Anda di halaman 1dari 12

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

Senin, 23/11/2009 - 20:10 ombi


Artikel |
Artikel Drama |
Artikel Teater |
dasar-dasar drama |
Dasar-dasar Teater |
drama |
Ombi Romli
I. PENDAHULUAN

Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media
percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam bermain drama
(modern) karena ia merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada
unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make
up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.

II. NASKAH
Naskah di sini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah
dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya.
Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat
berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat di mana
dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh dan plot
atau rangka cerita.

Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti
sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk
mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.

Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari
tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.

Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena
itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Disamping itu, dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang
ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh dan cirri-ciri muka.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan,
peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan
kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita
perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.

Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah.
Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1.Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini
diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan
sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi
sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.

2. Komplikasi awal atau konflik awal


Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini
mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.

3. Klimaks dan krisis


Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah
satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.

4. Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa
klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.

III. LATIHAN DASAR


Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog (yang tertulis di
dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup
membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar
(volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati sesuai dengan
tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan
dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa
(blocking baik) tidak ragu ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam
kehidupan), dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah.

3.1 BLOCKING
Blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik
sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak
merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian
serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak
yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku
sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting.

Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya:


1. Dimengerti (jelas)

Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan.
Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri,
dsb.
Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah
harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.

2. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting)
tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua
bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih
lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi
Pentas".

3. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan
gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
4. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-
komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan
kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang
sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.

5. Memiliki titik pusat


Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya
untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik
pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga
akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.

6. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.
Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan
kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking.
Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

3.2 MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh
kestabilan diri.

Tujuan Meditasi:
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam
pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita
singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.

2. Meditasi sebagai jembatan.


Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam
latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan
berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan
membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

Cara meditasi:
1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga
tubuh sebelah dalam.

2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan
seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan.
Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita
untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.

Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam
setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal
ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah
dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat
mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

3.3 KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan
pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan
pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

Cara konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah
ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap
berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat
ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan
memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.

Catatan:
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan
sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut.
Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

3.4 PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik
ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat
pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik
dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:

1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada
kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena
disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu
gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.

2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut
kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak
mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.

3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara
yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis
panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.

4. Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang
dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-
banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar
mengembang. Hal ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian
belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Akhir-akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak
mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.

Latihan latihan pernapasan:


Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian
turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun
sampai batas maksimum bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas
kita keluarkan kembali.

Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis,
menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah
beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

3.5 VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mempunyai dasar vokal yang baik pula.
"Baik" dalam pengertian:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak monoton.

Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang
dilakukan untuk melatih vokal, antara lain:
1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah" dengan energi
suara. Lakukan ini berulang kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmmmmm" (suara keluar lewat
hidung).

3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss."


4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa." sampai batas napas yang
terakhir. Nada suara jangan berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu
tarikan napas)
6. Keluarkan vokal "a..a" secara terputus-putus.
7. Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio aiu oui oua uei
uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan
berbagai variasi lainnnya.

*Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila
kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita
bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara
(larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya.
Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan
akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan
sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati
karunia Tuhan.

3.6 ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar
serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada
pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang
kurang/tidak benar, yaitu:
1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang
sulit mengucapkan salah satu konsonan, misalnya "r", dan sebagainya.
2. Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini
sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan,
menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan
sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu
cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

Untuk mendapatkan artikulasi yang baik, maka kita harus melakukan latihan:
1. Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan
setiap huruf dengan nada-nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan
berbisik.
2. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
3. Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.

3.7 INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa
monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang
diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:

Tekanan Dinamik (keras lemah)


Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang
memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap
tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)

Tekanan Nada (tinggi rendah)


Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti
biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun
dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya
suatu kata.

Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan
untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan
tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih berganti.

3.8 WARNA SUARA


Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi
warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda.
Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan
perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan
suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus
memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba mengubah-ubah warna suara dengan
menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.

Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di
atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul: Aduh Mas.e..e..itu, Mas. Anu. Mas.a.a.ada mahasiswa bawa mobil,
pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk
mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?!
Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.

Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu
penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri.

3.9 GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada
sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja
fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata
dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat
"Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" ,
"Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal
kata pada sebuah dialog. Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata
berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan.
Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya
memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada
kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi." (mendapat tekanan).

3.10 OLAH TUBUH


Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus
mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum
kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau
kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot
otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama
latihan-latihan nanti.

Pelaksanaan olah tubuh:


Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai. Dengan
memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.


1. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher
dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
2. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke
belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
3. Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu,
baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.

4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula
sebaliknya.

5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan.
Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.

6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.


7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga
jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki
kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
8. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat.

Macam Macam Gerak:


Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam
latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan
mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang
teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak
yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu
memainkan naskah drama.

Gerak non teaterikal


Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater
(gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak
halus dan gerak kasar.

Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi
dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira,
dan sebagainya.

Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya
pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
(1)Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan
secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau
kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan
memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.

(2)Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan
secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu,
misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb. (3)Movement, adalah gerak perpindahan tubuh
dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat
juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb. (4)Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan
disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak
kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.

Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar
diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia
melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak dasar".
Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(1)Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak
sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.

(2)Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan
bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
(3)Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.

Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak
yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain:


1. Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain
menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin.
Latihan ini dilakukan bergantian.

2. Latihan gerak dan tatap mata


Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua
pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.

3. Latihan melenturkan tubuh


Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan
temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut
diputar-putar terlebih dahulu.

4. Latihan gerak bersama


Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh
pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.

5. Latihan gerak mengalir


Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran.
Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain
mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita
jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan
konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

3.11 GERAK DAN VOKAL


Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk
memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain
mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga
bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali
bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita
tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.

3.12 PENGGUNAAN PANCAINDERA


Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-
hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-
sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu
peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat
perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat
dilakukan, antara lain:

Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan
menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.

Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa
macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan
pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja
yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda
motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada
disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap
rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar
bagaimana baunya.

Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita
itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau
panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan
mata terpejam.

Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan
sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan
yang berkeringat,dsb.

3.13 KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan.
Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik
harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian
penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja,
melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih
dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis.
Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia
seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan
jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) jabatan (lurah) watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) jabatan (jongos) watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk,
orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada
temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi
suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi,
imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

3.14 OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah
lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala
sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita
menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

3.15 ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami
sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang
dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.

3.16 IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau
ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan.
Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit.
Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi
walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi
benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.

Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci
disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada.
Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai
berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi
dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa
beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan
saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam
pentas.

Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini
segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan
sebuah benda lebih dari satu kali.

Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda
itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap
sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan
memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi
asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.

3.17 EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci,
bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai
emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang
karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka
(ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya
setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

3.18 PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterapkan pada tubuh kita.
Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita
tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi.
Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.

Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:


Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah,
problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran
tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu
pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

IV. KOMPOSISI PENTAS


Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini
dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri.

Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada
bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri
atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai
agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan
terlalu dibuat-buat.

Anda mungkin juga menyukai