Anda di halaman 1dari 24

“HEAT EXCHANGER”

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari banyak terlihat fenomena perpindahan panas


dari fluida yang mempunyai temperatur lebih tinggi ke fluida yang mempunyai
temperatur lebih rendah, dan sebaliknya. Dalam dunia industri perpindahan panas
tersebut dimanfaatkan untuk keperluan proses dengan menggunakan suatu alat yang
biasa disebut heat exchanger. Heat exchanger merupakan alat yang digunakan untuk
menukarkan energy dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperature yang
dapat terjadi melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Fluida yang bertukar
energy dapat berupa fluida yang sama fasanya. Dilakukan percobaan ini dikarenaan
alat penukar kalor sangat berpengaruh dalam industry terhadap keberhasilan
keseluruhan rangkaian proses serta untuk merancang alat Heat Exchanger,
perancangan alat ditentukan berdasarkan nilai UD(koefisien perpindahan panas)
overall.

I.2 Tujuan
1. Mengetahui cara mendesain alat penukar panas khususnya alat penukar panas
double pipe (pipa ganda).
2. Mengetahui koefisien perpindahan panas keseluruhan.
3. Mengetahui jenis-jenis dari heat exchanger.

I.3 Manfaat
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi heat exchanger.
2. Mengetahui aplikasi heat exchanger dalam dunia industry.
3. Mengetahui perbedaan dalam masing-masing jenis exchanger.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


1
“HEAT EXCHANGER”

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Heat Exchanger

Heat exchanger adalah suatu alat yang menyediakan aliran energi panas
antara dua atau lebih fluida pada temperatur yang berbeda. Heat exchanger
digunakan dalam variasi aplikasi yang luas. Disini termasuk dalam produksi energi,
industri kimia dan makanan, elektronik, teknik lingkungan, daur ulang limbah
panas, imdustri manufaktur dan industri-industri lainnya. Heat exchanger boleh
diklasifikasikan berdasarkan kriteria bentuk utama, yaitu regenerator
(pembaharuan), proses transfer direct contact dan indirect contact, kontruksi
geometri mekanisme perpindahan panas dan rangkaian aliran.(Kakac, 2002)

Penukar panas atau dalam dunia industri dikenal dengan istilah heat
exchanger (HE) adalah suatu alat yang memungkinkan terjadinya perpindahan
panas dan dapat berfungsi sebagai pemanas maupun pendingin. Biasanya, medium
pemanas memakai uap panas (superheated steam) sebagai pemanas, dan air biasa
sebagai pendingin (cooling water). Beberapa tipe penukar panas yang sering
digunakan yaitu shell and tube heat exchanger dan double pipe heat exchanger.

II.1.1 Jenis-jenis Heat Exchanger

Jenis shell and tube, jenis ini merupakan jenis yang paling banyak
digunakan dalam industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung
atau silinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bundle (berkas) pipa dengan
diameter yang relatif kecil. Satu jenis fluida mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan
fluida lainnya mengalir di bagian luar pipa tetapi masih di dalam shell.

Jenis double pipe (pipa ganda), pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa
mempunyai shell sendiri-sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghindari tempat yang
terlalu panjang, heat exchanger ini di bentuk menjadi U. Koil pipa, heat exchanger
ini mempunyai pipa bentuk koil yang di benamkan di dalam sebuah box berisi air

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


2
“HEAT EXCHANGER”

dingin yang mengalir atau yang di semprotkan untuk mendinginkan fluida panas
yang mengalir di dalam pipa.

Jenis pipa terbuka, pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak di tempatkan lagi
di dalam shell, tetapi dibiarkan di udara. Pendinginan di lakukan dengan
mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Pendinginan dengan udara biasanya
bagian luar pipa di beri sirip-sirip untuk memperluas permukaan perpindahan
panas. Perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih
kecil dari jenis shell and tube. Jenis spiral mempunyai bidang perpindahan panas
yang melingkar. Alirannya yang melingkar pada sistem ini dapat melakukan “self
cleaning” dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang baik. (Budiman, 2014)

II.1.2 Mekanisme Perpindahan Panas

Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat berupa konduksi,


konveksi atau radiasi. Aplikasinya, ketiga mekanisme ini dapat terjadi secara
simultan. Suatu material bahan yang mempunyai gradient, maka kalor akan
mengalir tanpa disertai oleh suatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini disebut
konduksi atau hantaran. Konduksi thermal pada logam-logam padat terjadi akibat
gerkan elektron yang terikat dan konduksi thermal memiliki hubungan dengan
konduktivitas listrik.

Konveksi merupakan proses perlindungan kalor dengan media atau benda


yang menghantarkan kalor juga turut berpindah seolah-olah kalor dibawa oleh
media tersebut. Proses perpindahan ini umumnya terjadi dari benda padat ke fluida
baik cair maupun gas. Pada proses radiasi, panas diubah menjadi gelombang
elektromagnetik yang merambat tanpa melalui ruang media penghantar. Jika
gelombang tersebut mengenai suatu benda, maka gelombang dapat mengalami
transisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan) dan absorpsi (diserap) dan menjadi
kalor. Hal itu bergantung pada jenis benda.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


3
“HEAT EXCHANGER”

II.1.3 Aliran Penuka Panas

Aliran co-current, penukaran panas jenis ini kedua fluida (dingin dan panas)
masuk pada sisi penukar yang sama, mengalir dengan arah yang sama dan keluar
pada sisi yang sama pula. Karakter penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin
yang keluar dari alat penukar panas tidak dapat melebihi temperatur fluida panas
yang keluar dari alat penukar panas, sehingga diperlukan media pendingin atau
pemanas yang banyak.

Aliran counter-current, penukar panas jenis ini kedua fluida (panas dan
dingin) masuk dan keluar pada sisi yang berlawanan. Temperature fluida dingin
yang keluar dari penukar panas lebih tinggi di bandingkan temperature fluida panas
yang keluar dari alat penukar panas, sehingga dianggap lebih baik dari aliran searah.
(Syaichurrozi, 2014)

II.1.4 Analisi Kinerja Heat Exchanger

Urutan analisis perpindahan panas shell and tube heat exhanger tersebut
sebagai berikut.

1. Mengetahui spesifikasi desain Heat Exchanger

Spesifikasi pada Shell (fluida panas) :

Diameter luar (ODs)

Diameter dalam (IDs)

Jumlah baffle (N)

Fluida yang digunakan

Uap (steam)

Jarak antar baffle (B)

Jumlah passes (n)

Temperatur fluida masuk (T1)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


4
“HEAT EXCHANGER”

Temperatur fluida keluar (T2)

Temperatur fluida rata-rata

Laju aliran massa

Densitas sampel

Densitas air

Spesific Gravity (SGsteam)

Spesifikasi pada Tube (fluida dingin) :

Diameter luar (ODt)

Diameter dalam (IDt)

BWG (Birmingham Wire Gage)

Pitch (Pt)

Jumlah tube (Nt)

Jarak antar tube (c)

Panjang tube (L)

Temperatur fluida masuk (t1)

Temperatur fluida keluar (t2)

Temperatur fluida rata-rata

Jumlah passes (n)

Fluida yang digunakan

Laju aliran massa

Densitas sampel

Densitas air (ρ air)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


5
“HEAT EXCHANGER”

Spesific Gravity (SGwater)

2. Menentukan neraca panas / Heat Balance (Q)

Neraca panas pada Shell

Q = W.Cp (T1 - T2)

Neraca panas pada Tube

Q = W.Cp (t2 – t1)

Keterangan :

W : Laju aliran massa (lb/jam)

Cp : Panas jenis (Btu/lb F)

3. Menentukan LMTD dan True Temperature

Different (Δt) Tmax adalah selisih temperatur fluida tinggi antara shell
dan tube, dan Tmin adalah selisih temperatur fluida rendah antara shell dan
tube.

4. Menentukan temperatur kalorik

Temperatur kalorik untuk sisi shell

TC= T2 + FC(T1 – T2)

Temperatur kalorik untuk sisi tube

tC= t2 + FC(t2 – t1)

Keterangan :

FC : Caloric temperature factor

5. Menentukan bilangan Reynold

Bilangan Reynold pada shell dapat diperoleh sebagai berikut.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


6
“HEAT EXCHANGER”

𝐷𝑒 ×𝐺𝑠
Res =
µ

Keterangan :

De : Diameter ekuivalen (ft)

µ : Viskositas fluida (lb/ft.jam)

Gs : Kecepatan aliran massa pada shell

Bilangan Reynold pada tube dapat diperoleh sebagai berikut.

𝐼𝐷𝑡 ×𝐺𝑠
Res =
µ

Keterangan :

Idt : Diameter dalam tube (ft)

Gt : Kecepatan aliran massa pada tube

µ : Viskositas fluida (lb/ft.jam)

6. Mencari faktor perpindahan panas

Faktor perpindahan panas pada shell dapat diperoleh dengan


menggunakan grafik Shell Side Heat Transfer Curve For Segmental Baffles.
Faktor perpindahan panas pada tube dapat diperoleh dengan menggunakan
grafik Tube Side Heat Transfer.

7. Menentukan bilangan Prandtl

Harga bilangan Prandtl pada shell dapat diperoleh dengan menggunakan


software steam table atau dengan perhitungan sebagai berikut:

𝐶𝑝𝑠 ×µ
Prs =
ks

Keterangan :

Cps : Panas spesifik fluida pada shell / tube

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


7
“HEAT EXCHANGER”

µ : Viskositas fluida pada shell (lb/ft.jam)

ks : Konduktivitas termal (Btu/(jam.ft.F)

8. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas.

Koefisien perpindahan panas pada shell dapat diperoleh sebagai berikut:

1
ℎ𝑜 𝐾𝑠
= JHs (𝑃𝑟𝑠)3
𝜃𝑠 𝐷𝑒

Keterangan :

JHs : Faktor perpindahan panas

De : Diameter ekuivalen pada shell (ft)

Ks : Konduktivitas termal pada shell

Prs : Bilangan Prandtl pada shell

Kemudian dilakukan menentukan rasio viskositas dan koefisien dinding tube,


overall heat transfer coeficient, dirt factor, pressure drop dan efisiensi dari heat
exchanger.

II.1.5 Aplikasi Heat Exchanger

Aplikasi heat exchanger sering digunakan sebagai penukar kalor yang


sering digunakan oleh industri perminyakan, pangan, farmasi, dan lainnya.
Sebagian industri-industri yang berkaitan dengan pemrosesan selalu menggunakan
alat ini. Alat heat exchanger ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses
produksi atau proses. Salah satu tipe dari alat heat exchanger yang banyak di pakai
adalah tipe plate. (Syaichurrozi, 2014)

II.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja heat exchanger


tabung eksentrik . Hal ini meliputi bentuk pipa, temperatur dan kecepatan dari udara
masuk baik dingin maupun panas serta keadaan lingkungan. (Wahjudin, 2004)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


8
“HEAT EXCHANGER”

II.3 Sifat Bahan

II.3.1 Aquadest

1. Titik didih = 100℃

2. Densitas = 62.428 𝑙𝑏⁄𝑓𝑡 3

3. Rumus Molekul = 𝐻2 𝑂
𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Berat Molekul = 18.02 ⁄𝑚𝑜𝑙

(Perry, 2008)

Fungsi = Sebagai fluida yang mengalir dalam pipa dan


sebagai bahan percobaan heat exchanger

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


9
“HEAT EXCHANGER”

II.4 Hipotesis

Pada percobaan heat exchanger dapat memperoleh nilai koefisien panas


keseluruhan yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan laju alir.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


10
“HEAT EXCHANGER”

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. Air

III.2 Alat
1. Stopwatch
2. Piknometer
3. Thermometer
4. Gelas Ukur
5. Alat Heat Exchanger

III.3 Gambar Alat

Piknometer Thermometer Stopwatch Gelas Ukur

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


11
“HEAT EXCHANGER”

III.4 Prosedur

Memanaskan air dalam tangki


penampung hingga temperature
tertentu

Menetukan densitas air dengan


piknometer

Mengisi pipa dengan air dan


menghilanglan gelembung-
gelembung udara dari pipa
manometer lalu mengalirkam air
melalui bagian-bagian dalam pipa
pada laju alir yang diinginkan

Mengalirkan air panas ke dalam


bagian shell pada tekanan tertentu

Menunggu sampai aliran dan


temperature kosntan, lalu
melakukan pengamatan selama 20
menit untuk data waktu,
temperature dan tekanan selama
selang waktu 2menit

Mengulang percobaan dengan


variabel laju alir dan temperature
umpan air panas

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


12
“HEAT EXCHANGER”

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 4.1.1. Pengamatan Temperatur

Bukaan Kran Temperatur Air Panas Temperatur Air Dingin


Air Panas Waktu (S) (C̊ ) (C
̊ )
T1 T2 t1 t2
1,25 5 55 53 30 33
1,75 5 55 51 30 33
2,25 5 55 47 30 34
2,75 5 55 44 30 34

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


13
“HEAT EXCHANGER”

Tabel 4.1.2. Pengamatan Kecepatan Volumetrik Fluida

Bukaan Kecepatan Kecepatan


Volume Air Panas (ml)
Kran Waktu Volumetrik Air Volume Air Volumetrik Air Densitas
Air Panas (S) Panas (ml/s) Dingin (ml) Dingin (ml/s) (gr/ml)
1 2 3 Rata - rata
1,25 5 2400 2410 2440 2416,666667 483,3333333 1617,214663 323,4429327 1,00995
1,75 5 2560 2600 2610 2590 518 3453,90846 690,7816919 1,00995
2,25 5 2700 2710 2700 2703,333333 540,6666667 4820,139809 964,0279617 1,00995
2,75 5 2800 2780 2810 2796,666667 559,3333333 6714,328737 1342,865747 1,00995

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan


Table 4.2.1. Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas
Bukaan Temperatur Air Temperatur Air Kecepatan Kecepatan
Kran Waktu Panas ( F̊ ) Dingin ( F̊ ) C Air Panas C Air Dingin Volumetrik Air Volumetrik Air
Air Panas (S) (BTU/lbm( F̊ )) (BTU/lbm( F̊ )) Panas (Ft³/s) Dingin (Ft³/s)
T1 T2 t1 t2
1,25 5 131 127,4 86 91,4 1 1 0,017068756 0,011422279
1,75 5 131 123,8 86 91,4 1 1 0,018292998 0,024394725
2,25 5 131 116,6 86 93,2 0,98 1,1 0,019093463 0,034044326
2,75 5 131 111,2 86 93,2 0,96 1,1 0,01975267 0,047422857

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


14
“HEAT EXCHANGER”

Tabel 4.2.2. Perhitungan Koefisien Design

Q Air
m air panas m air dingin ΔT LMTD Q Air Panas Dingin A UD
(lbm/jm) (lbm/jm) ( ̊F) (BTU/Hr) (BTU/Hr) (ft²) ̊ ))
(BTU/(Hr ft² F
3874,211779 2592,592593 40,49333246 13947,16241 14000 4,801073585 71,74043019
4152,086279 5537,037037 38,69302225 29895,02121 29900 4,801073585 160,9266055
4333,773452 7727,272727 34,0733088 61158,21096 61200 4,801073585 373,8540598
4483,398183 10763,88889 31,07542363 85220,43267 85250 4,801073585 571,2001525

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


15
“HEAT EXCHANGER”

IV.3 Grafik dan Pembahasan

ΔT LMTD VS Q Panas
90000
80000
70000
Q Pamas BTU/Hr

60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
ΔT LMTD

Gambar 4.3.1 Hubungan antara ΔT LMTD dengan Q Air Panas

Berdasarkan gambar 4.3.1 dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju


perpindahan kalor pada air panas maka semakin memberikan penurunan suhu air
panas yang kecil. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang ada, dimana jika
semakin besar debit aliran air panas yang diumpankan dan semakin banyak air
panas yang dikontakkan dengan air pendingin, maka suhu air panas akan menurun

Q Air Panas VS UD
600
500
UD (BTU/(Hr ft² ̊F))

400
300
200
100
0
0 20000 40000 60000 80000 100000
Q Air Panas (BTU/Hr)

Gambar 4.3.2 Hubungan antara Q Air Panas dengan UD (Koefisien Desain)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


16
“HEAT EXCHANGER”

Berdasarkan gambar 4.3.2 dinyatakan bahwa semakin besar laju


perpindahan kalor air panas maka semakin besar nilai koefisien perpindahan kalor.
Hal ini sesuai dengan literatur diketahui bahwa nilai UD untuk fluida panas dan
fluida dingin berupa air, adalah 250 sampai dengan 500. Sehingga nilai UD dari
percobaan ini belum memenuhi nilai UD standar untuk bukaan 1,25 dan 1,75 tidak
memenuhi nilai UD standar dikarenakan nilai UD kurang dari 250. Selain itu pada
bukaan 2,75 pun tidak memenuhi nilai UD standar karena nilai melebihi 500.
Sedangkan untuk bukaan 2,25 memenuhi nilai UD standar dikarenakan nilai UD
diantara 250 sampai dengan 500.

ΔT LMTD VS Q Dingin
90000
80000
70000
Q Dingin BTU/Hr

60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
ΔT LMTD

Gambar 4.3.3 Hubungan antara ΔT LMTD dengan Q air dingin

Berdasarkan gambar 4.3.3 disimpulkan bahwa semakin besar laju


perpindahan kalor pada air dingin maka semakin memberikan penurunan suhu air
dingin yang kecil. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang ada. Jika semakin
besar debit aliran air dingin yang diumpankan dan semakin banyak air dingin yang
dikontakkan dengan air pemanas, maka suhu air dingin akan menurun.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


17
“HEAT EXCHANGER”

Q Air Dingin VS UD
600
500
UD (BTU/(Hr ft² ̊F))

400
300
200
100
0
0 20000 40000 60000 80000 100000
Q Air Dingin (BTU/Hr)

Gambar 4.3.4 Hubungan antara Q air dingin dengan UD (Koefisien Desain)

Berdasarkan gambar 4.3.4 dapat dinyatakan bahwa semakin besar laju


perpindahan kalor air dingin maka semakin besar nilai koefisien perpindahan kalor.
Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur bahwa diketahui nilai UD untuk fluida
panas dan fluida dingin berupa air, adalah 250 sampai dengan 500. Sehingga nilai
UD dari percobaan ini belum memenuhi nilai UD standar untuk bukaan 1,25 dan
1,75 tidak memenuhi nilai UD standar dikarenakan nilai UD kurang dari 250. Selain
itu pada bukaan 2,75 pun tidak memenuhi nilai UD standar karena nilai melebihi
500. Sedangkan untuk bukaan 2,25 memenuhi nilai UD standar dikarenakan nilai
UD diantara 250 sampai dengan 500.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


18
“HEAT EXCHANGER”

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Nilai koefisien perpindahan panas (UD) meningkat seiring dengan besarnya
nilai laju perpindahan kalor (Q).
2. Koefisien perpindahan panas (UD) pada bukaan kran air panas 1,25; 1,75; 2,5
dan 2,75 dengan bukaan kran air pendingin 2 adalah 71,7404 hingga 571,2001
Btu/hr.Ft².˚F
3. Nilai UD pada percobaan ini untuk bukaan 2,25 sudah memenuhi nilai UD
standar, yaitu antara 250 hingga 500.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih cermat dalam pembacaan thermometer agar hasil
percobaan akurat.
2. Sebaiknya menghitung waktu keluarnya air dari pipa dengan lebih tepat atau
dapat menggunakan bantuan stopwatch.
3. Sebaiknya air yang digunakan pada percobaan ini adalah air yang bersih.
Karena jika yang digunakan adalah air yang kotor, maka akan menimbulkan
kerak-kerak pada dinding pipa yang akan mengurangi keakuratan hasil
pengamatan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


19
“HEAT EXCHANGER”

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A. 2014. “Analisis Perpindahan Panas Dan Efisiensi Efektif High


Pressure Heater (HPH) Di PLTU Asam-Asam”. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Unlam. Vol. 02. 76-82.

Kakac, S. 2002. “Heat Exchangers Selection, Rating and Thermal Design”. Boca
Raton: CRC Press.

Perry, R. 2008. “Perry’s Chemical Engineers”. London: Mc. Graw Hill.

Syaichurrozi, I. 2014. “Kajian “Performa Alat Penukar Panas Plate and Frame:
Pengaruh Laju Alir Massa, Temperature Umpan dan Arah Aliran Terhadap
Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh”. Jurnal Energi. Vol. 11.1410-
1418.

Wahjudin, D. 2004. “Optimasi Kinerja Heat Exchanger Tabung Konsentris”. Jurnal


Ilmiah. Vol. 1. 32-39.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


20
“HEAT EXCHANGER”

LAMPIRAN 1

1. Tabel Pengamatan Temperatur

Bukaan Kran Temperatur Air Temperatur Air


Air Panas Waktu (S) Panas ( C
̊ ) Dingin ( C
̊ )
T1 T2 t1 t2
1,25 5 55 53 30 33
1,75 5 55 51 30 33
2,25 5 55 47 30 34
2,75 5 55 44 30 34

2. Tabel Pengamatan Kecepatan Volumetrik Fluida


Kecepatan
Volumetrik
Bukaan
Volume Air Panas (ml) Air Panas
Kran
Waktu (ml/s)
Air Panas
(S)
1 2 3 Rata - rata
1,25 5 2400 2410 2440 2416,666667 483,3333333
1,75 5 2560 2600 2610 2590 518
2,25 5 2700 2710 2700 2703,333333 540,6666667
2,75 5 2800 2780 2810 2796,666667 559,3333333
Kecepatan
Volume Air Volumetrik Air Densitas
Dingin (ml) Dingin (ml/s) (gr/ml)

1617,214663 323,4429327 1,00995


3453,90846 690,7816919 1,00995
4820,139809 964,0279617 1,00995
6714,328737 1342,865747 1,00995

3. Volume rata-rata air panas

𝑉1+𝑉2+𝑉3 2400+2410+2440
=
3 3

= 2416,667 ml

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


21
“HEAT EXCHANGER”

4. Kecepatan Volumetrik Air Panas


𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
V =
𝑡
2416,667 𝑚𝑙
=
5𝑠
= 483,333 ml/s x 0,000035314667
= 0,017068756 ft3/s
5. Kecepatan Volumetrik Air Dingin
𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
V =
𝑡
1617,214663 𝑚𝑙
=
5𝑠
= 323,4429327 ml/s x 0,000035314667
= 0,011422279 ft3/s
6. Densitas air

𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖−𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


ρ =
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

10,00995 𝑔𝑟
=
10 𝑚𝑙
= 1,00095 gr/ml
7. Massa air panas

m = V x ρ x 7,936641

= 483,333 x 1,00095 x 7,936641


= 3874,21179 lbm/jm
8. Massa air dingin

m = V x ρ x 7,936641

= 323,4429327 x 1,00095 x 7,936641


= 2592,592593 lbm/jm

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


22
“HEAT EXCHANGER”

9. Menghitung ΔT LMTD
(𝑇1−𝑡2)−(𝑇2−𝑡1)
ΔT LMTD = (𝑇1−𝑡2)
𝑙𝑛
(𝑇2−𝑡1)

39,6−41,4
= 39,6
𝑙𝑛41,4

= 40,4933246
10. Menghitung Q air panas
ΔT = T1-T2
=131-127,4
=3,6 F
Q = m x Cp x ΔT
= 3874,21179 x 1 x 3,6
= 13947,16241 BTU/hr

11. Menghitung Q air dingin


ΔT = t2-t1
=91,4 - 86
=5,4 F
Q = m x Cp x ΔT
= 2592,592593 x 1 x 5,4
= 14000 BTU/hr
12. Menghitung UD
A = 4,801073585
𝑄
UD =
𝐴 𝑥 ΔT LMTD
13947,16241
=
4,801073585 𝑥 40,4933246
= 71,74043019 BTU/(Hr ft2 oF)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


23
“HEAT EXCHANGER”

LAMPIRAN 2

Gambar 1.1 Alat Heat Exchanger Gambar 1.2 Proses pengambilan


volume ketika air belum
dipanaskan

Gambar 1.3 Proses ketika air akan dipanaskan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


24

Anda mungkin juga menyukai