Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISLAM DAN ILMU EKONOMI


“KONSEP ZAKAT”

Dosen Pembimbing :
Dewi Puspasari,S.E.,M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Dian Apriliani (212018139)


2. Alfi Aziza (212018146)
3. Retno Marselia Wahyuni (212018149)
4. Ryo Esfranza Pratama (212018172)
5. Neo Nilatanti (212018281)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
2018/2019
KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ور حمة هللا وبر کاته‬

Alhamdulillah Syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah,
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, dengan baik tanpa halangan dan
rintangan. Selanjutnya shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah mengeluarkan manusia dari kebodohan, lalu menjadi penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai
data dan fakta pada makalah ini. Kami ucapakan terima kasih kepada Ibu Dewi
Puspasari,S.E.,M.Si. Sebagai dosen pengajar mata kuliah Islam dan Ilmu Ekonomi yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami mengaku bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karna itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna. Begitu
pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan.
Maka dari itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Kami akan menerima
semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki tugas makalah
di masa datang.

Palembang,23 Mei 2019

Penulis

‫نصر من هللا وفتح قريب‬


‫والسالم عليكم ور حمة هللا و بر کاته‬

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2


2.1 Pengertian Zakat ............................................................................................................ 2
2.2 Jenis-jenis Zakat ............................................................................................................ 2
2.3 Zakat dalam Pasar Global .............................................................................................. 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 13
3.2 Saran .............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zakat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap
kaum Muslimin. Perintah zakat didalam Al-Quran senantiasa disandingkan dengan perintah
shalat. Pentingnya menunaikan zakat karena perintah ini mengandung misi sosial yang
memiliki tujuan jelas bagi kemaslahatan umat. Tujuan yang dimaksud antara lain untuk
memecahkan problem kemiskinan, meratakan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan umat
dan negara. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya menunaikan zakat sebagai salah satu
rukun Islam.
Zakat menurut syaraʽ adalah sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat-syarat
tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap orang muslim untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Maksud dari
sejumlah harta tertentu ialah harta-harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yang telah
ditetapkan oleh Al-Quran dan Hadis yakni harta hasil pertanian, perdagangan, peternakan,
emas, perak dan rikāz. Serta hanya jenis harta tersebutlah yang sudah ada dan menjadi sumber
zakat sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Namun seiring berkembangnya perekonomian,
sumber zakat pun mengalami perkembangan seperti, zakat dari kekayaan yang diperoleh dari
upah/ gaji, pendapatan, honorium, atau penghasilan yang dihasilkan dari kerja tertentu yang
telah mencapai niṣāb atau disebut dengan zakat profesi.
Menurut prof. Didin Hafidhuddin zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap
pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama
orang atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi niṣab.
Adapun bentuk penghasilan yang paling sering menghasilkan upah atau gaji besar pada
zaman sekarang yaitu yang diperoleh dari profesi seperti penghasilan seorang dokter, advokat,
insinyur, seniman, motivator, pengacara (lawyer), designer dan sebagainya. Adanya perintah
wajib zakat bukan hanya sekedar untuk ditunaikan semata, akan tetapi harus disertai dengan
pengelolaan yang baik dan didistribusikan secara merata kepada pihak yang berhak menerima
zakat. Oleh karena itu peran lembaga-lembaga amil zakat sangatlah penting.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan zakat?
2) Apa saja jenis-jenis zakat?
3) Bagaimana perhitungan dalam zakat?
4) Bagaimana zakat dalam pasar global?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Islam dan
Ilmu Ekonomi, juga untuk menambah wawasan kita mengenai zakat serta memberikan
kesadaran kepada kita bahwa zakat itu hukumnya wajib dan dapat direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zakat


Zakat pada lughaq (bahasa) ialah suci dan subur. Zakat menurut istilah syara’ ialah
kadar harta tertentu diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat.
Hukumnya fardhu’ain, kepada setiap orang yang cukup syarat. Zakat ada dua : 1.
Zakat mal (harta); 2. Zakat fitrah (jiwa, nafsi). Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua
Hijriah. Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 277 : “sesungguhnya orang-orang yang beriman
serta mengerjakan kebaikan, melaksankan sholat & dan membayar zakat, mereka itu beroleh
ganjaran di sisi Allah SWT, mereka tiada akan takut dan tidak akan berduka cita”.

2.2 Macam-macam Zakat


1) Zakat harta benda (al maal);
2) Zakat fitrah (Nafsi, al Badaniyah)

2.2.1 Zakat Harta Benda (Zakat Maal)


Benda-benda yang wajib dizakatkan :
1. Binatang ternak
Binatang-binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah : untuk sapi, kerbau,
kambing. Syarat-syarat wajib zakat bagi pemiliknya :
 Islam
 Merdeka
 Cukup senisab
 Milik yang sempurna
 Dimiliki cukup setahun
 Digembalakn di rumput yang mubah. Bagi ternak yang diambilkan makanannya tidak
wajib zakat.

2. Emas dan Perak


Benda-benda tambang yang lain tidak wajib zakat misal : nikel, besi , timah , dan lain-
lain. Syarat-syarat wajib zakat bagi pemiliknya :
 Islam
 Merdeka
 Milik sempurna
 Cukup senisab
 Telah setahun disimpan

Al-Qur’an, surat At-Taubah ayat 34: “orang-orang yang menyimpan emas dan perak
(tidak mengeluarkan zakat), dan tidak dibelanjakan pada jalan Allah, sampaikanlah kepada
mereka kabar dukacita yaitu siksaan yang pedih.

2
3. Zakat Pertanian (Zira’ah)
1) Biji makanan yang mengenyangkan
Makanan yang mengenyangkan ialah beras, padi, jagung, gandum, adas, dan lain-lain.
Makanan yang tidak mengenyangkan dan biasanya tidak menjadi makanan anak negeri seperti
beras, ialah kacang panjang, buncis, kacang tanah dan lain-lain.
Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 141 : Keluarkanlah zakat biji-bijian pada hari
memotongnya. Syarat-syarat wajib zakat :
 Islam
 Merdeka
 Milik yang sempurna
 Cukup senisab
 Biji makanan itu mengenyangkan dan makanan anak negeri serta tahan lama
disimpan.
2) Buah-buahan
Zakat buah-buahan hanya kurma dan anggur. Hadits At-turmudzi : “Rasul SAW telah
menyuruh supaya menaksir buah anggur itu berapa buahnya, seperti menaksir buah kurma
dan Rasulullah menyuruh supaya memungut zakat anggur sesudah kering, sepertti mengambil
zakat buah kurma, juga sesudah kering”.
Syarat-syarat wajib zakat buah-buahan :
 Islam
 Merdeka
 Milik yang sempurna
 Sampai senisab

4. Harta Perniagaan (Tijarah)


Hadits Al Hakim : “ Kain-kain yang disediakan untuk dijual wajib dikeluarkan
zakatnya”. Harta perniagaan wajib zakat sebagai menghitung zakat emas dan perak. Mulai
perniagaan dihitung harta-harta, setelah cukup setahun, yaitu pada akhir tahun dihitung
apakah cukup senisab. Nisab harta perniagaan dihitung dari pokoknya yaitu 1/40 atau 2 ½ %.

5. Zakat hasil tambang (ma’adin)


Lihat nisab dan zakatnya hasil tambang.

6. Zakat rikaz (harta terpendam)


Lihat nisab dan zakatnya hasil tambang.

Nisab dan Zakatnya


Nisab dan zakatnya harta benda (zakat maal) :
1. Nisab dan zakat binatang ternak
1) Zakat dan nisab unta
Definisi nisab, cukup masa untuk dikeluarkan zakatnya

3
Zakatnya
Nisab Umumnya
Jumlah jenis zakat
5-9 1 ekor kambing biasa / 1 ekor domba 2 tahun lebih/
1 tahun lebih
10-14 2 ekor kambing biasa / 2 ekor domba 2 tahun lebih/
1 tahun lebih
15-19 3 ekor kambing biasa / 3 ekor domba 2 tahun lebih/
1 tahun lebih
20-24 4 ekor kambing biasa/ 4 ekor domba 2 tahun lebih/
1 tahun lebih
25-35 1 ekor anak unta 1 tahun lebih
36-45 1 ekor anak unta 2 tahun lebih
46-60 1 ekor anak unta 3 tahun lebih
61-75 1 ekor anak unta 4 tahun lebih
76-90 2 ekor anak unta 2 tahun lebih
91-120 2 ekor anak unta 3 tahun lebih
121 3 ekor anak unta 2 tahun lebih

Jika si pemilik mempunyai unta lebih dari 121 ekor , maka setelah dihitung 5 sampai
121 ekor unta tadi, ternyata si pemilik masih mempunyai unta lagi maka perhitungan yang
lebih dari 121 ekor ini ialah :

Zakatnya
Nisab Umumnya
Jumlah jenis zakat
40 1 ekor anak unta 2 tahun lebih
50 1 ekor anak unta 3 tahun lebih
130 2 ekor anak unta 2 tahun lebih
1 ekor anak unta 3 tahun lebih
140 1 ekor anak unta 2 tahun lebih
2 ekor anak unta 3 tahun lebih
150 3 ekor anak unta 3 tahun lebih

Seterusnya perhitungan sebagai perhitungan-perhitungan di atas dan perhitungan


umurnya hendaklah dilebihkan sedikit. Perhitungan zakat ini telah dilaksanakan oleh Abu
Bakar Shiddiq, khalifah pertama kepada penduduk Bahrain.

2) Zakat dan nisab ternak sapi

Zakatnya
Nisab Umumnya
Jumlah jenis zakat
30-39 1 ekor anak sapi / 1 ekor kerbau 1 tahun lebih
40-59 1 ekor anak sapi / 1 ekor kerbau 2 tahun lebih

4
60- 69 2 ekor anak sapi / 2 ekor kerbau 1 tahun lebih
70 1 ekor anak sapi / 1 ekor kerbau dan 1 tahun lebih
1 ekor anak sapi / 1 ekor kerbau 2 tahun lebih

Setelah 70 ekor :
30 1 ekor sapi / 1 ekor kerbau 1 tahun lebih
40 1 ekor anak sapi / 1 ekor anak kerbau 2 tahun lebih
80 2 ekor anak sapi / 2 ekor anak kerbau 2 tahun lebih
100 2 ekor sapi / 2 ekor kerbau 1 tahun lebih
1 ekor sapi / 1 ekor kerbau 2 tahun lebih

Zakat ternak sapi dan kerbau ini telah dilaksanakan pada pesan Nabi SAW sewaktu
mengutus Mu’adz di negeri Yaman.

3) Zakat dan nisab ternak kambing

Zakatnya
Nisab Umumnya
Jumlah jenis zakat
40-120 1 ekor anak kambing betina / 2 tahun lebih
domba betina 1 tahun lebih
121-200 2 ekor anak kambing betina / 2 tahun lebih
domba betina 1 tahun lebih
201-399 3 ekor kambing betina / 3 ekor 2 tahun lebih
domba betina 1 tahun lebih
400 4 ekor kambing betina / 4 ekor 2 tahun lebih
domba betina 1 tahun lebih

lebih dari 400 tiap-tiap :


100 1 ekor kambing / domba 1 tahun
500 5 ekor kambing 1 tahun
600 6 ekor kambing 1 tahun

Demikian seterusnya sebagai perbandingan di atas.

Perserikatan Ternak
Perserikatan ternak, baik dua atau lebih, ternak mereka dianggap dalam zakat sebagai
milik seorang saja. Maksudnya ternak syarikat wajib dikeluarkan zakatnya sebagai
mengeluarkan zakat seorang saja. Jika ternak syarikat ini telah cukup senisab wajib
dikeluarkan zakatnya, tetapi jika tidak cukup senisab tak wajib dikeluarkan zakatnya. Cara
mengeluarkan zakat ini ialah dari ternak perserikatan itu.
Syarat-syarat perserikatan ternak ialah :
a. Satu bibitnya
b. Satu tempat minumnya
c. Satu kandangnya
d. Satu tempat pengembalaannya
e. Satu tukang pengembalanya
5
f. Satu jalan ke tempat pengembalaannya
g. Satu orang memerah susunya dan tempat memerah susunyaserta tempat susunya.

Perlu diperhatikan hadits Rasulullah SAW berhubungan dengan perserikatan ternak


ini, yang terdapat dalam HR. Bukhari : “Tidak boleh mengumpulkan yang terpisah dan tidak
pula memisahkan yang sudah terkumpul, karena takut membayar zakatnya”.

2. Nisab dan Zakat Emas-perak


Hadits Abu Daud dari Ali Abi Thalib, telah bersabda Rasulullah SAW : “Apabila
engkau mempunyai perak dua ratus dirham dan telah cukup setahun, maka zakatnya lima
dirham dan tidak wajib atasmu zakat emas hingga engkau mempunyai dua puluh dinar. Jika
engkau telah satu tahun, maka wajib zakat padanya setengah dinar”.
Emas dan perak wajib zakat jika telah cukup satu tahun suda ada senisab. Nisab emas
20 mitsqal, yaitu 96,3 gr emas atau £ 12 1/8 poundsterling, zakatnya 1/40 (2 ½ %) = 5 dirham
atau 15,6 gr perak atau f.2,17.
Keterangan nisab perak :
1 dirham = 3,12 gram
200 dirham = 200 × 3,12 gram = 624 gram
1 rupiah uang Belanda dulu di Indonesia = 10 gram campuran. Tiap-tiap satu rupiah peraknya
yang bersih 7,20 gram
Jadi 624 gram : 7,20 gram = f.86,66.
Dus timbangan bersih dalam 86,66 rupiah sama dengan timbangan 200 dirham bersih atau
624 gram perak.
Jadi tiap-tiap emas telah cukup senisab yaitu 96,3 gram atau lebih, zakatnya 1/40 = 2
½ % dan telah dimiliki selama setahun, maka wajib dikeluarkan zakatnya 1/40 atau 2 ½ %.
Zakat Emas Perak yang menjadi Pakaian.
Pakaian emas dan perak yang harus dipakai perempuan, apakah wajib atau tidak
dizakati? Dalam hal ini ulama fiqh ada dua pendapat.
a. Petama, tidak wajib zakat, karena pakaian emmas/perak ini sama dengan sapi dipakai
untuk bekrja. Demikian juga pendapat Mazhab Syafi’i.
b. Kedua, wajib dizakati, karena emas dan perak seperti harta bukan pakaian perlu seperti
baju, bahkan menurut pendapat ahli zakarya wajib dibayar walaupun belom sampai
setahun serta walaupun tidak sampai senisab. Tetapi zakatnya dibayar hanya satu kali
saja. Demikian pendapat Abu Hanifah.

1) Zakat uang Kertas


Uang kertas yang mempunyai dekking emas dan perak dan dapat ditukarkan dengan
emas atau perak dimana-mana kota agak besar di Indonesia ini dapat dengan mudah
menukarkan uang kertas. Jadi uang kertas mempunyai nilai emas dan perak berdasarkan harga
6
pasaran emas dan perak. Tetapi dengan jumlah emas atau perak untuk dipertukarkan dengan
uang kertas yang jumlahnya sangat banyak sulit dicari, bahkan dalam peraturan sesuatu
negara dilarang menimbun emas atau perak karena emas/perak adalah devisa sebagai mata
uang luar negeri, artinya siap mempunyai emas dan perak, di luar negeri dengan mudah ia
berbelanja, bauk ditukarkan dengan mata uang negeri itu ataupun langsung membeli sesuatu.
Jelaslah bahwa setiap orang tidak dengan mudah memiliki emas yang jumlahnnya
banyak dan emas di Indonesia dikuasai. Pemerintah di simpan di Bank sebagai dekking
(jaminan) uang kertas.
Jika uang kertas tidak di zakati, sedangkan sulit memiliki emas dalam jumlah besar,
serta menghilangkan hak si miskin untuk jalan memperoleh haknya, maka diqiaskan uang
kertas sama dengan emas/perak, dus uang kertas wajib di zakati.
Nisab uang kertas ini seharga 96,3 gram emas atau senisab emas, atau senisab perak
624 gram, zakatnya ialah 1/40 (2 ½%).
Banyak uang kertas ini berdasarkan harga kurs emas dan perak. Jika kita misalkan kurs
emas akhir tahun Rp.200,00 per gram, maka senisab uang kertas ialah 93,6 x Rp 200,00 = Rp
18.720,00 dan telah setahun dimiliki, maka zakatnya = 1/40 x Rp 18.720,00 = Rp 468,00

2) Zakat Piutang
Zakat piutang atau tagihan jika telah sampai senisab wajib zakat dan telah cukup
setahun. Piutang ini emas atau perak atau harta perniagaan, wajib membayar zakatnya kapan
telah dibayar oleh orang yang berhutang.

3) Zakat Pertanian (Zira’ah) :


a. Zakat Biji Makanan yang Mengenyangkan
Nisab biji makanan yang mengenyangkan dan buah-buahan sebanyak 300 shak (kira-
kira 930) liter bersih dari kulitya. Hadits Muslim : “Tidak ada sedekah (zakat) pada biji dan
buah-buahan sehingga sampai banyaknya lima wasaq”
1 Wasaq = 60 shak
5 Wasaq = 5 x 60 shak = 300 shak
1 shak = 3,1 liter
1 shak = 4 mud
1 mud = 12 dacin
Zakat ada 2 macam :
 Diairi dengan air sungai (irigrasi) atau dengan air hujan (tadah hujan), zakatnya 10% atau
1/10
7
 Diairi dengan kincir atau ditarik oleh binatang atau disiram oleh tenaga menuasia, atau
dengan mesin pompa, maka zakatnya 1/20 atau 5 %
Jika lebih dari senisab (300 shak) zakatnya bandingkan yang di atas 10% atau 5%.
Mulai biji dan buah-buahan ini ialah setelah masak dan wajib dikeluarkan tunai zakatnya
apabila telah terkumpul dan ada yang berhak menerima zakatnya.

b. Zakat buah-buahan
Menurut pendapat Imam Maliki dan Syarfi’I, zakat buah-buahan itu segala buah-
buahan yang mengenyangkan ; termasuk diantaranya kurma, anggur. Nisab buah-buahan
sama dengan biji-bijian.

c. Zakat hasil tambang (Ma’adin)


Hasil dari tambang emas dan perak, jika telah sampai senisab, wajib dikeluarkan
zakatnya tanpa cukup setahun, seperti zakat buah-buahan dan biji-bijian.
Zakat tambang dan perak 1/40 atau 21/2% dari jumlah penghasilan.
Hadits Abu Daud dan Hakim ;
“Bahwa Rasulullah telah mengambil akat hasil tambang dinegeri Qabaliyah”.

d. Zakat Rikaz (harta terpendam)


Hadits Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah : “Zakat
Rikaz seperlima”.
Jika kita mendapat rikaz emas dan perak yang ditanam oleh Jahiliyah (sebelum islam),
maka wajib di keluarkan zakatnya 20% atau 1/5. Tidak menjadi syarat apakah emas dan perak
itu cukup satu tahun atau tidak. Apabila didapat rikaz emas dan perak terus dikeluarkan
zakatnya seperti zakat tambahan biji dan buah-buahan.
Mengenai cukup senisab ada beberapa pendapat :
 Mazhab Syafi’I ; syaratnya mesti cukup senisab, baru wajib dikeluarkan.
 Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad serta pengikut-pengikutnya tidak
diperlukan syarat cukup senisab baru wajib dikeluarkan zakatnya, artinya begitu didapat
harta rikz wajib dikeluarkan zakatnya.
Rikaz yang didapat dari tabag yang tidak dapat dimiliki orang menjadi hak milik siapa
yang mendapatkan rikaz itu.
Apabila rikaz didapat dari yang dimiliki orang lain, maka selidiki siapa yang pertama
membuka tanah itu, dialah sipemilik eikaz.

8
Untuk menentukan siapa yang sebenarnya yang memiliki rikaz apabila ada keraguan,
maka soalnya dapat diselesaika hakin (kadhi).

2.2.2 Zakat Fitrah (zakat pribadi,diri)


Hadits Bukhari dan Muskim,dari Ibnu Umar, katanya : “Rasul SAW mewajibkan fitah
pada bulan Ramadhan, banyaknya satu shak, qurma atau gandum atas setiap orang muslim,
merdeka dan hamba laki-laki dan perempuan”.
Asal arti kata fitrah ialah kejadian.
Maknanya dalam syariat ialah untuk kesucian setelah berpuasa. Zakat wajib dibayar
oleh setiap Muslim sebelum Hari Raya Idul Fitri, baik laki-laki maupun permpuan, anak-anak,
merdeka, hamba membayar zakat yang banyaknya untuk setip orang satu shak atau 3,1 liter
atau 2 ½ kg.
Satu shak adalah satu ukuran takaran (yaitu jumlah banyaknya), bukan ukuran berat,
karena satu kg. Beras tidak sama banyaknya satu kg gandum.
Maksud zakat fitrah diantaranya supaya satu Hari Raya Idul fitri setiap Muslim turut
bergembira, setelah satu bulan menahan nafsu dengan jalan puasa. Jika dihitung dengan berat
sesuatu zakat fitrah akan tidak sama banyak benda itu, sedangkan yang menjadi kebutuhan si
miskin yang primer ialah jumlah bahan-bahan ini banyak lebih baik, buka beratnya.

2.3 Zakat dalam Pasar Global


Ekonomi islam atau ekonomi syariah dan perkembangan dunia islam adalah salah satu
periodesasi peradaban islam yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sejak
zaman Rasulullah sampai sekarang pedoman untuk bermuamalah dalam kegiatan ekonomi
berlandaskan Al-quran dan Al-hadist. Kemajuan dunia islam di mulai pada abad ke VII-X
Masehi. Masa keemasan umat muslim kurang lebih 600 tahun atau 7 abad lamanya. Pada
abad ini ilmu pengetahuan sampai dengan peradaban berkembangan sangat pesat. Kemajuan
ini dilatarbelakangi oleh perjuangan tanpa henti oleh Rasulullah, Khulafur Rasyidin, dan
beberapa dinasti. Sejak zaman dahulu umat muslim sudah mulai gemar berniaga dan mereka
bermukim di Yaman dan Syam karena pada saat itu ada dua bangsa yang superior yaitu
Romawi dan Persia (Yaya dkk, 2014). Pada saat itu sudah ada sistem keuangan dan ekonomi
yang berpusat di Baitul Mal yang diketuai oleh Rasullulah.

Perbedaan yang paling fundamental antara ekonomi islam dengan ekonomi kapitalis
yaitu dimensi spiritualnnya. Sesuai dengan firman Allah dalah (Q.S Taha:6) berbunyi bahwa
"Kepunyaan-Nyalah semua di langit, semua yang ada di bumi, semua diantara keduannya dan

9
semua yang ada di bawah tanah". Oleh sebab itu, segala muamalah berlandaskan pada
paradigma spiritual untuk mencapai kehidupan yang sejahtera secara hakiki. Di samping itu,
ekonomi islam mempunyai empat prinsip dalam presepktif operasionalnya, yaitu: (1)
Khalifah, (2) Tazkiyah, (3) masuliyah, dan (4) Ukhuwah. Berbeda dengan sistem kapitalis
yaitu to kill atau to be killed yang maksudnya seseorang atau kelompok hanya mementingkan
kepentingan kelompok atau individu dalam memenuhi kebutuhannya. Dari dinamika tersebut
ekonomi islam adalah alat untuk memberikan kesejahteraan umat karena prinsipnya tidak
mengenal istilah kelangkaan. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah SWT dalam Q.S Hud
Ayat 6.

Selanjutnya perkembangan ekonomi syariah terus menunjukan eksistensinya terutama


dalam lembaga keuangan seperti perbankan, asuransi, pasar modal, dana pensiun, dan lain
sebagainya. Menurut Nurhayati dan Wasilah (2008) volume dan nilai ekonomi syariah
mengalami peningkatan dalam kurun tiga dekade terakhir. Hal ini menunjukan perubahan
yang positif bagi perkembangan ekonomi syariah. Selain itu, Nurhayati dan Wasilah (2008)
berpendapat bahwa perkembangan ekonomi syariah disebabkan karena banyaknya perbankan
yang menggunkan sistem syari' yang dilanjutkan dengan sektor lainnya. Lembagan keuangan
syariah pertama adalah Mit Ghamr di Mesir tahun 1963 yaitu lembaga keuangan syariah
dengan sistem operasional yang sederhana berlandaskan nilai-nilai keislaman.

Dilatarbelakangi dari kesuksesan Mit Ghamr mendorong para cedikiawan, ilmuan,


ulama, dan masyarakat muslim untuk meningkatakan lagi sistem perekonomian islam yang
sudah redup sekian lama. Pada bulan Desember 1973 berdirilah sebuah lembaga keuangan
islam internasional yang didirikan di Jeddah berdasarkan deklarasi menteri-menteri keuangan
negara muslim yang bergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Dalam kurun
waktu yang tidak begitu lama mulai bermunculan lembaga untuk menaungi ekonomi islam
diantaranya Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution
(AAOIFI), International Islamic Financial Market (IIFM), dan Islamic Financial service
Board (IFSB). Adanya lembaga yang keuangan islam diharapkan sebagai tolak ukur
kemajuan perekonomian umat muslim. Oleh sebab itu, negara dan masyarakat non muslim
pun sudah mulai tertarik dengan sistem perekonomian islam, contohnya Islamic Finance
House Universal Holding di Luxemburg, Islamic Finance House di England, penerbitan sukuk
oleh negara Singapura, Wisata Halal di Thailand dan Korea, Produk Makanan Halal di
Australia dan sebagainnya.

10
Berdampingan dengan perkembangan ekonomi islam global pada tahun 1992
Indonesia mempunyai lembaga keuangan syariah pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia.
Hal ini sebagai strategi pemerintah untuk ikut berperan dalam perkembangan ekonomi islam
di seluruh dunia tidak terkecuali di kawasan Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN). Walapun demikian Indonesian dianggap terlambat dalam pengambilan keputusan
mendirikan BMI karena Filipina lebih awal mendirikan Philippine Amanah Bank pada tahun
1973 di susul Bank Islam di Malaysia pada tahun 1983. Maka dari itu, perkembangan
ekonomi islam indonesia stagna pada angka 4 persen yang mulai merangkak naik sebesar 6,79
persen pada tahun 2017. Peluang pangsa pasar ekonomi syariah begitu potensial yang
menyebabkan beberapa Bank konvensional mempunyai Unit Usaha Syariah (UUS) untuk
menjadikan perusahaanya kompetitif yang pada akhirnya memutuskan spin off atau
pemisahan menjadi Bank Umum Syariah (BUS) contohnya Bank Syariah Mandiri (BSM) dan
Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS).

Akan tetapi asumsi masyarakat terhadap bank syariah belum sepenuhnya absolut
dipercayai menggunkan prinsip islam. Bahkan berdasarkan survey kecil-kecilan Muhammad
Akhyar Adnan yaitu anggota Dewan Pengawas Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)
menyebutkan sekitar 70 persen masyarakat menganggap bahwa sistem operasionalnya persis
dengan perbankan konvensional. Hal ini sangat ironi karena Indonesia adalah negara muslim
terbesar di dunia tetapi partisipasi masyarakatnya terhadap perbankan syariah tidak demikian.
Oleh sebab itu, pemerintah dari zaman presiden Susiolo Bambang Yudoyono (SBY) pada
tahun 2013 mendirikan Gerakan Ekonomi Syariah (Gress) dan Joko Widodo (Jokowi) pada
tahun 2016 mendirikan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dengan melibatkan
beberapa kementrian seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri Agama serta melibatkan Majelis Ulama
Indonesia (MUI).

Sayangnya kedua lembaga tersebut hanya sebagai gagasan dan tidak ada tindakan
yang lebih konkrit. Selain itu, keduanya didirikan persis saat mendekati masa pemilihan
umum (Pemilu). Hal ini dikhawatirkan rencana pembangunan ekonomi islam hanyalah
sebagai alat politik untuk mempertahankan eksistensinya. Di sisi lain seharusnya pemerintah
memanfaatkan potensi perkembangan ekonomi islam. Jumlah dana publik di Indonesia seperti
zakat, wakaf, infaq, dan shadaqoh apabila di gunakan dengan bijak bisa sebagai sumber
pengelolaan infrastruktur dan lainnya bagi pemeritah. Berdasarkan data dari Kepala Divisi
Pengelolaan & Pemberdayaan Badan Wakaf Indonesai (BWI) penghimpun wakaf di

11
Indonesia sebesar Rp 400 miliar dan diproyeksikan akan mencapai 180 trliun. Selain itu, pada
tahun 2016 Badan Zakat Nasional (Baznas) mencatat pemasukan dana zakat menacapai 5
triliun. Hal ini diproyeksikan akan meningkat berkali-kali lipat sebesar 217 triliun. Akselerasi
penghimpunan dana umat diakrenakan adanya teknologi informasi dalam alat inovasinya.
Oleh sebab itu, seharusnya pemerintah mengoptimlakan dana kebajikan ini dalam
pengembangan ekonomi dibandingkan harus terus berhutang ke bank dunia dan negara lain.

Yang terakhir adalah pemerintah harus melakukan integrasi dalam upaya untuk
perkembangan ekonomi islam. Salah satunya adalah tidak memfokuskan pada sektor
keuangan saja di pasar modal, tetapi sektor riil harus diperhatikan juga karena sektor riil
mempunyai potensi dalam perkembangan ekonomi islam. Sebagai contoh perbankan syariah
harus mengkaji lagi regulasi dalam penyaluran dananya melalui produk-produk yang
ditawarkan. Dalam portofolio bank syariah pembiayaan murabahah adalah yang paling
familiar dan besar porsinya padahal mudharabah sekitar pada porsi 5 persen saja padahal
mudharabah adalah produk yang bisa mendapatkan porsi keuntung yang lebih baik. Hal ini
disebabkan banyaknya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) potensial yang
kekurangan modal, tetapi bank syariah tidak berani menyalurkan dananya. Akibatnya lahirlah
beberapa lembaga keungan yang virtual ataupun fisik yang sanggung membiayai mereka
contohnya dalam skema crowdfunding inovasi dari Financial Techonlogy (Fintech).
Selanjutnya MUI dan menteri agama harus melakukan sosialisasi dan edukuasi kepada anak-
anak muda bahwa mereka berpeluang besar menjadi aktor dalam ekonomi islam. Contohnya
profesi sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) di lembaga keuangan syariah. Hal ini
disebabkan karena DPS terpaksa harus dari orang-orang yang tidak muda lagi dan besar
kemungkinan background pendidikannya sebatas tentang fiqih muamalah. Padahal seorang
DPS harus mempunyai tiga kualifikasi yang fundamenatal yaitu audinting, accounting, dan
fiqih muamalah. Selain itu, satu orang DPS bisa bekerja lebih dari satu lembaga keuangan,
maka akibatnya kinerja dalam lembaga keuangan tidak akan maksimal. Oleh sebab itu, upaya
dalam meningkatakan ekonomi islam harus adanya kerja sama dari berbagai sektor supaya
Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan di pasar global.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Zakat adalah satu lembaga sosial dalam masyarakat Islam. Tujuan zakat meratakan
jurang antara si kaya dan si miskin, dimana yang punya berkewajiban memberikan bantuan
kepada yang tidak punya. Sebaliknya yang tidak punya berhak menerima harta atau bantuan
dari yang punya.
Hal ini berlaku sejak zaman Rasulullah SAW sampai masa kini. Di abad modern ini
sebagaimana kita ketahui di Indonesia ini mulai bertiup topan modernisasi dengan adanya
zakat dalam pasar globar melalui ekonomi syari’ah.

3.2 Saran
Islam adalah suatu aturan yang menjadi keberuntungan, kebahagiaan umatnya didalam
kehidupan dunia dan akhirat dan menjamin mereka akan persamaan soasial dengan
mewajibkan zakat atas orang kaya dan yang berkesanggupan guna kebaikan orang-orang fakir
dan lemah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Ibrahim.1995. Ekonomi Islam Sutau Pengantar II. Jakarta: Kalam Mulia.

14

Anda mungkin juga menyukai