Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SENI BUDAYA

Nama Kelompok 4 :

1. Zahwa Cantika Balerina

2. Asysyfa Julita

3. Salsabila Zahari

4. Faiz Faqih

5. Rafli Zahlan Ramadhan

6. Kevin trilaksmana

Kelas X IPA

SMAN AL-HUDA PEKANBARU

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB 1
SENI PERAN

A. PENGERTIAN SENI PERAN


Seni Peran atau Seni Akting adalah Seni untuk berbuat seolah-olah menjadi
seseorang atau sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sehingga sejalan dengan lakon,
naskah atau konsep yang ingin dibawakannya. Istilah “Peran” atau “Akting” berasal
dari bahasa Inggris.
Dalam bahasa Inggris, istilah acting ini berasal dari kata “to act” yang berarti
bertindak, berbuat, melakukan atau berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya. Dari
kata “to act” tersebut lahirlah istilah actor untuk istilah pemeran pria dan
actrees sebagai sebutan untuk pemeran wanita.
Tindakan berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya tersebut tentunya akan
dilakukan berdasarkan tokoh yang dibutuhkan dalam lakon. Lakon atau naskah yang
dibawakan juga akan memberikan kebutuhan Seni Peran yang berbeda. Selanjutnya,
naskah juga akan menyesuaikan terhadap jenis Seni Teater yang dibawakan.
Intinya, terdapat berbagai gaya akting atau seni peran yang digunakan dalam
berakting. Setiap gaya seni peran tersebut memiliki keunggulan masing-masing,
terutama jika dikaitkan dengan jenis kebutuhan akting, seperti akting untuk teater atau
film. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan mengenai berbagai gaya seni
peran.

B. UNSUR SENI PERAN


Berbicara soal dasar, selain persona dan soft skill, seorang Pemain atau Pemeran
juga harus mengetahui berbagai unsur-unsur pembentuk dari Seni Peran itu sendiri.
Mengapa? agar kita mampu melakukan analisis terhadap apa yang kita lakukan
sehingga mampu mengevaluasinya.
Misalnya, kita dapat menilai unsur apa yang kurang dari akting yang kita
lakukan, apakah tubuh kita yang bergerak terlalu kaku? atau suara kita yang kurang
lantang? apakah justru penunjang artistiknya yang menghalangi kita? dsb.
Unsur seni peran meliputi tubuh, suara, rasa, pikir, dan artistik penunjang seni
peran lainnya yang akan dibahas di bawah ini.
1. Lakon
Lakon adalah naskah cerita yang digunakan untuk melakoni cerita yang dilakukan
oleh seorang Pemeran. Unsur ini tentunya sangat penting bagi Seni Teater, karena
merupakan nafas atau nyawa untuk menjalin hubungan cerita melalui tokoh atau
peran yang dibawakan seorang Pemeran.
2. Unsur Penokohan / Peran
Penokohan adalah pembagian karakteristik peran, untuk mendukung suatu Lakon.
Contohnya penentuan tokoh protagonis yang merupakan tokoh utama, dan
antagonis yang merupakan penghambat atau tokoh yang memiliki konflik dengan
pelaku utama .
Penokohan dalam Seni Teater dapat dibagi menjadi beberapa kedudukan tokoh
atau peran, antara lain: Protagonis, Antagonis, Deutragonis, Foil, Tetragoni,
Confident, Raisonneur, dan Utility.
3. Unsur Tubuh
Tubuh seseorang dengan seperangkat anggota badan dan ekspresi wajah 
merupakan unsur  penting yang perlu diperhatikan oleh seorang seniman teater.
Perhatian yang dimaksud termasuk pengolahan atau pelatihan agar tubuhnya
memiliki lentur, memiliki stamina yang kuat dan reflek yang cekatan untuk
digunakan sebagai penunjang utama gerak dalam berakting.
4. Unsur suara
Suara, atau vokal adalah salah satu unsur utama yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan dialog dari Seni Teater. Selain itu beberapa jenis Drama
Teater akan membutuhkan unsur ini untuk bernyanyi, hingga menirukan berbagai
suara di luar manusia, seperti Hewan dan benda tertentu.
5. Unsur penghayatan
Penghayatan atau penjiwaan berarti mengisi dan memanipulasi suasana perasaan
hati,  ketika membawakan tokohnya di pentas. Menghayati tokoh yang diperankan
sangatlah penting, karena akan memberikan dampak yang besar pada kualitas
performans dari seorang Aktor/Aktris.
6. Unsur Ruang
Ruang dalam Seni ini merupakan ruang imajiner yang diciptakan Pemeran untuk
mengolah posisi tubuh dan jarak rentangan tangan dengan anggota badannya.
Terdapat beberapa variasi ruang, yaitu:  lebar (gerak besar), sedang (gerak wajar),
kecil (gerak menciut). Contohnya, melalui gerak besar, pemeran akan memberikan
suasana; sombong/angkuh, menguasai, agung, perbedaan status, dan kebahagiaan
atau justru tampak marah.
7. Unsur Kostum
Kostum adalah perlengkapan yang dikenakan, menempel atau melekat pada
seniman peran untuk memperindah tubuh pemain pada wujud lahiriah dalam aksi
seni peran  di atas pentas. Kostum meliputi unsur rias, busana, dan asesoris. Selain
untuk tujuan estetis, kostum juga berfungsi sebagai penguat atau memperjelas
watak tokoh, baik secara fisik, psikis, moral atau sosial.
8. Unsur Properti
Properti yang dimaksud dalam Seni Peran adalah  semua peralatan yang akan
berinteraksi atau digunakan oleh Pemain, baik yang dikenakan maupun yang tidak
dikenakan ditubuh. Biasanya properti dapat dikenakan oleh tangan (handprop) dan
berfungsi untuk penguat watak atau karakter seorang pemain, seperti: tas, topi,
tongkat, kipas, busur, golok, dll.
9. Unsur musikal
Musikaladalah unsur  pembangun suasana laku seni peran di atas pentas, meliputi;
irama suasana hati, hingga ke irama vokal dari suatu lagu atau nyanyian yang
dibutuhkan untuk membawakan lakon.

C. TEKNIK DASAR SENI PERAN


Selain memahami unsur-unsur seni peran, pengetahuan serta latihan teknik
dasar dari seni peran itu sendiri amatlah penting. Teknik dasar peran adalah metode
dan strategi dasar dalam melakukan atau memainkan Peran. Selain teknik, teknik
dasar seni peran juga melibatkan berbagai latihan untuk mempersiapkan tubuh
seorang Pemain. Teknik dasar Seni Peran meliputi beberapa poin di bawah ini.

1. Olah Tubuh
Yakni atihan dasar untuk menjaga stamina dan kelenturan tubuh.
2. Olah Suara/Vokal
Latihan untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan vokal.
3. Olah Rasa
Latihan untuk meningkatkan kemampuan penghayatan dan imajinasi.
4. Ruang
Merupakan kemampuan untuk mengetahui kebutuhan suatu ruang pergerakan dari
fragmen atau adegan. Misalnya agar tidak melakukan blocking, yaitu menunjukan
punggung pada penonton, sehingga mereka tidak dapat melihat ekspresi dan
gerakan tubuh Pemain dengan baik.
D. KREATIVITAS SENI PERAN

Kreativitas seni peran ialah suatu metode atau cara untuk mengoptimalkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pembelajaran seni peran
terhadap penguasaan dan pengolahaan tubuh, suara, sukma dan pikir yang dimiliki
siswa dengan totalitas, penuh kesadaran dan tanggung jawab atas perang yang
diembannya.

Ada beberapa langkah dalam kreativitas seni peran antara lain:

 Sebelum berlatih seni peran dibiasakan melakukan olah tubuh atau minimal
pemanasan, peregangan dan melatih ekspresi tubuh, wajah, mulut, vokal dan
sukma yang kamu akan gunakan dalam mengeklorasi watak tokoh dalam seni
peran.
 Bacalah naskah dibawah ini sampak akhir atau tuntas secara sendiri atau
kelompok.
 Lakukan pemilihan dan penentuan peran atau tokoh yang sesuai dengan
keinginanmu atau berdasarkan pembagian kelompok yang dibentuk.
 Lakukan analisis tokoh dan perwatakan sesuai dengan peran yang akan kamu
bawakan berdasarkan petunjuk naskah atau tanda-tanda yang diungkapkan dari
kata-kata melalui dialog tokoh di dalam naskah.
 Lakukan observasi tokoh dan perwatakan sesuai dengan peran yang akan kamu
dan temanmu bawakan berdasarkan pengamatan kamu terhadap orang-rang di
lingkungan sekitar dengan keunikan, kekhasan dan memiliki daya pesona.
 Hafalkan dialog dan ekplorasi gerak tubuh, suara dan penghayatan peran
berdasarkan tokoh yang akan kamu bawakan berdasarkan naskah.
 Setelah hafal naskah dan mengetahui tanda akhir dialog lawan main seni peran,
lakukan olah atau ekspolasi ruang berupa bloking, moving, business, leveling,
waktu dan suasana dalam membangun irama permainan kelompok.
 Setelah lepas naskah, ekplorasi melalui teknik seni peran dan eksplorasi terhadap
unsur penunjang seni peran.
 Menyongsong minggu terakhir penampilan, kamu dan kelompok kamu harus
melakukan kegiatan membentuk gladi kotor dan gladi bersih di tempat, di kelas
atau di panggung yang akan kamu gunakan untuk menampilkan kreativitas seni
peran dalam seni teater secara kelompok.
 Akhirnya kelompok kamu mempresentasikan dan memaknai pembelajaran seni
peran sebagai hasil analisis watak tokoh dalam bentuk tulisan dan bermain seni
peran dengan watak tokoh yang kamu bawakan secara individu dan kelompok
sebagai hasil dalam berkreativitas seni peran.

Pada prinsipnya bahwa kreativitas dalam seni peran ialah berupa prosedur atau
tahapan dalam proses implementasi pembelajaran seni peran sesuai watak tokoh
dengan naskah yang kamu baca! Untuk memperoleh hasil seni peran yang maksimal
kamu harus melakukan tahapan dan langkah-langkah pembelajaran yang disarankan
oleh guru.
BAB 2
MENYUSUN NASKA LAKON

1. PENGERTIAN LAKON
Dalam bahasa Sunda lakon disebut sebagai boga lakon, ngalakon, atau yang artinya
pemeran utama atau yang melakoni peran suatu cerita. Sementara itu dalam bahasa
Jawa, lakon biasa disebut sebagai lelakon yang artinya masih dalam medan makna
serupa, yakni memerankan tokoh cerita dengan berkata-kata (verbal) atau tanpa
berkata-kata (non verbal) di atas pentas.
Oleh karena itu, tidak mengherankan rasanya jika kedudukan lakon dalam
pementasan teater merupakan nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin hubungan atau
membangun susunan (struktur) cerita melalui penokohan atau peran yang dibawakan
seorang atau lebih pemeran.
Pengertian lakon dalam pemetasan teater adalah hasil karya kolektif masyarakat,
seniman dan atau sastrawan yang diwujudkan dalam bentuk naskah lakon dengan cara
ditulis atau tidak tertulis/leluri (Tim Kemdikbud, 2018, hlm. 189). Sementara itu,
lakon di mata seniman atau kreator seni teater merupakan bahan baku atau sumber
ide, gagasan dalam menyampaikan pesan estetis (bentuk/wujud pementasan) dan
pesan moral (makna kehidupan) melalui kreativitas pementasan seni teater.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian lakon adalah suatu cerita atau kisah yang
diwujudkan dalam suatu naskah untuk diperankan oleh pemerannya dengan maksud
untuk menjadi gagasan utama atau cerita yang dibawakan dalam suatu pementasan
teater.
2. JENIS-JENIS LAKON DAN BENTUK LAKON
a. JENIS LAKON

Lakon dibangun oleh peristiwa di dalam adegan. Adegan merupakan bagian dari
babak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan atau musik di dalam
seni pementasan. Dengan demikian dalam satu babak bisa terjadi lebih dari satu
adegan. Babak itu sendiri adalah susunan dari beberapa adegan yang ditandai dengan
terjadinya pergantian setting (tempat, waktu dan kejadian peristiwa) dalam sebuah
peristiwa kejadian.

Berdasarkan jumlah babak, lakon dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni :

1. Lakon pendek, yakni lakon yang terdiri dari satu babak dengan beberapa peristiwa
adegan di dalamnya sehingga hanya membutuhkan durasi sekitar 45 – 60 menit.
2. Lakon panjang, yakni lakon yang dipentaskan mencapai tiga sampai lima babak
dengan beberapa adegan di dalamnya dan memakan durasi 90 – 120 menit.
1. Bentuk Lakon

Bentuk-bentuk lakon di dalam seni teater dan seni drama pada dasarnya sama, yakni
lakon; tragedi, komedi, tragedi komedi dan melodrama. Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing bentuk lakon.

1. Lakon tragedi, biasanya mengandung unsur sejarah perjuangan, memiliki pola


penceritaan kejayaan dan keruntuhan dan ciri-ciri lain bahwa peran utama
mengalami irama tragis; poima (itikad peran utama), mathema (peran utama
mengalami hambatan), pathema (klimaks peran utama) berujung tragis, yakni
mengalami kecacatan (fisik – psikis) atau kematian. Beberapa contoh bentuk lakon
tragedi; Si Ridon Jago Karawang, Janur Kuning, Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket
Kuning, Bandung Lautan Api,dan lain-lain.
2. Bentuk lakon komedi, biasanya pola penceritaaan diulang-ulang, menjadi bahan
tertawaan, menghibur orang lain, penuh dengan satir (sindiransindiran) dan berujung
peran utama mengalami kebahagian atau tragis akibat perbuatan dirinya sendiri.
Contohnya; Si Kabayan, Karnadi Bandar Bangkong, Warkop Dono Indro Kasino,
dan lain-lain.
3. Pada Lakon tragedi komedi, peran utama akan mengalami atau menjadi bahan
tertawaan orang lain berujung dengan tragis atau mengalami penderitaan atau
kematian. Contohnya lakon; Si Pitung Jago Betawi, Samson Betawi, Mat Peci,
Robin Hood, dan lain-lain.
4. Lakon melodrama, biasanya mengangkat tema-tema keluarga, percintaan atau kisah-
kisah dua sejoli yang berjuang dalam memadu kasih, berujung dengan kebahagian
atau happy ending. Contohnya; Romi dan Juli, Gita Cinta dari SMA, Si Doel Anak
Sekolahan, dan lain-lain.

3. UNSUR LAKON TEATER

Lakon teater adalah suatu karya seni utuh yang melibatkan banyak unsur yang
membangunnya. Unsur-unsur lakon teater yang menjadikan suatu karya menjadi
lakon teater tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Alur atau Jalan cerita


Alur ini dalam bahasa Inggris atau istilah teknis sastra juga disebut sebagai plot.
Alur dapat diartikan sebagai jalan cerita, susunan cerita, garis cerita atau
rangkaian cerita yang dihubungkan dengan sebab akibat (hukum kausalitas).
2. Tema
Tema adalah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok, yaitu
(1) masalah yang diangkat, (2) gagasan yang ditawarkan, dan (3) pesan yang
disampaikan pengarang.
3. Penokohan
Dalam teater dapat dibagi dalam beberapa peran, antara lain: protagonist (tokoh
utama), antagonis (tokoh yang memiliki konflik atau perbedaan pendapat dengan
tokoh utama), deutragonis (yang berpihak pada tokoh utama), foil (berpihak pada
antagonis), tetragoni (memihak pada salah satu tokoh lain), confident (tempat
penyampaian tokoh utama) , raisonneur (tokoh yang menjadi corong bicara
pengarang kepada penonton) dan utility (adalah tokoh pembantu baik dari
kelompok hitam atau putih).
4. Karakter
Karakter adalah watak atau perwatakan yang dimiliki tokoh atau pemeran di
dalam lakon. Watak atau perwatakan yang dihadirkan pengarang dengan ciri-ciri
secara khusus, misalnya berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual, dan religi.
5. Setting
Setting dalam sebuah lakon merupakan unsur yang menunjukan; tempat dan
waktu kejadian peristiwa dalam sebuah babak. Berubahnya setting berarti terjadi
perubahan babak, begitu pula dengan sebaliknya. Perubahan babak berarti terjadi
perubahan setting.
6. Point of view
Setiap lakon, termasuk lakon teater anak-anak, remaja, dewasa atau pun untuk
semua umur pasti melibatkan sudut pandang pengarang atau penulis. Sudut
pandang pengarang atau penulis ini disebut point of view.

4. TEKNIK MENYUSUN NASKA LAKON


Dalam praktiknya, menyusun naskah lakon memerlukan suatu cara atau teknik untuk
penuangan gagasan dalam bentuk tulisan. Adapun cara yang dapat digunakan dalam
kreativitas menyusun naskah lakon dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti
menerjemahkan, mengadaptasi, menyadur dan menyanggit.
1. Teknik Menerjemahkan
Menerjemahkan merupakan salah satu teknik menyusun naskah lakon yang dapat
dilakukan guna memenuhi pengadaan lakon teater. Dalam kenyataannya lakon
hasil terjemahan atau kisah sangat sulit didapat, terlebih lagi lakon kisah
berbahasa asing. Oleh karena itu bentuk pementasan atau kisah satu-satu hanya
ada di Indonesia, dan salah satu bentuk yang mendekati bentuk atau kisah milik
asing adalah Opera.
2. Teknik Adaptasi
Adaptasi secara harfiah dapat diartikan menyesuaikan atau penyesuaian diri
sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang dihadapi. Adaptasi dalam
hubungan naskah lakon merupakan salah satu teknik menyusun naskah lakon
yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi perbendaharaan naskah lakon seni
teater bersumber cerita, kisah atau lakon yang ada dan pernah tumbuh dan
berkembang di daerah.
3. Teknik Sadur
Sadur adalah teknik menyusun naskah dengan cara menggubah atau merubah
sebagian unsur karya orang lain menjadi karya kita, tetapi dengan tidak
menghilangkan, merusak unsur-unsur pokok lakon dari pengarangnya. Lakon
saduran dengan tidak mencantumkan sumber cerita dan pengarang aslinya dapat
disebut plagiat (mencaplok, mengaku karya orang lain menjadi karya sendiri).
4. Sanggit
Istilah Sanggit atau menyanggit dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1984) mengandung pengertian bergeser atau menggeser
sesuatu tetapi dalam satu hal yang sama. Seperti bambu berderik apabila terjadi
gesekan dengan bambu yang lain atau gigi kita menderik apabila terjadi gesekan
dengan gigi yang lain.

5. KREATIFITAS MENYUSUN NASKA ESTETIS


Kreativitas dalam menyusun naskah lakon bersumber teater tradisional dapat
dilakukan melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Memilih dan menentukan lakon bersumber teater tradisional,
2. Membaca atau mengapresiasi lakon melalui pementasan teater tradisional,
3. Menganalisis lakon bersumber teater tradisional,
4. Menyusun pola pengadegan lakon melalui analisis tokoh atau peran utama dalam
suatu babak pementasan teater tradisol,
5. Mempresentasikan lakon bersumber teater tradisional dengan lisan dan tulisan.
BAB 3
TEATER TRADISIONAL

A. PENGERTIAN TEATER TRADISIONAL


Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada
zaman tersebut, terdapat tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak
digunakan untuk mendukung upacara ritual. Dimana Teater tradisional adalah
merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam
tata cara kehidupan masyarakat.

Penyebutan teater pada saat itu sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan
belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri
dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan
yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya

Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah” adalah
merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari daerah
setempat dengan membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak
dulu telah berakar dan dirasakan sebagai milik sendiri oleh setiap masyarakat yang
hidup di lingkungan tersebut, misalnya mitos atau legenda dari daerah itu. Dalam
teater tradisional, segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi adat istiadat, diolah
sesuai dengan keadaan sosial masyarakat, serta struktur geografis masing-masing
daerah. Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri yang spesifik kedaerahan dan
menggambarkan kebudayaan lingkungannya.

B. UNSUR TEATER TRADISIONAL

Beberapa unsur teater tradisional di antaranya:

1. Tema

Tema merupakan pikiran utama yang menjadi dasar dari kisah yang dipertunjukkan
dalam drama.

Nah, dari pokok-pokok pikiran ini kemudian dikembangkan sehingga menjadi kisah
yang menarik dan enak ditonton.

2. Plot
Plot merupakan rangkaian peristiwa yang ada dalam drama,yang terdiri atas konflik.

Konflik tersebut kemudian berkembang dari sederhana, kompleks, klimaks, dan


akhirnya selesai.

3. Penokohan

Penokohan merupakan unsur dalam teater yang dimainkan oleh aktor untuk
mementaskan pertunjukan sesuai dengan arahan sutradara.

4. Dialog

Dialog merupakan percakapan yang dilakukan oleh tokoh dalam merangkai cerita
dalam pertunjukan.

5. Pesan dan Ide

Pesan dan ide dalam pertunjukan harus bisa ditunjukkan saat aktor memainkan
pertunjukan dan bisa diterima oleh penonton.

C. CIRI-CIRI TEATER TRADISIONAL

Berikut ini beberapa ciri-ciri teater tradisional, di antaranya:

1. Teater disajikan dengan dialog, nyanyian, dan juga tarian.


2. Cerita yang disajikan tidak memiliki naskah dan dibuat berdasarkan peristiwa
sejarah, seperti kehidupan sehari-hari.
3. Pentas seni teater tradisional lebih mengutamakan tujuan dan isi dari seni.
4. Pemeran pada teater tradisional banyak melakukan interaksi terhadap penonton.
5. Musik pengiring pada teater tradisional banyak menggunakan musik dan alat
musik tradisional.

D. MACAM-MACAM TEATER TRADISIONAL

Berikut ini beberapa macam-macam teater tradisional yang berkembang di Indonesia.

1. Teater Rakyat
Teater rakyat merupakan teater yang berkembang di Indonesia dan memiliki
perbedaan di setiap daerahnya. Teater ini berasal atau lahir dari kehidupan
masyarakat sendiri, seperti upacara keagamaan dan upacara adat. Teater rakyat ini
memiliki sifat yang sederhana, spontan, dan banyak diisi oleh improvisasi dalam
pertunjukannya. Contohnya makyong dan mendu dari Riau dan kalimantan Barat
serta ketoprak dari Jawa Tengah.

2. Teater Klasik

Teater klasik merupakan teater tradisional yang semuanya sudah diatur, baik dari
pelaku, cerita, maupun tempat pertunjukannya.

Teater klasik lahir dan membawa cerita yang berasal dari lingkungan pusat
kerajaan ataupun keraton.

Contoh teater klasik seperti wayah kulit, wayang golek, dan wayang orang.

2. Teater Transisi
Teater transisi merupakan teater yang sumbernya berasal dari teater tradisional,
akan tetapi pertunjukannya sudah dipengaruhi teater modern atau gaya barat.
Contoh teater transisi ialah komedi istambul, srimulat, dan sandiwara dardanela.

E. FUNGSI SENI TEATER TRADISIONAL

Teater tradisional berfungsi sebagai sarana upacara penghormatan kepada roh nenek
moyang atau dewa, hiburan, serta presentasi estetis yang berpadu satu dalam sebuah
pementasan. Misalnya, dalam pertunjukan wayang kulit di daerah Jawa Tengah, akan
terlihat unsur-unsur ritual, hiburan, serta presentasi estetisnya. Bahkan, ada pula
fungsi propaganda dari pemerintah.
BAB IV
TEATER NUSANTARA

A. PENGERTIAN TEATER NUSANTARA


Teater Nusantara adalah seni teater yang mencakup seni pertunjukan teater tradisional
dan teater modern yang berada di wilayah Nusantara. Di mana memiliki jenis teater
Nusantara yang bervariasi.  Teater berasal dari bahasa Yunani "theatron" yang
memiliki arti tempat atau gedung pertunjukan. Kata "theatron" terbentuk dari kata
"theaomai" yang memiliki arti melihat.  Awalnya teater diartikan sebagai gedung
tempat untuk menyaksikan pertunjukan. Kemudian berkembang sebagai tempat
pertunjukkan di depan orang banyak.

B. JENIS-JENIS TEATER NUSANTARA


Perkembangan sejarah seni teater di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Teater Tradisional
Melansir Kasim Achmad (2006) dalam buku Mengenal Teater Tradisional di
Indonesia, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman
Hindu. Pada zaman tersebut, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater
tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional
merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat istiadat
dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”,
sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu
bentuk kesatuan teater yang utuh. Proses terjadinya atau munculnya teater
tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya.
Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-
beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di
mana teater tradisional lahir. Macam-macam teater tradisional Indonesia, seperti
wayang kulit, wayang wong, ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug,
atau ketoprak.
2. Teater Modern (Transisi)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater
tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok
teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan
memasukkan unsur-unsur teknik teater barat, dinamakan teater bangsawan. Baca
juga: Perkembangan Seni Rupa Murni Indonesia  Perubahan tersebut terletak
pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas
atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan
menggunakan panggung dan dekorasi, mulai memperhitungkan teknik yang
mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional
berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan,
teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh
orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805.  Kemudian berkembang
hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada
tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta). Perkembangan seni teater
Nusantara berdasarkan naskah drama belum mencapai bentuk sebagai drama
karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan. Drama-
drama ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual pada masa itu
karena penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras sekitar tahun 1930-an.
Baca juga: Fungsi dan Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara  Bentuk
sastra drama yang pertama kali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun
dengan model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak.  Selanjutnya
perkembangan seni teater Nusantara sangat di pengaruhi oleh keadaan politis,
pergerakan, ideologis, kritik, dan peristiwa-peristiwa kemerdekaan.
3. Teater Kontemporer Indonesia
Perkembangan membanggakan dari teater kontemporer Indonesia memungkinan
ekspresi artistik bisa dikembangkan dengan gaya khas masing-masing seniman.
Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 1980-an hingga saat ini. Konsep dan
gaya baru saling bermunculan, seni teater konvensional tidak pernah mati dan
teater eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung
dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam
unsur pertunjukan yang lain
BAB V
SENI TEATER

A. PENGERTIAN SENI TEATER

Pengertian seni teater adalah jenis kesenian pertunjukan drama yang dipentaskan di atas
panggung. Secara spesifik, pengertian seni teater merupakan sebuah seni drama yang
menampilkan perilaku manusia dengan gerak, tari, dan nyanyian yang disajikan
lengkap dengan dialog dan akting.

Kata teater sering dipadankan dengan kata drama. Secara etimologis, kata "teater"
berasal dari bahasa Inggris “theatre” dan bahasa Yunani “theaomai” yang berarti takjub
melihat dan mendengar. Secara umum, pengertian seni teater adalah suatu kegiatan
manusia dalam menggunakan tubuh atau benda-benda yang dapat digerakan.

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian seni teater
mempunyai tiga arti, yakni gedung atau ruangan tempat pertunjukan film, sandiwara,
dan sebagainya. Kemudian pengertian kedua ialah ruangan besar dengan deretan kursi-
kursi ke samping dan ke belakang untuk mengikuti kuliah atau untuk peragaan ilmiah.
Pengertian terakhir ialah pementasan drama sebagai suatu seni drama atau sandiwara.

B. FUNGSI SENI TEATER


Adapun fungsi seni teater sebagai berikut:
 Teater sebagai sarana upacara
 Teater sebagai media ekspresi
 Teater sebagai media hiburan
 Teater sebagai media pendidikan

C. UNSUR SENI TEATER

Unsur-unsur yang terdapat dalam seni teater dibedakan menjadi dua, yaitu unsur
internal teater dan unsur eksternal teater.

1. Unsur Internal Teater

Unsur internal merupakan unsur yang menyangkut tentang bagaimana


keberlangsungan pementasan suatu teater. Tanpa unsur internal tidak akan ada suatu
pementasan teater.
Unsur internal yang terdapat dalam seni teater ialah:

- Naskah/skenario

- Pemain/pemeran/tokoh

- Sutradara

- Properti

- Penataan

- Seluruh pekerja yang terkait dengan pendukung pementasan teater, antara lain: tata
rias, tata busana, tata lampu dan tata suara.

2. Unsur Eksternal Teater

Unsur eksternal adalah unsur yang mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan
hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah pementasan.

Unsur eksternal di antaranya, yaitu:

a. Staf produksi

Staf produksi adalah sekelompok tim atau individual yang berkenaan dengan
pimpinan produksi sampai semua bagian yang ada di bawahnya. Adapun tugasnya
sebagai berikut:

Produser/pimpinan produksi

Mengurus semua hal tentang produksi

Menetapkan personal (petugas), anggaran biaya, fasilitas, program kerja, dan lain
sebagainya.

b. Sutradara/ derektor

Adapun tugas sutradara sebagai berikut:

Pembawa sekaligus pengarah jalannya naskah;

Koordinator semua pelaksanaan yang menyangkut pementasan;

Mencari dan menyiapkan aktor


Menyiapkan makeup dan juga men-setting segala sesuatu yang dipegang oleh bagian
desainer beserta kru.

c. Stage manager

Adapun tugas stage manager sebagai berikut:

Pemimpin dan penanggung jawab panggung;

Membantu sutradara.

d. Desainer

Menyiapkan semua aspek visual yang menyangkut setting tempat atau suasana,
properti atau perlengkapan pementasan, kostum, tata lampu dan pencahayaan, serta
perlengkapan lain (seperti audio).

e. Crew

Crew merupakan pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang bagian desainer, di
antaranya bagian pentas/tempat, bagian tata lampu (lighting), bagian perlengkapan,
dan tata musik.

D. JENIS-JENIS SENI TEATER


1. Teater Tradisional
Di Indonesia, teater tradisional biasa juga disebut teater daerah, yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Biasanya cerita dalam teater tradisional mengusung
budaya setempat dan disampaikan secara improvisasi (tanpa naskah).
Contoh teater tradisional ialah wayang kulit, banjet, longser, ogel, reog, wayang
orang, topeng Cirebon, angklung badut, wayang golek dari Jawa Barat, reog
Ponorogo, ludruk dari Jawa Timur, ketoprak, wayang suket, kethek ogleg, dagelan,
scandul dari Jawa Tengah, Lenong dan topeng blantik dari Betawi.
2. Teater Modern
Teater modern adalah teater yang penyampaian ceritanya berdasarkan pada naskah
dan sumber ilmunya dari dunia barat, dan bahannya dari kejadian-kejadian sehari-
hari atau karya sastra. Contoh teater modern ialah drama, teater, sinetron, film.
REFERENSI

1. Sembung Willy F (1992). Topeng Banjet Karawang Dewasa ini Sebuah Tinjauan


Deskriptif. Bandung: Laporan Penelitian STSI.
2. Rendra. (2013). Seni Drama untuk Remaja. Bandung: Pustaka Jaya.
3. Arayana S.B. (2005). Teknik Seni peran . Bandung: Diktat Bahan Pembelajaran
Program Teater ISBI.
4. Hamid, D.H. (1976). Banjet (Teater Rakyat Jawa Barat Bercakal Bakal Pendekar).
5. Tim Kemdikbud. (2018). Seni Budaya X, semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai