Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK LEMAHNYA PENGENDALIAN INTERNAL

PADA PT MAHESA STRATEGIS INDONESIA

Dosen Pengampu :

Dr. Nurlinda, S.E.,AK.,M.Si.,CA

Disusun Oleh :

Else Winda Sitopu (2105071076)

Imia Charisa Boangmanalu (2105071064)

D3 Keuangan dan Perbankan


POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah ini dengan baik. Adapun judul
dari Project ini adalah “ Analisis Dampak Lemahnya Pengendalian
Internal PT. Mahesa Strategis Indonesia”. Makalah ini di tulis
mempunyai tujuan sebagai bahan pembelajaran dan sebagai salah satu
sumber pengetahuan. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Audit Internal.
Dalam penulisan makalah ini kami minta maaf karena merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan dalam teknis penulisan
maupun materi, karena keterbatasan kami. Untuk itu kritik dan saran
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga,
teman, dosen dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
motivasi selama proses penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan menjadi pedoman dalam memotivasi
kita semua.

Medan, Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Alasan Memilih Kasus......................................................................................................................1
BAB 2.......................................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................2
2.1 Tinjauan Umum Tentang Satgas Waspada Investasi...................................................................2
2.1.1 Pengaturan Satgas Waspada Investasi.................................................................................2
2.1.2 Tugas dan Wewenang Satgas Waspada Investasi................................................................2
2.1.3 Tugas dan Wewenang Satgas Waspada Investasi................................................................3
2.1.4 Tinjauan Umum Tentang Penghimpunan Dana...................................................................3
2.1.5 Tujuan dari Penghimpunan Dana Masyarakat.....................................................................4
2.1.6 Manfaat dari Penghimpunan Dana Mayarakat....................................................................4
2.2 Landasan Teori............................................................................................................................4
2.3 Batasan Konsep...........................................................................................................................4
BAB 3.......................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5

3.1 Kasus Internal Pada Pt Mahesa Strategis Indonesia........................................................................6


3.2 Diskusi Kode Etik, Standar, dan Struktur.........................................................................................7
3.2.1 Kode Etik Pt Mahesa Strategis Indonesia.............................................................................7
3.2.2 Standart Profesional Audit Internal......................................................................................7
3.2.3 Struktur Organisasi Pt Mahesa Strategis Indonesia.............................................................8
3.3 Pendapat Kelompok........................................................................................................................8
Saran...................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Mahesa Strategis Indonesia adalah perusahaan konsultan keuangan independen


yang telah berdiri sejak tahun 2013. PT Mahesa Strategis Indonesia didirikan oleh tiga
pendiri yang memiliki visi dan misi yang sama untuk membawa perencanaan keuangan di
Indonesia ke tingkat berikutnya. Ketiga pendirinya yaitu Aakar Abyasa sebagai CEO dan
Founder, Indah Hapsari sebagai Co-Founder dan Head of Adviser dan Farah DinisebagaiCo-
Founder.
Kasus PT Mahesa Strategis Indonesia ini bermula dianggap mengarahkan kliennya
menandatangani kontrak pengelolaan rekening dana investor (RDI) dengan perusahaan yang
berafiliasi dengan PT Mahesa Strategis Indonesia, PT Jouska, terkait pengelolaan dana
investasi. Dalam perkembangannya, dana investasi para klien tersebut dipakai untuk membeli
beberapa saham dan reksadana, salah satunya pembelian saham PT Sentral Mitra Informatika
Tbk (LUCK). Yang kemudian menjadi masalah, nilai-nilai dari portofolio tersebut anjlok,
terutama saham LUCK Pt lantas dilaporkan oleh kliennya atas tuduhan penempatan dana
yang membuat klien merasa dirugikan. Selain itu, dalam kasus ini, terdapat unsur insider
trading dalam pengelolaan dana investasi.

1.2. Alasan Memilih Kasus

Berdasarkan judul makalah di atas, alasan memilih kasus ini adalah untuk mengetahui
kronologi secara singkat tentang Pt Mahesa Strategis Indonesia, Hal yang menyimpang dalam
etika berbisnis terhadap nasabah.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tentang Satgas Waspada Investasi
2.1.1. Pengaturan Satgas Waspada Investasi
Menurut Pasal 1 Nomor 2 Nota Kesepakatan Satuan Tugas Waspada
Investasi,Satgas Waspada Investasi adalah:
“Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang
Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi yang selanjutnya disebut
Satgas Waspada Investasi adalah forum koordinasi antar kementerian dan lembaga dalam
rangka pencegahan dan penanganan dugaan tindakan melawan hukum di bidang
penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi.”
Satgas Waspada Investasi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan No.
Kep208/BL/2007 penanggung jawab Bapepam dan LK yang disahkan pada tanggal 20
Juni 2007. Masa kerja diperbarui setiap tahun. Setelah pelimpahan tanggung jawab dan
fungsi Bapepam dan LK kepada Otoritas Jasa Keuangan, pada 26 Juni disahkan
Keputusan Komite Komisioner OJK No. 01/ KD.04/2013 untuk memutakhirkan
Keputusan Satgas Peringatan Dini Investasi, 2013 tahun.
Anggota Satgas Waspada Investasi juga sepakat untuk membentuk Satgas Waspada
Investasi di tingkat daerah, dengan perwakilan dari instansi yang sama dengan Satgas
Waspada Investasi Pusat. Tim peringatan dini penanaman modal daerah merupakan sarana
koordinasi antara dinas/dinas keuangan daerah dengan instansi/dinas terkait.
2.1.2. Tugas dan Wewenang Satgas Waspada Investasi
Pasal 2 Nomor 2 Nota Kesepakatan Satgas Waspada Investasi menyatkan “Untuk
meningkatkan komitmen dan koordinasi para pihak dalam rangka pencegahan dan
penanganan dugaan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat
dan pengelolaan investasi.”
2.1.3. Tugas dan Wewenang Satgas Waspada Investasi
Tugas dari Satgas Waspada Investasi terhadap penghimpunan dana ilegal oleh PT.
Mahesa Strategis Indonesia berupa mengedukasi serta mengevaluasi agar kejadian seperti
penghimpunan dana illegal yang dilakukan oleh PT. Mahesa Strategis Indonesia tidak
terulang kembali dengan target masyarakat agar dapat lebih peka, serta menghimbau untuk
PT. Mahesa Strategis untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan
dengan kegiatan investasi ilegal yang menghimpun dana kliennya.
Kewenangan Satgas Waspada Investasi tertera dalam Pasal 5 ayat 3 Nota
Kesepahaman Satgas Waspada Investasi yaitu Kewenangan Satgas Waspada Investasi
dalam kasus penghimpunan dan ilegal yang dilakukan oleh PT. Mahesa Strategis
Indonesia berupa penghentian kegiatan ivestasi melalui penghimpunan dan ilegal oleh PT.
Mahesa Strategis Indonesia yang benyak merugikan kliennya serta menindaklanjuti serta
pemberian sanksi bagi PT. Mahesa Strategis Indonesia yang tidak memiliki izin untuk
melakukan penghimpunan dana, mengingat izin yang didapat adalah sebagai pemberi
literasi keuangan serta menghimpun dana secara ilegal dengan memutar uang kliennya.

2
2.2. Tinjauan Umum Tentang Penghimpunan Dana
Dana dapat berasal dari beberapa produk bank melalui simpanan tabungan dari para
nasabahnya. selanjutnya dana yang telah dihimpun oleh seorang marketing funding akan
kembali disalurkan keluar dari pihak bank melalui berbagai macam produk pinjaman yang
ditawarkan kepada nasabahnya baik pinjaman secara individu, lembaga maupun pihak
swasta. Seorang marketing funding dituntut untuk mempunyai kemampuan berkomunikasi
yang baik, memiliki kemampuan untuk menjaga hubungan yang baik dengan nasabah
ataupun calon nasabah, memiliki keahlian dalam menganalisa calon nasabah dari segi
kebutuhan nasabah, memiliki interpersonal skill yang baik, serta mampu untuk menjalin atau
memperluas jaringan atau networking, berorientasi pada target yang ditetapkan. Berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang ada, saat ini ada beberapa jenis izin usaha untuk
melakukan penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi :
a) Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-
Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
b) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Undang-
undang Pasar Modal), izin usaha Manajer Investasi diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan dan diawasi oleh Satgas Waspada Investasi.
c) Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-
Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.2.1. Tujuan dari Penghimpunan Dana Masyarakat
a) Sebagai Dana Operasional Bank Dana dikelola oleh bank dari dana kecil hingga besar
yang dihimpun dari masyarakat, dan dibimbing kembali kepada mereka yang
membutuhkan dan berhak mendapatkan pinjaman dalam bentuk pembiayaan / kredit.
b) Sebagai alat / metode pemerintah untuk melaksanakan kebijakan moneter. Menarik
uang dari masyarakat berarti mengurangi peredaran, yang merupakan salah satu cara
pemerintah mengendalikan inflasi.
c) Produktivitas Dana.
2.2.2. Manfaat dari Penghimpunan Dana Mayarakat
a) Bagi bank
Bagi pemilik uang berarti menjadikan uangnya produktif, biasanya mata uang ini
disimpan di rumah, di celengan ayam, celengan bambu, atau di bawah bantal. Orang-
orang ini adalah orangorang yang mengumpulkan dana karena bekerja keras dan
menganggur (hoarding) dan penuh resiko, mata uang menjadi produktif dan
menguntungkan.
b) Bagi pemilik uang

3
Bagi pemilik uang berarti menjadikan uangnya produktif, biasanya mata uang ini
disimpan di rumah, di celengan ayam, celengan bambu, atau di bawah bantal. Orang-
orang ini adalah orangorang yang mengumpulkan dana karena bekerja keras dan
menganggur (hoarding) dan penuh resiko, mata uang menjadi produktif dan
menguntungkan.
c) Bagi pemerintah
Berhasil apa tidaknya penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan berarti
berkurangnya peredaran, ini sebagai upaya pengendalian inflasi.

2.3. Landasan Teori


Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian
ini adalah konsep perlindungan hukum dan teori kemanfaatan.
1. Konsep Perlindungan Hukum
Konsep perlindungan hukum adalah segala upaya untuk mewujudkan hak dan
memberikan saksi dan/atau korban rasa aman. Sebagai bagian dari perlindungan
masyarakat, bahwa perlindungan hukum memberikan perlindungan terhadap Hak Asasi
Manusia yang dirugikan oleh orang lain dan memberikan perlindungan sosial agar
mereka dapat menikmati semua ketentuan Undang-Undang Hak Asasi Manusia.
2. Teori Kemanfaatan/ Utilitarianisme
Tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan terbesar kepada
sebanyak- banyaknya warga masyarakat (the greatest good of the greatest number).
Konsepnya meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Prinsip ini harus
diterapkan secara kuatitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama.

2.4. Batasan Konsep


Batasan konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Peran adalah merupakan sarana berperilaku dan diharapkan dapat dimiliki oleh
masyarakat pergaulan.
2. Satgas Waspada Investasi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam
dan LK No. Kep-208/BL/2007 tanggal 20 Juni 2007. Masa kerjaSurat Keputusan
tersebut diperbarui setahun sekali.
3. Pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar
sesuatu tidak terjadi.
4. Penghimpunan adalah proses, cara, perbuatan menghimpun.
5. Dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan.
6. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
7. PT. Mahesa Strategi Indonesia adalah firma yang memberikan masukan dan saran
keuangan kepada pelanggan berdasarkan status dan tujuan keuangan setiap
pelanggan.

4
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Kasus Internal Pada Pt Mahesa Strategis Indonesia
PT. Mahesa Strategis Indonesia mendapatkan sejumlah laporan bahwa perusahaan ini
tersandung kasus pengalokasian dana yang merugikan para kliennya. Berdasarkan laporan
tanggal 21 Desember 2020, nilai kerugian investasi 41 nasabah Pt Mahesa tercatat mencapai
Rp16 miliar. PT. Mahesa Strategis Indonesia mengalokasikan dana pada instrumen saham
yang kemudian harga saham mengalami penurunan secara drastis. Tindakan tersebut menjadi
salah satu penyebab kerugian yang dialami oleh para klien.
• Pelanggaran Etika Bisnis pada Kasus Pt Mahesa
PT. Mahesa Strategis Indonesia melakukan beberapa tindakan yang melenceng dari
teori etika bisnis yang tidak sesuai dengan standar praktik perencanaan keuangan di
Indonesia. Bahwa tidak seharusnya ia mengelola uang klien dengan memperjualbelikan
portofolio klien walaupun kuasa sudah diberikan oleh klien.
PT Mahesa Strategis Indonesia juga melanggar prinsip-prinsip yang ada pada etika
bisnis yang pertama yaitu; prinsip kejujuran, dimana prinsip ini merupakan prinsip yang
sangat dibutuhkan dalam berdirinya sebuah perusahaan, tetapi PT Mahesa secara tidak
langsung membohongi 80 kliennya bahkan diduga lebih dari itu. Kedua, prinsip mutual
benefit principle yaitu saling menguntungkan antara kedua belah pihak yaitu PT Mahesa
dan kliennya, kemudian disini juga sudah jelas bahwa klien dari PT Mahesa merasa
dirugikan, yang berarti PT Mahesa melanggar prinsip etika bisnis yang ada, karena
seharusnya klien dan perusahaan sama-sama untung. Lalu individu yang ada didalam
perusahaan PT Mahesa ini juga melanggar prinsip integritas moral yaitu tuntutan
menjaga nama baik pimpinan maupun perusahaannya. PT Mahesa bahkan merupakan
perusahaan yang sudah diblokir oleh OJK.
• Korupsi pada Kasus Pt Mahesa
Berdasarkan kronologi kasus yang terjadi dalam perusahaan PT. Mahesa Strategi
Indonesia, polisi menetapkan Aakar Abyasa Fidzuno selaku direktur utama perusahaan
Mahesa dan Tias Nugraha Putra selaku direktur perusahaan PT. Amarta Investa yang
menjadi salah satu entitas perusahaan dari PT. Mahesa sebagai tersangka atas kasus
tindakan pencucian uang dan penggelapan. Tersangka berupaya untuk mengarahkan
kliennya agar kontrak terkait dengan pengelolaan Rekening Dana Investor dengan
perusahaan afiliasi bernama PT. Mahesa Strategis Indonesia dapat ditandatangani.
Tindakan tersebut merupakan salah satu permainan harga saham yang dilakukan oleh PT
Mahesa Strategis Indonesia dengan pemegang saham LUCK yang terdiri atas Caroline,
Christine dan Josephine. Kerjasama ini ditandai dengan adanya penandatanganan yang
melawan suatu hukum. Berdasarkan jenis-jenis tindakan korupsi, kronologi kasus PT.
Mahesa Strategis Indonesia terkait adanya kesepakatan permainan harga saham yang
memberikan dampak positif berupa peningkatan harga saham bagi pemegang saham

5
LUCK meskipun bukan berasal dari valuasi keadaan keuangan saham LUCK yang sudah
dijelaskan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa tindakan ini dikategorikan ke dalam jenis korupsi yang berupa
korupsi investif.
• Teori Kontrak (Contract Theory) pada Kasus Mahesa
Perusahaan ini juga tidak terdaftar di dalam OJK sebagai sebuah perusahaan manajer
investasi sehingga dapat dikatakan sebagai perusahaan yang ilegal untuk dapat
mengelola dana para klien. Sebanyak 10 klien Mahesa melapor kepada kepolisian karena
mereka mendapatkan kerugian finansial yang besar akibat bekerja sama dengan
perusahaan tersebut. Tim Satgas Waspada Investasi (SWI) juga menerima aduan dari
beberapa klien Mahesa yang mengatakan bahwa perusahaan ini bukan hanya
memberikan nasihat terhadap keuangan, melainkan juga ikut mengeksekusi dan
mengelola dana nasabah sehingga banyak dari klien yang merasa dirugikan.
Klien juga diminta tanda tangan oleh Mahesa mengenai kontrak bersama PT Amarta
Investa dan PT Jouska Finansial Indonesia dimana kedua perusahaan tersebut dikenalkan
sebagai manajer investasi. Disini, jouska terlibat sebagai perantara antara klien dengan
manajer investasi tersebut. Namun, setelah diketahui lebih dalam, ternyata founder
Mahesa yakni Akar terlibat di dalam dua perusahaan tersebut sebagai komisaris serta
perusahaan manajer investasi ini juga tidak memiliki izin OJK.
Bahwa Mahesa memiliki kontrak dengan kliennya bernama kontrak nominaat
karena antara pihak perusahaan dengan klien melakukan perjanjian jual-beli. Namun,
dalam kejadian ini dapat dianalisis bahwa Jouska telah melanggar teori kontrak yang
mana klien selaku agen tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai mekanisme
penawaran yang didapatkan. Mahesa selaku penyedia jasa perencanaan keuangan
seharusnya hanya memberi nasihat kepada kliennya dan tidak mengelola atau
mengintervensi dana mereka. Selain itu, miskomunikasi yang terjadi cenderung
menguntungkan Mahesa setelah diindikasikan bahwa perusahaan ini memiliki
kesepakatan pula dengan PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK).

Potensi Pelanggaran kode etik yang terjadi pada Pt Mahesa Strategis


Indonesia :

1) Kerahasiaan
Dimana prinsip ini merupakan prinsip yang sangat dibutuhkan dalam berdirinya
sebuah perusahaan, tetapi Pt Mahesa secara tidak langsung membohongi 80 kliennya
bahkan diduga lebih dari itu.
2) Kehati-hatian
Saling menuntungkan kedua belah pihak yaitu Pt Mahesa dan kliennya, kemudian
disini juga sudah jelas bahwa klien dari Pt Mahesa merasa dirugikan yang berarti Pt
Mahesa melangar kode etik bersifat kehati-hatian karena seharusnya klien dan
perusahaan sama-sama untung.
3) Integritas

6
Tuntutan menjaga nama baik pimpinan maupun perusahaan. Pt Mahesa merupakan
perusahaan yang diblokir oleh OJK.

3.2. Diskusi Kode Etik, Standar, dan Struktur


3.2.1. Kode Etik Pt Mahesa Strategis Indonesia
Keuangan Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna
Jasa Bagi Perencana Keuangan untuk melaksanakan ketentuan dalam PP No. 43 Tahun
2015 agar perencana keuangan mengenal konsumennya dengan tujuan untuk melindungi
perencana keuangan dari tindakan penyelewengan konsumennya.
Kode etik perencana keuangan diterbitkan oleh asosiasi perencana keuangan yaitu
Financial Planing Standards Board (FPSB) sebagai lembaga sertifikasi perencana
keuangan. Dalam kode etik tersebut hanya disebutkan tanggung jawab profesional dan
kode etik perencana keuangan; aturan perilaku bagi profesional RFP (Registered Financial
Planner) dan CFP (Certified Financial Planner); standar praktik perencana keuangan; serta
pedoman penggunnaan tanda RFP dan CFP. Di dalam kode etik tersebut tidak terdapat
sanksi apabila perencana keuangan tidak bertindak sebagaimana seharusnya.
3.2.2. Standart Profesional Audit Internal
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus memperjelas regulasi untuk batasan kerja
profesi financial planner (FP) atau perencana keuangan agar tidak menyimpang seperti
kasus PT Mahesa Strategis Indonesia. Menurut peneliti Center for Indonesian Policy
Studies (CIPS), Ira Aprilianti, ada tiga hal yang harus diproses OJK untuk regulasi bagi
perencana keuangan, yakni mengatur kewenangan dan kewajiban, ruang lingkup dan kode
etik profesi, serta pertanggungjawaban untuk melindungi konsumen atau nasabah.
Padahal wilayah kerja dari aktivitas ini berhubungan erat dengan kewenangan OJK
untuk melindungi konsumen lembaga keuangan sesuai amanat UU OJK No. 21/2011,"
ujar Ira Aprilianti. Untuk regulasi terkait kewenangan dan kewajiban profesi FP, Ira
Aprilianti merekomendasikan, OJK membuat Peraturan OJK atau Surat Edaran OJK, yang
antara lain menegaskan batasan kerja atau fungsi dari FP. Dia menjelaskan, perencana
keuangan berfungsi sebagai pihak yang membantu perencanaan keuangan yang mengacu
pada kebutuhan dari klien. Perencana keuangan tidak berhak menjalankan aktivitas
keuangan nasabah karena sifatnya hanya memberikan masukan dan merencanakan.
Sedangkan manajer investasi adalah mereka yang menjalankan dan mengelola portofolio
milik nasabah, baik individu maupun kelompok.
Kode etik perencana keuangan diterbitkan oleh asosiasi perencana keuangan yaitu
Financial Planing Standards Board (FPSB) sebagai lembaga sertifikasi perencana
keuangan. Dalam kode etik tersebut hanya disebutkan tanggung jawab profesional dan
kode etik perencana keuangan; aturan perilaku bagi profesional RFP (Registered Financial
Planner) dan CFP (Certified Financial Planner); standar praktik perencana keuangan; serta
pedoman penggunnaan tanda RFP dan CFP. Di dalam kode etik tersebut tidak terdapat
sanksi apabila perencana keuangan tidak bertindak sebagaimana seharusnya.

7
3.2.3. Struktur Organisasi Pt Mahesa Strategis Indonesia

3.3. Pendapat Kelompok


Menurut pendapat kelompok kami mengenai kasus Pt Mahesa Strategis Indonesia
yaitu :
1. Tindakan yang dilakukan mahesa hingga terlibat Transaksi jual beli saham milik
nasabah Sudah di luar Lingkup layanan sebagai financial advisor.
2. Perihal mengenai kasus ini yang dilakukan oleh mahesa tidak termasuk etika
perilaku sebagai financial advisor. Karena finansial advisor itu dari sisi bisnis hanya
memberikan jasa penasihat keuangan, ruang lingkup pelayanan hanya memper
memberikan jasa tersebut, bukan ke eksekutor.
3. Meski memiliki surat kuasa jual beli terkait dengan aktivitas jual saham milik
nasabah mereka, tetap saja itu menyalahi aturan karena penasihat investasi hanya
mengarahkan. Tidak sampai berubah sebagai eksekutor.

8
Maka saran kelompok kami mengenai kasus Pt Mahesa Strategis Indonesia yaitu:

1. Untuk melakukan collaborative action dengan berbagai pihak, mulai dari ahli
komunikasi, finansial konsultan, hingga regulator untuk membangun strategi
komunikasi dengan menentukan sebuah tujuan komunikasi.
2. Untuk mengoptimalkan media relations sangat penting.
3. Memperbaiki standar komunikasi yang transparan juga perlu dilakukan oleh mahesa,
Apabila terdapat kemungkinan untuk melakukan re-branding Dan mengembalikan
public trust di masa depan.

sumber :

Finansial Planning Standards Boards (FPSB), Financial Planner (FP), IAFRC


(code of ethics), Lembaga sertifikat profesi (LSP), Certified Financial Planner
(CFP), Registered Finansial Planner (RFP), etc.

DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu/article/download/72614/41505

http://e-journal.uajy.ac.id/26900/3/185202927_bab%202.pdf

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/73341/1/
MUHAMAD%20NABHAN%20RABBANI%20HADI%20-
%20FSH.pdfhttps://www.studocu.com/id/document/universitas-nusantara-pgri-
kediri/etika-bisnis/analisis-
kasus-pelanggaran-etika-bisnis-pada-pt-jouska/445795

Anda mungkin juga menyukai