yang berjarak = 1 c dari serat tekan terluar
(ekstrim).
2. Jarak c dari posisi serat tekan terluar ke sumbu netral diukur tegak lurus terhadap
sumbu netral tersebut.
3. Nilai 1 diambil sebagai berikut:
Tulangan
montase
Sengkang/
begel
Tulangan
pokok
PERANCANGAN BALOK TULANGAN TUNGGAL
Mulai
Data :
Tentukan b, d dan h
f’c, fy
Hitung :
600
ρb=0,85.f’c.β.
600 fy
ρmaks=0,75 ρb
1,4
ρmin=
fy
Hitung :
Momen Luar Rencana (Mu) YA
Momen Nominal Penampang (Mn)
TIDAK
Mu Perbesar
Mn penampang ?
YA TIDAK
Desain Elemen Balok
Desain Elemen Balok Bertulangan Tunggal
Bertulangan Rangkap
Ya
ρ=ρmin Ya ρ<ρmin Tdk ρ
Ya
Selesai
Cb= 307,14 cm
ab= 261,07 cm
rho b= 0,04301
Asb= 5547,768 mm2 dipakai tul. Dia. 16 mm
200,9
rhomaks= 0,03225 Luas tulangan= 6 mm2
Asmaks= 4160,826 mm2
Rho min= 0,00583
As min= 752,500 mm2
ND= 5100 a …..(1) As= 21,25 a …..(3)
NT= 240 As ….(2)
43
Mu/Theta= 56250000 = 21,25 ax 240 x ( 0 - a/2)
56250000 = 2E+06 a- 2550,0 a2
atau:
2550,000 a2 - 2193000 a + 56250000 =0
22058,823
atau: a2 - 860 a + 5 =0
persamaan ABC:
Pakai As
minimum
Jumlah
tulangan= 3,7 atau = 4 Buah 430 mm
4D16
300 mm
b= 300 mm
h= 650 mm
d= 570 mm
fc'= 20 MPa
fy= 240 MPa
beta= 0,85
Jumlah tulangan = 3 buah
Diameter tulangan
= 16 mm
As = 602,9 mm2
Mn = ND * ( d - (a/2))
8E+07 N - mm
= 80,421 kN-M
Mr = Mu * Theta
= 64,337 kN-M
PERENCANAAN BALOK TULANGAN TUNGGAL
= 0,0408
ρ = 0,5*ρmaks
= 0,0153
6. Hitung a dan c a
a = c = 1
As f y
0,85 f ' c b
m
= 138,97 m
= 118,13 mm