Anda di halaman 1dari 13

Keaktoran

1. Pendahuluan

Dalam bab sebelumnya kita telah membahas tentang sejarah drama di dunia dan perkembangan teater
di Indonesia. Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang dipentaskan di atas pentas. Melihat
drama penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan
dalam drama sama dengan konflik kehidupan mereka sediri. Drama adalah potret kehidupan manusia,
suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Dalam drama perlu adanya seorang
aktor/aktris karena aktor/aktris dalam pementasan sebuah drama merupakan tulang punggung
pementasan. Dengan aktor-aktris yang tepat dan berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan
yang bermutu, jika naskah baik dan sutradaranya cakap. Adapun pada makalah ini kita akan
membicarakan tentang keaktoran/keaktrisan.

2. Keaktoran

2.1 Persiapan Seorang Aktor

Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuhnya sendiri, suaranya sendiri, dan jiwanya sendiri.
Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan penonton. Seorang aktor yang baik adalah
seorang seniman yang mampu memanfaatkan potensi dirinya. Potensi itu dapat dirinci menjadi: potensi
tubuh, potensi driya, potensi akal, potensi hati, potensi imajinasi, potensi vokal, dan potensi jiwa.
Kemapuan memanfaatkan potensi diri itu tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dengan
giat berlatih.

2.2 Pemilihan Peran

Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting, yaitu sebagai berikut:

a. Casting by Ability: pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau
mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting dalam
membawakan peran yang sulit dan dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon di samping persyaratan
fisik dan psikologi juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafal dan daya
tanggap yang cukup cepat.

b. Casting to Type: pemilihan pemeran berdasarkan atas kecocokan fisik sipemaian. Tokoh tua
dibawkan oleh orang tua, tokoh pedagang dibawakan oleh orang yang berjiwa dagang, dan sebagainya.
c. Anty type Casting: pemilihan pemeran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan.
Sering pula disebut educational casting karena bermaksud mendidik seseiorang memerankan watak dan
tokoh yang berlawanan dengan wataknya sendiri dan ciri fisiknya sendiri.

d. Casting to emotional temperament: pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehisupan pribadi


calon pemeran. Meraka yang memiliki banyak kecocokan denga peran yang dibawakan dalam hal emosi
dan temperamennya, akan terpilih membawakan tokoh itu. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi
akan memudahkan pemeran tersebut dalam menghayati dan menampilkan dirinya sesuai dengan
tuntutan cerita. Temperamen yang cocok akan membantu proses penghayatan diri peran yang
dibawakan.

e. Therapeutic Casting: pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap


ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang. Biasanya watak dan temperamen pemeran
bertentangan dengan tokoh yang dibawakan. Misalnya, orang yang selalu ragu-ragu, harus berperan
sebagai orang yang tegas, cepat memutuskan sesuatu. Seorang yang curang, memerankan tokoh yang
jujur atau penjahat berperan sebagi polisi. Jika kelaianan jiwa cukup serius, maka bimbingan khusus
sutradara akan membantu proses therapeutic itu.

Untuk dapat memilih pemeran dengan tepat, maka hendaknya pelatih drama membuat daftar yang
berisi inventarisasi watak pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis maupun sosiologis.
Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Sebab hanya dengan begitu, dapat dipilih pemeran lakon
dengan lebih cepat. Dalam pementasan, aktor-aktris harus ber-acting.

2.3 Teknik berperan

Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana ketrampilan
seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri dan
memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakan.

Dalam berperan harus diperhatikan adanya hal-hal berikut ini:

1. Kreasi yang di lakukan oleh aktor atau aktris.

2. Peran yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar.

3. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan tipe, gaya, jiwa, dan tujuan dari pementasan.

4. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan periode tertentu dan watak yang harus
direpresentasikan.
Untuk berperan secara natural dan realisitis, diperlukan penghayatan untuk mendalam tentang tokoh
yang diperankan itu. Dalam kaitan itu, gaya, tipe, dan jiwa permainan menentukan corak penghayatan
peran.

2.3.1 Teknik Berperan Menurut Rendra

Rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber gaya yaitu:

a. Aktor bintang

Aktor bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan oleh pemain-pemain
kuat yng mengandalkan kecantikan, kemasyhuran, ketampanan atau kecantikan atau gaya tarik
seksualnya. Jika yang dijadikan sumber gaya adalah aktor bukan bintang, maka kecakapan berperan
diandalkan untuk memikat penonton.

b. Sutradara

Sutradara sebagai sumber gaya artinya dengan kemampuan sutradara diharapakan pementasan akan
berhasil. Penonton mengharap pertunjukkan drama yang bermutu. Dalam hal ini, penonoton
mempercayakan nama sutradara sebagai jaminan mutu drama.

c. Lingkungan

Lingkungan sebagai sumber gaya artinya lingkungan pementasan dapat memungkinkan suksesnya
pementasan. Jika kita mementaskan drama “Ken Arok dan Ken Dedes”, maka kehidupan pentas oleh
dekorasi dan tata pentas yang menggambarkan secara nyata kerajaan Singasari dapat menjadi modal
kesuksesan drama tersebut.

d. Penulis

Penulis sebagai sumber gaya berarti di tangan penulis yang hebat akan lahir naskah yang hebat pula
yang mempunyai kemungkinan sukses jika dipentaskan.

Di dalam berperan, imajinasi sangat penting karena dalam berperan, seorang aktor berpura-pura
menjadi orang lain. Menghadirkan kepura-puraan menjadi realitas membutuhkan daya imajinasi. Aktor
harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh
yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh itu sebagai jiwanya sendiri, sehingga penonton yakin
yang ada dipentas bukan diri sang aktor tetapi diri tokoh yang diperankan. Untuk mengembangkan
pribadi, diperlukan daya kreativitas (kemampuan untuk mencipta) dan sikap fleksibel (dapat
menyesuaikan diri dimana saja berada).

2.3.2 Teknik Berperan Menurut Edward A. Wright

Menurut Edward A. Wright ada lima syarat yang harus dimiliki oleh seorang calon aktor, yaitu sebagai
berikut:

1. Sensitif

Mudah memahami aktor yang akan diperankan.

2. Sensibel

Sadar akan yang baik dan yang buruk.

3. Kualitas personal yang memadai

4. Daya imajinasi yang kuat

5. Stamina fisik dan mental yang baik.

Kelima hal tersebut harus disertai lima macam daya kepekaan yaitu sebagai berikut:

a. Kepekaan (mudah mengerti) akan ekpresi mimik.

b. Kepekaan terhadap suasana pentas.

c. Kepekaan terhadap penonton.

d. Kepekaan terhadap suasana dan ketepatan proporsi peran yang dibawakan (tidak lebih dan tidak
kurang) (Wright: 131).

Imajinasi dapat dikembangkan dengan kreasi-kreasi aktor yang sering tidak direncanakan sutradara.
Pembawaan peran harus tepat agar penonton ikut terlibat dalam suasana pentas. Dalam suatu drama
tidak boleh suatu masalah diterangkan secara panjang lebar sedang masalah lain tidak mendapat
bagian.

Proses Ber-acting
Langkah-langkah dalam acting dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Latihan Acting

Latihan acting dapat membentuk aktor sebagai impersonator, interpretator, komentator, dan sebagai
personality actor. Aktor sebagai impersenator artinya aktor menyerahkan diri sepenuhnya sebagai
memasuki peran yang dibawakan. Setiap peran dianggap sebagai dirinya sendiri. Dalam interpretator
dan komentator, aktor tidak sepenuhnya memasuki peran yang dibawakan. Identitas dirinya masih
tetap tampak. Sedangkan personality actor kita dapatkan dalam film atau televisi.

b. Gaya Estetis

Kita harus memainkan permainan sesuai gaya, oleh sebab itu aktor harus dilatih untuk memasuki gaya
permainan sesuai dengan gaya drama tersebut. Sebagai contoh, dalam drama Yunani kuno digunakan
gaya formal; dalam drama-drama Shakespeare digunakan gaya romantik; teater abad ke XIX
menggunakan gaya deklamatoris; teater modern menggunakan gaya realistis; dan sebagainya. Gaya
serius, gaya tragedis, dan bayolan merupakan gaya yang harus diekpresikan secara tepat oleh aktor
atau aktris.

c. Pendekatan Untuk Peranannya

Ada dua pendekatan dalam menghayati peran yaitu metode dan teknik. Metode berhubungan dengan
latihan sukma atau latihan “unsur dalam”. Dalam pendekatan teknis, yang dipentingkan adalah teknik
bermain yang berhubungan dengan faktor luar (fisik). Penampilan fisik dan permainan di pentas
mengutamakan kombinasi permainan fisik dan emosi.

d. Bidang Acting

Ada tiga yang harus digarap dalam latihan acting, yaitu: teknik (fisik), mental (intelektual), dan emosi
(spiritual). Bidang acting yang bersifat teknis misalnya meliputi latihan pernafasan, latihan vokal, dan
latihan proyeksi (penonjolan). Latihan mental berupa latihan watak, dengan dimulai menganalisis
watak dari segala sudut (fisik, psikis, sosial); memahami pikiran, feeling (perasaan/simpati), action,
dan berhubungan dengan permainan dan peranan yang lain. Emosi harus dilatih dalam drama aktor
harus menghadirkan emosinya sesuai dengan tuntutan lakon.

e. Enam Pertanyaan
Enam pertanyaan yang berkenaan dengan acting. Dalam latihan acting diperlukan disiplin, skiil, sifat
fleksibilitas, kepatuhan, ketepatan, kerapian, dan kemampuan ber-acting sesuai dengan tuntutan
lakon.

Enam pertanyaan itu adalah:

1. Apakah aktor telah membawakan suara, gerak tubuh dan kepribadian sesuai dengan tuntutan dan
kepribadian dalam perannya sesuai dengan tuntutan dan sebagai seorang individu?

Tubuh aktor harus terkoordinasikan seara baik. Movement (gerakan) harus dilaksanakan secara anggun,
gesture harus mampu memberikan reinforcement (penguatan) bagi suaranya. Semua itu dilakukan oleh
aktor secara jelas, logis, menarik, bertujuan dan benar. Seorang aktor tidak perlu meniru aktor lain,
melainkan harus berusaha menciptakan kreasi sendiri.

2. Apakah acting-nya jernih?

Sejak muncul pertama di pentas, acting pemain hendaknya terarah dan tidak berlebihan. Pengaruh
musik harus dihayati secara seksama dan ekspresinya tampak dari mimik pemain. Sangat sulit
mengekspresikan suatu acting yang segar, jernih, dan dengan kesungguhan hati, pada setiap
penampilan, terlebih sesudah suatu adegan yang panjang.

3. Apakah orangnya dikendalikan?

Setiap aktor harus berusaha mengendalikan acting-nya dalam arti semua geraknya beralasan dan tidak
berlebihan. Semua tindakan acting pemain harus disetai emotion touch, untuk mengendalikan acting
yang dilakukan. Dalam hal acting, pemain memberi porsi terlalu besar sesuatu yang harusnya kecil,
sebaliknya dalam acting yang kering, semua tanpa penjelasan Acting yang besar lebih memberikan
sugesti kepada penonton dari pada perbuatan biasa. Aktor yang baik tidak pernah menumpahkan
semua emosinya kepada penonton.

4. Apakah orang tersebut mudah?

Penonton haruslah secara total tidak sadar akan semua usaha aktor atau aktris dipentas dalam latihan.
Semua yang diekspresikan harus bersifat natural (tidak dibuat-buat). Penampilan yang sempurna, tetapi
cukup mempesona penonton karena seolah-olah semua penampilan aktor itu tanpa dilatih, tanpa
dihapalkan. Hal tersebut dapat dicapai, bila aktor telah bermain baik sebagai seorang seniman pentas.

5. Apakah actingnya menyakinkan?


Semua penampilan aktor tersebut harus benar dan penuh motivasi. Cara meyakinkan penonton juga
dapat dari kostum dan make up. kostum akan menghidupkan peran yang dibawakan mendekati
kenyataan. Meka up yang kurang meyakinkan dapat diperhidupkan dengan penyinaran. yang penting
adalah faktor psikologis, artinya penjiwaan kepada peran yang benar-benar menyakinkan penonton.

6. Apakah fisik dan mentalnya cukup siap menghadapi keseluruhan pentas?

Pemain adalah bagian dari tim. Berarti dengan dan bersama-sama tim. Ia tidak boleh main lebih atau
kurang dari dari perannya, sebab jika terjadi demikian kekompakan tim akan terganggu salah seorang
aktor yang menonjol yang ingin menguasai pentas, akibat porsi orang lain banyak dilonggar.

2.3.3 Teknik Berperan Menurut Oscar Broket

Oscar Brocket menyebutkan tujuh langkah dalam latihan berakting yaitu sebagai berikut;

1. Latihan tubuh

Maksudnya adalah latihan ekspresi secara fisik. Kita berusaha agar fisik kita agar dapat bergerak secara
fleksibel, disiplin dan ekspresif. Artinya, gerak-gerik kita dapat luwes, tetapi berdisiplin terhadap
peran kita, dan ekspresif sesuai watak dan perasaan aktor yang di bawakan. Di beberapa teater
biasanya sering diberikan latihan dasar acting, berupa menari, balet, senam, bahkan ada yang merasa
latihan silat itu dapat juga melatih kelenturan, kedisiplinan , dan daya ekspresi jasmaniah.

2. Latihan suara

Latihan suara ini dapat di artikan latihan mengucapkan suara secara jelas dan nyaring (vokal), dapat
juga berarti latihan penjiwaan suara. Yang harus mendapatkan pelatihan seksama, adalah suara itu
hendaklah jelas, nyaring, mudah ditangkap, komunikatif,dan ucapkan sesuai daerah artikulasinya.

3. Observasi dan Imajinasi

Untuk menampilkan watak tokoh yang diperankan, aktor secara sungguh-sungguh harus berusaha
memahami bagaimana memanifestasikannya secara eksterna. Aktor mulai dengan belajar
mengobservasikan (memahami) setiap watak, tingkah laku dan motivasi orang-orang yang dijumpainya.
Kekuatan imanjinasi berfungsi untuk mengisi dimensi kejiwaan dalam acting, setelah diadakan
observasi tersebut. Acting bukan sekedar meniru apa yang diperoleh lewat observasi, tetapi harus
menghidupkannya, memberi nilai estetis.

4. Latihan Konsentrasi
Konsentrasi diarahkan untuk melatih aktor dalam kemampuan membenamkan dirinya sendiri kedalam
watak dan pribadi tokoh yang dibawakan dan ke dalam lakon itu. Konsentrasi haru spula diekspresikan
melalui ucapan, gesture, meovement, dan intonasi ucapannya.

5. Latihan Teknik

Latihan teknik di sini adalah latihan masuk, memberi isi, memberi tekanan, mengembangkan
permainan, penonjolan, ritme, timing yang tepat, dan hal lain yang telah dibicarakan dalam
penyutradaraan. Pengaturan tempat di pentas sesuai dengan karakteristik dan masing-masing bagian
pentas itu, juga merupakan unsur teknis yang harus menadapatkan perhatian dalam latihan.
keseimbangan di dalam pentas merupakan dress stage (pakain yang dipakai di panggung). Pergeseran
aktor lain di sisi berikutnya, sehingga terjadi keseimbangan, hal itu berhubungan dengan latihan
blocking, dan crossing. Aktor juga harus berusaha mengambil posisi sedemikian rupa, sehingga ekspresi
wajahnhya dan gerak-gerik yang mengandung makna dapat dihayati oleh penonton. Hal kecil yang perlu
mendapat perhatian juga adalah teknik jalan, teknik loncat, makan, duduk, mempersilahkan minuum
dan sebagainya harus disesuaikan dengan pribadi yang dibawakan dalam cerita.

6. Latihan sistem acting

Aktor harus berlatih acting, baik dalam hal eksternal maupun internal melalui pendekatan metode,
maupun teknik.

7. Latihan untuk memperlancar skill dan latihan

Dalam latihan ini peranan imajinasi sangatlah penting. Dengan imajinasi, semua latihan yang bersifat
seperti menghafal, menjadi lancar dan tampak seperti kejadian sebenarnya.

Whitting menyatakan, bahwa dalam latihan acting ini ada dua pendekatan yaitu pendekatan kreaktif
dan pendekatan teknis. Pendekatan kreatif ini sama dengan pendekatan metode yang dikemukakan
oleh Wright, tadi (Whitting: 1960:197). Latihan teknis meliputi penonjolan, latihan tubuh, latihan
suara, latihan penggunaan pentas secara tepat, latihan penyingkatan dan eliminasi.

2.3.4 Constantin Stanislavsky

Tokoh yang dikenal sebagai pelopor pendekatan metode atau pendekatan kreatif yang mementingkan
latihan sukma, memberikan pedoman untuk mempersiapkan seorang aktor (Stanislavsky, 1980). 15
tahap latihan yang harus dilalui:

a. Berperan (acting) adalah suatu seni


Dalam berperan, aktor harus menyadari bahwa berperan merupakan ekspresi seni. Berperan adalah
seni, maka harus memenuhi aturan aliran seni yang diikuti, harus menurut aturan seni teater, dan
dimainkan dalam penghayatan total antara jasmani dan rohani. Keseimbangan yang dituntut dan
dengan begitu over acting dan segala yang over harus ditinggalkan.

b. Motivasi

Motivasi merupakan faktor “dalam” yang harus dimiliki oleh seorang aktor. Motivasi yang harus dimiliki
yaitu motivasi estetis, dimana dirinya mengabdi pada pentas, bukan demi publisitas dirinya, semua
gerak perbuatan itu selalu mempunyai motivasi, yaitu motivasi dari gerakan sebelumnya dan motivasi
untuk gerakan berikutnya.

c. Imajinasi

Kepekaan imajinasi untuk aktor perlu dilatih. Dengan imajinasi perasaan dan pengalaman emosional
mudah terukir dan tertanam dengan kuat dalam ingatan visual kita dan dapat dibayangkan setiap saat.

d. Pemusatan Pikiran (Konsentrasi)

Pusat perhatian aktor bukan ditempat penonton, tetapi pada lakon yang dibawakan. Objek-objek
perhatian, harus dipilah-pilah, ada yang merupakan titik cahaya dalam lingkaran perhatian. Reaksi
emosi dan imajinasi dapat membantu proses konsentrasi ini.

e. Mengendurkan Urat

Urat kita harus fleksibel serta siap diperintah melakukan gerakan dan acting sesuai dengan peranannya.
Gerakan lentur, fleksibel, indah tetapi rapi dan menawan, dapat dicapai melalui berbagai latihan fisik
seperti yang dijelaskan didepan.

f. Satuan dan Sasaran

Ikatan organik dialur lakon, satuan lakon yang merupakan garis besar alur yang memaparkan juga
perkembangan konflik, harus dihayati secara baik, untuk kemudian diuraiakan dalam detail. Kemudian
ditentukan sasaran akting sang aktor yang seharusnya.

1. Ditujukan kepada lawan main.

2. Merupakan sasaran pribadi yang analog dengan watak yang kita gambarkan.

3. kreatif dan artistik.


4. harus benar sehingga meyakinkan.

5. Menarik dan mengharukan kita

6. Jelas dan tipikal.

7. Harus punya nilai dan isi yang dapat berhubungan dengan sosok dalam dari

permainan kita.

8. Harus aktif, mendorong untuk maju.

g. Keyakinan dan Rasa Kebenaran

yang kita perlukan adalah kebenaran yang dipindahkan menjadi sebuah padanan puitis berkat imajinasi
kreatif. Semua tindakan harus mempunyai makna dan dengan begitu ada gerak yakin.

h. Ingatan Emosi

Untuk dapat disampaikan semua emosi dengan baik, aktor harus berusaha untuk menghayati kembali
apa yang pernah dirasakan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan perasaan yang dikehendaki. Jika sulit
menghadirkan kembali emosi yang dikehendaki maka dengan bantuan suara yang berkesan atas
peristiwa dulu, kiranya emosi yang sama akan hadir. Misalanya, seorang gadis yang pernah patah hati,
sangat terkesan akan lagu “seruling senja”. Jika kedukaan yang sama sulit ditampilkan, maka dengan
bantuan lagu “seruling senja” niscahaya emosi tersebut akan lebih mudah ditampilkan. Demikian pula
gambar, pemandangan alam, melalui surat, suasana tertentu orang akan mampu merekonstruksi
suasana batinnya.

Indera pencium, pengecap, dan penyentuh juga bermanfaat untuk mempenggaruhi ingatan emosi,
seperti halnya indera pendengar dan penglihat. Aktor harus menggunakan perasaanya sendiri, sehingga
jiwanya sendiri bergetar hidup, manusiawi, hal-hal yang dapat meyakinkan penonton. Ingatan emosi
dapat diolah melalui kreativitas batin, menjadi bentuk perwujutan acting yang penuh penjiwaan.

i. Komunikasi atau Hubungan Batin

Aktor harus menghidupkan komunikasi dengan diri sendiri, dengan aktor lain, dan juga secara batin
dengan penonton. Komunikasi langsung adalah dengan diri sendiri dan aktor lain, sedang komunikasi
tidak langsung adalah dengan penonton. Aktor juga harus berkomunikasi dengan objek imajiner atau
yang tidak hadir secra nyata (misalnya waktu berdoa secara keras).
j. Adaptasi

Penyesuaian diri itu dapat dilakukan dengan sadar dan dapat dengan tidak sadar. Sumber penyesuaian
diri adalah alam bawah sadar, yang datang jika ilham datang. Di panggung penyesuaian diri ini bersifat
terus-menerus, sebab aktor berkomunikasi dan menjadi orang lain terus menerus. Adapun adaptasi
mekanis dan motoris melalui latihan dan penuh kesadaran.

k. Kekuatan Motif Dalam

Kekuatan inner motive harus mendapat latihan dalam diri aktor modalnya adalah kemauan. Kemauan
harus dipadu dengan dua unsur penggerak lain, yaitu pikiran dan perasaan. Pikiran, emosi, dan
perasaan ynag merupakan inner motivation harus dibangkitkan secara alamiah yang juga dimanfaatkan
untuk membangkitkan unsur-unsur kreatif yang lain.

l. Garis yang Tak Terputus-putus

Garis batin tidak boleh terputus, karena garis itulah yang memberikan nyawa dan gerak pada drama
yang dipertunjukkan. Sekuen satu dengan sekuen lain harus merupakan suatu yang berkesinambungan,
dan selalu menampilkan pusat perhatian.

m. Keadaan Kreatif Batiniah

Dalam menghayati watak peran dan melaksanakan tugas acting selama pementasan berlangsung
diperlukan keadaan batin yang kreatif, artinya selalu mengisi kekosongan yang ada dengan suatu
tindakan yang beralasan (penuh keyakinan).

n. Sasaran yang Paling Utama

Aktor harus mampu menangkap dan mengekspresikan sasaran utam dari dialog da perbuatan yang
dilakukan dalam setting yang dibawakan. Hendaknya aktor mampu mengendalikan tiga ciri penting
dalam proses kreatif, yaitu: (1) pemahaman atau genggaman batin, (2) garis gerak yang lurus, dan (3)
sasaran utama. Aktor harus mengerti apa tujuan kehadirannya di pentas, apa tugas utamanya terhadap
lakon dan tidak melebihi porsi yang ditentukan, menuju titik sasaran yang mantap, ringan, wajar dan
jelas.

o. Diambang Pintu Bawah Sadar

Dalam semua aktivitas kreatif, semua yang maya ini, diberi sentuhan kenyataan. Jika aktor terbenam
luluh dalam dunianya di pentas, terlibat sepenuhnya (encounter) dengan dunia maya yang dihayati
sebagai realitas baru maka ia akan terlebih memikat penonton. Dengan cara meluluhkan diri dalam
peran, semua yang diucapkan dan diperbuat akan meyakinkan penonton.

2.3.5 Richard Boleslavsky

Richard Boleslavsky tokoh yang dikenal sebagai murid Stanislavsky mengembangkan teori Stanislavsky.
Buku karangannya sangat terkenal dengan judul Enam Pelajaran Pertama Bagi Calon Aktor yaitu;

1. Pelajaran Pertama : Konsentrasi

Konsentrasi bertujuan agar aktor dapat mengubah diri menjadi orang lain, yaitu peran yang dibawakan.
Untuk mampu berkonsentrasi, aktor harus berlatih memusatkan perhatian, mulai dari lingkaran yang
besar, menyempit, kemudian membesar lagi. Kendatipun latihan dilakukan di tempat yang ramai oleh
suara hiruk pikuk orang jika konsentrasi kuat lakon akan tetap berjalan. Latihan konsentrasi ini juga
dapat dilaksanakan melalui latihan fisik (seperti yoga), latihan intelek atau kebudayaan (misalnya
menghayai musik, puisi, seni lukis), dan latihan sukma (melatih kepekaan sukma menanggapi segala
macam situasi).

2. Pelajaran Kedua: Ingatan Emosi

The transfer of emotion adalah merupakan cara yang efektif untuk menghayati suasana emosi peran
secara hidup, wajar dan nyata. Jika pelaku harus bersedih, dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan
mengahdirkan emosi yang serupa, maka kadar kesedihanitu takarannya tidak akan berlebihan, sehingga
tidak terjadi over acting.

3. Pelajaran Ketiga: Laku Dramatis

Berlaku dramatis artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai
pemeran. Untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam, sehingga
dapat diadakan adaptasi.

4. Pelajaran Keempat: Pembangunan Watak

Aktor harus membangun wataknya, sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak iu
didahului dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasikannya, dan menghidupkan watak
itu seperti halnya wataknya sendiri.

5. Pelajaran Kelima: Observasi


Observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis
dengan baik, perlu mengadakan observasi terhadap pengemis dengan ciri fisik, psikis, dan sosial yang
sesuai. Latihan observasi dapat juga dilakukan dengan jalan melakukan sesuatu yang pernah dilihat
dengan pura-pura. Misalnya: adegan membuka pintu (pintu tidak ada).

6. Pelajaran Keenam: Irama

Sentuhan terakhir dalam sebuah latihan drama adalah pengaturan irama perminan ini. Sedangkan irama
permainan untuk setiap aktor, diwujudkan dalam panjang pendek, keras lemah, tinggi rendahnya
dialog, serta variasi gerakan, sehubungan dengan timing, penonjolan bagaian, pemberian isi, progresi
dan pemberian variasi pentas.

2.4 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari materi di atas yaitu untuk menghasilkan pementasan suatu drama yang
bermutu diperlukan latihan bagi aktor/aktris.

Anda mungkin juga menyukai