BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Mengetahui cara mendesain alat penukar panas khususnya alat penukar panas
double pipe (pipa ganda).
2. Mengetahui koefisien perpindahan panas keseluruhan.
3. Mengetahui jenis-jenis dari heat exchanger.
I.3 Manfaat
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi heat exchanger.
2. Mengetahui aplikasi heat exchanger dalam dunia industry.
3. Mengetahui perbedaan dalam masing-masing jenis exchanger.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Heat exchanger adalah suatu alat yang menyediakan aliran energi panas
antara dua atau lebih fluida pada temperatur yang berbeda. Heat exchanger
digunakan dalam variasi aplikasi yang luas. Disini termasuk dalam produksi energi,
industri kimia dan makanan, elektronik, teknik lingkungan, daur ulang limbah
panas, imdustri manufaktur dan industri-industri lainnya. Heat exchanger boleh
diklasifikasikan berdasarkan kriteria bentuk utama, yaitu regenerator
(pembaharuan), proses transfer direct contact dan indirect contact, kontruksi
geometri mekanisme perpindahan panas dan rangkaian aliran.(Kakac, 2002)
Penukar panas atau dalam dunia industri dikenal dengan istilah heat
exchanger (HE) adalah suatu alat yang memungkinkan terjadinya perpindahan
panas dan dapat berfungsi sebagai pemanas maupun pendingin. Biasanya, medium
pemanas memakai uap panas (superheated steam) sebagai pemanas, dan air biasa
sebagai pendingin (cooling water). Beberapa tipe penukar panas yang sering
digunakan yaitu shell and tube heat exchanger dan double pipe heat exchanger.
Jenis shell and tube, jenis ini merupakan jenis yang paling banyak
digunakan dalam industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung
atau silinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bundle (berkas) pipa dengan
diameter yang relatif kecil. Satu jenis fluida mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan
fluida lainnya mengalir di bagian luar pipa tetapi masih di dalam shell.
Jenis double pipe (pipa ganda), pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa
mempunyai shell sendiri-sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghindari tempat yang
terlalu panjang, heat exchanger ini di bentuk menjadi U. Koil pipa, heat exchanger
ini mempunyai pipa bentuk koil yang di benamkan di dalam sebuah box berisi air
dingin yang mengalir atau yang di semprotkan untuk mendinginkan fluida panas
yang mengalir di dalam pipa.
Jenis pipa terbuka, pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak di tempatkan lagi
di dalam shell, tetapi dibiarkan di udara. Pendinginan di lakukan dengan
mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Pendinginan dengan udara biasanya
bagian luar pipa di beri sirip-sirip untuk memperluas permukaan perpindahan
panas. Perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih
kecil dari jenis shell and tube. Jenis spiral mempunyai bidang perpindahan panas
yang melingkar. Alirannya yang melingkar pada sistem ini dapat melakukan “self
cleaning” dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik. (Budiman, 2014)
Aliran co-current, penukaran panas jenis ini kedua fluida (dingin dan panas)
masuk pada sisi penukar yang sama, mengalir dengan arah yang sama dan keluar
pada sisi yang sama pula. Karakter penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin
yang keluar dari alat penukar panas tidak dapat melebihi temperatur fluida panas
yang keluar dari alat penukar panas, sehingga diperlukan media pendingin atau
pemanas yang banyak.
Aliran counter-current, penukar panas jenis ini kedua fluida (panas dan
dingin) masuk dan keluar pada sisi yang berlawanan. Temperature fluida dingin
yang keluar dari penukar panas lebih tinggi di bandingkan temperature fluida panas
yang keluar dari alat penukar panas, sehingga dianggap lebih baik dari aliran searah.
(Syaichurrozi, 2014)
Urutan analisis perpindahan panas shell and tube heat exhanger tersebut
sebagai berikut.
Uap (steam)
Densitas sampel
Densitas air
Pitch (Pt)
Densitas sampel
Keterangan :
Different (Δt) Tmax adalah selisih temperatur fluida tinggi antara shell
dan tube, dan Tmin adalah selisih temperatur fluida rendah antara shell dan
tube.
Keterangan :
𝐷𝑒 ×𝐺𝑠
Res =
µ
Keterangan :
𝐼𝐷𝑡 ×𝐺𝑠
Res =
µ
Keterangan :
𝐶𝑝𝑠 ×µ
Prs =
ks
Keterangan :
1
ℎ𝑜 𝐾𝑠
= JHs (𝑃𝑟𝑠)3
𝜃𝑠 𝐷𝑒
Keterangan :
II.3.1 Aquadest
3. Rumus Molekul = 𝐻2 𝑂
𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Berat Molekul = 18.02 ⁄𝑚𝑜𝑙
(Perry, 2008)
II.4 Hipotesis
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air
III.2 Alat
1. Stopwatch
2. Piknometer
3. Thermometer
4. Gelas Ukur
5. Alat Heat Exchanger
III.4 Prosedur
BAB IV
Q Air
m air panas m air dingin ΔT LMTD Q Air Panas Dingin A UD
(lbm/jm) (lbm/jm) ( ̊F) (BTU/Hr) (BTU/Hr) (ft²) ̊ ))
(BTU/(Hr ft² F
3874,211779 2592,592593 40,49333246 13947,16241 14000 4,801073585 71,74043019
4152,086279 5537,037037 38,69302225 29895,02121 29900 4,801073585 160,9266055
4333,773452 7727,272727 34,0733088 61158,21096 61200 4,801073585 373,8540598
4483,398183 10763,88889 31,07542363 85220,43267 85250 4,801073585 571,2001525
ΔT LMTD VS Q Panas
90000
80000
70000
Q Pamas BTU/Hr
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
ΔT LMTD
Q Air Panas VS UD
600
500
UD (BTU/(Hr ft² ̊F))
400
300
200
100
0
0 20000 40000 60000 80000 100000
Q Air Panas (BTU/Hr)
ΔT LMTD VS Q Dingin
90000
80000
70000
Q Dingin BTU/Hr
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
ΔT LMTD
Q Air Dingin VS UD
600
500
UD (BTU/(Hr ft² ̊F))
400
300
200
100
0
0 20000 40000 60000 80000 100000
Q Air Dingin (BTU/Hr)
BAB V
V.1 Kesimpulan
1. Nilai koefisien perpindahan panas (UD) meningkat seiring dengan besarnya
nilai laju perpindahan kalor (Q).
2. Koefisien perpindahan panas (UD) pada bukaan kran air panas 1,25; 1,75; 2,5
dan 2,75 dengan bukaan kran air pendingin 2 adalah 71,7404 hingga 571,2001
Btu/hr.Ft².˚F
3. Nilai UD pada percobaan ini untuk bukaan 2,25 sudah memenuhi nilai UD
standar, yaitu antara 250 hingga 500.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih cermat dalam pembacaan thermometer agar hasil
percobaan akurat.
2. Sebaiknya menghitung waktu keluarnya air dari pipa dengan lebih tepat atau
dapat menggunakan bantuan stopwatch.
3. Sebaiknya air yang digunakan pada percobaan ini adalah air yang bersih.
Karena jika yang digunakan adalah air yang kotor, maka akan menimbulkan
kerak-kerak pada dinding pipa yang akan mengurangi keakuratan hasil
pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kakac, S. 2002. “Heat Exchangers Selection, Rating and Thermal Design”. Boca
Raton: CRC Press.
Syaichurrozi, I. 2014. “Kajian “Performa Alat Penukar Panas Plate and Frame:
Pengaruh Laju Alir Massa, Temperature Umpan dan Arah Aliran Terhadap
Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh”. Jurnal Energi. Vol. 11.1410-
1418.
LAMPIRAN 1
𝑉1+𝑉2+𝑉3 2400+2410+2440
=
3 3
= 2416,667 ml
10,00995 𝑔𝑟
=
10 𝑚𝑙
= 1,00095 gr/ml
7. Massa air panas
m = V x ρ x 7,936641
m = V x ρ x 7,936641
9. Menghitung ΔT LMTD
(𝑇1−𝑡2)−(𝑇2−𝑡1)
ΔT LMTD = (𝑇1−𝑡2)
𝑙𝑛
(𝑇2−𝑡1)
39,6−41,4
= 39,6
𝑙𝑛41,4
= 40,4933246
10. Menghitung Q air panas
ΔT = T1-T2
=131-127,4
=3,6 F
Q = m x Cp x ΔT
= 3874,21179 x 1 x 3,6
= 13947,16241 BTU/hr
LAMPIRAN 2