Kaolin dan pektin diberikan sebagai pelapis dinding usus, tepatnya sebagai adsorbent
yang menyerap toksin dan bakteri dalam sauran pencernaan.
Kaolin secara alami terjadi dari silikat aluminium hydratd yang berbentuk powder
putih bercahaya, tidak berbau, yang pada kenyataannya tidak dapat larut di (dalam) air. Pektin
adalah suatu karbohidrat polymer yang terdiri atas parsial methoxylated polygalacturonic-
acids. Berwarna putih kekuningan, hampir tidak berbau dengan suatu mucilagenous,
diperoleh dari kulit pohon jeruk/buah bagian dalamnya atau dari buah apel pomace. Satu
gram pektin dapat larut di (dalam) 20 ml air dalam suatu solusi merekat (Plumb, 1998).
Farmakologi dari kaolin/pectin adalah mempengaruhi adsorbent dan bersifat
menyerap toksin dan bakteri dalam saluaran pencernaan, tindakan pengasingan melindungi
mucosa gastrointestinal. Komponen pektin dari pembentukan asam galcturonic, ditujukan
untuk mengurangi pH dalam lumen usus. Dosis pada kucing untuk mengobati diare adalah
sebesar 1-2 ml/kgBB Po diulang setiap 4-6 jam (Plumb, 1998).
http://yudhiestar.blogspot.com/2010/11/primperan-metoclopramide-hcl-kaolin-
dan.html
Sumber : http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/primperan-metoclopramide-hcl-kaolin-
dan.html#ixzz1fHlVWuZH
FARMAKOLOGI :
Kaotin suspensi merupakan suatu kombinasi ideal dari Kaolin dan Pektin untuk pengobatan
diare.
SUSPENSI
A.Suspensiones ( Suspensi )
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila digojog perlahan– lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di
tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel
terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta
komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet
yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga
dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan
dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena
rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet,
dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan
dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
C. Pembasahan Partikel
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut di
dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. kadang – kadang adalah sukar
mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan .
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ – nya besar mereka
mengambang pada permukaan cairan.
Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun
ditekan di bawah permukaan cairan.
Serbuk dengan sudut kontak ± 90 ْ akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar
dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak
yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut kontak .
Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob , seperti sulfur , carbo adsorben,
Magnesii Stearat dan serbuk yang mudah dibasahi air disebut hidropofil seperti toluen , Zincy
Oxydi , Magnesii Carbonas .
Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan
memindahkan udara diantara partikel – partikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus
dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaan partikel mudah campur
dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel
dengan gliserin, propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air. ( IMO , 152 )
a. Sistem Deflokulasi
b. Sistem Flokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap
dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system
Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan akhirnya akan
membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali. ( Farmasetika , 163 )
1. Metode Dispersi
1. Metode Dispersi
Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan pembawa. Umumnya sebagai
cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah partikel –
partikel harus terdispersi betul di dalam air, mendispersi serbuk yang tidak larut dalam
air, kadang – kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena adanya udara, lemak dan lain –
lain kontaminan pada permukaan serbuk . ( Farmasetika , 165 )
2. Metode Presipitasi
Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam air,dilarutkan
dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, lalu ditambahkan air suling
dengan kondisi tertentu. Pelarut organik yang digunakan adalah etanol, methanol,
propilenglikol dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control
ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal. ( Farmasetika ,
165 )
Daftar Pustaka
Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
SUSPENSI
A. .Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai
dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan
pada kulit.
B.Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari
pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1.Ukuran Partikel
2.Kekentalan / Viskositas
Ket :
V = Kecepatan Aliran
g = Gravitasi
ŋ = Viskositas Cairan
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom /
hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air
sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan
akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat
dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
a. Derivat Selulosa
Metode Dispersi
Metode Precipitasi
Sistem flokulasi
Sistem deflokulasi
a. Deflokulasi
b.Flokulasi
D.Formulasi suspensi
4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah Structured Vehicle.
1. Volume sedimentasi
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume
mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
3.Metode reologi
Sumber :