Pemain
Pemain teater disebut juga sebagai aktor. Secaa dasariah arti dari aktor adalah orang yang
melakukan aksi. Sejarah pementasan mencatat bahwa aktor ada lebih dulu jauh, sutradara
lahit. Dalam mewujudkan pementasan, sekumpulan aktor bertemu untuk berlatih bersama
berdasarkan naskah cerita yang ada. Mereka saling berlatih peran dan memberikan masukan
sampai akhirnya pertunjukan itu terwujud. Kedudukan aktor pada jaman dahulu tidaklah
semulia sekarang, karena pada zamanya aktor disebutkan orang yang menggambarkan sebuah
kebohongan melalui aksi-aksinya yang ditampilkan diatas panggung yang terjadi karena
cerita yang mereka kisahkan tidak diambil dari kitab suci. Namun sekarang dengan seiring
berjalannya zaman kemajuan kebudayaan masyarakat aktor mendapatkan tempat yag khusus
dan memiliki kelas tersendiri.
Tugas aktor sebagai pelaku utama dalam sebuah pementasan teater adalah menyampaikan
pesan pengarang yang telah berasimili dengan gagasan sutradara kepada penonton. Untuk
menwujudkan laku pemeranan diatas pentas seorang aktor membutuhkan kerja keras. Sejak
pertama kali mendapatkan peran (casting) hingga sampai hari pementasan, aktor melakukan
latihan-latihan dengan disiplin tinggi. Penilaian baik-buruknya sebuah pertunjukkan sangat
bergantung dari kecakapan aktor dalam membawakan peran, karena pada dasarnya para aktor
di atas pentaslah yang disaksikan oleh penonton bukannya penulis atau sutradara.
Oleh karena itu untuk mentransformasikan naskah di atas panggung dibutuhkan seorang aktor
yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon menjadi sosok yang nyata. Agar
dapat merefleksikan tokoh sesuatu yang hidung, aktor ditunut menguasai aspek-aspek
pemeranan yang dilatih secara khusus, yaitu jasmani, rohani, dan intelektual. Seorang aktor
selain keahlian memerlukan strategi jitu di dalam proses untuk mewujudkan peran di atas
panggung agar pesan dan tampilan diatas panggung menarik. Sehingga memerlukan metode
metode kerja yang dengan sungguh-sungguh. Berikut merupakan metode :
Jika aktor sudah hafal naskah secara tepat akan membantu langkah tersebut. Aktor
akan lebih rileks dan menikmati setiap kalimat yang diucapkan oleh lawan main dan
melakukan reaksi yang wajar tanpa harus merasa takut dan berfikir, “Setelah ini saya
harus berkata apa?”
d. Melaksanakan latihan-latihan
Berlatih adalah kewajiban setiap aktor. Untuk menjadi pemain teater yang baik tidak
ada jalan lain selain berlatih. Latihan oleh tubuh, olah vokal dan olah rasa harus
dilakukan oleh setiap aktor. Selain itu aktor perlu juga latihan tari (gerak), permainan,
olah raga dan keahlian-keahlian khusus. Segala jenis latihan tersebut akan membentuk
pribadi aktor dan memfokuskan aktor pada pemeranan. Proses kerja pemeranan
membutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga aktor harus senantiasa mempelajari
dan mengasah teknik-teknik peran.
e. Mengasah nalar
Untuk menggali alasan-alasan ini diperlikan pendekatan logika (nalar). Belajarlah
bagaimana menggunakan kekuatan mental seperti halnya dengan kemampuan artistik
dalam mendekati naskah lakon. Sebelum memulai analisis karakter atau relasi antar
karakter, latihanlah dengan melihat sebuah potret (gambar). Temukan dalam gambar
tersebut, “Ada cerita apa dibalik itu?”, “Bagaimana alur ceritanya?”, “Apa yang
terjadi di dalamnya?”, “Siapa saja tokohnya dan apa yang mereka perbuat atau
inginkann?
Latihan tersebut akan memberikan pemahaman lebih dalam terhadap karakter dan
relasi antar karakter. Hal ini disebabkan karena kita mencoba mengungkapkan semua
alasan dan apa saja yang bisa digali dalam gambar (potret) tersebut (secara logis).
Cara seperti ini seringkali lebih produktif bagi para aktor untuk melatih kekuatan
mental. Semua jawaban pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan gambar akan
menjadi kajian yang penting dan sangat berguna dalam pendekatan naskah lakon
secara logis. Kajian-kajian seperti ini akan melahirkan motivasi gerak peran. Mungkin
saja tidak semua pertanyaan bisa dijawab dan jika memang demikian maka bisa
didiskusikan dengan lawan main atau sutradara
selama latihan.
Mencoba hal-hal baru tidak hanya berkaitan dengan bisnis akting dan hal-hal penting
(yang perlu ditekankan) dalam sebuah laku lakon akan tetapi berkaitan dan
berpengaruh terhadap keseluruhan lakon. Hal tersebut mungkin hanya persoalan
karakter atau aksen ucapan. Mungkin juga merupakan sebuah pendekatan (cara
pandang) berbeda dalam satu adegan. Mungkin sebuah kehendak sederhana untuk
mengkaji lebih dalam sebuah adegan dengan tujuan keseimbangan laku dramatik.
Kemungkinan-kemungkinan tersebut meskipun hanya hal kecil akan tetapi
mempengaruhi keseluruhan lakon dan harus dipandang sebagai totalitas laku lakon.
g. Relaksasi
Relaksasi adalah salah satu kunci dalam proses kreatif. Tanpa adanya rasa enak,
nyaman, dan segar, pikiran dan tubuh tidak akan dapat mencapai kapasitas yang
penuh. Dengan konsentrasi, bernapas secara dalam, dan latihan-latihan, aktor dapat
mengembangkan teknik relaksasi. Fungsi relaksasi selain menemukan kesegaran
kembali adalah membantu aktor mengembangkan perasaan menyatu antara dirinya
dengan kerja dan karakter yang diperankannya.
Ada banyak ragam dan teknik relaksasi akan tetapi yang terpenting dari proses ini
adalah konsentrasi dan merasa rileks. Relaksasi bukanlah kerja bermalas-malasan
akan tetapi merupakan sebuah proses pengendoran. Bagi tubuh relaksasi dapat
mengendorkan otot-otot yang menegang dan mengembalikannya pada kondisi
semula. Bagi pikiran, relaksasi dapat menenangkan dan membuka pikiran terhadap
segala hal dalam kaitannya dengan pemeranan. Relaksasi dapat menjadi kritik yang
baik bagi aktor dan keseluruhan laku lakon.
h. Membayangkan peristiwa
Aktor sering menemukan kesulitan dalam melakukan kerja pemeranan. Hal tebesar
yang sering menjadi kendala adalah, “Bagaimana nanti mewujudkannya di atas
pentas?” Kata “pentas” dengan sendirinya telah memasung kreatifitas aktor dan
menciptakan batas-batas yang sulit untuk ditembus. Bagaimanapun juga ruang
lingkup pentas (panggung) sangatlah kecil jika dibandingkan dengan kehidupan
sesungguhnya. Oleh karena itu aktor harus membayangkan peristiwa lakon seolah-
olah hal itu terjadi dalam kehidupan sebenarnya.
Dengan membayangkan peristiwa sesungguhnya maka aktor tidak dibatasi lagi oleh
ruang yang sempit. Aktor dapat mengeksplorasi dan menggali imajinasinya tanpa
harus merasa risau dengan kaidah pementasan. Untuk dapat menghadirkan peristiwa
seperti apa yang terjadi sesungguhnya aktor harus berada dalam keadaan “saat ini”.
Berada dalam keadaan “saat ini” berarti aktor harus memainkan lakon seolah-olah
peristiwa itu memang terjadi “saat ini”. Pemahaman ini membawa aktor untuk
menikmati setiap adegan, setiap peristiwa tanpa harus mempedulikan kapan hal itu
dimulai atau diakhiri. Semua peristiwa, semua yang dikerjakan adalah “saat ini”.
Dalam kehidupan sehari-hari kontras dapat kita temukan setiap saat. Banyak orang
tertawa sementara yang lain menangis histeris atau sebaliknya. Seorang pengaran
yang baik mengetahui bahwa seorang aktor dapat melompat dari satu emosi ke emosi
yang lain secara mendadak. Seperti misalnya peristiwa komedi dalam sebuah adegan
dramatik. Hal terpenting yang perlu dilakukan aktor dalam hal ini adalah melihat apa
yang dikehendaki naskah lakon dan memperagakannya. Tidak perlu menganalisis
secara mendalam dan menemukan transisi (perpindahan) emosi karena hal (analisis)
itu akan menjebak dan justru menghilangkan dramatika “kontras”. Yakinlah bahwa
kontras ini akan membantu memperkaya variasi karakter dan laku lakon.
j. Perspektif
Dalam berbagai keadaan aktor harus dapat menemukan dirinya. Tidak peduli
persoalan apa yang dihadapi dalam melakukan proses latihan tetapi satu hal yang
penting untuk dilakukan adalah menjaga perspektif. Pekerjaan seorang aktor adalah
memahami baris-baris ucapan dan blocking, apa yang dikatakan jelas dan dapat
didengar serta dimengerti penonton dan yang terpenting menghibur penonton dengan
memberikan pertunjukan yang baik sehingga mereka bisa tertawa sedikit atau bahkan
menitikkan air mata.
Anggaplah semua proses itu sederhana, pentas yang dilakukan juga sesuatu yang
sederhana. Seorang aktor harus memiliki kepercayaan diri yang kuat. “Naiklah ke atas
pentas dan ucapkan baris kalimatmu, pertunjukan ini milikmu!” Ungkapan tersebut
adalah nasehat para profesional. Di atas panggung, konsentrasikan peristiwa, gunakan
nalar, mendengarkan lawan main dengan baik, lakukan reaksi secara wajar, dan
hadirlah “saat ini”. Dengan melakukan hal-hal tersebut maka aktor akan menemukan
dirinya dalam peristiwa yang sebenarnya, memainkan setiap baris kalimat dengan
tenang seperti apa yang dituliskan dan hidup.