Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI AKUIFER DENGAN MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERGER


DAERAH SAMBUTAN, KELURAHAN SAMARINDA ILIR, KOTA
SAMARINDA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Lutfi Abdul Salam(1), Muhammad Dahlan Balfas(2), Heriyanto(3)
Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Samarinda
Lutfiabdulsalam24@gmail.com

Abstrak

Permasalahan yang dijumpai pada penyediaan air bersih daerah Sambutan, Kelurahan Samarinda Ilir,
Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, adalah sumber air sumur buatan warga yang sering berubah
kualitasnya. Mengingat daerah pemukiman mempunyai lapisan akuifer tertutup antara batulempung dan
batupasir maka kondisi ini bisa menjadi pengaruh berubahnya kualitas air sumur. Data penelitian terdiri
dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data geologi permukaan dan pengukuran
langsung di tempat penelitian menggunakan alat geolistrik. Akuifer daerah Sambutan, Kelurahan
Samarinda Ilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur mempunyai 2 (jenis) akuifer yakni akuifer
bebas dengan tebal 0,163 m pada VES 1 dan 0,13 pada VES 2. Akuifer tertekan dengan tebal 6,71 m
kedalaman 22,96-29,67 m pada VES 1 dan 6,1 m kedalaman 22,79 -28,89 m pada VES 2.

Kata kunci : Akuifer, Geolistrik, Lapisan Batuan

Abstract

The problem found in the supply of clean water in the Sambutan area, Samarinda Ilir District, Samarinda
City, East Kalimantan Province, is a source of well water from residents that often changes in quality.
Since the residential area has a closed aquifer layer between claystone and sandstones, this condition can
be an effect of changing the quality of well water. The research data consisted of primary data and
secondary data. Primary data obtained from surface geological data and measurements directly at the
research site using geoelectric devices. The Sambutan regional aquifer, Samarinda Ilir sub-district,
Samarinda city, East Kalimantan Province have 2 (types) aquifers namely free aquifer with a thickness of
0.163 m on VES 1 and 0.13 in VES 2. Aquifer is depressed at 6.71 m depth 22.96 -29.67 m on VES 1 and
6.1 m depth of 22.79 -28.89 m on VES 2.
Keywords : Aquifer, Geoelectric, Rock layer

1. Pendahuluan Ilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan


Timur.
Seiring dengan perkembangan penduduk, Oleh karena itu, perlu dilakukan penggunaan
kebutuhan air pada manusia juga semakin besar. alat geolistrik untuk mengetahui jenis dan
Keadaan fisik air sumur pada daerah Sambutan, keadaan akuifer daerah Sambutan, Kelurahan
Kelurahan Samarinda Ilir, Kota Samarinda, Samarinda Ilir, Kota Samarinda, Provinsi
Provinsi Kalimantan Timur berbeda-beda. Kalimantan Timur sehingga dapat menentukan
Akuifer dapat diketahui dengan metode kedalaman air sumur bor dengan respresentatif.
ekplorasi permukaan ataupun explorasi bawah
permukaan. Data pendukung berupa pemetaan 1.1. Tujuan
permukaan atau pemetaan geologi pada daerah
penelitian telah dilakukan sebelumnya sehingga Adapun tujuan dari penelitian daerah Sambutan,
dibutuhkan pendugaan lapisan akuifer bawah Kelurahan Samarinda Ilir, Kota Samarinda,
permukaan. Provinsi Kalimantan Timur sebagai berikut:
Pada umumnya daerah tersebut mempunyai 1. Mengetahui kondisi geologi pada daerah
satuan batupasir kuarsa yang dipengaruhi Sambutan, Kelurahan Samarinda Ilir, Kota
pelapukan berupa oksida besi, hal ini Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
memungkinkan adanya perubahan kualitas air
pada daerah Sambutan, Kelurahan Samarinda

1
2. Mengetahui kedalaman akuifer pada daerah Gravel (kerikil) 100-600
Sambutan, Kelurahan Samarinda Ilir, Kota
Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. 2.3. Geolistrik Metode Tahanan Jenis
3. Mengetahui jenis akuifer pada daerah
Sambutan, Kelurahan Samarinda Ilir, Kota Dengan mengetahui arus yang diinjeksikan dan
Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. mengukur beda potensial di sekitar tempat arus
diinjeksikan, maka nilai tahanan jenis tanah
2. Dasar Teori dapat diperoleh. Nilai tahanan jenis yang
diperoleh dari hasil pengukuran disebut sebagai
2.1. Akuifer apparent resistivity atau resistivitas semu.
Metode ini mengasumsikan bahwa bumi
Kruseman dan De Ridder (1991) membagi mempunyai sifat homogen isotropis. Dalam
akuifer menjadi 5 macam (gambar 2), yaitu: kondisi yang sesungguhnya, tanah bersifat tidak
a. Akuifer tertekan (Confined aquifer), yaitu homogen karena bumi terdiri atas lapisan-
akuifer yang bagian atas dan bawahnya lapisan dengan p yang berbeda beda, sehingga
dibatasi oleh akuiklud, sehingga seluruh nilai resistivitas yang kita peroleh merupakan
ketebalannya terisi oleh air. nilai resistivitas yang mewakili nilai resistivitas
b. Akuifer bebas (Unconfined aquifer), yaitu seluruh lapisan yang terlalui oleh garis
akuifer dengan batas bawah berupa lapisan ekipotensial. Metode resistivitas ini sering
akuiklud dan bagian atasnya dibatasi oleh dimanfaatkan dalam dunia eksplorasi untuk
muka airtanah dalam akuifer itu sendiri. beberapa keperluan antara lain untuk pencarian
c. Akuifer bocor (Leaky aquifer) Tipe I, yaitu reservoir geothermal dan ekplorasi air tanah
akuifer yang bagian bawahnya dibatasi oleh (Telford, 1982).
akuiklud sedangkan bagian atasnya dibatasi
oleh akuitar. Terdapat beberapa macam susunan konfigurasi
d. Akuifer bocor (Leaky aquifer) Tipe II, yaitu elektroda untuk akuisisi data pada resistivitas.
dua lapisan akuifer yang dipisahkan oleh Secara umum konfigurasi elektroda pada
akuitar, dan bagian bawahnya dibatasi oleh akuisisi data adalah:
akuiklud, sedangkan bagian atasnya dibatasi
oleh muka airtanah bebas.
e. Akuifer berlapis banyak (Multilayer aquifer),
yaitu perlapisan dari beberapa akuifer utama
yang berseling dengan akuitar.

2.2. Resistivitas Batuan

Menurut Telford (1982) secara umum,


berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan Konfigurasi elektroda pada akuisisi data
dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga, (Telford, 1982)
yaitu :
1. konduktor baik : 10 <<1m. 2.4. Vertical Sounding
2. konduktor pertengahan : 1<< 107m.
3. isolator : > 107m. Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi
Variasi resistivitas berbagai bahan dan material harga resistor di bawah suatu titik sounding di
bumi ditunjukkan dalam Tabel: permukaan bumi. Cara ini sering disebut
Nilai resistivitas sebagian material-material sounding 1-D sebab resolusi yang dihasilkan
Bumi (Telford, 1982) hanya bersifat vertical. Ilustrasi ditujukkan oleh
Resistivity Range gambar 2.6 (Telford, 1982).
Material
(ohm.meter)
Air (Udara) 0
Sand (Pasir) 1-1000
Sandstone (Batupasir) 200-8000
Clay (Lempung) 1-100
Ground Water (Air Tanah) 0,5-300
Sea Water (Air Asin) 0,2
Silt (Lanau) 20-200 Teknik akuisisi vertical sounding (Telford,
Dry Gravel (Kerikil Kering) 600-10000 1982)
Alluvium 10-800

2
2.5. Konfigurasi Elektroda Metode 3.1.2. Satuan Batupasir Kasar
Schlumberger Sambutan

Elektroda M, N digunakan sebagai elektroda Satuan menempati 66.24%. dari seluruh satuan
potensial dan elektroda A, B sebagai elektroda batuan dipeta geologi daerah Sambutan,
arus. Pada konfigurasi ini, nilai MN < nilai AB. Kelurahan Samarinda Ilir, Kota Samarinda,
Diperoleh persamaan resistivitas metode Kalimantan Timur.
Schlumberger yaitu :
3.1.3. Satuan Endapan Aluvial
C C
1 2
P P Satuan aluvial menempati 18.95% dari
2
keseluruhan satuan batuan di peta geologi
L daerah Sambutan, Kelurahan Samarinda Ilir,
M N Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
L
3.2. Resistivity (Tahanan Jenis) Batuan
Skema konfigurasi schlumberger (Telford, 1982)
3.2.1. Line 1
Diperoleh persamaan resistivitas metode
Schlumberger yaitu: Dimana hasil pengukuran dengan nilai error
V (𝐿4 −𝐿2 )
1,41 % dipadukan dengan data geologi
=K I
dengan .K=
2l(𝐿4 +𝐿2)
permukaan maka dapat diinterpretasi bahwa
resistivitas 6, 399-18,44 m adalah
Keterangan: batulempung, 13,13-23,07 m adalah batupasir
 = Resistivitas (ohm-m) sedang (jenuh), 85,14-204,6 m adalah
K =Faktor Geometri batupasir kasar, 33,59-94,54 m adalah
V =Beda Potensial (volt) batubara. Diprediksi jenis akuifer bebas pada
I =Kuat Arus (Ampere) kedalaman 1,358-1,521 m dan akuifer tertekan
a =Tahanan Jenis Semu (ohm-m) pada kedalaman 22,96-29,67 m dari titik
 =3,14 pengukuran.
L =setengah jarak elektroda arus AB (m)
3.2.2. Line 2
3. Pembahasan Dimana hasil pengukuran dengan nilai error
1,35 % dipadukan dengan data geologi
3.1 Stratigrafi Daerah Penelitian permukaan maka dapat diinterpretasi bahwa
Berdasarkan litodemik resmi dan tidak resmi resistivitas 6,186-20,79 m adalah
pada Sandi Statigrafi Indonesia, 1996. Satuan batulempung, 11,95-22,99 m adalah batupasir
batuan pada daerah Sambutan, Kelurahan sedang (jenuh), 78,14-211 m adalah batupasir
Samarinda Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan kasar dan 22,96-97,53 m adalah batubara.
Timur dibagi dan dinamakan berdasar ciri fisik Diprediksi jenis akuifer bebas pada kedalaman
dominasi litologi pada daerah penelitian yang 1,381-1,511 m dan akuifer tertekan pada
dapat dipetakan berskala 1 : 25.000 serta kedalaman 22,79-28,89 m dari titik pengukuran.
penentuan berdasarkan pengamatan petrologi
untuk menentukan mineral dalam satuan batuan
maupun anggota satuan batuan. Adapun satuan
batuan di kelompokan menjadi 3 bagian dari
yang tua sampai ke yang muda, yakni:

3.1.1. Satuan Batupasir Sedang


Sambutan
Satuan menempati 14.81% dalam seluruh satuan
batuan dipeta geologi daerah Sambutan,
Kelurahan Samarinda Ilir, Kota Samarinda,
Kalimantan Timur.

3
3.3 Pengukuran Measuring Section
Pengukuran Measuring Section pada line 1 didapatkan pada bagian atas didapat bahwa lapisan tersebut
merupakan lapisan dari akuifer tertekan pada VES 1 dan pada singkapan bagian bawah merupakan
lapisan yang lebih muda namun belum terindentifikasi jenis akuifernya.

4
Pengukuran Measuring Section pada line 2 didapatkan pada bagian atas didapat bahwa lapisan tersebut
merupakan lapisan dari akuifer tertekan pada VES 1 yang dibatasi oleh lapisan batulempung yang juga
merupakan akuiklud pembatas akuifer tertekan dan pada singkapan bagian bawah merupakan lapisan
yang lebih muda namun belum terindentifikasi jenis akuifernya.

5
3.4. Analisa Hidrologi

Analisa geologi permukaan mendapatkan


beberapa akuifer tertekan pada singkapan
dengan tebal 6-12 m. Adapun data geolistrik
didapatkan data yang sesuai dengan data
geologi permukaan dengan VES 1 didapatkan 2
jenis akuifer yakni akuifer bebas dengan
kedalaman 1,358-1,521 m dan akuifer tertekan
dengan kedalaman 22,96-29,67 m dari titik
pengukuran.
Korelasi Singkapan dan Line 2 Pengambilan Data
Geolistrik, N 140oE

4. Kesimpulan Dan Saran

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan data survei permukaan dengan
metode pemetaan dan survei bawah permukaan
dengan metode geolistrik tahanan jenis
Schlumberger disimpulkan beberapa
pembahasan berikut:

1. Kondisi Geologi daerah penelitian terdiri


dari 3 (tiga) satuan batuan yakni satuan
Korelasi Singkapan dan Line 1 Pengambilan Data batupasir sedang Sambutan, satuan batupasir
Geolistrik, N 1400E kasar Sambutan dan satuan Aluvial
Sambutan. Geomorfologi daerah Sambutan,
Untuk VES 2 diprediksi pula 2 jenis akuifer Kelurahan Samarinda Ilir, Kota Samarinda,
yakni akuifer bebas pada kedalaman 1,381- Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari
1,511 m dan akuifer tertekan pada kedalaman satuan bentuk lahan Struktural yaitu lembah
22,79 -28,89 m dari titik pengukuran dimana antiklin, permukitan homoklin, dataran
data pengukuran sesuai dengan data singkapan aluvial dan tubuh sungai.
dekat dengan lokasi penelitian. 2. Daerah Sambutan, Kelurahan Samarinda
Ilir, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan
Daerah penelitian tidak didapati sejumlah sumur
Timur pada VES 1 terdapat akuifer pada
galian namun didapatkan sumur bor yang
kedalaman 22,96-29,67 m dari titik
berjumlah 2 titik, dimana untuk titik sumur bor
pengukuran dan VES 2 terdapat akuifer pada
pertama pada lokasi VES 2 dengan koordinat X :
kedalaman 22,79 -28,89 m dari titik
523200 Y : 9943461 dan Z : 35 m mempunyai
pengukuran.
kedalaman 25 m dari titik pengeboran. Hal ini
3. Jenis akuifer yakni akuifer bebas dengan
sesuai dengan data geolistrik pada VES 2
tebal 0,163 m pada VES 1 dan 0,13 pada
dengan akuifer tertekan 22,79-28,89 m .
VES 2. Akuifer tertekan dengan tebal 6,71
Titik sumur bor kedua yang tidak jauh dengan m pada VES 1 dan 6,1 m pada VES 2.
titik bor pertaman dengan koordinat X : 523190
Y : 9943441 dan Z : 35 m mempunyai 4.2. Saran
kedalaman 48 m dari titik pengeboran. Hal ini
Sebaiknya survei geolistrik didapatkan data bor
sesuai dengan data geologi permukaan dimana
untuk menunjang data geolistrik yang hasilnya
merupakan jenis akuifer tertekan.
akan lebih rinci.

6
Daftar Acuan

Jurnal : Kruseman, G.P., N.A. de Ridder., Verweij,


J.M., 1991, Analysis and Evaluation of
Amien, S., 2016, Penyelidikan Hidrogeologi Pumping Test Data, edisi kedua,
Dengan Metode Geolistrik International Institute for Land
Schlumberger di Kecamatan Reclamation and Improvement, The
Hamparan Perak, Deli Serdang, Netherlands.
Sumatera Utara, Kepala Laboratorium
Konservasi Energi Listrik, Departemen
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Setiawati, W., 2018, Pendugaan Kedalaman
Vol.1, No.2, , ISSN: 2502-3624, Lapisan Akuifer Air Tanah Bedasarkan
Sumatera Utara. Data Geolistrik Hambatan Jenis
Konfigurasi Wenner - Schlumberger,
Bachtiar, A., Satria, Y.P., Krisyunianto, A.,
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Rozalli, M., Hendro, D.H.N.,
Pengetahuan Alam, Universitas
Suleiman, A., 2013. The Tertiary
Mulawarman, Samarinda.
Paleogeography of The Kutai Basin
And Its Unexplored Hydrocarbon
Plays, in Proceedings of Indonesian
Petroleum Association, Thirty-Seventh Supriatna, Sukardi, S., Rustandi E., 1995,
Annual Convention & Exhibition, Geological Map of the Samarinda
IPA13-G126, Jakarta. sheet, Kalimantan, Geological
Research and Development Centre,
Mardiana, U., Yoseph, Boy, CSSSA., Bandung.
Mohamad, F., Kurniawan, M, A.,
2016, Pemetaan Potensi Air Tanah
Menggunakan Metode Geolistrik 1-
Dimensi (VES) Sub-DAS Cileles Untuk Sutrisno., Totok., 2002, Penyediaan Air Minum,
Identifikasi Area Recharge dan Rineka Cipta, Jakarta.
Discharg Kabupaten Sumedang
Provinsi Jawa Barat, Fakultas Teknik
Geologi Universitas Padjajaran,
Seminar Nasional ke-III, Bandung. Telford, W.M., L.P. Geldart., R.E. Sheriff., D.A
Keys., 1982, Applied Geophysic
Moss, S.J., Chambers, J.L.C., 1999, Second Edition, Cambridge University
Depositional Modelling And Facies Press, London.
Architecture of Rift and Inversion
Episodes in The Kutai Basin,
Kalimantan, Indonesia, in
Proceedings, Indonesia Petroleum Uci, S.R., 2009, Pendugaan Kedudukan Akuifer
Association, Twenty Sevent Annual Dengan Aplikasi Geolistrik Metode
Convention and Exhibition, IPA00-G- Tahanan Jenis Konfigurasi
188, Jakarta. Schlumberger, Skripsi, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Buku : Alam, Universitas Negeri Semarang,
Semarang
Junengki, K., 2015, Interpretasi Kedalaman
Akuifer Air Tanah Dengan
Menggunakan Metode Geolistrik
Resistivitas Di Areal SPPBE PT. Wilson, E.M., 1993, Hidrologi Teknik, Institut
Anugerah Cahaya Gemilang Sejahtera, Teknologi Bandung (ITB), Bandung.
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman, Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai