Anda di halaman 1dari 3

Involusi Uteri

Setelah proses persalinan, uterus akan kembali ke bentuk semula seperti saat sebelum
hamil. Proses ini disebut dengan roses involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos (Bobak, 2004). Involusi uterus meliputi reorganisasi dan
pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai
dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan lokasi uterus yang ditandai dengan
warna dan jumlah lokia (Varney, 2007).
Perubahan letak dan ukuran uterus pada periode postpartum dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1. Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggungjawab untuk pertumbuhan


masif uterus selama masa kehamilan. Pada periode postpartum, terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron yang menyebabkan terjadinya autolisis atau perusakan secara
langsung jaringan hipertropi yang berlebihan. Apabila uterus gagal untuk kembali ke keadaan
seperti saat belum hamil maka disebut subinvolusi (Bobak, 2004).
Perubahan lain yang terjadi pada uterus adalah perubahan kontraksi. Intensitas kontraksi
uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal ini terjadi diduga sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Selama satu sampai dua jam
pertama postpartum, intensitas kontraksi uterus berkurang dan menjadi tidak teratur (Bobak,
2004).
Tonus otot yang berkontraksi dan berelaksasi secara periodik dapat menimbulkan rasa
nyeri seteah melahirkan. Rasa nyeri tersebut akan semakin meningkat dengan kegiatan
menyusui dan pemberian oksitosin tambahan karena keduanya merangsang kontraksi uterus
(Bobak, 2004).

Mekanisme Involusi Uterus


Mekanisme terjadinya involusi uterus (Hellen, 1999):
1. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot rahim, enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang sempit.
2. Terdapat polymorpholitik dan makrofag di dalam sistem vaskular sistem limfatik
3. Efek oksitosin, penyebab kontraksi dan relaksasi otot uterus sehingga akan mengkompresi
pembuluh darah yang akan menyebabkan akan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Tinggi fundus diukur serta dicatat setiap hari dan fundus dipalpasi dua kali sehari untuk
memastikan bahwa uterus mengalami kotraksi dengan kuat serta terletak ditengah. Ibu harus
mengosongkan kandung kemihnya sebelum pemeriksaan fundus dilakukan. kandung kemih yang
penuh akan mendorong uterus ke atas dan menghalangi kontraksi uterus yang kuat. Tinggi
fundus berkurang sebanyak kurang lebih satu centimeter per hari sampai fundus uteri tidak teraba
lagi lewat abdomen yang biasanya pada hari ke-11 atau ke-12 (Hellen, 1999).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uterus


Proses serta lamanya involusi uterus pada ibu postpartum tidak sama. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses involusi uterus, diantaranya:
1. Mobilisasi dini Mobilisasi dini yang dilakukan tidak mempunyai pengaruh buruk dan tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal. Oleh karena itu, ibu nifas tidak boleh bermalas-
malasan dan secepat mungkin turun dari tempat tidur dan berjalan di sekitar ruangan
(Hamnah, 2003).
2. Pengosongan kandung kemih Setelah proses persalinan, kandung kemih harus tetap kosong
untuk mencegah uterus berubah posisi dan atoni uteri (Varney, 2007). Kandung kemih yang
kosong membantu uterus tetap berkontraksi dengan baik sehingga proses involusi uterus
menjadi cepat.
3. Laktasi Proses laktasi merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan tonus otot uterus
(Varney, 2007). Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai
memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi (Saifuddin, 2002).

Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:


1) Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
2) Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah kecoklatan.
3) Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
4) Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.
Daftar Pustaka
Bobak, dkk. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Farrer, Hellen. (1999). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Hamnah, S.U. (2003). Senam Nifas. Diakses pada tanggal 19 September 2019 di situs
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=75
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Helen, dkk. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai