Anda di halaman 1dari 2

Kasus :

PT Jouska Financial Indonesia (Jouska) melalui CEOnya, Aakar Abyasa Fidzuno mengaku lalai dalam
Standar Operating Procedure (SOP) komunikasi dengan klien. Aakar juga mengklarifikasi
kesalahpahaman publik bahwa Jouska melampaui kewenangan dengan mengelola dana, bahkan
mentransaksikan portofolio saham klien.

"Salah satu dosa besar Jouska dalam berkomunikasi, advisor terbiasa menjadi perantara antara klien
dengan pihak ketiga, bukan hanya dengan Mahesa saja, tapi juga pihak asuransi, bank, sekuritas dan
lainnya," jelas Aakar.

CEO Jouska yang juga pemegang saham mayoritas dari PT Mahesa Strategis Indonesia (Mahesa) itu
mengaku hal tersebut sebagai kesalahan dan kelalaiannya. Dimana, saat pertumbuhan klien bertambah
dengan cepat, terdapat SOP komunikasi dengan klien yang dianggap tidak tepat dan perlu diperbaiki ke
depannya.

Aakar menambahkan, intensnya komunikasi Advisor Jouska dengan klien, termasuk dalam hal mereview
portofolio saham klien, sehingga membuat klien menyamakan posisi Jouska dan Mahesa adalah sama.
Banyak klien berasumsi dan menyamakan pihak ketiga dengan advisor Jouska.

"Ini adalah kesalahan SOP yang sangat fatal dalam berkomunikasi dengan klien, karena Jouska berusaha
untuk playing hero dengan pihak ketiga. Maksud kita mungkin ingin membuat klien lebih nyaman,"
jelasnya.

Karena berbeda lingkup pekerjaan, maka kontrak klien dengan Jouska berbeda dan terpisah dengan
kontrak klien dengan Mahesa. Dengan Jouska, kontrak klien hanya berisi tentang kegiatan advisory
antara advisor Jouska dengan klien.

Sementara dengan Mahesa, klien Jouska sudah menandatangani surat kesepakatan bersama untuk
ditransaksikan sahamnya oleh broker di Mahesa.

Aakar menjelaskan bahwa PT Jouska Finansial Indonesia dan PT Mahesa Strategis Indonesia adalah dua
entitas berbeda, berada di dua lokasi kantor yang berbeda, dan tidak ada perjanjian kerja sama antara
Jouska dan Mahesa. Jouska tidak pernah menerima komisi atas pembentukan portofolio saham yang
dilakukan Mahesa, walaupun sebagian kecil klien Mahesa berasal dari referensi Jouska.

"Jouska tidak punya akses ke rekening saham nasabah, sehingga tidak bisa mengelola dana, apalagi
memperjualbelikan saham klien," kata Aakar Selasa (1/9).

Jouska juga tidak pernah menerima komisi atas transaksi saham klien yang dikelola oleh Mahesa.
Advisor Jouska hanya sebatas menyarankan klien Jouska yang ingin dibantu mengembangkan portofolio
sahamnya, untuk dibantu para broker saham yang tergabung dalam Mahesa.

Adapun terkait hubungan Jouska dengan saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK), Aakar
mengatakan bahwa advisor Jouska tidak pernah menyarankan klien untuk membeli saham LUCK.
Advisor Jouska bahkan tidak mengetahui bahwa dana klien yang dikelola oleh Mahesa akan dibelikan
saham apa, karena ini adalah ranah kesepakatan antara klien dengan Mahesa.

"Advisor Jouska baru mengetahui adanya pembelian saham LUCK pada saat review portofolio yang
berlangsung secara periodik," tambahnya.

Terkait keluhan klien tentang advisor Jouska yang menyarankan untuk jangan menjual saham LUCK,
Aakar membenarkan hal tersebut.

Ketika harga saham LUCK turun, tim Jouska berharap masih ada kemungkinan untuk harga saham LUCK
rebound berdasarkan insight dari broker di Mahesa. Sehingga, tim Jouska masih berusaha supaya klien
bisa menjual sahamnya di harga yang lebih baik.

“Kami berusaha mencarikan jalan keluar yang terbaik buat klien dari situasi pasar modal yang kurang
bagus. Supaya klien bisa menjual kembali di harga yang lebih bagus,” tandasnya.

Sumber : https://amp.kontan.co.id/news/ceo-jouska-akui-lalai-dalam-komunikasi-dengan-klien

Anda mungkin juga menyukai