Anda di halaman 1dari 6

Kerja Sama Menginterperasi Teks Cerpen

Judul Kegiatan : Berlatih Menginterprestasi Teks Cerpen


Jenis Kegiatan : Tugas Kelompok
Tujuan Kegiatan : Perserta didik dapat menginterprestasi teks cerpen berdasarkan kaidah
dengan benar.

1. Cermatilah teks cerpen yang dapat kamu temukan disurat kabar, majalah, internet, atau
buku kumpulan cerpen! (Hindarinlah SARA dan pornografi dalam cerpen yang kamu
intepresikan
2. Diskusikan dengan temannmu berkaitan dengan unsur instrisik dan ekstrisik dalam karya
sastra khususnya cerpen untuk menambah wawasanmu tentang makna cerpen.
3. Eksporasilah cerpen tersebut dari segi makna yang muncul dengan cara menemukan
unsur instrisik dan ekstrisiknyanya!
4. Datalah unsur instrinsik dan ekstrisik cerpen tersebut menggunakan rambu-rambu
dibawah ini .
5. Komunikasikan hasil pekerjaanmu hasil pekerjaanmu dengan mengumpulkan kepada
bapak atau ibu guru satu minggu kemudian!

BANGKIT

Cerpen Karangan: Alfred Pandie

Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian
malam. Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap. Cahaya bulan malam ini begitu
indahnya. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan. Konflik dengan orang tua karena tidak
lulus sekolah. Hari ulang tahun yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa
di kubur dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si adik yang menyebalkan. Teman-teman
yang konvoi merayakan kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam berhembus menebarkan
senyumku walau sakit dalam hati mulai mengiris. Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh
tanpa permisi. Sakit memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata terakhirnya yang
tergiang-ngiang merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi begini sajakah caramu,
oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang
sempat masuk ke hpku, di ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta duitnya..” seorang
pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata,
membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingku dan menyerahkan padanya. “ini
ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!” Aku melemparkan tas ke
hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air suangai yang
mengalir airnya deras.Di sini di atas jembatan tua ini. Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku.
Aku berdiri menatap langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku sekarang.
Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata dan tinggal
beberpa senti lagi aku akan terjatuh. Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan
menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan dari pada melihat
wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan melemparkan tasku di atas tanah
Dan ia berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri tangga turun. Sosok
yang tadi, pria mabok yang ternyata seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan
tubuhnya kurus sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya terdiam membisu”. Aku
berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..?
Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun mencapakanku dengan tuduhan
yang tak jelas, aku memulai pembicaraan”.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa kamu akan
terdiam atau aku telah mengusikmu?”. Aku melihatnya dan ia balik menatapku tajam. Aroma
alkohol dari mulutnya jelas tercium saat ia bicara “maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf,
menurut ku kamu terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit, bukankah setiap
hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari mengulurkan tangannya yang ternyata
cuma 2 jari yang utuh, Aku mulai merinding karena sedikit takut. Sehingga aku tak membalas
uluran tangannya. “kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena persaingan.
Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur
saja itu sulit. Harus rela kedinginan, Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan
toko, Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harus mencari tempat lain yang
menurutku layak. Maaf bila aku mengambil tas mu. Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak
makan, sisa makanan di tong sampah sudah membusuk karena hujan kemarin, Biasanya aku
mencari secerca kenikmatan disana yang masih bisa layak ku telan, rasa lapar tak akan bisa
membuatmu jijik. Setiap hari saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.”Ia
terdiam dan mengalihkan pandanganya luas menembus angkasa, langit malam ini. Aku hanya
terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati. Bagaimana
mungkin seandainya sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang terlahir dari keluar sederhana
namun penuh kehangatan, uang bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu
bagaimana orang tuaku mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian,
itu nafsu sesaat, Aku memang memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang
kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada.
Aku menarik tangan dan menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski sedikit risih
karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan hangat. Ia tersenyum memamerkan
mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum. Aku menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah..
Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku harus kuat
menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup harus tetap di jalani. Aku sadar masih
punya segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta semangatku hilang, belum tentu ia jodohku,
belum tentu ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari menuruni tangga
meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit yang menampakan bintang-
bintang kecil yang berkelip dengan jenaka, seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku dengan bunga mawar
banyak sekali di tangannya, sementara di belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di
samping mobil, kami saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai.“maafkan aku sayang,
ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat hidupku lebih berharga karena
ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary usang punyaku, yang entah dari mana ia
mendapatkannya. Tapi disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa banggaku atas
kekasihku ini. Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi tangis dan canda
menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku tersenyum senang. Aku mengajak kekasihku
menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti
bersyukur.Kami menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun sosok itu
hilang tak berbekas? Kami turun dan kami pergi ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk
merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan berarti
kehangatan ini harus berakhir
Tamat

1. Unsur Intrisiknya
Unsur Intrisik Penjelasan Penjelesan sesuai dengan isi
cerpen
Tema Kehidupan
Latar Latar ;
a. Waktu a. Malam hari a. Cahaya bulan malam
b. Tempat b. Dipinggir jalan dan ini begitu indahnya.
c. Suasana atas jembatan b. ‘Aku termenung di
c. Sunyi sepi pinggir jalan,
memegang kepalaku
yang sakit. ‘ Di sini
di atas jembatan tua
ini angin sepoi-sepoi
menyerang tubuh
ku’.
c. ‘Aku berjalan
menyusuri lorong
malam sepi nan
gelap.’
Alur Maju Karena jalan cerita
dijelaskan secara runtut
mulai dari pengenalan latar
dan masalah sampai ke
konflik dan di akhir cerita
terdapat penyelesaian
konflik.
Penokohan a. Aku a. Kenapa kamu
b. Pria Pemabuk menolongku? Aku
sudah tak berarti
lagi.’
‘Aku hanya meminta
tanpa pernah tahu
bagaimana orang
tuaku
mendapatkannya.
b. ‘Seorang pemabuk
dengan botol bir di
tangan kiri dengan
jalan yang tak
beraturan’
‘Hidup di jalan
seperti ku ini,
hawanya sangat
dingin dan penuh
nyali besar, bahkan
untuk tertidur saja itu
sulit.’
Watak a. Aku a. Mudah putus asa,
b. Pria Pemabuk kurang bersyukur
dan selalu mengeluh
b. Pemabuk dan kuat
menghadapi beratnya
hidup
Sudut Pandang Orang pertama sebagai Cerpen bangkit
pelaku utama. menggunakan kata ganti
“aku” sebagai tokoh utama
dan mengisahkan tentang
dirinya sendiri
Amanat a. Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya
hidup.
b. Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
c. Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas
dan kadang dibawah.
d. Jangan lari dari permasalahan.
e. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
f. Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit

2. Unsur Ekstrinsik :

Unsur Ekstrinsik Penjelasan


Latar Kepengarangan Penulis Penulis menjumpai berbagai reaksi
masyarakatt saat mereka gagal dan
berputus asa. Dalam cerpen ini penulis
ingin menginspirasi/memotivasi orang-
orang dalam menghadapi kerasnya hidup
melalui ceritanya.
Keyakinan Penulis Penulis yakin bahwa kejadian ini banyak
ditemui di masyarakat. Banyak orang yang
bunuh diri karena putus asa maka penulis
menggambarkan situasi tersebut dalam
sebuah cerpen.
Masyarakat Pembaca Pembaca dapat mengambil hikmah dari
cerpen ini karena cerpen ini mengandung
masalah-masalah yang ada di masyarakat
dan masih banyak orang yang memiliki
masalah yang sama dengan cerpen ini.

Anda mungkin juga menyukai